Deficit Perawatan Diri
Deficit Perawatan Diri
TIM DOSEN
Imam Abidin, S.Kep., Ners
Disusun:
Ferdy Fatullah AK.1.16.020
Erna Sari AK.1.16.021
Palma Alfira AK.1.16.042
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Deficit Perawatan Diri”
yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Deficit Perawatan Diri”
mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Amiin....
Tim Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB IV Penutup 59
4.1 Kesimpulan 59
4.2 Saran 59
Daftar Pustaka 60
ii
BAB I
PENDAHULUAN
10 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
12 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
b.Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d.Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi sosial
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat,
e. gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
13 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2011). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal (Direja, 2011).
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Identitas pasien didapatkan dengan cara perawat berkenalan dengan pasien
dengan menyebutkan nama dan nama panggilan yang disukai perawat, serta
tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien. Klien melakukan
kontrak mengenai tujuan ,waktu dan tempat, dan topik yang akan
dibicarakan.
b. Keluhan saat dikaji
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri akan mengeluhkan malas
mandi, malas merawat diri, tidak mau menggosok gigi, tidak mau
berdandan, tidak mau menyisir rambut, malas mengganti pakaian, tidak mau
menggunakan alat makan untuk makan, makan berceceran, buang air besar
14 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
dan buang air kecil sembarangan tempat, serta tidak mau membersihkan diri
dan tempat setelah buang air besar dan buang air kecil.
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya didapatkan
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri dan juga adanya faktor herediter.
2) Faktor psikologis
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya
faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, dan
kemampuan realistis menurun. Pasien gangguan jiwa dengan
kemampuan realistis yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
3) Faktor sosial
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya
kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
d. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
e. Aspek Fisik/Biologis
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan
hasil tekanan darah naik atau menurun, nadi bisa cepat atau lambat,
pernapasan cepat atau lambat, suhu tubuh tinggi atau rendah. Biasanya klien
saat interaksi lebih sering menundukkan kepala, tidak ada kontak mata,
penampilan yang kurang bersih, dan kondisi acakacakan.
f. Aspek Psikososial
1) Genogram
15 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Genogram menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada
anggota keluarga yang menderita atau mengalami gangguan jiwa seperti
yang dialami pasien.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini
dan klien merasa senang dengan kondisi dirinya yang ia miliki dan
membuat klien merasa nyaman.
b) Indentitas Diri
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri saat ditanya tentang
kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien menjawab
tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya.
c) Ideal Diri
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri kurang mampu
melakukan perannya baik dikeluarga maupun di lingkungan
masyarakat.
d) Harga Diri
Biasanya akan beranggapan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa
tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan
lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk
melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah, serta dengan
penampilan yang menurutnya benar.
g. Hubungan Sosial
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri dekat dengan keluarganya dan
akan membatasi diri dengan orang-orang di kelompok dan di lingkungan
masyarakat. Klien akan merasa tidak aman berada didekat orang lain serta
lebih suka sendiri dan menarik diri dari sehingga masyarakat menjauhi klien
dan dianggap memiliki penyakit kejiwaan.
h. Status Mental
1) Penampilan
16 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri berpenampilan tidak rapi,
rambut tidak bersih, terlihat kusut dan berketombe, kuku panjang dan
kotor, badan berbau dan pakaian klien jarang diganti.
2) Pembicaraan
Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan
frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat
menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya
misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam.
i. Kebiasaan Sehari-hari
1) Mandi
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri tidak mau mandi, tidak ada
inisiatif untuk mandi, tidak membersihkan rambut dan tidak menggosok
gigi
2) Berpakaian/ Berhias
Biasanya klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan
klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien tidak mampu menyisir
rambut dan berdandan secara mandiri
3) Makan
Biasanya klien makan tidak teratur. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk,
sayur dan buah. Biasanya makan berceceran, tidak mencuci tangan
sebelum makan dan juga tidak mencuci tangan sesudah makan.
4) BAB/BAK
Biasanya klieb BAB/BAK disembarang tempat, dan tidak
membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK.
j. Mekanisme Koping
Menurut Dermawan (2013) mekanisme koping pada pasien dengan pasien
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas
17 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2) Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015)
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
4) Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat. (Yusuf,
Fitryasari dan Nihayati, 2015).
Pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan
melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga pasien. Hal
yang dapat ditanyakan saat melakukan wawancara dengan pasien maupun
dengan keluarga meliputi, bagaimana kebersihan diri pasien, Bagaimana
kebersihan diri pasien, apakah pasien malas mandi, mencuci rambut,
menggosok gigi, menggunting kuku, bagaimana penampilan pasien, apakah
pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki), apakah
pakaian pasien rapi dan sesuai.
Biasanya data subjektif yang diperolah dari klien defisit perawatan diri
yaitu pasien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
18 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
8) BAB dan BAK disembarang tempat
9) Tidak membersihkan diri dari tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
Data objektif :
1) Bau badan, kotor, berdakirambut kotor,gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian tidak
rapi, tidak mampu berdandan, tidak mampu memilih, mengambil dan
memakai pakaian, tidak mampu memakai sendal/sepatu, tidak mampu
memakai rosleting, tidak mapu memakai barang-barang yang
diperlukan dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang yang perlu
dilepas dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelas makanan secara aman, menyelesaikan
makan).
4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK tidak mampu menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet
(Pusdiklatnakes, 2012).
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami kurang perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai
berikut :
1. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak berdandan.
19 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia dalam
Direja, 2011). rumusan diagnosis adalah Problem/masalah (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ini saling berhubungan
sebab akibat secara ilmiah.
Diagnosis ini juga bisa permasalahan (P), penyebab (E) dan
simtom/gejala sebagai data penunjang. Jika diagnosis tersebut sudah
diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi,
maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan
tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas (Kusumawati dan Hartono,
2009).
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
deficit perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan
tanda dan gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang
ditegakan adalah Defist perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum, BAB dan BAK (Pusdiklatnakes, 2012).
Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
20 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2. Tindakan keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, anda dapat
melakukan tahapan tindakan berikut :
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
b. Melatih pasien berdandan/berhias
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien
laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
1) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
c. Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien, anda dapat melakukan tahapan sebagai
berikut :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan cara makan yang tertib
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
d. Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
21 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri
2. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara
perawatan diri yang baik, maka anda harus melakukan tindakan
keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan
mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Tindakan yang dapat anda lakukan antara lain sebagai
berikut :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati)
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri
f. Latih keluarga cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri.
22 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5
Kurang Pasien mampu: Setelah…..pertemuan pasien SP.1 (Tgl…………)
perawatan
1. Melakukan kebersihan dapat menjelaskan a) Identifikasi
diri
diri secara mandiri pentingnya: Kebersihan diri
2. Melakukan Berdandan
berhias/berdandan secara Kebersihan diri Makan
baik 1. Berdandan/berhias BAB/BAK
3. Melakukan makan dengan 2. Makan b) Jelaskan pentingnya
baik 3. BAB/BAK kebersihan diri
4. Melakukan BAB/BAK 4. Dan mampu c) Jelaskan alat dan cara
secara mandiri melakukan cara kebersihan
merawat diri d) Masukan dalaam kegiatan
pasien
SP.2
(Tgl…………………………….)
23 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Evaluasi SP.1
1. Jelaskan pentingnya
berdandan
2. Latih cara berdandan
a) Untuk pasien laki-laki
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Bercukur
b) Untuk pasien perempuan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- berhias
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.3 (Tgl…………………………)
24 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2. Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
c) Jelaskan cara mempersiapkan
makan
d) Jelaskan cara merapihkan
peralatan makan setelah
makan
e) Praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
3. Latih kegiatan makan
a) Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.4 (Tgl…………………………..)
25 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
- Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK
26 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat
SP.2
(Tgl…………………………….)
1. Evaluasi SP.1
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien kebersihan
diri dan berdandan
3. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat
SP.3
(Tgl……………………………….)
27 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
1. Evaluasi kemampuan SP.2
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien cara makan
3. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat
SP.4 (Tgl………………………………..)
1. Evaluasi kemampuan
keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan
28 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Evaluasi
1. Pasien dapat menyebutkan hal berikut :
a. Penyebab tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga perawatan diri
c. Tanda-tanda bersih dan rapi
d. Gangguan yang dialami jika perawatan tidak diperhatikan
2. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal
berikut :
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. BAB/BAK
3. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri
a. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri
b. Keluarga ikut serta mendampingi pasien dalam perawatan diri
29 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran perawat jiwa dalam deficit perawatan diri meliputi pemberian asuhan
keperawatan berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik
kepada pasien langsung maupun kepada keluarga. Strategi pelaksanaan ini
mencakup cara melatih pasien perawatan kebersihan diri, melatih pasien dandan
dan berhias, melatih pasien makan dan minum dengan benar dan mengajarkan
pasien cara buang air besar dan buang air kecil yang benar. Sedangkan pada
keluarga mencakup melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil (Keliat,dkk,
2013).
30 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
DAFTAR PUSTAKA
1. Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13.
Jakarta: EGC
2. Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan
Jiwa
3. Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Republik
Indonesia
4. Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu
5. Ah, Yusuf. Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
31 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i