Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan mahluk yang sangat mudah tergoda oleh hasutan iblis maupun setan
yang mana termuat dalam al-Quran, QS Shad(38) ayat 82-85 mengenai janji mereka untuk terus
menggoda umat manusia di muka bumi. Oleh karena itu, manusia harus memiliki sesuatu yang
dapat menjadi pegangan dalam hidupnya, yaitu aqidah. Aqidah merupakan pondasi untuk
mendirikan bangunan spiritual. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, maka semakin
kokoh pondasi yang harus dibuat. Seorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak mulia dan mu’amalah yang baik. Aqidah
sangat diperlukan dalam kehidupan, agar hidup seseorang tertata dengan baik (Haba, 2016).
Kalimat “La ilaaha illaAllah” adalah landasan iman, kunci ketauhidan, dan syarat utama
memasuki pintu islam. Kalimat ini adalah keimanan yang akan bersemayam di dalam kalbu dan
disertai pelaksanaannya oleh anggota badan. “La ilaha illa Allah” merupakan mahkota bagi
orang orang yang mentauhidkan Allah dan cahaya hati bagi orang yang taqwa (Haba, 2016).
Mental adalah hal yang frontal dalam tiap diri manusia, setiap orang memiliki mental dan
tingkatan emosi yang berbeda. Bagi seorang muslim, usaha yang paling penting dan utama untuk
menuju mental yang sehat adalah dengan memantapkan, menguatkan, dan mengokohkan akidah
atau tauhid yang ada dalam dirinya. Memiliki atau berpegang pada akidah atau tauhid yang kuat
serta kokoh akan membuat jiwa seorang muslim lebih stabil, pikiran lebih tenang, serta emosinya
terkendali. Peranan tauhid dalam memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa setidaknya ada
pada lima hal yaitu; (a) Perasaan ingin dikasihi dan disayangi yang mana merupakan hal yang
sangat dibutuhkan oleh setiap insan dalam hidup dan kehidupannya. (b) Perasaan aman yang
juga merupakan kebutuhan setiap orang dalam dirinya, baik lahir maupun batin. (c) Rasa harga
diri artinya setiap orang memiliki rasa ingin dirinya dihargai orang lain. (d) Rasa ingin tahu atau
mengenal sesuatu, dimana manusia diberi anugerah oleh Allah berupa akal serta mempunyai
naluri ingin tahu. (e) Rasa ingin sukses, dimana setiap orang ingin dalam kehidupannya
mengalami keberhasilan yang akan membawa kebahagiaan (Kastolani, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam mengkaji mengenai hubungan ilmu tauhid dengan kesehatan mental, maka diperlukan
bahasan yang saling berhubungan, sehingga kami merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa hal yang merusak sikap tauhid dan apa saja penerapannya dalam kehidupan ?
2. Bagaimana mental yang sehat ?
3. Bagaimana peran tauhid terhadap kesehatan mental?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran tauhid terhadap
kesehatan mental.

Daftar Pustaka:
Haba, Siva Tahula., dkk. 2016. Makalah Hubungan Ilmu Tauhid dengan Kesehatan Mental.
Semarang: Fakultas Saintek UIN Walisongo Semarang
Kastolani. 2016. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental. Malaysia: Program
Doktoral Universitas Kebangsaan Malaysia
MAKALAH TEOSOFI
PERAN TAUHID TERHADAP KESEHATAN MENTAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teosofi

DOSEN PEMBIMBING
Ach. Nashichuddhin, M.A.

DISUSUN OLEH
Kelompok 4 Kelas A

Basyar Adnani (16910011)


Fahrurrozi Hari Purnomo (16910012)
Aldita Husna Violita (16910013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019

Anda mungkin juga menyukai