Anda di halaman 1dari 3

Kronologi Aksi (4-5 Juni 2018)

1. Persiapan aksi dimulai sejak pukul 07.30 WIB di fakultas masing-masing.


2. Pukul 08.00 WIB massa aksi mulai berkumpul di Simpang 7 UNNES.
Selanjutnya koordinator aksi beserta mobil agitasi mulai menjemput massa
aksi di masing-masing fakultas.
3. Setelah semua berkumpul, massa aksi mulai bergerak ke depan Gedung
KWU.
4. Ratusan massa aksi yang hendak berjalan menuju Gedung Rektorat,
dihadang oleh pihak satpam dan staff kampus seperti: Wakil Dekan 3 FBS,
Pak Syahrul, Wakil Dekan 3 FE, Pak Kusmuryanto, Wakil Dekan 3 FIS,
Pak Ngabianto, Wakil Dekan 3 FIP, Pak Edy Mulyono, Sekertaris Senat
UNNES, Pak Parmin, dan beberapa orang lainnya.
5. Terjadi negosiasi alot antara massa aksi dan pihak kampus. Dilarangnya
massa aksi masuk disebabkan oleh tuduhan bahwa massa aksi akan
mengganggu ketertiban umum (karena membawa mobil agitasi), serta
tuduhan bahwa massa aksi bukan hanya terdiri dari mahasiswa UNNES
(massa aksi diminta menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa).
6. Pada saat negosiasi sedang berlangsung, terdapat intimidasi berbalut isu
SARA yang dilakukan oleh Pak Parmin terhadap salah satu massa aksi.
Selain itu, terdapat pula intimidasi dengan menunjuk dan sekaligus
mencatat nama beberapa massa aksi.
7. Hingga pukul 10.30 WIB massa aksi masih tertahan di depan gerbang. Pihak
kampus masih bersikukuh menganggap jika membawa mobil agitasi
melanggar SOP. Namun ketika ditanya SOP-nya, pihak kampus tidak dapat
menunjukannya.
8. Pukul 11.00 WIB massa aksi memutuskan masuk ke dalam area kampus
melalui pintu gerbang yang lain. Setelah massa aksi terkonsolidasi kembali
di dalam area kampus, massa aksi mulai bergerak menuju Gedung Rektorat.
9. Sesampainya di depan Gedung Rektorat, massa aksi tertahan dan tidak
diperkenankan masuk oleh pihak keamanan. Namun meski masih jam kerja,
Gedung Rektorat terlihat sepi. Setelah itu muncul kabar bahwa pimpinan
UNNES sedang mengungsi ke Masjid Ulul Albab (MUA).
10. Massa aksi melangsungkan orasi di depan Gedung Rektorat. Sementara
koordinator lapangan, berusaha menemui pimpinan kampus di MUA.
Dalam pertemuan tersebut, Rektor UNNES menolak untuk menemui massa
aksi dan meminta dialog tertutup. Korlap pun kembali ke Gedung Rektorat.
11. Hingga pukul 15.00 WIB, pimpinan kampus masih belum menemui massa
aksi. Alhasil, massa aksi pun terus bertahan di depan Gedung Rektorat.
Ketika massa aksi berusaha masuk ke dalam Gedung Rektorat, dua orang
massa aksi diajak berduel oleh salah satu satpam UNNES.
12. Beberapa dari massa aksi kembali berusahan menjemput pimpinan kampus.
Namun lagi-lagi, Rektor UNNES enggan menemui massa aksi dengan
alasan takut dipermalukan.
13. Pukul 15.30, Humas UNNES, Pak Hendi Pratama, Wakil Dekan 3 FIS, Pak
Ngabianto, serta beberapa pihak keamanan dan kepolisian mendatangi
massa aksi. Saat itu, Pak Hendi hanya menyampaikan bahwa jam kerja telah
selesai dan hendak pamit pulang (padahal SOP-nya jam 16.00 WIB), tanpa
menyinggung sedikit pun tuntutan yang dibawa oleh massa aksi.
14. Massa aksi pun memutuskan untuk tetap bertahan hingga pimpinan kampus
mau menemui massa aksi. Pukul 16.00 WIB, massa aksi melihat Wakil
Rektor 3, Pak Bambang, keluar dari Gedung Rektorat. Sontak massa aksi
pun mengejar Pak Bambang guna mempertanyakan keengganan pimpinan
kampus untuk menemui massa aksi. Naas, massa aksi justru mendapatkan
jawaban yang menunjukan bahwa pimpinan kampus berusaha kabur dari
massa aksi.
15. Massa aksi berusaha masuk ke dalam Gedung Rektorat, namun selalu
dihalangi oleh pihak keamanan kampus. Akhirnya massa aksi sepakat untuk
berbuka puasa dan sekaligus menginap di depan Gedung Rektorat.
16. Lampu di depan Gedung Rektorat sengaja dipadamkan. Massa aksi pun
berusaha menyalakan lilin dan memakai lampu sorot sederhana sebagai
penerangan. Pukul 20.00 WIB acara “Panggung Ekspresi” pun dimulai
dengan serangkaian pembacaan puisi, permainan musik, performance art,
hingga sholawatan bersama. Setelah itu, massa aksi melakukan evaluasi,
konsolidasi, dan tidur di depan Gedung Rektorat dengan alas tikar seadanya.
17. Pukul 06.00 WIB, 7 orang massa aksi melakukan “Aksi Diam” di lapangan
depan Gedung Rektorat, sembari membentangkan spanduk “Tolak Uang
Pangkal”.
18. Pukul 07.00 WIB, “Aksi Diam” bergeser ke depan pintu Gedung Rektorat.
Tak lama berselang, Wakil Dekan 3 FIS, Pak Ngabianto, menghampiri dan
menanyakan identitas massa aksi.
19. Pukul 07.30 WIB, 4 orang massa aksi mulai bergabung. Salah satu massa
aksi melakukan aksi kreatif dan teatrikal dengan merias diri menjadi
pocong. Jumlah massa aksi pun menjadi 11 orang yang menyebar di tiga
titik yang berbeda: 2 orang di lapangan depan Gd. Rektorat, 2 orang di
kedua pilar area dalam Gd. Rektorat, dan 7 orang di samping pintu masuk
Gd. Rektorat. Seluruh massa aksi hanya duduk dan membawa selembar
kertas “Menolak Uang Pangkal”.
20. Beberapa saat kemudian, Rektor UNNES, Pak Fathur, beserta beberapa
jajarannya mulai mendatangi massa aksi. Pak Fathur menanyakan identitas
massa aksi, terutama kepada massa aksi yang tidak menggunakan jaket
almamater. Pak Fathur juga melontarkan pertanyaan seperti; apa agamamu
dan apakah kamu puasa kepada seluruh massa aksi yang tidak semuanya
beragama Islam. Selain itu, Pak Fathur juga menyuruh massa aksi untuk
membaca Istighfar, Syahadat dan sholawat.
21. Pak Fathur beserta jajarannya, juga melakukan tindakan membuka paksa
penutup wajah dan bahkan memindahkan paksa (dengan cara digendong)
massa aksi perempuan yang sedang duduk di lapangan depan Gd. Rektorat.
Tindakan ini berpotensi bentuk dari pelecehan seksual.
22. Selain kepada salah satu massa aksi perempuan, jajaran pimpinan kampus
juga melakukan tindakan memindah-paksa massa aksi yang berpenampilan
menjadi pocong. Setelah menanyakan identitas massa aksi sembari
melontarkan pertanyaan seperti; apakah kamu gak takut jadi pocong dan
apakah kamu gak takut kalo di kontrakan ada pocong, Pak Fathur
memerintahkan ajudannya, Pak Rudi, untuk membawa massa aksi tersebut
ke Mushola. Sempat terjadi insiden tarik-menarik antara massa aksi yang
berusaha mencegah kawannya yang sedang dipindah-paksa ke Mushola
dengan jajaran pimpinan kampus.
23. Seorang massa aksi juga mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan.
Jaket dari massa aksi tersebut ditarik paksa dan tas yang dibawanya pun
coba untuk direbut dengan kasar, tak lama setelah Paf Fathur
memerintahkan ajudannya untuk mencari identitas massa aksi tersebut.
24. Lima orang massa aksi yang tidak menggunakan jaket almamater, diusir
dari tempat aksi. Setelah itu, massa aksi pun tinggal tersisa 4 orang. Dua
orang massa aksi perempuan, diminta untuk menunjukan Kartu Tanda
Mahasiswa. Tak lama berselang, kedua orang massa aksi tersebut juga
diusir dan gawai milik salah satu massa aksi, diambil secara paksa dari
dalam tas.
25. Setelah itu hanya tersisa dua orang massa aksi. Tas dari salah satu massa
aksi yang tersisa, juga berusaha digeledah. Jajaran pimpinan kampus
menyita Al-Qur’an milik salah satu massa aksi dengan tuduhan (fitnah)
bahwa massa aksi tersebut telah menduduki Al-Qur’an di depan banyak
orang. Akibat insiden tersebut kondisi semakin tidak kondusif.
26. Akhirnya dua orang massa aksi diantar oleh dua orang jajaran kampus untuk
pergi dari Gedung Rektorat. Mereka berjalan menuju Gedung PKMU.

Anda mungkin juga menyukai