Anda di halaman 1dari 24

Smile

Menikmati indahnya saling memberi,,


RABU, 11 MARET 2015

laporan pendahuluan bronkitis

A. DEFINISI
 Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut
disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
 Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu
(Samer Qarah, 2007).
 Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam
setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
 Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama
3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui
tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
 Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis
1. Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah
yang lain.
2. Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk
yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

B. ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.
Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah
rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren
karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan
organisme lain seperti Mycoplasma pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar
5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-
1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan
industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya
adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.


1. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan
dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang.
2. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring.
3. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
4. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar
tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
 Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan.
Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
 Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu Ventilasi
yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

D. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang
lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak
mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,
yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan
bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih
mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan
meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali
sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental
dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis
kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi
seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan
nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi
polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia
akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).

E. TANDA DAN GEJALA


1. Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang
hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
2. Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari
tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi
sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen,
dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (
celluler debris ).
3. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan
kental.
4. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda
payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
5. Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya
sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh
timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang
( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak
nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus.
Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya :
 sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
 sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
 bengek
 lelah
 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
 pipi tampak kemerahan
 sakit kepala
 gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya
merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak
nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama
setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan
area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
2. Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan
derajat disfungsi.
3. TLC : Meningkat.
Volume residu : Meningkat.
4. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
5. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
6. BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus
mukosa.
7. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
8. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

Gambar.1 saluran bronci

G. KOMPLIKASI
1. Bronchitis kronik
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Efusi pleura atau empisema
5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang
arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung
kanan.
9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas
10. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati
dan limpa serta proteinurea.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan
penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan
trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak
diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan
pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan
penggantian antibiotik.
1. Pengelolaan umum
a) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
 Mencegah / menghentikan rokok
 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
 Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat
dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung
jari.
 Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat
mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah penyebaran
kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak
berkelanjutan.
2. Pengelolaan khusus.
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan
Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic
sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap
pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut,
antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic,
sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (
putih jernih) Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala
batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut,
tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini
penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
o Menentukan dari mana asal secret
o Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.

b. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.
1. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <
70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
2. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
3. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai
penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
4. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
5. Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
a) Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon
terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk
operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari
daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.
b) Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi
kor pulmonal kronik dekompensasi.
c) Syarat-ayarat operasi.
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis
kronik.
d) Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi,
yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya
operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat darurat
paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat
dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
e) Persiapan operasi :
- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
- Scanning dan USG
- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Tn M
Umur : 36 tahun
Jenis Kelami : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Nikah : Belum menikah
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Merdeka lr.soak Bato 1 No.931 Rt 02 Rw 03
Identitas Penanggung.
Nama : Tn S
Umur : 40 tahun
Jenis Kelami : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Nikah : sudah menikah
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Hubungan dg pasien : kakak pasien
Alamat : Jl. Merdeka lr.soak Bato 1 No.931 Rt 02 Rw 03

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh batuk-batuk disertai dengan adanya dahak
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Menurut penuturan klien klien mengalami batuk-batuk karena
adanya peningkatan akumulasi secret dengan kualitas batuk dikategorikan sedang batuk
dirasakan pada pagi hari
3. Riwayat Kesehatan dahulu : Menurut penuturan klien sebelumnya klien sebelumnya klien
tidakpernah mengalami penyakit bronchitis dan sebelumnya klien tidak pernah mempunyai
penyaki yang memerlukan perawatan khusus,seperti TBC,asma,dll
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Menurut penuturan klien, diantara semua anggota keluarganya,
tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang dialami klien saat ini.

c. pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : T = 110/80 mmHg
P = 87 x /menit
R= 26 x/menit
S= 36,5 0C
b. Integumen
1. Rambut dan kulit kepala
Warna : Hitam
Kerontokan : Tidak terjadi kerontokan.
Penyebaran : Merata
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
2. Kulit
Warna : hitam
Tekstur : halus
Oedema : Tidak ada
Kebersihan : di kulit bagian kaki ada bekas darah kering
3. Kuku
Warna dasar : transparan
Bentuk : Cembung
Tekstur : halus
cyanosis : tidak ada
sudut : sudut dasar 160
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
c. Kepala
Bentuk : oval
Keadaan : tidak terdapat benjolan
Keluhan : Tidak ada keluhan
Kelainan : tidak ada benjolan
d. Mata
Kesimetrisan : mata kanan dan kiri tampak simetris
Sklera : putih kemerahan
Konjungtiva : pucat
Pergerakan bola mata : dapat digerakan ke segala arah
Reaksi pupil : terjadi miosis ketika terkena cahaya
Fungsi penglihatan : baik, terbukti klien dapat membaca
Kebersihan : bersih,tidak tampak ada kotoran
e. Telinga
Tekstur : halus
Kebersihan : tidak tampak adanya serumen
Kesimetrisan : telinga kanan dan kiri simetris
Fungsi pendengaran : baik,dapat menjawab
f. Hidung
bentuk : kedua lubang hidung tampak simetris
Tekstur : halus
Kebersihan : bersih, tidak tampak ada kotoran
Fungsi penciuman : baik, klien dapat membedakan wangi parfum dan kayu putih

g. Mulut
1. Bibir
Warna : merah muda
Kelembaban : lembab
kebersihan : tidak tampak adanya bekas makanan
stomatitis : tidak ada
2. Gigi
Jumlah : 32 buah
Caries : tidak ada
3. Lidah
Warna : merah muda (tidak ada kelainan)
Pergerakan : dapat digerakan ke segala arah
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
Fungsi pengecapan : dapat membedakan rasa manis permen dan pahit obat
h. Leher
JVP : tidak ada peninggian JVP
KGB : tidak tampak ada pembesaran KGB
Kelenjar thyroid : tidak tampak ada pembesaran
Refleks menelan : klien dapat menelan dengan baik
i. Thorax dan Dada
Kesimetrisan : simetris antara dada kanan dan kiri
Bunyi jantung : reguler
Bunyi paru : ronchi
Kebersihan : bersih, tidak tampak adanya kotoran

j. Abdomen
Bentuk : datar
Warna : sawo matang
Keadaan : normal, tidak tampak adanya lesi dan
benjolan
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Bising Usus : ± 12x /menit
k. Genetalia
Menurut penuturan klien, tidak ada kelainan dan keluhan apapun
l. Ekstremitas
1.Ekstrimitas atas
- tangan kanan : terpasang infus sehingga pergerakan terbatas
- tangan kiri : dapat digerakan ke segala arah
2.Ekstrimitas bawah
- kaki kanan : dapat digerakan dengan leluasa
- kaki kiri : dapat digerakan dengan leluasa

2. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia,
mual muntah.
e) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
f) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
g) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
h) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan dirumah.
3. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN CRITERIA HASIL (NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory status : Airway suction
Ventilation  Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status : tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi Airway patency  Auskultasi suara nafas
atau obstruksi dari saluran  Aspiration Control sebelum dan sesudah
pernafasan untuk suctioning.
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan
jalan nafas.  Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
batuk efektif dan suara  Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : nafas yang bersih, tidak sebelum suction dilakukan.
- Dispneu, Penurunan ada sianosis dan Berikan O2 dengan
suara nafas dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
- Orthopneu mengeluarkan sputum, memfasilitasi suksion
- Cyanosis mampu bernafas dengan nasotrakeal
- Kelainan suara nafas mudah, tidak ada pursed  Gunakan alat yang steril
(rales, wheezing) lips) sitiap melakukan tindakan
- Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan nafas  Anjurkan pasien untuk
- Batuk, tidak efekotif atau yang paten (klien tidak
istirahat dan napas dalam
tidak ada merasa tercekik, irama setelah kateter dikeluarkan
- Mata melebar nafas, frekuensi dari nasotrakeal
- Produksi sputum pernafasan dalam Monitor status oksigen
- Gelisah rentang normal, tidak pasien
- Perubahan frekuensi dan ada
irama nafas
suara 
nafas Ajarkan keluarga bagaimana
abnormal) cara melakukan suksion
 Mampu  Hentikan suksion dan
Faktor-faktor yang mengidentifikasikan
berhubungan: berikan oksigen apabila
dan mencegah factor pasien menunjukkan
- Lingkungan : merokok, yang dapat menghambat
menghirup asap rokok, bradikardi, peningkatan
jalan nafas saturasi O2, dll.
perokok pasif-POK, infeksi
- Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia Airway Management
dinding bronkus, alergi jalan  Buka jalan nafas,
nafas, asma. guanakan teknik chin lift
- Obstruksi jalan nafas : atau jaw thrust bila perlu
spasme jalan nafas, sekresi  Posisikan pasien untuk
tertahan, banyaknya mukus, memaksimalkan ventilasi
adanya jalan nafas buatan,  Identifikasi pasien
sekresi bronkus, adanya perlunya pemasangan alat
eksudat di alveolus, adanya jalan nafas buatan
benda asing di jalan nafas.  Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronkodilator
bila perlu
 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
2 Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
 Respiratory Status : Gas Airway Management
Definisi : Kelebihan atau exchange  Buka jalan nafas,
kekurangan dalam  Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
oksigenasi dan atau ventilation atau jaw thrust bila perlu
pengeluaran karbondioksida Vital Sign Status  Posisikan pasien untuk
di dalam membran kapiler Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
alveoli  Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi perlunya pemasangan alat
Batasan karakteristik : dan oksigenasi yang jalan nafas buatan
 Gangguan penglihatan adekuat  Pasang mayo bila perlu
 Penurunan CO2  Memelihara kebersihan  Lakukan fisioterapi dada
 Takikardi paru paru dan bebas dari jika perlu
 Hiperkapnia tanda tanda distress  Keluarkan sekret dengan
 Keletihan pernafasan batuk atau suction
 somnolen  Mendemonstrasikan  Auskultasi suara nafas,
 Iritabilitas batuk efektif dan suara catat adanya suara
 Hypoxia nafas yang bersih, tidak tambahan
 kebingungan ada sianosis 
dan Lakukan suction pada
 Dyspnoe dyspneu (mampu mayo
 nasal faring mengeluarkan sputum,  Berika bronkodilator bial
 AGD Normal mampu bernafas dengan perlu
 sianosis
mudah, tidak ada pursed Barikan pelembab udara
lips) 
 warna kulit abnormal Atur intake untuk cairan
 Tanda tanda vital dalam mengoptimalkan
(pucat, kehitaman)
rentang normal
 Hipoksemia keseimbangan.
 hiperkarbia  Monitor respirasi dan
 sakit kepala ketika bangun status O2
frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Faktor faktor yang  Catat pergerakan
berhubungan : dada,amati kesimetrisan,
 ketidakseimbangan perfusi penggunaan otot tambahan,
ventilasi retraksi otot supraclavicular
 perubahan membran dan intercostal
kapiler-alveolar  Monitor suara nafas,
seperti dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
 auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
 Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Ventilation  Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratory status : guanakan teknik chin lift
tidak adekuat Airway patency atau jaw thrust bila perlu
 Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan  Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
- Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
udara per menit ada sianosis 
dan Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot dyspneu (mampu Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan mengeluarkan sputum, jika perlu
- Nasal flaring mampu bernafas dengan  Keluarkan sekret dengan
- Dyspnea mudah, tidak ada pursed batuk atau suction
- Orthopnea lips)  Auskultasi suara nafas,
- Perubahan penyimpangan  Menunjukkan jalan nafas
catat adanya suara
dada yang paten (klien tidak tambahan
- Nafas pendek merasa tercekik, irama  Lakukan suction pada
- Assumption of 3-point nafas, frekuensi mayo
position
- Pernafasan pursed-lip
pernafasan 
dalam Berikan bronkodilator
rentang normal, tidak bila perlu
- Tahap ekspirasi ada suara 
nafas Berikan pelembab udara
berlangsung sangat lama abnormal) Kassa basah NaCl Lembab
- Peningkatan diameter  Tanda Tanda vital dalam Atur intake untuk cairan
anterior-posterior rentang normal (tekanan mengoptimalkan
- Pernafasan rata- darah, nadi, pernafasan) keseimbangan.
rata/minimal  Monitor respirasi dan
 Bayi : < 25 atau > 60 status O2
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Terapi Oksigen
 Usia > 14 : < 11 atau > 24  Bersihkan mulut, hidung dan
- Kedalaman pernafasan secret trakea
 Dewasa volume tidalnya 500  Pertahankan jalan nafas yang
ml saat istirahat paten
 Bayi volume tidalnya 6-8  Atur peralatan oksigenasi
ml/Kg  Monitor aliran oksigen
- Timing rasio  Pertahankan posisi pasien
- Penurunan kapasitas vital  Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Faktor yang berhubungan :  Monitor adanya kecemasan
- Hiperventilasi pasien terhadap oksigenasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding
dada Vital sign Monitoring
- Penurunan  Monitor TD, nadi,
energi/kelelahan suhu, dan RR
- Perusakan/pelemahan  Catat adanya
muskulo-skeletal fluktuasi tekanan darah
- Obesitas  Monitor VS saat
- Posisi tubuh pasien berbaring, duduk,
- Kelelahan otot atau berdiri
pernafasan  Auskultasi TD pada
- Hipoventilasi sindrom kedua lengan dan
- Nyeri bandingkan
- Kecemasan  Monitor TD, nadi,
- Disfungsi RR, sebelum, selama, dan
Neuromuskuler setelah aktivitas
- Kerusakan  Monitor kualitas
persepsi/kognitif dari nadi
- Perlukaan pada jaringan  Monitor frekuensi
syaraf tulang belakang dan irama pernapasan
- Imaturitas Neurologis  Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : food Nutrition Management
and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi
cukup untuk keperluan  Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
metabolisme tubuh. berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal sesuai Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
lebih di bawah ideal  Mampu  Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake mengidentifikasi meningkatkan protein dan
makanan yang kurang dari kebutuhan nutrisi vitamin C
RDA (Recomended Daily  Tidak ada tanda tanda  Berikan substansi gula
Allowance) malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan
- Membran mukosa dan  Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat
konjungtiva pucat berat badan yang berarti untuk mencegah konstipasi
- Kelemahan otot yang
 Berikan makanan yang
digunakan untuk
terpilih ( sudah
menelan/mengunyah
dikonsultasikan dengan ahli
- Luka, inflamasi pada
gizi)
rongga mulut
 Ajarkan pasien bagaimana
- Mudah merasa kenyang,
membuat catatan makanan
sesaat setelah mengunyah
harian.
makanan
- Dilaporkan atau fakta  Monitor jumlah nutrisi dan
adanya kekurangan makanan kandungan kalori
- Dilaporkan adanya  Berikan informasi tentang
perubahan sensasi rasa kebutuhan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan  Kaji kemampuan pasien
untuk mengunyah makanan untuk mendapatkan nutrisi
- Miskonsepsi yang dibutuhkan
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup Nutrition Monitoring
- Keengganan untuk makan  BB pasien dalam batas
- Kram pada abdomen normal
- Tonus otot jelek  Monitor adanya penurunan
- Nyeri abdominal dengan berat badan
atau tanpa patologi  Monitor tipe dan jumlah
- Kurang berminat terhadap aktivitas yang biasa
makanan dilakukan
- Pembuluh darah kapiler  Monitor interaksi anak atau
mulai rapuh orangtua selama makan
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang  Monitor lingkungan selama
cukup banyak (rontok) makan
- Suara usus hiperaktif  Jadwalkan pengobatan dan
- Kurangnya informasi, tindakan tidak selama jam
misinformasi makan
 Monitor kulit kering dan
Faktor-faktor yang perubahan pigmentasi
berhubungan :  Monitor turgor kulit
Ketidakmampuan  Monitor kekeringan, rambut
pemasukan atau mencerna kusam, dan mudah patah
makanan atau mengabsorpsi  Monitor mual dan muntah
zat-zat gizi berhubungan
 Monitor kadar albumin, total
dengan faktor biologis,
protein, Hb, dan kadar Ht
psikologis atau ekonomi.
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5 Resiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status Infection Control

Definisi : Peningkatan resiko Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
masuknya organisme control  Bersihkan lingkungan
patogen  Risk control setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik
Faktor-faktor resiko :  Klien bebas dari tanda isolasi
- Prosedur Infasif dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila
- Ketidakcukupan  Mendeskripsikan proses perlu
pengetahuan untuk penularan 
penyakit, Instruksikan pada
menghindari paparan factor yang pengunjung untuk mencuci
patogen mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
- Trauma penularan serta setelah berkunjung
- Kerusakan jaringan dan penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
peningkatan paparan  Menunjukkan  Gunakan sabun
lingkungan kemampuan untuk antimikrobia untuk cuci
- Ruptur membran amnion mencegah timbulnya tangan
- Agen farmasi infeksi  Cuci tangan setiap
(imunosupresan)
 Jumlah leukosit dalam sebelum dan sesudah
- Malnutrisi tindakan kperawtan
batas normal
- Peningkatan paparan
 Menunjukkan perilaku  Gunakan baju, sarung
lingkungan patogen
hidup sehat tangan sebagai alat
- Imonusupresi
pelindung
- Ketidakadekuatan imum  Pertahankan lingkungan
buatan aseptik selama pemasangan
- Tidak adekuat alat
pertahanan sekunder  Ganti letak IV perifer dan
(penurunan Hb, Leukopenia, line central dan dressing
penekanan respon inflamasi) sesuai dengan petunjuk
- Tidak adekuat umum
pertahanan tubuh primer  Gunakan kateter
(kulit tidak utuh, trauma intermiten untuk
jaringan, penurunan kerja menurunkan infeksi
silia, cairan tubuh statis, kandung kencing
perubahan sekresi pH,  Tingktkan intake nutrisi
perubahan peristaltik)  Berikan terapi antibiotik
- Penyakit kronik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang rendah,  Energy conservation Energy Management
ketidakmampuan memenuhi Self Care : ADLs  Observasi adanya
metabolisme otot rangka, Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
kongesti pulmonal yang  Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
menimbulkan hipoksinia, aktivitas fisik tanpa  Dorong anal untuk
dyspneu dan status nutrisi disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
yang buruk selama sakit tekanan darah, nadi dan terhadap keterbatasan
RR  Kaji adanya factor yang
Intoleransi aktivitas b/d  Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
fatigue aktivitas sehari hari  Monitor nutrisi dan sumber
Definisi : Ketidakcukupan (ADLs) secara mandiri energi tangadekuat
energu secara fisiologis  Monitor pasien akan adanya
maupun psikologis untuk kelelahan fisik dan emosi
meneruskan atau secara berlebihan
menyelesaikan aktifitas yang  Monitor respon
diminta atau aktifitas sehari kardivaskuler terhadap
hari. aktivitas
 Monitor pola tidur dan
Batasan karakteristik :
lamanya tidur/istirahat
a. melaporkan secara verbal
pasien
adanya kelelahan atau
kelemahan.
Activity Therapy
b. Respon abnormal dari
 Kolaborasikan dengan
tekanan darah atau nadi
Tenaga Rehabilitasi Medik
terhadap aktifitas
dalammerencanakan
c. Perubahan EKG yang
progran terapi yang tepat.
menunjukkan aritmia atau
iskemia  Bantu klien untuk
d. Adanya dyspneu atau mengidentifikasi aktivitas
ketidaknyamanan saat yang mampu dilakukan
beraktivitas.  Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
Faktor factor yang yangsesuai dengan
berhubungan : kemampuan fisik, psikologi
 Tirah Baring atau dan social
imobilisasi  Bantu untuk
 Kelemahan menyeluruh mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
 Ketidakseimbangan
diperlukan untuk aktivitas
antara suplei oksigen dengan
yang diinginkan
kebutuhan
 Bantu untuk mendpatkan
 Gaya hidup yang
alat bantuan aktivitas
dipertahankan.
seperti kursi roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
7 Cemas b/d penyakit kritis, NOC : NIC :
takut kematian atau  Anxiety control Anxiety Reduction
kecacatan, perubahan peran Coping (penurunan kecemasan)
dalam lingkungan social  Impulse control  Gunakan pendekatan
atau ketidakmampuan yang Kriteria Hasil : yang menenangkan
permanen.  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
Definisi : mengungkapkan gejala pasien
Perasaan gelisah yang tak cemas  Jelaskan semua prosedur
jelas dari ketidaknyamanan  Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
atau ketakutan yang disertai mengungkapkan dan selama prosedur
respon autonom (sumner menunjukkan tehnik  Pahami prespektif pasien
tidak spesifik atau tidak untuk mengontol cemas terhdap situasi stres
diketahui oleh individu);  Vital sign dalam batas  Temani pasien untuk
perasaan keprihatinan normal memberikan keamanan dan
disebabkan dari antisipasi
 Postur tubuh, ekspresi mengurangi takut
terhadap bahaya. Sinyal ini
wajah, bahasa tubuh  Berikan informasi
merupakan peringatan faktual mengenai diagnosis,
dan tingkat aktivitas
adanya ancaman yang akan tindakan prognosis
menunjukkan
datang dan memungkinkan
berkurangnya  Dorong keluarga untuk
individu untuk mengambil
kecemasan menemani anak
langkah untuk menyetujui
 Lakukan back / neck rub
terhadap tindakan
Ditandai dengan  Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gelisah
 Identifikasi tingkat
 Insomnia
kecemasan
 Resah
 Bantu pasien mengenal
 Ketakutan
situasi yang menimbulkan
 Sedih kecemasan
 Fokus pada diri  Dorong pasien untuk
 Kekhawatiran mengungkapkan perasaan,
 Cemas ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang process 1. Berikan penilaian tentang
dilakukan, obat obatan yang Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
diberikan, komplikasi yang Behavior tentang proses penyakit
mungkin muncul dan Kriteria Hasil : yang spesifik
perubahan gaya hidup  Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
menyatakan dari penyakit dan
Definisi : pemahaman tentang bagaimana hal ini
Tidak adanya atau penyakit, kondisi, berhubungan dengan
kurangnya informasi prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
kognitif sehubungan dengan pengobatan dengan cara yang tepat.
topic spesifik.  Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan
mampu melaksanakan gejala yang biasa muncul
Batasan karakteristik : prosedur yang pada penyakit, dengan cara
memverbalisasikan adanya dijelaskan secara benar yang tepat
masalah, ketidakakuratan  Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses
mengikuti instruksi, perilaku mampu menjelaskan penyakit, dengan cara yang
tidak sesuai. kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi kemungkinan
Faktor yang berhubungan : kesehatan lainnya. penyebab, dengna cara yang
keterbatasan kognitif, tepat
interpretasi terhadap 6. Sediakan informasi pada
informasi yang salah, pasien tentang kondisi,
kurangnya keinginan untuk dengan cara yang tepat
mencari informasi, tidak 7. Hindari harapan yang
mengetahui sumber-sumber kosong
informasi. 8. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA
Alimul A. Azizi. 2006. Pengantar Kebutuha Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika
Bararah, Taqiyyah dan Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan PanduanLengkap
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Putra Publisher.
Evania, Nadia. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Yogyakarta : D-Medika
Herdman,T.Heather.2002.diagnosis Keperawtan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta: EGC
Nurarif, amin Huda, Hardhi Kusuma.2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA Edisi Revisi jilid 2. Yogyakarta : Med Action publishing

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Wilkinson, M Judith., Nancy R Ahern. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Diposting oleh Nur janah di 18.53


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
ARSIP BLOG
 ▼ 2015 (1)
o ▼ Maret (1)
 laporan pendahuluan bronkitis
 ► 2014 (10)
MY IDENTITY

Nur janah
Lihat profil lengkapku
WELCOME

6,053
Template by : Nurjannah >> November, 2013. Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh ideabug.
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai