1. Persiapan aksi dimulai sejak pukul 07.30 WIB di fakultas masing-masing.
2. Pukul 08.00 WIB massa aksi mulai berkumpul di Simpang 7 UNNES. Selanjutnya koordinator aksi beserta mobil agitasi mulai menjemput massa aksi di masing-masing fakultas. 3. Setelah semua berkumpul, massa aksi mulai bergerak ke depan Gedung KWU. 4. Ratusan massa aksi yang hendak berjalan menuju Gedung Rektorat, dihadang oleh pihak satpam dan staff kampus seperti: Wakil Dekan 3 FBS, Pak Syahrul, Wakil Dekan 3 FE, Pak Kusmuryanto, Wakil Dekan 3 FIS, Pak Ngabianto, Wakil Dekan 3 FIP, Pak Edy Mulyono, Sekertaris Senat UNNES, Pak Parmin, dan beberapa orang lainnya. 5. Terjadi negosiasi alot antara massa aksi dan pihak kampus. Dilarangnya massa aksi masuk disebabkan oleh tuduhan bahwa massa aksi akan mengganggu ketertiban umum (karena membawa mobil agitasi), serta tuduhan bahwa massa aksi bukan hanya terdiri dari mahasiswa UNNES (massa aksi diminta menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa). 6. Pada saat negosiasi sedang berlangsung, terdapat intimidasi berbalut isu SARA yang dilakukan oleh Pak Parmin terhadap salah satu massa aksi. Selain itu, terdapat pula intimidasi dengan menunjuk dan sekaligus mencatat nama beberapa massa aksi. 7. Hingga pukul 10.30 WIB massa aksi masih tertahan di depan gerbang. Pihak kampus masih bersikukuh menganggap jika membawa mobil agitasi melanggar SOP. Namun ketika ditanya SOP-nya, pihak kampus tidak dapat menunjukannya. 8. Pukul 11.00 WIB massa aksi memutuskan masuk ke dalam area kampus melalui pintu gerbang yang lain. Setelah massa aksi terkonsolidasi kembali di dalam area kampus, massa aksi mulai bergerak menuju Gedung Rektorat. 9. Sesampainya di depan Gedung Rektorat, massa aksi tertahan dan tidak diperkenankan masuk oleh pihak keamanan. Namun meski masih jam kerja, Gedung Rektorat terlihat sepi. Setelah itu muncul kabar bahwa pimpinan UNNES sedang mengungsi ke Masjid Ulul Albab (MUA). 10. Massa aksi melangsungkan orasi di depan Gedung Rektorat. Sementara koordinator lapangan, berusaha menemui pimpinan kampus di MUA. Dalam pertemuan tersebut, Rektor UNNES menolak untuk menemui massa aksi dan meminta dialog tertutup. Korlap pun kembali ke Gedung Rektorat. 11. Hingga pukul 15.00 WIB, pimpinan kampus masih belum menemui massa aksi. Alhasil, massa aksi pun terus bertahan di depan Gedung Rektorat. Ketika massa aksi berusaha masuk ke dalam Gedung Rektorat, dua orang massa aksi diajak berduel oleh salah satu satpam UNNES. 12. Beberapa dari massa aksi kembali berusahan menjemput pimpinan kampus. Namun lagi-lagi, Rektor UNNES enggan menemui massa aksi dengan alasan takut dipermalukan. 13. Pukul 15.30, Humas UNNES, Pak Hendi Pratama, Wakil Dekan 3 FIS, Pak Ngabianto, serta beberapa pihak keamanan dan kepolisian mendatangi massa aksi. Saat itu, Pak Hendi hanya menyampaikan bahwa jam kerja telah selesai dan hendak pamit pulang (padahal SOP-nya jam 16.00 WIB), tanpa menyinggung sedikit pun tuntutan yang dibawa oleh massa aksi. 14. Massa aksi pun memutuskan untuk tetap bertahan hingga pimpinan kampus mau menemui massa aksi. Pukul 16.00 WIB, massa aksi melihat Wakil Rektor 3, Pak Bambang, keluar dari Gedung Rektorat. Sontak massa aksi pun mengejar Pak Bambang guna mempertanyakan keengganan pimpinan kampus untuk menemui massa aksi. Naas, massa aksi justru mendapatkan jawaban yang menunjukan bahwa pimpinan kampus berusaha kabur dari massa aksi. 15. Massa aksi berusaha masuk ke dalam Gedung Rektorat, namun selalu dihalangi oleh pihak keamanan kampus. Akhirnya massa aksi sepakat untuk berbuka puasa dan sekaligus menginap di depan Gedung Rektorat. 16. Lampu di depan Gedung Rektorat sengaja dipadamkan. Massa aksi pun berusaha menyalakan lilin dan memakai lampu sorot sederhana sebagai penerangan. Pukul 20.00 WIB acara “Panggung Ekspresi” pun dimulai dengan serangkaian pembacaan puisi, permainan musik, performance art, hingga sholawatan bersama. Setelah itu, massa aksi melakukan evaluasi, konsolidasi, dan tidur di depan Gedung Rektorat dengan alas tikar seadanya. 17. Pukul 06.00 WIB, 7 orang massa aksi melakukan “Aksi Diam” di lapangan depan Gedung Rektorat, sembari membentangkan spanduk “Tolak Uang Pangkal”. 18. Pukul 07.00 WIB, “Aksi Diam” bergeser ke depan pintu Gedung Rektorat. Tak lama berselang, Wakil Dekan 3 FIS, Pak Ngabianto, menghampiri dan menanyakan identitas massa aksi. 19. Pukul 07.30 WIB, 4 orang massa aksi mulai bergabung. Salah satu massa aksi melakukan aksi kreatif dan teatrikal dengan merias diri menjadi pocong. Jumlah massa aksi pun menjadi 11 orang yang menyebar di tiga titik yang berbeda: 2 orang di lapangan depan Gd. Rektorat, 2 orang di kedua pilar area dalam Gd. Rektorat, dan 7 orang di samping pintu masuk Gd. Rektorat. Seluruh massa aksi hanya duduk dan membawa selembar kertas “Menolak Uang Pangkal”. 20. Beberapa saat kemudian, Rektor UNNES, Pak Fathur, beserta beberapa jajarannya mulai mendatangi massa aksi. Pak Fathur menanyakan identitas massa aksi, terutama kepada massa aksi yang tidak menggunakan jaket almamater. Pak Fathur juga melontarkan pertanyaan seperti; apa agamamu dan apakah kamu puasa kepada seluruh massa aksi yang tidak semuanya beragama Islam. Selain itu, Pak Fathur juga menyuruh massa aksi untuk membaca Istighfar, Syahadat dan sholawat. 21. Pak Fathur beserta jajarannya, juga melakukan tindakan membuka paksa penutup wajah dan bahkan memindahkan paksa (dengan cara digendong) massa aksi perempuan yang sedang duduk di lapangan depan Gd. Rektorat. Tindakan ini berpotensi bentuk dari pelecehan seksual. 22. Selain kepada salah satu massa aksi perempuan, jajaran pimpinan kampus juga melakukan tindakan memindah-paksa massa aksi yang berpenampilan menjadi pocong. Setelah menanyakan identitas massa aksi sembari melontarkan pertanyaan seperti; apakah kamu gak takut jadi pocong dan apakah kamu gak takut kalo di kontrakan ada pocong, Pak Fathur memerintahkan ajudannya, Pak Rudi, untuk membawa massa aksi tersebut ke Mushola. Sempat terjadi insiden tarik-menarik antara massa aksi yang berusaha mencegah kawannya yang sedang dipindah-paksa ke Mushola dengan jajaran pimpinan kampus. 23. Seorang massa aksi juga mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan. Jaket dari massa aksi tersebut ditarik paksa dan tas yang dibawanya pun coba untuk direbut dengan kasar, tak lama setelah Paf Fathur memerintahkan ajudannya untuk mencari identitas massa aksi tersebut. 24. Lima orang massa aksi yang tidak menggunakan jaket almamater, diusir dari tempat aksi. Setelah itu, massa aksi pun tinggal tersisa 4 orang. Dua orang massa aksi perempuan, diminta untuk menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa. Tak lama berselang, kedua orang massa aksi tersebut juga diusir dan gawai milik salah satu massa aksi, diambil secara paksa dari dalam tas. 25. Setelah itu hanya tersisa dua orang massa aksi. Tas dari salah satu massa aksi yang tersisa, juga berusaha digeledah. Jajaran pimpinan kampus menyita Al-Qur’an milik salah satu massa aksi dengan tuduhan (fitnah) bahwa massa aksi tersebut telah menduduki Al-Qur’an di depan banyak orang. Akibat insiden tersebut kondisi semakin tidak kondusif. 26. Akhirnya dua orang massa aksi diantar oleh dua orang jajaran kampus untuk pergi dari Gedung Rektorat. Mereka berjalan menuju Gedung PKMU.