Disusun Oleh:
TRIANA : AK.1.16.052
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
intelektual maupun emosional. Salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi antara lain
yaitu nutrisi. Dimana kebutuhan nutrisi ini sangat penting untuk mencegah
Salah satu masalah yang akan muncul dikarenakan oleh faktor nutrisi adalah
stunting. Stunting atau kerdil adalah kondisi gagal tumbuh pada bayi yaitu usia 0-11
bulan dan anak balita 0-5 tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kekurangan gizi kronis
terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga menyebabkan anak tumbuh
lebih pendek dari seharusnya. Sebenarnya kekurangan gizi ini dimulai sejak bayi lahir
Anak yang mengalami stunting akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan
rentan terhadap penyakit, anak dengan stunting akan memiliki tingkat keceerdasan
yang tidak maksimal juga akan beresiko menurunkan tingkat produktivitasnya dimasa
depan.
Stunting terjadi pada masa periode kritis dari proses tumbuh kembang janin.
Saat ini stunting di Indonesia diperkirakan ada 37,2% dari usia anak 0-59 bulan atau
sama dengan 9 juta anak dengan konidis stunting. Kondisi ini berlanjut sampai usia
Beberapa faktor penyebab stunting ini adalah, malnutrisi atau pemberian gizi
yang kurang baik kepada anak. Asupan gizi yang tidak seimbang yang dipengaruhi
oleh perilaku makan ibu dan anak. hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang
kurang terhadap kesehatan gizi sebelum dan masa kehamilan dan juga setelah ibu
melahirkan.
Selain faktor nutrisi atau gizi stunting juga disebabkan oleh keadaan kesehatan
terkait penyakit infeksi. Faktor tidak langsungnya adalah dipengaruhi oleh sanitasi
lingkungan yang tidka baik, ekonimi seperti peresedian pangan yang terbatas, pola
asuh orang tua yang kurnag tepat dan pemanfaatan sarana kesehatan yang rendah.
Stunting merupakan salah satu permasalahn dunia yang harus menjadi perhatian
Banyak studi menunjukan bahwa resiko yang diakibatkan oleh stunting adalah
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu
masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22.2% atau
sekitar 150.8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah
Pada tahun 20017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia
(55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) di afrika. Dari 83.6 juta balita stunting
di Asia, poporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (57.7%) dan proporsi paling
Riskesdas 2018 menunjuk adanya perbaikan pada status gizi buruk dan kurang
balita di Indonesia yaitu 19.6% (Riskesdas 2013) mejadi 17.7% (Riskesdas 2018).
Maka dapat dikatakan bahwa proporsi stunting di Indonesia karena kurang gizi kronik
menurun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8% (Riskesdas 2018).tetapi angka
penurunan ini tidaklah cukup, karena jika dilihat dari target WHO masih jauh dari
termasuk penelitian yang dilakukan oleh M. Irfan Hadi dkk pada penelitiannya
mengatakan bahwa stunting dipengaruhi oleh tingkat asupan energy, riwayat durasi
penyakit infeksi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendapatan
keluarga.
kecamatan Compreng kabupaten Subang, didapatan data sekitar 150 balita usia 5 tahun
stunting maka peneliti melakukan studi banding dengan UPTD Puskesmas Compreng.
Dari hasil studi banding tersebut didapatkan bahwa UPTD Puskesmas Jatireja lebih
tinggi angka kejadian stunting dari pada UPTD Compreng. Menurut petugas
PUSKESMAS JATIREJA”.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apakah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian stunting pada balita. Di
1.3.Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan status
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan status gizi dengan stunting pad balita
pada balita.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1.1. Definisi
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang
berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun.
yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan
bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak
harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta mulai tumbuh
kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah dasar.
Perkembangan pada setiap aspek memiliki tingkat dan kecepatan yang berbeda-
aspek perkembangannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama
lain.
interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagain atau
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
1. Masa Perkembangan
Munorang tuar (1985), ditinjau dari sudut psikologi anak dibagi antara
lain:
b. Masa anak awal atau masa kanak-kanak, yaitu permulaan tahun ketiga
sampai usia 6 tahun. Masa ini disebut pula masa anak prasekolah.
c. Masa anak lanjut atau masa anak sekolah, yaitu dari usia 6-12 tahun
atau 13 tahun, masa ini disebut pula masa anak usia sekolah dasar
Hurlock (1990), membagi periodisasi masa anak menjadi dua, yaitu : early
childhood pada usia 2-6 tahun dan late childhood pada usia 6 -12 tahun,
sedangkan usia 0-1 tahun merupakan masa bayi, dimana pada masing-masing
orang dewasa. Lebih lanjut lagi Havighust (dalam Kasiram, 1994), membagi
masa anak menjadi dua juga, yaitu : 1-6 tahun sebagai masa kanan biologis
pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat
lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak
Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami
perkembangan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-
jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis,
orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan
buruk.
diperhatikan. Entah itu saat dia mulai bisa tersenyum, tertawa, merangkak,
diprediksi polanya.
Bayi yang berusia 0-3 bulan sudah mulai dapat beraksi terhadap
porang tuangan dan suara. Untuk beberapa detik, bayi sudah mulai bisa
melihat dan menata, bahkan memberikan respon jika diajak bicara atau
mereka juga sudah mulai dapat mengenali orang-orang yang sering dilihat
sepenuhnya berada pada orang tua. Pada saat ini, yang terpenting baginya
mulai terbentuk..
ataupun bernyanyi untuknya. Cara lain yang bisa Orang tua lakukan adalah
bermain si kecil di depan kaca. Rene mengatakan, Cara ini tak hanya dapat
memberinya porang tuangan yang lebih baik tentang dirinya tapi juga
dilihatnya di cermin.
Pada usia 6-9 bulan, bayi yang diasuh dengan penuh cinta dan kasih
sayang yang konsisten sudah memiliki ikatan sosial emosi yang kuat
dua yaitu, orang yang disukainya atau orang asing. Karena itu, ia pun
terbangun di malam hari, beberapa bayi pada usia ini berusaha mengatasi
disukai atau bahkan jarinya sendiri. Menginjak usia 8 bulan ke atas, bayi
menemukannya.
Pada usia 9-12 bulan, rasa takut terhadap orang asing dan kelekatan
terhadap orang-orang yang memiliki arti khusus buatnya masih akan terus
semakin kompleks. Interaksi sosialnya pun makin berkembang. Hal ini ini
lain.
Pada usia 13-15 bulan, begitu banyak hal baru yang mulai
satu hal baru yang mulai dilakukan anak pada usia di atas 1 tahun ialah
maksimal 18 bulan.
berjalan sedikit demi sedikit. Namun jangan terkejut bila salah satu
implikasi dari proses ini anak akan sangat sulit digendong, dipangku atau
ditahan di satu tempat. Hal ini wajar, karena ia baru saja merasakan
bagian dari proses belajar berjalan itu sendiri. Bersabarlah dan sediakan
barunya.
bahkan bulan, maka kepercayaan diri dan kemapanan anak pun semakin
bertambah tiap harinya. Biasanya pada usia ini anak mulai senang
memindahkan objek dari satu tempat ke tempat lain, sepertinya mereka
dalam menjelajah bisa saja melebihi kemampuannya, jadi orang tua perlu
pada usia ini anak menyukai pekerjaan tangan berupa memasukkan dan
menara kecil dari 2-3 kotak kecil kemudian meruntuhkannya. Anak sedang
Memasuki usia 16-18 bulan tentunya akan ada hal-hal baru yang
dialami dan dipelajari oleh anak. Anak pada usia ini, rasa ingin tahunya
sangat besar. Umumnya mereka akan merebut benda apa saja yang ada di
untuk berjalan sambil membawa beban. Begitu pula jika anak sudah yakin
dia bisa memanjat ke atas sofa, ia akan berusaha memanjat ke kursi atau
meja yang letaknya lebih tinggi. Jika ambisi petualangannya ini tidak
pada usia ini pula Orang tua dapat mulai melatihnya membedakan fungsi
tangan kanan dan kiri. Yang perlu diingat, orangtua jangan terlalu keras
kalaupun anak Orang tua ternyata kidal dan lebih nyaman menggunakan
tangan kiri. Atas, bawah, depan, belakang, di luar, atau di dalam, anak
akan mulai belajar hal-hal ini sekitar usia ini. Untuk semakin
tenang.
demi sedikit tersandung dan jatuh. Yang penting Orang tua menyediakan
tempat yang cukup nyaman dan aman baginya untuk berlari ke sana
garis vertical dan horizontal, juga lingkaran. Meski terlihat sebagai bentuk-
bentuk sederhana, namun hal ini juga memiliki pengaruh baik bagi
kerja motorik halus, serta koordinasi mata dan tangan, serta melatih
imajinasi anak.
mendukung hobi baru anak ini, akan tetapi masalahnya seringkali anak
sangat suka mencorat-coret tembok dan wajar saja bila orang tua merasa
sediakan kertas, kanvas atau white board sebagai gantinya. Atau juga bisa
memanjat dan menguji keseimbangan tubuh. Meski hal ini pasti membuat
secara fisik.
cekatan, dia akan belajar berpakaian sendiri, dan dia akan siap untuk Toilet
Orang tua dapat menyediakan berbagai mainan dengan bahan empuk yang
Lebih jauh lagi, bukan hanya jari-jarinya yang akan terlatih. Seluruh
dan mental anak. Misalnya saat akan menyusun balok menjadi suatu
Biasanya dia akan mulai dengan mencoba menepis tangan orang tuanya
dia akan menghabiskan waktu lebih lama. Perhatikan cara anak saat
tua juga sebenarnya), pilih pakaian yang relatif lebih sederhana dan
mudah, misalnya dengan kancing yang besar dan tidak terlalu banyak, atau
dengan retsleting
Sebetulnya tidak ada patokan umur bagi seorang anak harus mulai
menjadi usia yang ideal untuk mencoba mengajari anak mengontrol BAB
dan BAK-nya, serta belajar menggunakan toilet untuk buang air. Jangan
imitasi. Biarkan anak mengamati orang tua saat ke kamar mandi dan
organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon dll), dan perubahan-
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2-6 tahun, masa
cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun. Pada usia 6
tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali berat pada waktu lahir.
makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan
anak mencapai usia TK, mereka sudah harus dapat mandi dan berpakaian
sendiri, mengikat tali sepatu dan menyisir rambut dengan sedikit bantuan
atau tanpa bantuan sama sekali. Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar
gerakan kaki. Antar usia 3-4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda
tiga dan berenang. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak adalah
lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar,
sepatu roda, bermain sepatu es, menari. Usia 5 atau 6 tahun anak belajar
ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu
persoalan. Menurut teori Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada
egosentris, centralized atau terpusat pada satu dimensi saja, serta cara
dipengaruhi Teori Belajar sosial, yakni anak belajar bahasa dengan model-
Erikso, anak usia ini berada pada tahap perkembangan otonomi vs rasa
tinggi dibanding dengan anak yang kurang populer. Anak yang populer
terlibat dalam hubungan dengan teman sebaya yang lebih kompleks, dan
tentang gender yang salah, seperti anak perempuan tidak boleh menjadi
polisi. Pada tahap inilah orang tua mempunyai peran penting untuk
Adapun tugas perkembangan pada masa anak-kanak awal ini antara lain:
1. Belajar berjalan
1. Faktor internal
b. Keluarg
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelainan genetik
f. Kelainan kromosom
2. Faktor eksternal
b. Faktor persalinan
c. Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, dan asfiksia dapat
d. Pasca natal
Menurut Drs. Joko Pekik Irianto M.Kes. didalam bukunya Panduan Gizi
Lengkap Keluarga dan Olahragawan (2007: 2), istilah gizi berasal dari bahasa arab
“ giza” yang berarti zat makanan. Didalam bahasa inggris dikenal dengan istilah
nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan ilmu gizi.
timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung,
akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi
Pangan dan Gizi nasional , penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan
yang kurang tetapi juga karena penyakit. Balita yang mendapat makanan yang baik
tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian
pada Balita yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik
fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
seluruh keluarga.
makin baik pola pengasuhan Balita dan keluarga makin banyak memanfaatkan
pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan
pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan.
Masalah kesehatan yang biasa terjadi pada anak yang berhubungan dengan masalah
Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan,
menganggap ini perlu), anak harus pula diberi dan dibiasakan menyantap
makanan yang mengandung banyak besi. Sementara itu, sebagian susu diganti
dengan air atau air jeruk. Meski tidak mengandung besi, air jeruk kaya akan
2. Penyakit Kronis
anak. Di samping itu, ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan
vitaminA.
Jika tidak tertasi, berat badan berlebih (apalagi jika telah mencapai obesitas)
akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti orang dewasa,
yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga, atau
kembali normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan
4. Pica
menyantap zat toksik. Pica harus dibedakan dengan “kebiasaan‟ anak, terutama
menggunakan mulut untuk belajar, misal menggigiti kelereng, dan ini bukan
pica.
5. Televisi
dampak tayangnya, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak. Pemirsa anak
yang belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika
menyukai, misalkan keripik kentang, permen, atau makanan lain yang “tak
bergizi” yang iklannya dibintangi oleh sebaya mereka. Iklan makanan anak
bergizi jarang sekali ditayangkan. Hal ini sulit sekali diatasi. Satu-satunya cara
menayangkan iklan ketika iklan yang tidak diinginkan itu tampil di layar TV.
7. Alergi
tidak jarang terlihat pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka
yang memiliki riwayat keluarga sebagai penderita alergi. Angka kejadian ini
akan terus meningkat sama seperti kasus alergi lain semisal atopic atau asma.
Bergantung pada jenis makanan yang disantap, alergi boleh jadi bersifat
sementara atau bahkan menetap. Alergi yang dipicu oleh susu, kedelai, telur,
dan tepung terigu dapat reda sendiri, sementara yang disebabkan oleh kacang,
ikan dan kerang cenderung menetap. Kebanyakan alergi susu muncul pada
tahun pertama kehidupan ketika anak diperkenalkan pada susu sapi atau susu
formula yang dibuat dari susu sapi. Alergi ini didapat mereda sejalan dengan
anak. Dikalangan penderita dermatitis atopic, angka ini lebih tinggi lagi.
sebagai gangguan kulit (85%), saluran cerna saluran cerna (60%), dan
dapat menikmati telur tanpa khawatir alergi, sementara sisanya (56%) tidak.
yang muncul pada kali pertama menyantap kacang terjadi kurang dari 30 menit
akan semakin berat (40% pada santapan berikutnya). Sementara 20% anak
yang tadinya alergi justru dapat mengunyah kacang dengan aman pada
santapan berikutnya.
2.4.Konsep Stunting
2.4.1. Definisi
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek adalah status
gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi
badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek)
dan severely stunted (sangat pendek). Z-score untuk kategori pendek adalah -3 SD
sampai dengan <-2 SD dan sangat pendek adalah <-3 SD (KEPMENKES RI,
2010, 5).
stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar 50% dan 24%,
dibandingkan anak-anak berusia 0-23 bulan. Temuan tersebut mirip dengan hasil
59 bulan yang ditemukan berada dalam risiko lebih besar pertumbuhan yang
Selain itu, pada usia 3 – 5 tahun atau yang bisa juga disebut usia prasekolah
Ada beberapa alasan mengapa stunting terjadi pada balita. Pada masa balita
kebutuhan gizi lebih besar, dalam kaitannya dengan berat badan, dibandingkan
masa remaja atau dewasa. Kebutuhan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan yang
untuk terjadi pertumbuhan yang gagal lebih besar pada balita, karena
tahun pertama kehidupan dan merupakan cerminan dari efek interaksi antara
diderita anak pada awal kehidupan, pada hal ini stunting, dapat menyebabkan
dapat dinilai dengan berkurangnya kejadian stunting pada anak-anak usia dibawah
2008). Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya,
Hal ini karena sum¬ber daya manusia stunting memiliki kualitas lebih rendah
dibandingkan dengan sumber daya manusia normal (Oktarina dan Sudarti, 2013).
Hasil penelitian dari Bosch, Baqui & Ginneken (2008) mengatakan bahwa
resiko menjadi stunting pada saat remaja bagi anak-anak moderately stunting
adalah 1,64 kali beresiko daripada anak-anak yang tidak stunting sedangkan
resiko menjadi stunting pada masa remaja bagi anak-anak severely stunting adalah
A. Factor – factor
1. Asupan Makan
makanan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya
dalam tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, merupakan contoh
adaptasi pada asupan energi rendah dalam waktu yang lama. Jika
selama masa bayi dan anak usia dini telah secara konsisten ditemukan
penuh semangat dan penuh kegairahan dalam kerja, serta tinggi daya cipta
dan kreatifitasnya, maka sejak anak- anak harus dipersiapkan. Untuk itu
stunting pada balita (Damanik, Ekayanti, & Hariyadi, 2010 dan Asrar,
2. Asupan Protein
tubuh, dan untuk sintesis jaringan baru. Selain itu, protein juga dapat
membentuk antibodi untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi dan
bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh (Trahms & Pipes, 2000).
dan energi yang adekuat. Semua komponen tersebut penting dalam sintesis
dengan energi dan zinc. Zat gizi tersebut penting untuk fungsi normal dari
hampir semua sel dan proses metabolisme, dengan demikian defisit dalam
zat gizi tersebut memiliki banyak efek klinis. Di sub-Sahara Afrika 38%
tersebut, hidup dengan diet dengan asupan protein yang tidak memadai
oleh Stephenson et al. (2010) juga menyebutkan hal yang sama, pada anak
usai 2 – 5 tahun di Kenya dan Nigeria asupan protein yang tidak adekuat
berhubungan dengan kejadian stunting.
4. Penyakit Infeksi
jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari terlalu
daya tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan menjadi
2011).
anak balita yang menderita diare memiliki hubungan positif dengan indeks
status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U). Penelitian lain juga
infeksi seperti diare dan ISPA yang disebabkan oleh sanitasi pangan dan
anak, karena ASI sanggup memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk hidup
(Arisman, 2004).
kekuningan, dan kaya akan antibodi seperti (a) faktor bifidus, (b) SigA,
IgM, IgG, (c) faktor antistafilokokus, (d) laktoferin, (e) laktoperoksidase, (f)
komplemen; C3, C4, (g) interferon, (h) lisozim, (i) protein pengikat B12, (j)
limfosit, (k) magrofag, (l) faktor lipid, asam lemak, dan monogliserida.
sumber energi tapi juga penting untuk perkembangan otak karena molekul
serta infeksi telinga. Secara tidak langsung, ASI juga memberikan efek
terhadap perkembangan psikomotor anak, karena anak yang sakit akan sulit
ASI adalah pembentukan ikatan yang lebih kuat dalam interaksi ibu dan
(Henningham & McGregor, 2008). Risiko menjadi stunting 3,7 kali lebih
tinggi pada balita yang tidak diberi ASI Eksklusif (ASI < 6 bulan)
dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif (≥ 6 bulan) (Hien dan
memberikan efek perlindungan pada bayi baru lahir dan bayi yang tidak
pada baduta.
6. Status Imunisasi
(imunisasi pasif). Dalam hal ini, imunisasi aktif menstimulasi sistem imun
untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang dapat melawan
penyakit tersebut antara lain: TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio, campak,
memperbaiki masalah gizi baru jadi, status imunisasi juga diharapkan akan
memberikan efek positif terhadap status gizi jangka panjang (Yimer, 2000).
menjadi underlying factor dalam kejadian stunting pada anak < 5 tahun.
7. Usia Balita
Masa balita merupak usia paling rawan, karena pada masa ini balita
menjadi kurang gizi. Pada usia prasekolah yaitu usia 2 – 6 tahun, anak
tercermin dalam penurunan nafsu makan, padahal dalam masa ini anak-
anak membutuhkan kalori dan zat gizi yang adekuat untuk memenuhi
dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar
menyatakan pada anak-anak Sudan berusia 6-72 bulan yang berada dalam
kondisi stunting, anak-anak yang berusia 1-2 tahun lebih mungkin untuk
pulih dari stunting. Anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun lebih kecil
2.5.Kerangka Konseptual
BAB III
Metodelogi Penelitian
3.1. Paradigma
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun.
emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang
psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan
bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak
harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta mulai tumbuh
kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah dasar.
sama lain.
maka orang tua atau orang dewasa lainnya dapat mengetahui titik terpenting
1. Faktor internal
b. Keluarg
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelainan genetik
f. Kelainan kromosom
2. Faktor eksternal
d. Pasca natal
Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan (2007: 2), istilah gizi berasal dari
bahasa arab “ giza” yang berarti zat makanan. Didalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering
penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung,
dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional , penyebab kurang gizi dapat
yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan
makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Balita yang mendapat
makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat
menderita kurang gizi. Demikian pada Balita yang makannya tidak cukup
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.
pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan Balita dan keluarga
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya
severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar 50%
dan 24%, dibandingkan anak-anak berusia 0-23 bulan. Temuan tersebut mirip
dengan hasil dari penelitian di Bangladesh, India dan Pakistan dimana anak-
anak berusia 24 – 59 bulan yang ditemukan berada dalam risiko lebih besar
et al., 2009). Selain itu, pada usia 3 – 5 tahun atau yang bisa juga disebut usia
(Brown, 2008).
Ada beberapa alasan mengapa stunting terjadi pada balita. Pada masa
balita kebutuhan gizi lebih besar, dalam kaitannya dengan berat badan,
dibandingkan masa remaja atau dewasa. Kebutuhan gizi yang tinggi untuk
demikian, kesempatan untuk terjadi pertumbuhan yang gagal lebih besar pada
cerminan dari efek interaksi antara kurangnya asupan energi dan asupan gizi
serta infeksi.
untuk mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Cara ilmiah ini merupakan
merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data sesuai
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan
lainnya.
status gizi dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian korelasi adalah
tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait
dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungandan tingkat
#ariabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada,
3.2.Hipotesis penelitian
Dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara status gizi
Dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dengan
status gizi..
1. Status Gizi
nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering
2. Stunting
stunting dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59
itu, pada usia 3 – 5 tahun atau yang bisa juga disebut usia
No Variable Sub variable Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala Ukur
1. Independen Status Gizi Pada masa balita Kuesioner Nutrisi yang 1 = konsumsi
penurunan kecerdasan
(Sudiman, 2008)
3.6.Populasi dan Sample
3.6.1. Populasi
Puskesmas Jatireja
3.6.2. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
1. Uji Validitas
kuesioner.
2. Uji Reliabilitas.
a. Editing
b. Coding
memberikan kode A untuk responden dengan status gizi baik dan kode
c. Entery Data
Disini peneliti melakuakan Entery data jika sudah yakin bahwa data
data.
d. Cleaning
memeriksa apakah ada data yang tidak tepat yang masuk dalam paket
e. Tabulating
Univariat
(Notoatmodjo, 2012).
1. Status Gizi
gizi
2. Stunting
b. Analisis Bivariat
1. http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasa
n%20Stunting-1.pdf
2. https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi
3. http://journal2.unusa.ac.id/index.php/MTPHJ/article/view/649
4. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
5. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Evaluasi%202018%20dan%20Rencana
%20Tindak%20Lanjut%20Penurunan%20Stunting.pdf