Anda di halaman 1dari 17

OSCE (PEMASANGAN NGT, IM, IV, DAN PEMERIKSAAN

FISIK HEAD TO TOE)

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

PALMA ALFIRA
AK.1.16.042

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan terhadap tubuh klien secara keseluruhan/hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu oleh perawat, dokter yang bersangkutan.
Tujuan
Memperoleh data yang berhubungan dengan keadaan klien dalam rangka menegakkan diagnosis,
tindakan pengobatan serta perawatan.
Pemeriksaan Fisik Klien dilakukan Dengan Cara:
1. Inspeksi (Melihat): pemeriksaan klien dengan cara melihat langsung dengan mata
keseluruh tubuh klien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan, missal: rambut, kulit,
dan kuku.
2. Meraba (Palpasi): pemeriksaan klien dengan cara meraba dengan tangan ke bagian tubuh
missal: kulit, nadi dan abdomen.
3. Mengetuk (Perkusi): pemeriksaan klien dengan cara mengetuk-ngetukan tangan atau
memakai alat (missal: perkusi hammer) pada bagian tubuh tertentu, guna mendengaran
bunyi gerakan refleksi.
4. Mendengar (Auskultasi): pemeriksaan klien dengan cara mendengarkan bunyi pada
bagian tubuh tertentu dengan menggunakan alat (stetoskop) untuk mengetahui kelainan
pada rongga badan, bunyi jantung janin pada ibu hamil.

Pemeriksaan Kepala
Persiapan Alat 1. Bengkok
2. Bak intrumen
3. Tissue
4. Perasa (Manis, Asam, Asin, Pahit)
5. Penggaris 2 buah
6. Jam tangan
7. Garputala
8. Stetoskop
9. Spygnomanoometer
10. Penlight
11. Snelen Chart
12. Tongue spetel
13. Sarung tangan
14. Nasal speculum
15. Otoskop
16. Reflex hammer
Persiapan Klien 1. Beritahu klien mengenai tindakan yang akan dilakukan,
lakukan informed consent.
2. Atur posisi klien sesuai kebutuhan dan kondisi klien
3. Dekatkan alat
Prosedur Inspeksi dan palpasi rambut:
1. Warna
2. Jumlah distribusi
3. Parasite/kutu
Inspeksi, palpasi kulit kepala:
1. Tekxtur: lembut, bersisik, atau kering
2. Lesi: tidak ada, terbuka, atau tertutup
3. Bentuk: akrongaly, hydrosepalus, microsehaplus
4. Ukuran: sangat besar, kecil, atau proporsional
5. Kesimetrisan: simetris, asimetris
6. Konsistensi: keras, lembut, massa
Inspeksi Wajah dan Leher:
1. Simetris
2. Gambaran wajah: gambaran yang menyimpang, lesi, massa.
3. Leher: simetris, ditengah kepala, massa
4. Gearakkan: lembut, terkontrol, fleksi, eksistensi, lateral,
abduksi, rotasi, kaku, tidak nyeri&edema (moreface)
PEMERIKSAAN FISIK MATA
Persiapan Alat 1. Bahan Bacaan
2. Lampu senter
Prosedur Inspeksi Mata Luar
1. Posisi dan penampilan: garis peluk mata lembab dan
berwarna merah jambu; bulu mata pendek dan berjarak serta
melegkung; garis atas menutupi peluup mata kira-kira 2 mm
dan iris, kelopak mata bergerak; mengelupas; tidak ada bulu
mata, bulu mata melengkung kedalam, ptotis, kelopak mata
tidak simetris, ectropian, entropian, chalzoin, heredeolum,
blepasritis; gatal, lesi ulseratif.
2. Mengedip: mengedip simetris, rata-rata 15 kedipan/ menit..
Inspeksi Konjungtiva (Bulbar dan Palpebra serta Klera)
1. Konjungtiva bulbar bersih dengan pembuluh darah tipis;
palpebral konjungtiva berwarna merah muda tanpa ada
pengeluaran secret; sclera putih biru, kemerahan, lesi modul;
pengeluaran; berkerak; benda asing.
Inspeksi Iiris dan Pupil
1. Bentuk: bulat
2. Kesamaan: sama diantara mata kiri dan kanan
3. Warna iris: warna sama kedua mata
4. Inspeksi kejernihan lensa: jernih; keruh.
Insspeksi dan Palpasi Saluran Air Mata
1. Kemerahan: edema; pengeluaran (cairan/secret); nyeri saat
palpasi.
Test kemampuan Melihat
1. Klien diminta untuk menatap huruf pada jarak 3 cm (teset
jarak jauh) mampu membaca tanpa ragu-ragu, mengerutkan
dahi, penglihatan juling klien diminta membaca dengan jarak
14 inchi.
Test Akomodasi
1. Klien diminta untuk menatap objek dengan jrak 3-4 kak, dan
gerakkan objek kea rah hidung klien; pupil konvarge dan
konstraksi sesuai dengan gerakkan benda kearah klien.
Repspon pupil sama dikedua mata.
Test Gerakan Bola Mata
1. Klien diminta untuk: mengikuti objek yang digerakkan didepa
mata; kedua mata bergerak dengan lancar, terkoordinasi
kesegala arah.
Test Respon Terhadap Cahaya
1. Test reflek kornea terhadap cahaya: klien diminta untuk
melihat lurus kedepan senterkan cahaya kedepn wajah klien;
refleksi cahaya sama dikedua kornea.
2. Test respon Pupil: klien diminta untuk melihat lurus kedepan
dan didekatkan lampu senter ketiap-tiap pupul konstriksi
Klien diminta untuk: mengikuti objek yang digerakkan
kedepan mata; kedua mata bergerak dengan lancar,
terkoordinasi ke segala arah.

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA


Persiapan Alat 1. Otoskop
2. Garputala
Prosedur Inspeksi Telinga Luar:
1. Ukran, bentuk dan lesi
2. Palpasi teliga luar
Inspeksi saluran telinga (menggunakan otoskop)
1. Memilih ukuran speculum sesuai dengan saluran telinga
2. Memasukan speculum dan pertahankan tangan
3. Pemeriksaan tetap pada pinna
Serumen dan membrane tympani:
1. Hitam, merah, gelap, atau cokelat.
2. Konsistensi: intact, perforasi.
Ketajaman Pendengaran:
1. Periksa telinga satu per satu
2. Pemerikssa berada 60 cm dari klien dengan membisikkan 2
angka (14, 25) suruh klien mengulang apa yang didengar,
dengan tidak melihat gerakan bibir perawat.
Test Rinne:
1. Garputala digetarkan tempelkan pada tulang mastoid klien,
setelah tak terdengar bunyi pindahkan kedepa telinga klien.
2. Normal: konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
Test Webber
1. Getarkan garputala, tempelkan diatas vertex, dahi, atau depan
gigi.
2. Tanyakan apakah bunyi terdengar lebih jelas pada telingan
tertentu.
3. Tuli konduksi apabila: test weber lateralisasi, learah yang
sakit, test rinne konduksi tulang lebih baik dari konduksi
udara pada yang sakit.
4. Tuli saraf: lateralisasi kearah telinga yang normal

PEMERIKSAAN FISIK MULUT DAN HIDUNG


Persiapan Alat 1. Lampu senter
2. Tongue spatel
3. Sarung tangan bersih
4. Nasal speculum atau otoskop
5. Bau-bauan (minyak kayuputih, dll)
Prosedur PEMERIKSAAN MULUT – OROPHARYNX
1. Observasi gigi dalam keadaan tertutup keadaan tertutup posisi
gigi bawah dan atas saling bertemu, gigi berlapis gigi
bertumpuk atau Gigi jarang.
2. Menggunakan sarung tangan observasi dan palpasi bibir,
mukosa mulut, gusi dan gigi
3. Warna merah Jambu
4. Konsistensi: lembab, lembut tidak ada lesi, batas jelas kering
edema perdarahan dan bercak putih
5. jumlah gigi : 32, kehilangan gigi
6. posisi atau kondisi: fiksasi stabil, gigi ompong, retak, karies
gigi, warna gigi, putih, kuning, gelap, coklat
7. lidah simetris, gerakan lembut, warna merah jambu, tidak ada
Lesi
8. warna palatum keras dan pucat palatum keras kuat dengan
ragu yang tidak teratur palatum lunak berongga
9. inspeksi rongga mulut tonsil letak simetris tanpa eksudat
uvula di tengah warna merah jambu
HIDUNG DAN SINUS
Prosedur Lubang Hidung
1. Periksa lubang hidung terdengar Bunyi atau mengeluarkan
lender, tutup lubang hidung secara bergantian dan minta klien
menarik nafas amati. Apakah ada kesulitan inspirasi
Kesan: nafas berbunyi ekspirasi ada obstruksi jalan nafas atas
udara pernapasan akan terganggu oleh septum deviasi dan
menghasilkan bunyi pada ekspirasi
Septum
1. Menggunakan pen light dan spekulum hidung periksa septum
dari kemungkinan deviasi kesan merah eksudat pada
peradangan
Kesan: bengkak, tenderness, nyeri menandakan peradangan.
Rongga Hidung
1. Periksa rongga hidung amati eksudat dan warnanya
Kesan: bengkak, tenderness, nyeri menandakan peradangan
Sinus
1. Palpasi frontalis menggunakan kedua ibu jari di atas alis mata
2. Palpasi maksilaris meletakkan kedua jari telunjuk pada area
sinus maksilaris
3. pemeriksaan transiluminasi sinus di ruang yang gelap
4. pada sinus frontalis letakkan penlight di celah palpebra
Superior dan kemudian Nyalakan amati kedua sinus sama
terang atau tidak
5. pada sinus maksilaris dengan menempelkan penlight ke
dalam mulut klien kemudian dinyalakan amati warna kedua
sinus
6. sinus ethmoidalis dan sphenoidalis keduanya tidak dapat
dikaji karena berada di bawah tengkorak

PEMERIKSAAN FISIK LEHER


Persiapan alat - Tanpa alat
Prosedur Trachea:
Periksa bentuk leher, kesimetrisan, skar, palpasi kelenjar
tiroid dan getah bening
Periksa kelenjar tiroid saat istirahat dan menelan air
Berdiri di belakang klien dengan posisi tangan dan jari pada
leher
Meminta klien untuk memfleksikan leher dan memiringkan kepala,
ke kanan.
- Palpasi lobus kanan dan menggunakan jari tangan ketika klien
menelan mengulangi prosedur di atas untuk lobus kiri ataupun
sebaliknya
- Hasil: Posisi di tengah tidak ada pembesaran
- ukuran bentuk: tidak teraba pembesaran
- mobilitas: bergerak terfiksasi dengan jaringan konsistensi
lembut keras
Palpasi kelenjar getah bening pada lokasi anatomis
- palpasi kelenjar getah bening mulai dari belakang telinga ke
leher
- bentuk leher membesar asimetris dijumpai pada klien struma:
keganasan tiroid adanya hipertiroidisme, tenderness
menandakan adanya peradangan pada tiroid
- pembesaran kelenjar tiroid menandakan peradangan kelenjar
getah bening deviasi trakea menunjukkan terjadinya pada
masa leher pneumotoraks efusi pleura atelektasis gerakan
trakea berkurang menyatakan kurang mampu menelan
Pemeriksaan Kekuatan Otot
- Minta klien menarik bahu ke atas dan memutar leher ke kiri
ke kanan melawan tahanan tangan
- Kesan: kekuatan otot leher berkurang pada proses otot
pernapasan
Pemeriksaan rentang gerak
- Klien diminta menggerakkan kepalanya sejauh rentang gerak
- Kesan: tentang gerak yang mengganggu aktivitas hidup
Pemeriksaan pembuluh darah dan leher
- Arteri karotis lakukan pemeriksaan read kekuatan dan
keteraturan
Vena Jugularis, periksa distensi dan tekanannya
- Tidurkan klien dengan kepala tingginya 45°
- perhatikan pulsasi Vena pada titik yang tertinggi terlihat
- ukur dan catat tingginya pulsasi Vena diatas sudut sternal
dengan menggunakan kedua mistar

PEMERIKSAAN FISIK THORAX DAN PARU


Persiapan alat 1. Stetoskop
2. Handscoon
Prosedur Inspeksi Thorax Anterior, Posteriot dan Lateral
1. Warna: pink, pucat, sianosis
2. Intercostal: datar, relaksasi, retraksi,
3. kesimetrisan dada: simetris, tidak simetris
4. pernafasan: datar 16-20 permenit, tidak sulit bernapas, dalam,
dangkal, sulit bernapas.

Palpasi Menggunakan Ujung Dari Telapak Tangan


1. Sensasi: tidak nyeri
2. Fokal fremitus ketika kalian mengatakan “77”
- Vibrasi: menurun pada bagian atas perifer dari paru dan
meningkat di atas jalan nafas
3. tekan dengan ibu jari dan klien diminta untuk nafas dalam
- hasil ekspansi simetris
4. kedua tangan menekan pada bawah sternum dan klien diminta
untuk nafas dalam
- hasil ekspansi simetris
Perkusi
1. Apikal
2. posterior
3. anterior
4. lateral interkostalis
- hasil resonan dullness hiperresonan
Auskultasi
1. Trakea: bronkial
2. cabang bronkus besar bronkovesikuler fase inspirasi sama
dengan fase ekspirasi
3. permukaan paru: vesikuler fase inspirasi lebih lama dari
ekspirasi

PEMERIKSAAN JANTUNG
Persiapan Alat - Stetoskop
Prosedur Langkah-Langkah:
1. Daerah AORTA; ICS II kanan sternal
2. Daerah pulmonal: ICS II kiri sternal
3. Daerah triskuspidalis: ICS V bawah sternal / mid klavikula
4. Daerah mitral: ICS kiri. MCL/ mid aksila
5. Auskultasi: pada daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis, mitral
Bunyi jantung I: (S1: Lub)
Bunyi jantung II (S2: dub)
Heart Rate: 60-100 x/menit, teratut
Bunyi S3: Gallop
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Persiapan alat Stetoskop
Prosedur 1. Inspeksi, aukultasi, perkusi, dan palpasi
2. Posisi klien terlentang dengan lutut diberi bantalann kecil
3. Pemeriksaan berdiri disamping kanan klien
4. Pemeriksaan secara sistematis dimulai dari kuadran kiri atas
5. Kandung kemig klien dalam keadaan kosong
Inspeksi Kulit:
- Kulit terhadap warna, karakteristik permukaan, jaringan
parut, lesi umbilicus untuk penempatan kontur
- Klien tidur terlentang, pemeriksa diebelah kanan klien
- Kaji daerah abdomen pada garis mid kalvikula kiri dan kanan
(CVA)
- Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih.
Auskultasi:
1. Bising usus terhadap frekuensi dan karakter
Cara: tempatkan stetoskop hangat pada abdomen dengan
sedikit tekanan. Gunakan diafragma karena bising usus
bernada tinggi, kembangkan dan gunakan rute sistematik.
2. Succotio sflash: untuk mengetahui .residu cairan dalam
lambung
Cara: klien terlentang, kedua lutut fleksi. Dengan mengocok
lambung sambil mendengarkan fluktuasi cairan dengan
stetoskop (bagian diafragma). Positif bila terdengar bunnyi
fluktuasi cairan seperti bunyi yang dihasilkan bila kita
mengocok air dalam botol.
3. Bruit/Desiran
Cara: dengan menggunakan stetoskop kita mendengarkan
apakah terdapat bunyi desiran (bruits) pada aorta dan arteri
renalis. Gunakan sisi bel stetoskop, pemeriksa mendengarkan
bunyi desiran di daerah epigastric, di aea ini kita bisa
mendengarkan bunyi aorta.
Perkusi:
1. Lakukan perkusi disemua kuadran terhadap timpani atau
pekak
2. Lakukan secara sistematika

3. Perkusi Batas Hepar


Cara: berdiri disebelah kanan klien, mulai pada bagian garis
midklavikula kanan tepat dibawah umbilicus, perlahan
perkusi keatas, tandai batas hati dengan pena. Untuk
mengetahui batas atas, mulai perkusi kearah garis mid
klavikula kanan pada area resonansi paru. Kemudian
perhatikan perubahan bunyi.
Lambung, limpa, dan kandung kemih:
- Terhadap gelembung udara gastrik
Cara: mulai perkusi kebawah tepat posterior sampai atau pada
garis kira-kira litasan maxilaris kiri dari iga keenam sampai
kesebelas.
Klien dalam posisi terlentang, perkusi dilakukan dari arah
depan. Lakukan pengetukan di daerah kandung kemih di
supra pubis. Bila kandung kemih penuh akan terdengar redup/
dullness.

Palpasi:
- Setiap Kuadran palpasi terhadap tonus, adanya nyeri tekan,
atau massa.

- Mulai dengan palpasi ringan dengan cara sistemik sebelum


melanjutkan palpasi dalam
- Tanyakan klien tentang area nyeri dan palpasi area ini

terakhir.
- Lihat penempatan umum isi abdominal untuk membantu
membedakan dari kondisi abnormal.

Tanda Murphy

- Kemungkinan adanya peradangan pada kandung empedu


Cara:
- Klien posisi terlentang dengan kedua lutut felksi dan kedua
ekstremitas atas terangkat keatas.
- Dengan menggunakan ibu jari tangan kiri menekan daerah
empedu bergradasi dan secara perlahan-lahan.
- Daerah empedu yaitu 2 jari dibawahh costa midklavikula
kanan. Dengan tetap menekan, kklien disuruh menarik nafas
dalam, bila klien menghentikan nafasnya karena sakit
dikatakan tanpa murphy positif.
Palpasi Hepar (metoda 1 tangan)
- Klien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi ektremitas
atas diangkat keatas untuk memudahkan pemeriksaan
- Pemeriksaan berada disisi kanan atas klien, dengan posisi
tubuh agak menyerong mengarah keatas
- Tangan kiri pemeriksa menempel di pinggang klien. Tangan
kanan diletakan lebih kurang 2-3 jari dari kosta, dengan
ujjung jari lakukan perabaan sampai kebawah kosta.
- Untuk memudahkan perabaan, anjurkan klien menarik nafas
dalam.
- Pada saat ekspirasi, coba untuk merasakan tepi hepar.

Palpasi Hepas (Metoda 2 Tangan)


- Klien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi, kedua
ektremitas diangkat kepatas.
- Pemeriksa berada disebelah kanan klien, dengan posisi
menyerong mengarah ke ekstremitas bawah.
- Dengan dua tangan meraba hati dengan menekan kebawah
dan keatas pada tepi sisi costa/ iga kanan.
- Untuk memudahkan perabaan klien dianjurka menarik nafas
dalam (teknik jarang digunakan)
Palpasi Limpa
- Posisi pemeriksa dank lien seperti pada palpasi hepar
- Tempatkan tangan kiri pemeriksa diatas sudut costovertebral
dibawah garis costal anterior kiri
- Palpasi limpa dengan tangan kiri mendorong limpa keatas dan
ujung-ujung jari tangan kanan menekan limpa dan
merasakannya
- Sebelum palpasi, klien dianjurkan menarik nafas dalam.
PEMERIKSAAN GINJAL
Prosedur 1. Ginjal setinggi dibawah diapraghma sehingga tersembunyi
dibawah lengkung iga
2. Untuk ginjal kiri: pemeriksa berada pada sisi kanan klien
dank lien pada posisi terlentang
3. Pemeriksa meletakkan tangan kiri dibawah pinggang di
daerah CVA kiri, tangan kanan berada dibawah lengkung iga
kiri pada garis mid klavikula
4. Intruksikan klien untuk menarik nafas dalam dan
mengeluarkannnya dengan lengkap
5. Pada saat klien mengeluarkan nafas, angkat bagian CVA kiri
dengan tangan kiri dan tangan kanan melakukan palpasi
dalam
6. Bila ginjal teraba, rasakan kontur(bentuk), ukuran adanya
nyeri tekan
7. Untuk ginjal kanan: tangan kiri dibawah pinggang di daerah
CVA kanan, tangan kanan berada dibawah lengkung iga
kanan.
8. Lakukan maneuver yang sama seperti pada palpasi gijal kiri.
PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
Prosedur Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah supra pubis
Normal: Urine dapat dikeluarkan secara lengkap sehingga kandung
kemih tidak teraba
Penyimpangan: bila ada obstruksi dibawah dan produksi urin normal
maka urin akan terkumpul di kandung kemi serta akan menimbulkan
distensi kandung kemih yang bisa teraba bila di palpasi didaerah
suora pubis.

Menentukan Cairan di Peritoneum


Cara Fluktuasi:
- Klien tidur terlentang, pemeriksa dibantu oleh seseorang yang
akan menekan bagian tengah abdomen sepanjang muskulus
rektus abdominis.
- Pemeriksa menekan perut dari kiri hingga cairan mengalir
kekanan melalui celah yang sempit
- Tangan kanan pemrikda dan merasakan aliran tadi sebaliknya.
-

PEMERIKSAAN DADA&PUNGGUNG
Prosedur Perhatikan bentuk tulang belakang, observasi klien dari samping,
pada posisi berdiri dan kaji lengkung spina, servikal, thorakal dan

lumbal.

Dada Posterior:
Inspeksi dada untuk:
- Deformitas atau asimetris
- Retraksi inpiratori iga
- Peregerakkan dada asimetris
Palpasi dada:
- Area yang lembut (empuk)
Ekspansi thorax:
- Tempatkan kedua tangan pada lateralthorax tepat dibawah
scapula dengan ibu jari pada spinal dan jari dimekarkan, klien
diminta untuk menarik nafas dalam, perhatikan dan rasakan
kesamaan ekspansi thorax.

- Perkusi dada pada setiap level dikedua sisi dengan sistematika


sebagai berikut:

Auskultasi bunyi napas dengan mengikuti sistematika seperti diatas


- Evaluasi bunyi napas
- Kajia danya bunyi napas tambahan
- Kaji vocal fremitus apabila terdengar bunyi bronchial di area
lain
- Posisi duduk agak membungkuk, suruh klien menyebut “99”
dan “ee”.
-
PERKUSI GINJAL
- klien dalam posisi telungkup atau duduk
- perkusi dilakukan dari arah belakang, karena ginjal berada di
daerah belakang
- letakan tangan kiri diatas CVA dan lakukan perkusi
menggunakan kepalan tangan untuk mengevaluasi nyeri tekan
pada ginjal.

Pemeriksaan Ekstremitas
Persiapan Alat 1. Pita ukur
2. Goniometer
Prosedur Langkah-langkah :
1. Observasi gaya berjalan, cara berdiri dan postur tubuh.
2. Minta klien berjalan pada sebuah garis lurus menjauhi
pemeriksa dan kembali, observasi gerakan ekstermitas
3. Perhatikan cara berjalan klien atau klien berjalan dengan
menyeret-nyeret kaki.
4. Observasi klien dari samping, pada posisi berdiri dan kaji
lengkung spina servikal dan thorakal serta lumbal.
Inspeksi Kulit :
1. Warna dan pigmentasi
(Normal : pigmentasi berwarna merah muda)
Inspeksi Kuku :
1. Warna dasar, ketebalan dan bentuk kuku, tekstur kuku dan
kondisi jaringan sekitar.
(normal : transparan, halus, dan cembung di sekitarny ahalus dan
tanpa inflamasi, sudut kuku normal 160 derajat)
Palpasi kulit :
1. Mengkaji turgor kulit dengan mencubit kulit
2. Menkaji turgor kulit untuk mengkaji edema dengan menekan
kulit selama 5 detik dan lepaskan
Palpasi kuku :
1. Tekan kuat pada dasar kuku dengan ibu jari
(normalnya : warna putih kembali dalam 2-3 detik)
RENTANG GERAK
SENDI
Persiapan Alat Goniometer
Prosedur 1. Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing
kelompok sendi otot yang berhubungan
2. Gerakan tulang belakang menekuk ke depan pada pinggang
3. Menekuk ke belakang
4. Menekuk ke tiap sisi
( fleksi 70-90 derajat
Hiperekstensi 55 derajat
Penekukan lateral 35 derajat
Rotasi 70 derajat ke kiri dank e kanan)
GERAKAN BAHU
1. Abduksi lengan lurus ke atas, aduksi lengan kea rah garis
tengah tubuh. (N : 180 derajat)
2. Abduksi lengan secara horizontal lurus dengan lantai : tarik
lengan ke belakang ke arah tulang belakang dan ke depan
menyilang terhadap dada (N : 45 derajat)
3. Fleksi ke depan atau elevasi dengan lengan lurus (N: Fleksi
180 derajat)
4. Ekstensi ke belakang dengan lengan lurus (N: 60 derajat)
GERAKAN SIKU
1. Ekstensi lengan bawah ke atas terjatuh normal
2. Fleksi lengan bawah ke arah bisep
3. Hiperekstensi lengan di luar batas normalnya
4. Supinasi lengan bawah
5. Pronasi lengan bawah
GERAKAN JARI-JARI
1. Fleksikan jari-jari membentuk sebuah kepalan kemudian
ekstensikan sampai datas
2. Buka jari-jari hingga terpisah
3. Silangkan jari-jari bersamaan
4. Oposisi setiap jari mampu menyentuh ibu jari
GERAKAN PANGGUL
1. Naikkan tungkai dengan lutut berfleksi, berbaring tengkurap,
ekstensikan tungkai lurus ke belakang
2. Abduksi sebagian tungkai yang fleksi kea rah luar
3. Abduksi sebagian tungkai yang fleksi ke arah dalam
4. Fleksi lutut dan ayun kaki menjauhi garis tengah
5. Fleksi lutut dan ayun kaki ke arah tengah
GERAKAN LUTUT
1. Fleksi lutut kea rah betis menyentuh paha
2. Ekstensikan lutut di luar batas normal ekstensinya
3. Putar lutut dan tungkai bawah kea rah garis tengah
GERAKAN TUMIT
1. Dorsifleksikan kaki dengan ibu jari mengarah ke kepala
2. Plantar kaki fleksi degan ibu jari mengarah ke bawah
3. Putar balik kaki menjauh dari garis tengah
4. Putar balik kaki mengarah ke garis tengah
REFLEKS BICEPS
1. Bila posisi duduk, lengan bawah pronasi rileks di atas paha.
Bila posisi terlentang, lengan diteruh di atas bantal, lengan
bawah dan tangan diatas abdomen
2. Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biceps
3. Ketukan hammer diatas ibu jari
REFLEKS TRICEPS 1. Posisikan hamper sama dengan reflex biceps
2. Posisikan pemeriksaan sebaiknya dari arah samping belakang
klien untuk mengamati kontraksi
3. Ketukkan hammer 5cm diatas siku
REFLEKS 1. Posisi klien berbaring dan rileksasi dengan tungkai diluruskan
BABINSKI 2. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai
menimbulkan nyeri
3. Pemeriksaan memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap
pada tempatnya
4. Telapak kaki digores dengan benda berujung agak tajam dari
arah tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari

Anda mungkin juga menyukai