Anda di halaman 1dari 32

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa II

TIM DOSEN
Imam Abidin, S.Kep., Ners

Disusun:
Ferdy Fatullah AK.1.16.020
Erna Sari AK.1.16.021
Palma Alfira AK.1.16.042

Kelas A Kecil, Kelompok 3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI KENCANA BANDUNG
2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Deficit Perawatan Diri”
yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Deficit Perawatan Diri”
mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Amiin....

Bandung, Nopember 2018

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II Tinjaun Teori 4


2.1 Definisi Deficit Perawatan Diri 4
2.2 njsndjsa 8
2.3 Bentuk dan Modus Human Trafficking 15
2.4 Undang- undang tentang Human Trafficking 23
2.5 Dampak/ Pengaruh Human Trafficking 28
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking 34

BAB III Tinjauan Kasus 36


3.1 Kasus 36
3.2 Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial berdasarkan Kasus 39

BAB IV Penutup 59
4.1 Kesimpulan 59
4.2 Saran 59

Daftar Pustaka 60

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secarakeseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
National Institute of Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk
Amerika Serikat tahun 2004, memperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18
tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan
kasus gangguan jiwa yang ada di Negara-negara berkembang (WHO dalam
Rochmawati 2013 ). Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah pasien gangguan
jiwa diperkirakan sudah meningkat.
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia pada tahun 2013
mencapai 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak terdapat di DI Yogyakarta,
yang kemudian diikuti dengan wilayah Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa
Tengah. Proporsi gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk
yang tinggal di perdesaan (18,2%). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Jiwa (2013)
jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1%
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari yang ringan hingga berat
(Riskesdas, 2013).
Klien skizofrenia yang mengalami gejala negatif antara lain, kehilangan
motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat
klien menjadi orang yang malas (Yosep, 2009). Penderita skizifrenia salah satunya
ditandai dengan kelemahan atau ketidakmampuan dalam merawat diri
(Pusdilatnakes, 2012). 70% dari seluruh penderita skizofrenia diantaranya
mengalami deficit perawatan diri, gangguan jiwa lain sering juga disertai dengan
gejala halusinasi, gangguan Manik Depresif dan Delirium (Pinenendi, 2016).
Skizofrenia dimanifestasikan dengan perubahan berfikir, persepsi, afek tumpul,
dan penurunan fungsi sosial yang menyebabkan klien cenderung mengalami
penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.

3|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sendiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan/minum, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2012). Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Penurunan ADL (Activity of Daily Living) pada pasien jiwa di sebabkan oleh
adanya gangguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan kesehatan
mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan
jiwamdengan defisit perawatan diri memerlukan suatu bimbingan atau dukungan
dari keluarga dan orang lain, agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara
mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam perawatan diri. Peran serta keluarga
untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada penderita gangguan jiwa
dapat dengan memfasilitasi, memberikan motivasi ataupun dukungan. Dukungan
sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita
yang sakit. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan
informasional, pengahargaan, emosional (Madalise, dkk 2015).
Peran perawat jiwa dalam hal ini meliputi pemberian asuhan keperawatan
berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik kepada pasien
langsung maupun kepada keluarga. Strategi pelaksanaan ini mencakup cara melatih
pasien perawatan kebersihan diri, melatih pasien dandan dan berhias, melatih
pasien makan dan minum dengan benar dan mengajarkan pasien cara buang air
besar dan buang air kecil yang benar. Sedangkan pada keluarga mencakup melatih
cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, buang air besar dan buang air kecil (Keliat,dkk, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Jelaskan Definisi Trafficking Human!
2. Jelaskan Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking!
3. Jelaskan Bentuk dan Modus Human Trafficking
4. Jelaskan Undang- undang tentang Human Trafficking

4|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


5. Jelaskan Dampak/ Pengaruh Human Trafficking!
6. Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor- Faktor Penyebab Human
Trafficking.
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bentuk dan Modus Human Trafficking
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Undang- undang tentang Human
Trafficking
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Dampak/ Pengaruh Human Trafficking
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pencegahan dan Penanggulangan Human
Trafficking

5|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Deficit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011). Defisit perawatan diri adalah situasi
seseorang yang mengalami kelemahan dalam kemampuan melakukan hal untuk
melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri (Nita, 2009). Defisit perawatan
diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam melengkapi
kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi kesehatannya.
(Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Masalah defisit perawatan diri terjadi apabila seseorang tidak mampu
merawat dirinya sendiri atau bergabung pada orang lain (anggota keluarga yang
lain). Defisit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan perawatan diri yang
terapeutik (total aktivitas keseluruhan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
universal, perkembangan dan deviasi kesehatan) melampaui kemampuan self-care
(kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri). Hai ini terjadi karena klien
menderita gejala yang disebabkan oleh penyakit skizofrenia tersebut yaitu
gangguan pada kognitif, afektif, dan perilaku (Orem dalam Susanti, 2010).

6|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


Gambaran skema masalah defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia
diuraikan sebagai berikut gangguan pada fungsi kognitif meliputi ketidakmampuan
klien dalam berfikir sehingga tidak merespon dengan baik terhadap perawatan diri.
Klien tersebut hanya berkonsentrasi pada pikirannya sendiri dan memberikan
perhatian yang minimal dalam hal makan, kebersihan, dan penampilan. Gejala
berikutnya adalah gangguan afek, munculnya afek datar atau afek yang tidak sesuai
karena klien selalu disibukkan oleh pikiran dan fantasinya sendiri. Sama halnya
dengan gangguan kognitif, klien dengan gangguan afek umumnya menunjukkan
perasaan yang tidak sesuai. Kondisi ini menyebabkan munculnya anggapan bahwa
individu tersebut tidak peduli terhadap dirinya sendiri, termasuk dalam perawatan
diri.
Selanjutnya masalah defisit perawatan diri juga dipengaruhi oleh perilaku
individu yang tidak memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya. Teori self care (perawatan diri) memiliki penjelasan tentang
konsep perawatan diri untuk mengatasi masalah deficit perawatan diri dan
membantu memandirikan pasien dalam merawat diri. Untuk meningkatkan
kemandirian pasien dalam perawatan diri perawat dapat menggunakan beberapa
prinsip yaitu diantaranya pengembangankemandirian pasien, menggunakan
komunikasi terapeutik, dan kolaborasi (Susanti, 2016).

 Kemampuan perawatan Tuntutan Perawatan Diri


diri (menurun) .
Makan, kebersihan, berpakaian,
 Gangguan fungsi
dandan, tidur, interaksi sosial,
kognitif dan perilaku
dan keamanan.

Defisit Perawatan Diri

7|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


Self Care Agent
Nursing Agent
Kemampuan individu dalam perawatan
diri dipengaruhi umur, jenis kelamin, Tindakan Keperawatan
tahap perkembangan, system Rehabilitasi :
pelayanan kesehatan, orientasi sosial a. Meningkatkan kemandirian
budaya, sistem keluarga, ketersediaan b. Komunikasi terapeutik
dan keadekuatan sumber. c. kolaborasi

(Deficit Perawatan Diri berdasarkan teori Orem)


(Sumber: Orem dalam Susanti: 2008)

Lingkup Defisit Perawatan Diri


1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan,
bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir
rambut, atau mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa
makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan
dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi
atau berkemih tanpa bantuan.

2.2 Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Keliat (2007), masalah kurang perawatan diri meliputi penyebab
antara lain: Faktor Predisposisi meliputi Perkembangan, Biologis, Kemampuan
realitas turun, Sosial. Faktor Prespitasi menurut Herman (2011) ialah Penurunan

8|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


motivasi, kerusakan kognisi serta cemas,lelah yang dialami klien sehingga kurang
perawatan diri.
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya
defisit perawatan diri dalam (Pusdiklatnakes, 2012), meliputi:
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
Penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
2) Herediter
3) Psikologis
Faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Kemampuan realitas
menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri (Pusdiklatnakes, 2012).
Menurut (Demawan, 2013) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis

9|Asuhan Keerawatan Deficit Perawatan Diri


Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan,
cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
(Dermawan, 2013).
Beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
kurang perawatan diri (Dermawan, 2013). Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi,vsikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan

10 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 Klasifikasi Defisit Perawatan Diri


Klasifikasi Defisit Perawatan Diri menurut (Direja,2011) terdiri dari :
1. Kurang Perawatan Diri : Mandi
Kurang perawatan diri : mandi adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. Kurang Perawatan Diri.
2. Kurang Perawatan Diri : Mengenai pakaian/berhias
Kurang perawatan diri mengenakan pakaian adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang Perawatan Diri : Makan
Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang Perawatan Diri : Toileting
Kurang perawatan diri : Toileting adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2.4 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri\


Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan klien
tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB
dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi.
a. Data Subjektif
11 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Pasien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau berhias/ berdandan
5) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi/ alat kebersihan diri
6) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
7) BAB dan BAK sembarangan tempat
8) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
9) Tidak mengetahui cara perawatan diriyang benar.
b. Data Objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak
rapi, tidak mau berdandan, tidak mampu memilih, mengambil, dan
memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, tidak mampu memakai
resleting, tidak mampu memakai barabg-barang yang perlu dipakai dalam
berpakaian, tidak mampu melepas barang-barang yang perlu dalam
berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makan ke alat
makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan makanan).
4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihkan toilet, menyiram toilet
(Pusdiklatnakes, 2012).
Menurut Dermawan, (2013) tanda dan gejala klien dengan deficit
perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor

12 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
b.Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d.Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi sosial
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat,
e. gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.5 Dampak Defisit Perawatan Diri


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisi yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial
(Dermawan, 2013).
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa: Defisit Perawatan Diri
Proses keperawatan merupakan wahana/sarana kerja sama dengan klien,
yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar daripada klien,
namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran
perawat, sehingga kemandirian klien dapat di capai ( Keliat dalam Direja,

13 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2011). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal (Direja, 2011).

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokan menjadi factor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien
(Stuart & Larai dalam Direja, 2011).

Adapun isi pengkajian meliputi, identitas klien, keluhan utama / alasan


masuk, faktor predispossisi, aspek fisik / biologis, aspek psikologis, status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial
dan lingkungan, pengetahuan danaspek medik. Data yang diperoleh dapat
dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data objektif dan data subjektif
(Direja, 2011).

a. Identitas pasien
Identitas pasien didapatkan dengan cara perawat berkenalan dengan pasien
dengan menyebutkan nama dan nama panggilan yang disukai perawat, serta
tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien. Klien melakukan
kontrak mengenai tujuan ,waktu dan tempat, dan topik yang akan
dibicarakan.
b. Keluhan saat dikaji
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri akan mengeluhkan malas
mandi, malas merawat diri, tidak mau menggosok gigi, tidak mau
berdandan, tidak mau menyisir rambut, malas mengganti pakaian, tidak mau
menggunakan alat makan untuk makan, makan berceceran, buang air besar

14 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
dan buang air kecil sembarangan tempat, serta tidak mau membersihkan diri
dan tempat setelah buang air besar dan buang air kecil.
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya didapatkan
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri dan juga adanya faktor herediter.
2) Faktor psikologis
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya
faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, dan
kemampuan realistis menurun. Pasien gangguan jiwa dengan
kemampuan realistis yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
3) Faktor sosial
Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya
kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
d. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
e. Aspek Fisik/Biologis
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan
hasil tekanan darah naik atau menurun, nadi bisa cepat atau lambat,
pernapasan cepat atau lambat, suhu tubuh tinggi atau rendah. Biasanya klien
saat interaksi lebih sering menundukkan kepala, tidak ada kontak mata,
penampilan yang kurang bersih, dan kondisi acakacakan.
f. Aspek Psikososial
1) Genogram

15 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Genogram menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada
anggota keluarga yang menderita atau mengalami gangguan jiwa seperti
yang dialami pasien.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini
dan klien merasa senang dengan kondisi dirinya yang ia miliki dan
membuat klien merasa nyaman.
b) Indentitas Diri
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri saat ditanya tentang
kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien menjawab
tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya.
c) Ideal Diri
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri kurang mampu
melakukan perannya baik dikeluarga maupun di lingkungan
masyarakat.
d) Harga Diri
Biasanya akan beranggapan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa
tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan
lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk
melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah, serta dengan
penampilan yang menurutnya benar.
g. Hubungan Sosial
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri dekat dengan keluarganya dan
akan membatasi diri dengan orang-orang di kelompok dan di lingkungan
masyarakat. Klien akan merasa tidak aman berada didekat orang lain serta
lebih suka sendiri dan menarik diri dari sehingga masyarakat menjauhi klien
dan dianggap memiliki penyakit kejiwaan.
h. Status Mental
1) Penampilan

16 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri berpenampilan tidak rapi,
rambut tidak bersih, terlihat kusut dan berketombe, kuku panjang dan
kotor, badan berbau dan pakaian klien jarang diganti.
2) Pembicaraan
Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan
frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat
menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya
misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam.
i. Kebiasaan Sehari-hari
1) Mandi
Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri tidak mau mandi, tidak ada
inisiatif untuk mandi, tidak membersihkan rambut dan tidak menggosok
gigi
2) Berpakaian/ Berhias
Biasanya klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan
klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien tidak mampu menyisir
rambut dan berdandan secara mandiri
3) Makan
Biasanya klien makan tidak teratur. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk,
sayur dan buah. Biasanya makan berceceran, tidak mencuci tangan
sebelum makan dan juga tidak mencuci tangan sesudah makan.
4) BAB/BAK
Biasanya klieb BAB/BAK disembarang tempat, dan tidak
membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK.
j. Mekanisme Koping
Menurut Dermawan (2013) mekanisme koping pada pasien dengan pasien
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas

17 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2) Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015)
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
4) Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat. (Yusuf,
Fitryasari dan Nihayati, 2015).
Pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan
melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga pasien. Hal
yang dapat ditanyakan saat melakukan wawancara dengan pasien maupun
dengan keluarga meliputi, bagaimana kebersihan diri pasien, Bagaimana
kebersihan diri pasien, apakah pasien malas mandi, mencuci rambut,
menggosok gigi, menggunting kuku, bagaimana penampilan pasien, apakah
pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki), apakah
pakaian pasien rapi dan sesuai.
Biasanya data subjektif yang diperolah dari klien defisit perawatan diri
yaitu pasien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum

18 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
8) BAB dan BAK disembarang tempat
9) Tidak membersihkan diri dari tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
Data objektif :
1) Bau badan, kotor, berdakirambut kotor,gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian tidak
rapi, tidak mampu berdandan, tidak mampu memilih, mengambil dan
memakai pakaian, tidak mampu memakai sendal/sepatu, tidak mampu
memakai rosleting, tidak mapu memakai barang-barang yang
diperlukan dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang yang perlu
dilepas dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelas makanan secara aman, menyelesaikan
makan).
4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK tidak mampu menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet
(Pusdiklatnakes, 2012).
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami kurang perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai
berikut :

1. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak berdandan.

19 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.

Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia dalam
Direja, 2011). rumusan diagnosis adalah Problem/masalah (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ini saling berhubungan
sebab akibat secara ilmiah.
Diagnosis ini juga bisa permasalahan (P), penyebab (E) dan
simtom/gejala sebagai data penunjang. Jika diagnosis tersebut sudah
diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi,
maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan
tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas (Kusumawati dan Hartono,
2009).
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
deficit perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan
tanda dan gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang
ditegakan adalah Defist perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum, BAB dan BAK (Pusdiklatnakes, 2012).

Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

20 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2. Tindakan keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, anda dapat
melakukan tahapan tindakan berikut :
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
b. Melatih pasien berdandan/berhias
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien
laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
1) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
c. Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien, anda dapat melakukan tahapan sebagai
berikut :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan cara makan yang tertib
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
d. Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

21 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri
2. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara
perawatan diri yang baik, maka anda harus melakukan tindakan
keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan
mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Tindakan yang dapat anda lakukan antara lain sebagai
berikut :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati)
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri
f. Latih keluarga cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri.

22 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5
Kurang Pasien mampu: Setelah…..pertemuan pasien SP.1 (Tgl…………)
perawatan
1. Melakukan kebersihan dapat menjelaskan a) Identifikasi
diri
diri secara mandiri pentingnya: Kebersihan diri
2. Melakukan Berdandan
berhias/berdandan secara Kebersihan diri Makan
baik 1. Berdandan/berhias BAB/BAK
3. Melakukan makan dengan 2. Makan b) Jelaskan pentingnya
baik 3. BAB/BAK kebersihan diri
4. Melakukan BAB/BAK 4. Dan mampu c) Jelaskan alat dan cara
secara mandiri melakukan cara kebersihan
merawat diri d) Masukan dalaam kegiatan
pasien

SP.2
(Tgl…………………………….)

23 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Evaluasi SP.1
1. Jelaskan pentingnya
berdandan
2. Latih cara berdandan
a) Untuk pasien laki-laki
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Bercukur
b) Untuk pasien perempuan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- berhias
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP.3 (Tgl…………………………)

1. Evaluasi kegiatan SP.1 dan 2

24 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
2. Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
c) Jelaskan cara mempersiapkan
makan
d) Jelaskan cara merapihkan
peralatan makan setelah
makan
e) Praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
3. Latih kegiatan makan
a) Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP.4 (Tgl…………………………..)

1. Evaluasi kemampuan pasien


yang lalu (SP.1, 2 dan 3)
2. Latih cara BAB, BAK yang
baik

25 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
- Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK

Keluarga mampu: Setelah……pertemuan SP.1


Merawat anggota keluarga yang keluarga mampu: (Tgl…………………………….)
mengalami masalah kurang Meneruskan melatih pasien
perawatan diri dan mendukung agar 1. Identifikasi maslah dalam
kemampuan pasien dalam merawat pasien dengan masalah:
perawatan dirinya Kebersihan diri
meningkat - Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
2. Jelaskan defisit perawatan diri
3. Jelaskan cara merawat

26 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat

SP.2
(Tgl…………………………….)
1. Evaluasi SP.1
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien kebersihan
diri dan berdandan
3. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat

SP.3
(Tgl……………………………….)

27 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
1. Evaluasi kemampuan SP.2
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien cara makan
3. RTL keluarga/jadwal untuk
merawat

SP.4 (Tgl………………………………..)

1. Evaluasi kemampuan
keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan

28 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
Evaluasi
1. Pasien dapat menyebutkan hal berikut :
a. Penyebab tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga perawatan diri
c. Tanda-tanda bersih dan rapi
d. Gangguan yang dialami jika perawatan tidak diperhatikan
2. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal
berikut :
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. BAB/BAK
3. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri
a. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri
b. Keluarga ikut serta mendampingi pasien dalam perawatan diri

29 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran perawat jiwa dalam deficit perawatan diri meliputi pemberian asuhan
keperawatan berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik
kepada pasien langsung maupun kepada keluarga. Strategi pelaksanaan ini
mencakup cara melatih pasien perawatan kebersihan diri, melatih pasien dandan
dan berhias, melatih pasien makan dan minum dengan benar dan mengajarkan
pasien cara buang air besar dan buang air kecil yang benar. Sedangkan pada
keluarga mencakup melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil (Keliat,dkk,
2013).

30 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i
DAFTAR PUSTAKA

1. Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13.
Jakarta: EGC
2. Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan
Jiwa
3. Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Republik
Indonesia
4. Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu
5. Ah, Yusuf. Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

31 | A s u h a n K e e r a w a t a n D e f i c i t P e r a w a t a n D i r i

Anda mungkin juga menyukai