Anda di halaman 1dari 11

1

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK II:


PENAMPILAN UMUM, KEPALA, LEHER DAN DADA

1. Pengertian
Proses pemeriksaan fisik untuk mengkaji struktur, fungsi dan kelainan pada kulit, kepala,
leher dan dada.
2. Tujuan
a. Mengkaji penampilan umum dan status mental klien
b. Mengkaji kelainan pada kulit dan kuku
c. Mengkaji bentuk dan kelainan daerah kepala
d. Mengkaji adanya kelainan pada mata dan fungsi penglihatan
e. Mengkaji telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran
f. Mengkaji kesimetrisan struktur nasal dan fungsi penghidu
g. Mengkaji adanya kelainan mulut
h. Mengkaji struktur integritas leher dan sistem limfatik
i. Mengkaji kelaian bentuk dada dan fungsi paru
j. Mengkaji bentuk jantung dan ketidaknormalan denyut jantung
3. Persiapan Alat
a. Stetoskop j. Spidol penanda
b. Spekulum telinga/othoskop k. Arloji dengan jarum penunjuk detik
c. Spekulum hidung l. Surat kabar, buku atau majalah
d. Spatel lidah m. Kasa secukupnya
e. Senter kecil/ pen light n. Kayu putih
f. Senter kepala o. Sarung tangan
g. Garputala 512 Hz p. Lampu penerang (lampu sorot)
h. Bagan Snellen q. Baki beralas
i. Ishihara r. Sampiran (scherm)
1. Penggaris dalam sentimeter
4. Prosedur Kerja
Penampilan dan Status Mental
1. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri dan verifikasi identitas klien. Jelaskan
kepada klien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu dan bagaimana klien dapat
berpartisipasi. Diskusikan hasil dan jelaskan hasil pemeriksaan akan digunakan dalam
perencanaan perawatan lebih lanjut.
2. Melakukan kebersihan tangan dan prosedur pencegahan infeksi.
3. Menjaga privasi klien (pasang sampiran/scherm)
4. Amati tanda-tanda distress baik melalui postur maupun ekspresi wajah.
5. Amati tubuh klien, tinggi badan, berat badan sesuai dengan usia, gaya hidup, dan
kesehatan (normal: tubuh proporsional)
6. Amati postur dan gaya berjalan klien termasuk berdiri dan duduk ( Normal: relaks; postur
tegak; gerakan terkoordinasi, Penyimpangan: tegang, membungkuk, gerakan tidak
terkoordinasi; tremor, gaya berjalan tidak seimbang)
7. Amati kebersihan klien secara keseluruhan.
8. Catat bau badan dan bau napas (normal: tidak ada bau badan; tidak ada bau napas,
Abnormal: badan bau busuk; bau amonia; napas bau aseton; nafas bau busuk)
9. Catat tanda-tanda gangguan kesehatan atau penyakit (misalnya, warna kulit atau
pernapasan).
10. Inspeksi sikap klien (Normal: kooperatif, mampu mengikuti petunjuk, ada penyimpangan
jika klien menarik diri; cemas)
11. Catat perubahan suasana hati/mood dengan menilai respon klien.
12. Dengarkan kuantitas bicara klien (jumlah dan kecepatan), kualitas (intonasi, kejelasan) dan
relevansinya dengan pikiran (Normal: berpikir logis; masuk akal; realistis, ada
penyimpangan jika pembicaraan tidak logis; flight of ideas; kebingungan)
2

Pemeriksaan Kulit
1. Periksa warna kulit (sebaiknya dikaji di bawah cahaya alami dan tidak terkena sinar
matahari langsung). (abnormal: pucat, sianosis, ikterus, eritema)
2. Inspeksi keseragaman warna kulit. (normal: seragam kecuali daerah terkena sinar
matahari, Abnormal: hiperpigmentasi atau hipopigmentasi)
3. Inspeksi dan palpasi adanya edema, jika ada (yaitu, lokasi, warna, suhu, bentuk, dan sejauh
mana kulit tetap edema saat ditekan oleh jari). (Perhatikan skala edema)

4. Inspeksi dan palpasi lesi pada kulit.


 Pakai sarung tangan jika lesi terbuka.
 Palpasi lesi untuk menentukan bentuk dan tekstur.
 Jelaskan lesi menurut lokasi, distribusi, warna, konfigurasi, ukuran, bentuk, jenis, atau
struktur.
 Setelah selesai lepas sarung tangan dan lakukan kebersihan tangan.
5. Amati dan palpasi kelembaban kulit.
6. Palpasi suhu kulit bandingkan pada kedua kaki dan kedua tangan, gunakan punggung jari.
7. Catat turgor kulit (elastisitas) dengan mencubit kulit pada ekstremitas atau pada tulang
dada).
8. Lepas sarung tangan dan lakukan kebersihan tangan.
Pemeriksaan Kuku
1. Inspeksi bentuk kuku untuk menentukan sudut kelengkungan (normal: sudut kelengkungan
sekitar 160 °, abnormal: >180 °/clubbing)
2. Inspeksi tekstur kuku (normal: tekstur halus, abnormal: tebal/tipis berlebih atau adanya
alur; perubahan warna)
3. Inspeksi warna kuku (normal: merah muda, klien berkulit gelap mungkin memiliki
pigmentasi coklat atau hitam pada garis membujur, abnormal: kebiruan (sianosis); pucat
(gangguan sirkulasi)

4. Inspeksi jaringan kuku sekitarnya. (Normal: epidermis utuh, Abnormal hangnails;


paronychia/adanya peradangan)
5. Lakukan tes pengisian kapiler (Capillary Refill Time/CRT). Tekan kuku antara ibu jari dan
telunjuk sampai dengan blanching dari dari warna pink. Lakukan setidaknya satu kali pada
setiap tangan dan kaki. (Normal: kembali <2 detik, Abnormal: kembali lambat yang
menandakan penurunan sirkulasi).
Pemeriksaan Kepala
1. Atur posisi klien duduk atau berdiri
2. Inspeksi untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, keadaan kulit kepala (adanya lesi kulit
kepala), kebersihan rambut dan kulit kepala, warna rambut, tekstur dan distribusi rambut.
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan (jika perlu)
4. Palpasi untuk mengetahui adanya pembengkakan, jaringan parut, nyeri tekan di kepala
(Normal bentuk kepala mesosefalik: lebar frotooksipital=bitemporal, atau bentuk
dolisefalik: lebar frotooksipital>bitemporal. Abnormal bentuk kepala: Hidrosefalus,
3

ukuran kranium membesar, dahi menonjol dan bola mata tenggelam atau Mikrosefal:
ukuran kranium kecil dengan wajah mongolid)
Pemeriksaan Mata

Pergerakan Bola Mata


1. Anjurkan klien memandang lurus ke depan, catat adanya kelainan nistagmus (pergerakan
involunter).
2. Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : eksoptalmus (bola mata menonjol
keluar), strabismus (kelainan posisi bola mata/mengalami deviasi).
3. Bedakan antara bola mata kanan dan kiri
4. Pemeriksaan enam arah gerakan bola mata untuk menentukan keselarasan dan koordinasi.
a. Pemeriksa berdiri di depan klien
b. Minta klien untuk melihat dan mengikuti gerakan senter pada jarak 30 cm di depan
mata klien.
c. Pindahkan senter dengan lambat dari tengah secara teratur pada enam arah dan kembali
ke tengah.

d. Menghentikan gerakan senter secara berkala sehingga nystagmus yang dapat


terdeteksi.
(normal: kedua mata terkoordinasi, bergerak serempak)
Kelopak Mata
1. Minta klien untuk melihat lurus ke depan
2. Amati kelopak mata kiri dan kanan, amati posisi, warna kelopak mata, karateristik
permukaan kelopak mata dan pinggiran kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis
(kelumpuhan saraf kranial III), lagoftalmos (kelopak mata tidak menutup), blefaritis
(radang kelopak mata), hordeolum (bintitan), edema kelopak mata.
3. Amati distribusi rambut pada kelopak mata dan arah lengkung bulu mata
4. Amati kelopak mata bawah, minta klien membuka kelopak mata.
Konjungtiva, Sclera dan Kornea
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan (jika perlu)
2. Beritahu klien melihat lurus ke depan
3. Tarik ke bawah kelopak mata dengan ibu jari, amati konjungtiva dan catat adanya
4

kelainan: anemia / pucat (Normal: tidak anemis).


4. Amati sclera, catat adanya kelainan: ikterus, vaskularisasi, lesi/benjolan (Normal: putih).
5. Amati kornea, catat adanya kelainan: kekeruhan (Normal: hitam transparan dan jernih).
6. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan gulungan kapas steril (Normal: tidak berkedip
kerika kornea disentuh)
Pupil
1. Atur pencahayaan menjadi sedikit redup
2. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak
3. Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan pupil dan reaksi terhadap cahaya
4. Uji reflek pupil dengan menggunakan senter kecil/pen light, senter mata dari arah lateral
ke medial, amati kontriksi pupil, bandingkan kanan dan kiri (Normal : reflek pupil baik)

Ketajaman penglihatan
1. Pastikan penerangan cukup
2. Pemeriksaan pertama, minta klien untuk membaca surat kabar atau majalah dengan suara
lantang (perhatikan jarak membaca)
3. Minta klien untuk menggunakan kaca mata dengan lensa korektif (jika diperlukan)
4. Pemeriksaan kedua, siapkan alat : bagan snellen letakkan dengan jarak 6 meter dari klien.
5. Atur posisi klien duduk/atau berdiri, beritahu klien untuk menebak hurup yang ditunjuk
pemeriksa.
6. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan alat, klien diminta menutup salah satu mata.
7. Kemudian minta klien untuk menebak hurup mulai dari huruf paling besar ke paling kecil.
8. Tentukan ketajaman penglihatan klien
(Ketajaman penglihatan klien digambarkan 6/x dimana jarak klien dan kartu sellen adalah
6 meter dan hasil dari pemeriksaan terhadap klien =x
Misal, jika x=12 maka ketajaman penglihatan klien adalah 6/12, artinya klien hanya dapat
membaca pada jarak 6 meter sementara rata-rata orang lain dapat membaca pada jarak 12
meter)
Pemeriksaan Buta Warna
1. Pastikan penerangan cukup
2. Siapkan alat: ishihara
3. Minta klien untuk menyebutkan gambar/angka yang tertera pada kartu ishihara
Pemeriksaan Lapang Pandang /Bidang visual perifer
1. Posisikan pemeriksa berdiri di depan klien dengan jarak 60 cm.
2. Tutup mata kanan klien dan mata kiri untuk pemeriksa
3. Minta klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pandangan pada satu titik
4. Gerakan jari pada 4 arah (Normal bidang visual perifer/lapang pandang: Lateral 90°,
Superior 50°, Inferior 70 °, Medial 50 ° dari titik pusat visual)
5. Minta klien untuk memberitahu ketika jari pemeriksa sudah terlihat
6. Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri klien dengan prosedur berlawanan

Pemeriksaan Telinga
1. Atur posisi klien duduk
5

2. Pemeriksa berdiri di sebelah sisi klien, amati daun telinga dan catat : bentuk, adanya lesi
atau bejolan.
3. Tarik daun telinga ke belakang dan ke atas, amati lubang telinga luar, catat adanya: lesi,
cerumen, dan cairan yang keluar.

4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.
5. Masukkan spekulum telinga, dengan lampu kepala/othoskop amati lubang telinga dan catat
adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang, perdarahan.
6. Lakukan pada sisi telinga yang lain.
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Uji nada suara normal
1. Pemeriksa di belakang klien dengan jarak 4-6 meter
2. Bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup
3. Bisikkan suatu bilangan
4. Beritahu klien untuk mengulangi bilangan tersebut
5. Bandingkan dengan telinga kiri dan kanan
 Uji detik arloji
1. Pegang arloji disamping telinga klien 2-3 cm
2. Beritahu klien menyatakan apakah mendengar arloji atau tidak
3. Kemudian jauhkan, sampai klien tidak mendengar (normal : masih terdengar pada jarak
12,5 – 37,5 cm)
4. Lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan
Test garputala
 Rinne test
1. Pemeriksa duduk di sebelah sisi klien
2. Getarkan garputala dengan memegang tangkai garputala dan pukulkan pada telapak
tangan atau buku jari.
3. Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan klien agar memberitahu
atau mengacungkan jari telunjuk bila merasakan getaran dan menurunkannya jika
sudah tidak merasakan getaran
4. Bila klien tidak merasakan getaran, segera dekatkan ujung jari garputala pada lubang
telinga sekitar 1-2 cm, dan anjurkan klien agar memberitahu mendengar suara getaran
atau tidak. (Normal: klien masih mendengar saat ujung garputala didekatkan pada
lubang telinga atau hantaran udara lebih lama dari pada hantaran tulang).
 Weber test
1. Getarkan garputala
2. Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi klien/puncak kepala klien
3. Tanya kepada klien, sebelah mana telinga mendengar lebih keras (lateralisasi
kana/kiri). (Normalnya getaran didengar sama antara kanan dan kiri).
 Scwabach Test
1. Getarkan garputala
2. Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid klien.
3. Kemudian jika klien sudah tidak merasakan getaran, lalu pindahkan pangkal garputala
ke tulang mastoid pemeriksa. (Normalnya, pemeriksa sama-sama tidak merasakan
getaran. Jika pemeriksa masih merasakan getaran berarti hantaran tulang klien
memendek),
6

Pemeriksaan Hidung dan Sinus


Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar
1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan jika perlu
2. Pemeriksa duduk dihadapan klien
3. Atur penerangan
4. Amati bentuk hidung dan hidung bagian luar, catat : kesimetrisan, adanya benjolan, tanda
radang.
5. Amati kesimetrisan lubang hidung
6. Observasi rabas, catat: karateristik, warna rabas seperti sekret atau darah jika ada
7. Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri
8. Kaji mobilitas septum
Inspeksi hidung bagian dalam
1. Pemeriksa duduk dihadapan klien
2. Pakai lampu kepala dan elevasikan ujung hidung dengan jari
3. Amati lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung,
keadaan septum nasi.
4. Masukkan spekulum hidung, amati lubang hidung bagian dalam, catat : benjolan, tanda
radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.
Pemeriksaan fungsi penghidu
1. Mata klien dipejamkan
2. Salah satu lubang hidung ditekan
3. Gunakan bahan yang mudah dikenali, dekatkan ke lubang hidung dan minta klien untuk
menebaknya
4. Lakukan pada ke dua sisi
Pemeriksaan Mulut
1. Klien duduk berhadapan dengan pemeriksa
2. Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan, sumbing
3. Buka mulut klien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa
4. Amati gigi, catat : kebersihan gisi, karies gigi, gigi berlubang, gigi palsu.
5. Minta klien menjuliurkan lidah, catat : kesimetrisan, warna, lesi.
6. Tekan lidah dengan sudip lidah, minta klien berkata “ Ah “, amati uvula, catat :
kesimetrisan dan tanda radang.
7. Amati tonsil, catat : pembesaran dan tanda radang tonsil.
Pemeriksan Leher
1. Posisikan pemeriksa dihadapan klien dan buat klien merasa relaks dengan sedikit
menunduk atau menghadap ke sisi yang akan diperiksa untuk melemaskan jaringan otot
2. Gunakan bantalan jari untuk mempalpasi masing-masig jaringan limfe
3. Kaji setiap nodus dengan urutan sebagai berikut
 Nodus oksipital pada dasar tengkorak.
 Nodus postaurikular di atas mastoid.
 Nodus preaurikular tepat di depan tragus.
 Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
 Nodus submental beberapa cm di belakang ujung mandibula, di bawah dagu. '
 Nodus submaksilaris pada garis tengah rahang bawah, pertengahan antara sudut rahang
dan ujung mandibula.
7

 Nodus servikalis superfisialis, sisi anterior otot sternokleidomastoideus.


 Nodus servikal posterior, sepanjang sisi anterior otot trapezius.
 Nodus supraklavikular, pada sudut antara klavikula dan otot stemokleidomastoideus.
Pemeriksaan Kelenjar Tyroid
Inspeksi :
1. Minta klien tengadah sedikit, telan ludah, catat : bentuk dan kesimetrisan
2. Minta klien duduk dan pemeriksa di belakang, jari tengah dan telunjuk ke dua tangan
ditempatkan pada ke dua istmus, palpasi sepanjang trachea mulai dari tulang krokoid dan
ke samping, catat : adanya benjolan ; konsidstensi, bentuk, ukuran.
3. Tempatkan sisi bell stetoskop pada kelenjar tyroid, catat : adanya bising (normal: tidak
terdapat)
Pemeriksaan Trakhea
Pemeriksa disamping kanan klien, tempelkan jari tengah pada bagian bawah trachea, palpasi
ke atas dan ke samping, catat : letak trachea, kesimetrisan (Normalnya : simetris di tengah).

Pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure/Tekanan Vena Jugular)


1. Inspeksi distensi vena jugular, posisikan klien berbaring setengah duduk (15-45o).
(normalnya : tidak terlihat).
2. Jika distensi jugular terlihat, atur posisi klien berbaring setengah duduk, tentukan titik nol
(titik setinggi manubrium sternum) dengan meletakkan penggaris diatasnya, tentukan
tinggi vena jugular internal dengan penggaris (normal: tidak lebih dari 4 cm)
8

Pemeriksaan Paru

Inspeksi
1. Lepas pakaian klien hingga sebatas pinggang
2. Posisi klien dapat duduk dan atau berbaring
3. Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada
4. Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada (bentuk dada normal oval, jarak
transfersal lebih panjang daripada jarak AP perbandingan 7:5)
5. Dari arah depan, catat : gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
Gerakan nafas normal:
Simetris 12 – 20x/menit, abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas
dan retraksi interkosta.
Gerakan nafas abnormal :
 Tarchipneu: napas cepat (>20x/menit)
 Bradipne: napas lambat (<12x/menit)
 Cheyne Stokes: napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang.
 Biot: Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur
 Kusmoul: Pernapasan lambat dan dalam
 Hyperpneu: Napas dalam, dengan kecepatan normal
 Apneu: Inspirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek.
Palpasi
1. Atur posisi klien duduk atau berbaring
2. Posisi pemeriksa di depan klien, letakkan kedua tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jari
berada diatas procecus xypoideus dan jari lain direnggangkan ke arah lateral dada, klien
diminta napas dalam, catat : gerak napas simetris atau tidak dan amanti pergerakan kedua
tangan menandakan ekskursi dada (Normal: ekskursi dada 3-5 cm).
3. Posisi pemeriksan di belakang klien, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah
scapula, tentukan: kesimetrisan gerak dada, perhatikan ekskursi dada ke samping dan
bandingkan pergerakan kedua sisi dada.
4. Palpasi Tactile Fremitus dengan meletakkan tangan mulai dari apeks paru sampai ke
bawah dengan pola sistematis, minta klien untuk mengucapkan sembilan-sembilan,
tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri.
5. Lakukan palpasi Tactile Fremitus pada anterior dan posterior dada
9

Perkusi
1. Atur posisi klien terlentang / setengah duduk
2. Gunakan tehnik perkusi untuk dada anterior mulai dari atas klavikula ke bawah pada ruang
interkosta (ICS/Intercosta Space) dengan jarak 4-5 cm mengikuti pola sistematik, dan
bandingkan hasil perkusi sisi kanan dan kiri
3. Untuk dada posterior posisikan klien duduk atau berdiri, lakukukan perkusi mulai dari
apeks sampai ke bawah dan bandingkan hasil perkusi sisi kanan dan kiri.
4. Minta klien tarik nafas panjang kemudian menahannya untuk menentukan pergerakan
diafragma.
5. Lakukan perkusi sepanjang garus skapula sampai ke bawah hingga bunya resonan berubah
menjadi redup
6. Tandai yang memiliki bunyi redup dengan spidol (Tanda I)
7. Minta klien untuk menghembuskan nafas secara maksimal kemudian menahannya.
8. Lanjutkan perkusi dari tanda I ke atas hingga bunyi redup berubah menjadi resonan,
biasanya bunyi redup ke-2 di atas tanda I. Tanda area yang memiliki bunyi redup kedua
(tanda II)
9. Ukur jarak antara tanda I dan II (Jarak normal: Pria 5-6 cm, wanita 3-5 cm)

Auskultasi
1. Gunakan diafragma stetoskop untuk klien dewasa dan bell untuk anak-anak
2. Letakkan stetoskop dengan tegas di area interkosta
3. Minta klien bernafas secara spontan dan dalam dengan mulut sedikit tertutup
4. Mulai auskultasi dengan urutan sistematis
5. Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap titik auskultasi
6. Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan paru, catat :
suara napas dan adanya suara tambahan.
Suara nafas normal:
 Tracheobrobkhial yaitu suara di daerah trachea, seperti meniup besi, inpirasi lebih
keras dan pendek dari ekspirasi.
 Bronkhovesikuler yaitu suara di daerah bronchus (costa 3-4 di atas sternum), inpirasi
seperti vesikuler, ekspirasi seperti tracheobronkhial.
 Vesikuler yaitu suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan ekspirasi tidak terputus.
Suara nafas tambahan
 Ronchi yaitu suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lender atau secret pada
bronchus.
 Rales yaitu berasal dari bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan (seperti
gesekan rambut / meniup dalam air)
 Mengi (wheezing) yaitu suara dengan nada tinggi, bunyi kontinyu panjang karena
penyempitan bronchus dan alveoli.
Pemeriksaan Jantung
Inpeksi dan palpasi
1. Atur posisi klien terlentang dengan pemeriksa di sebelah kanan klien
2. Identifikasi tanda pada dada dengan mempalpasi sudut sternal yang teraba menyerupai
tonjolan datar memanjang pada sternum (Angle of Louis).
3. Gerakkan jari pemeriksa ke bawah di kedua sisi sudut untuk menentukan kosta kedua.
4. Palpasi ruang interkosta ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan ruang interkosta ke-
10

2 kiri untuk area pulmonal.


5. Amati, kemudian palpasi area aorta dan area paru untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi.
6. Palpasi ruang interkosta ke-5 kiri untuk menentukan area trikuspidalis atau area
ventrikular kanan. Amati adanya pulsasi.
7. Dari area trikuspidalis, geser ujung jari secara lateral sekitar 5-7 cm ke garis midklavikula
kiri untuk menentukan area apeks atau titik impuls maksimal (Point of Maximal Impuls
/PMI).
8. Amati dan palpasi area apeks untuk mengkaji pulsasi.
9. Untuk mengkaji pulsasi aorta, amati dan palpasi area epigastrik tepat di bawah ujung
sternum.

Auskultasi
1. Anjurkan klien bernapas secara normal, kemudian minta klien untuk menahan napas saat
ekspirasi.
2. Auskultasi pada keempat area anatomi: aorta, pulmonal, trikuspid, dan apikal (mitral).
3. Jauhkan sumber/kurangi kebisingan ruangan.
4. Jaga klien dalam posisi terlentang dengan kepala ditinggikan 15-45 °.
5. Gunakan stetoskop pada kedua sisi diafragma dan bel untuk mendengarkan semua area.
6. Di setiap area, bedakan suara S1 dan S2 (normal: suara S1 lebih keras terdengan pada area
apical dan suara S2 lebih keras terdengar pada ICS 2)
7. Dengarkan suara di setiap area: bunyi jantung pertama (S1), diikuti oleh sistol, kemudian
bunyi jantung kedua (S2), diikuti diastole. Diantara sistol dan diastole normalnya terdapat
silent interval.
8. Kemudian, periksa kembali jantung saat klien dalam posisi duduk tegak.
9. Kaji frekuensi jantung, yaitu setelah bunyi S1 dan S2 terdengar jelas seperti "lub dup”,
hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut jantung dan hitung selama 1 menit.
11

Anda mungkin juga menyukai