Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN dari 4 minggu, dan mengalami penyembuhan

Rhinosinusitis kronis adalah suatu total. Sedangkan akut berulang terjadi 4 kali
proses inflamasi yang melibatkan mukosa serangan dalam setahun dan terjadi
hidung dan sinus paranasal yang terjadi lebih penyembuhan total diantara serangan.
dari 12 minggu.1 Subakut terjadi dalam kurun antara 4 sampai
12 minggu dengan penyembuhan total. Dan
Polip nasi adalah kelainan mukosa
kronis terjadi lebih dari 12 minggu.3
hidung dan sinus paranasal berupa massa
Beberapa faktor yang dapat menjadi
lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau
penyebab dari rhinosinusitis kronis seperti
lonjong, berwarna putih keabuan dengan
infeksi bakteri sehingga dapat mengganggu
permukaan licin dan agak bening2. Polip
transpor mukosilier, alergi, pembengkakan
disebabkan oleh inflamasi kronik hidung dan
mukosa oleh karena sebab lain, dan yang jarang
membran mukosa sinus. Inflamasi kronik
karena variasi anatomi pada cavum nasi dan
menyebabkan hiperplasia reaktif membran
sinus paranasal.1
2
mukosa intranasal, sehingga terbentuk polip.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Rhinosinusitis kronis adalah kondisi
biasanya memberikan informasi yang cukup
medis umum yang mempengaruhi sekitar
untuk membuat diagnosis rinosinusitis
11% orang dewasa di Eropa dan sekitar 12%
dengan atau tanpa polip hidung. Dalam
orang dewasa di Amerika Serikat. Prevalensi
beberapa kasus, terutama dalam rhinosinusitis
rinosinusitis kronis dengan polip hidung di
kronis, pencitraan radiologis mungkin
Eropa diperkirakan Prancis 2,1%, Finlandia
diperlukan. Saat ini, CT scan dianggap
4,4%, dan Amerika Serikat 4,2%.2
sebagai gold standar untuk pencitraan sinus.1
Klasifikasi rhinosinusitis terbagi berdasarkan
Pada anamnesis kasus polip keluhan
lamanya gejala yaitu akut, subakut dan
utama biasanya hidung tersumbat. Sumbatan
kronis.3 Dikatakan akut jika terjadi kurang
ini menetap, tidak hilang timbul dan semakin
lama semakin berat. Gejala sumbatan ini maupun bergerombol pada mukosa hidung
dapat disertai dengan keluhan keluar cairan dan sinus paranasal.1
mukopurulen, nyeri wajah atau dahi dan
Peran penting dalam patogenesis RSK
gangguan penciuman (anosmia atau
adalah osteomeatal kompleks, yaitu suatu unit
hiposmia).1,4 Gejala sekunder dapat terjadi
fungsional yang terdiri dari ostium sinus
bila melibatkan organ di dekatnya berupa:
maksilaris, bula ethmoid, ostium sinus
adanya post nasal drip, sakit kepala, suara
etmoid, infundibulum etmoid, hiatus
sengau, gangguan tidur dan penurunan
semilunaris dan meatus media. Kuncinya
kualitas hidup.4 Pemeriksaan fisik dengan
adalah menjaga patensi dari ostium supaya
pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya
tetap terbuka.1
polip sudah dapat dilihat, polip akan terlihat
Gejala dan tanda rhinosinusitis
sebagai massa bening sampai abu-abu pucat,
menurut Task Force dibagi menjadi gejala
berbentuk seperti pear, licin, lunak dan
mayor dan minor. Gejala mayor berupa
mobile.4
hidung tersumbat, discharge hidung, post
Prinsip penatalaksanaan rinosinusitis
nasal drip, penurunan fungsi penghidu, nyeri
meliputi pengobatan dan pencegahan infeksi,
pada wajah dengan atau tidak pada
perbaikan patensi otium sinus, perbaikan
penekanan. Gejala minor berupa nyeri kepala,
mukosilia dan menekan peradangan mukosa
nafas berbau, nyeri pada gigi, rasa lelah, batuk
saluran nafas. Dan tujuan utama pengobatan
dan nyeri pada teliga atau telinga terasa
pada polip adalah menghilangkan keluhan,
penuh. Rhinosinusitis dapat didiagnosis
mencegah komplikasi dan mencegah
dengan 2 gejala mayor atau lebih, dan dengan
rekurensi. Pengobatan polip dapart berupa
1 gejala mayor dan 2 gejala
4
pemberian medikamentosa dan operatif.
minor.4,5
Rinosinusitis kronis disertai dengan Dalam beberapa kasus, terutama
polip hidung adalah suatu penyakit inflamasi dalam rhinosinusitis kronis, pencitraan
yang melibatkan mukosa hidung dan sinus radiologis mungkin diperlukan. Saat ini, CT
paranasal dapat mengenai satu atau lebih scan dianggap sebagai gold standar untuk
mukosa sinus paranasal dan disertai dengan pencitraan sinus.1 Salah satu penyebab
timbulnya masa lunak bertangkai, berwarna rhinosinusitis kronis adalah infeksi gigi.
putih keabu-abuan, jernih, mengandung Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi
cairan yang dapat tumbuh secara tunggal rahang atas terjadi karena infeksi bakteri

1
menyebabkan terjadinya karies profunda Fenomena Bernoulli menyatakan
sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya bahwa udara yang mengalir melalui tempat
rusak. Pada pulpa yang terbuka, kuman akan yang sempit akan menyebabkan tekanan
masuk dan mengadakan pembusukan pada negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang
pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini
Infeksi ini meluas dan mengenai selaput sehingga mengakibatkan edema mukosa dan
periodontium menyebabkan periodontitis dan menyebabkan polip. Fenomena ini
iritasi akan berlangsung lama sehingga menjelaskan mengapa polip banyak berasal
terbentuk pus. Abses periodontal ini dari area yang sempit di infundibulum etmoid,
kemudian dapat meluas dan mencapai tulang hiatus semilunaris dan area lain di meatus
alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang medius.3.7
alveolar membentuk dasar sinus maksila
Pada awal pembentukan polip
sehingga memicu inflamasi mukosa sinus.
ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta
terjadi didaerah meatus medius. Kemudian
abnormalitas sekresi mukus menyebabkan
stroma akan terisi oleh cairan interseluler,
akumulasi cairan dalam sinus sehingga
sehingga mukosa yang sembab akan menjadi
terjadinya sinusitis maksila..
polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa
Polip nasi adalah kelainan mukosa
yang sembab makin membesar dan kemudian
hidung dan sinus paranasal berupa massa
akan turun kedalam rongga hidung sambil
lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau
membentuk tangkai, sehingga terbentuk
lonjong, berwarna putih keabuan dengan
polip.3,7
2
permukaan licin dan agak bening
Klasifikasi dan derajat polip nasi
Sampai sekarang etiologi polip masih
menurut Mackay adalah Derajat 0 : tidak ada
belum diketahui dengan pasti tapi ada 3 faktor
polip, derajat 1: polip terbatas dimeatus media
yang penting dalam terjadinya polip, yaitu
(MM) tidak keluar ke rongga hidung. Tidak
adanya peradangan kronik yang berulang
tampak dengan pemeriksaan rinoskopi
pada mukosa hidung dan sinus, adanya
anterior hanya terlihat dengan pemeriksaan
gangguan keseimbangan vasomotor dan
endoskopi, derajat 2 : polip sudah keluar dari
adanya peningkatan cairan interstitial dan
meatus media dan tampak dirongga hidung
3,7
edema mukosa hidung.
tetapi tidak memenuhi atau menutupi rongga
hidung, derajat 3 : polip sudah memenuhi

2
rongga hidung.7 Pada pasien ini termasuk Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
polip derajat 2. (BSEF) adalah teknik operasi invasif minimal
yang dilakukan pada sinus paranasal dengan
Panduan penatalaksanaan polip
menggunakan endoskop yang bertujuan
hidung yang dibuat oleh Kelompok Studi
memulihkan “mucociliary clearance” dalam
Rinologi PP PERHATI-KL pada tahun 2007,
sinus. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
menganjurkan untuk melakukan reduksi
(BSEF) dapat dilakukan pada rinosinusitis
volume pada polip stadium 2 dan 3,
kronis dengan dan tanpa polip hidung, yang
memberikan terapi steroid oral dosis tinggi
tidak sembuh dengan terapi maksimal
dengan penurunan bertahap dalam waktu 9
medikamentosa, serta sebagai pendekatan
hari, serta steroid intranasal selama 4–12
untuk pengangkatan tumor jinak dan ganas.9
minggu. Panduan ini merupakan modifikasi
Prinsipnya adalah membuka dan
dari panduan penatalaksanaan dari EP3OS
membersihkan daerah kompleks osteomeatal
(European Position Paper on Rhinosinusitis
yang menjadi sumber penyumbatan dan
and Nasal Polyps) yang hanya memberikan
infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus
terapi steroid oral dan steroid intranasal sesuai
dapat lancar kembali melalui ostium alami.9
dengan derajat polip dan keluhan pasien
Keuntungan Bedah Sinus Endoskopik
berdasarkan VAS (visual analogue scale).3
Fungsional (BSEF) yang dapat diperoleh
Reduksi volume polip dengan polipektomi
adalah tidak adanya luka parut di wajah, lama
sederhana endoskopik dianjurkan karena
perawatan di rumah sakit yang lebih singkat
rerata penderita polip hidung yang mencari
dan visualisasi maksimal. 9
pengobatan di Indonesia datang dengan polip
yang berukuran besar yaitu derajat 2 atau 3. Indikasi Bedah Sinus Endoskopik
Selain memperkecil ukuran polip, keuntungan Fungsional (BSEF) terbagi menjadi yaitu
tambahan adalah memperluas area kontak indikasi absolut dan indikasi relatif. Indikasi
mukosa hidung dan meningkatkan absorpsi absolut seperti tumor, komplikasi
steroid intranasal. Penggunaan steroid rhinosinusitis kronis,, ensefalokel, kebocoran
intranasal ditujukan untuk menghindari cairan serebrospinal. Sedangkan indikasi
terjadinya efek samping steroid oral seperti relatif adalah rinosinusitis kronis, nyeri
diabetes melitus, hipertensi, iritasi lambung, kepala disertai dengan nyeri wajah, sinusitis
8
moon face, osteoporosis dan lain-lain. berulang, polip nasal, dan mukokel sinus,
kontrol epistaksis.10

3
RESUME 5. Brook I, Chronic Sinusitis Clinical
Presentation. Diagnostic Criteria.
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan Medscape. 2017. P1-7
6. Arias-I, Barona D, Santos M, Rodríguez
berusia 21 tahun, yang berdasarkan pada
N, and Martínez G, “Meta-analisis of the
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan etiology of odontogenic maxillary
radiologis didiagnosis dengan rinosinusitis sinusitis,” Medicina Oral, Patologia Oral
y Cirugia Bucal, vol. 15, no. 1, pp. e70–
kronis maksilaris dengan polip nasi dekstra. e73, 2010.
Polipektomi dan bedah sinus endoskopi 7. Yaman H, Yilmaz S, Karali E, et.al.
Evaluation and Management of
Fungsional (FESS) dilakukan pada pasien ini. Antrochoanal Polyps. Clin Exp
Otorhinolaryngol 2013;3(2):110-114 8.
Dan dilakukan follow up paska operasi pasien Soetjipto D, Wardhani RS. Sinusitis.
hari pertama sampai hari ketiga. Hari ketiga Guideline Penyakit THT-KL di Indonesia.
Perhimpunan Dokter
pasien boleh rawat jalan dan rencana kontrol Spesialis THT-KL Indonesia. 2015
hari ke 5 paska operasi di poli THTKL. Saat 9. Lund VJ, Stammberger H, Nicolai P,
Castelnuovo. European Position Paper on
kontrol dipoli dilakukan aff tsmpon dan Endoscopic Management of Tumours of
hasilnya baik. the Nose, Paranasal Sinuses and Skull
Base. Rhinol 2010; 22(Suppl):1-143
10. Patel A, Meyers D. Functional
REFERENSI Endoscopic Sinus Surgery. Medscape.
1. Fokkens WJ, et al. European Position 2016. P1-6
Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps
2012. Rhinology Suppl. 2012
March;50(23):1-298
2. Zhang Y, Gevaert E, Lou H, Wang, X,
Zhang L, Bachert C,
& Zhang
N. Chronic rhinosinusitis in Asia.
Journal of Allergy and Clinical
Immunology. 2017. 140(5), 1230 –1239.
3. Busquets JM, Hwang PH. Non polypoid
Rhinosinusitis: Classification,
Diagnosis, and Treatment. In Baley BJ &
Johnson JT, Head & Neck
SurgeryOtolaryngology. 5th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2014.P:
525-534.
4. Mangunkusumo E, Wardani RS. Polip
Hidung. DalamBuku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi 6,.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.
Hal: 123-125

Anda mungkin juga menyukai