Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LIMFOMA MALIGNA

I. Konsep Dasar Penyakit


a. Pengertian
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan
bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti
sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna
(maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut
justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis
limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-
Hodgkin (LNH).

b. Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui
dengan pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human
T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV),
Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna
kimia).

c. Faktor Predisposisi
1. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda
yaitu antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria
dibandingkan wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan
UV.
4. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organik.

d. Klasifikasi
1. Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu
penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya
memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan
pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif

2. Klasifikasi Patologi
Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama
bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai
diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma maligna menjadi tipe
nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi.
Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982
muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma
maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan
klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika
maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan
Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms
(REAL classification).
3. Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium
I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit,
sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium
lanjut.
 Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu
kelompok yaitu kelenjar getah bening.
 Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi
diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
 Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
 Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah
bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang,
hati, paru-paru, atau otak

e. Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut :
1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan
pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
2. Demam
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang
mengenai sumsum tulang secara difus
f. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan
atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di
kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra
nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam,
keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun
tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis
virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh
meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di
bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya
timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
(Pathway terlampir)

g. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha
Pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak
terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
 Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran
suprapubic bila tumor sudah besar.
Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba
tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu
VT atau RT.

j. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah
bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-
Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti
sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah.
Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan
untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis
biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah
bening yang membesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau
respon terhadap pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang
panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum
tulang.

k. Terapi
 Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien
dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan
limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak
mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan
merupakan ancaman.

 Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar
terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka
yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai
stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus
dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini
dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/
obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan
IV, penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang
sebanding dengan khemoterapi.

 Khemoterapi
1. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan
limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan
terapi karena penyakit tingkat lanjut.
2. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide,
oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien
dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.

l. Prognosis
Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah
bertahan hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien
dengan penyakit limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi
disembuhkan dengan radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien
limfoma maligna tingkat tinggi yang tersebar luas mempunyai
perpanjangan hidup lebih lama dan dapat disembuhkan.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang
kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau
pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di
sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis
limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara
lain:
1. Data subjektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38oC
b.Sering keringat malam.
c.Cepat merasa lelah
d.Badan Lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada
leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat
3.Kebutuhan dasar
 AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain
yang menunjukkan kelelahan
 SIRKULASI
Gejala
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati
dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin
tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
 INTEGRITAS EGO
Gejala
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan
takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang
yang tergantung pada keluarga.
Tanda
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
 ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi
lebih lanjut)
 MAKANAN/CAIRAN
Gejala
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya
dengan tanpa upaya diet.
Tanda
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran
nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan
obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa
intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan
pembesaran nodus limfa intraabdominal)
 NEUROSENSORI
Gejala
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus
sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap
sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan
diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah
terhadap batng spinal)
 NYERI/KENYAMANAN
Gejala
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada
sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi
vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
 PERNAPASAN
Gejala
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi
pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor,
sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada
saraf laringeal).
 KEAMANAN
Gejala
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler
pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis
atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien
yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai
beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam,
keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC
tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus
servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan,
kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
 SEKSUALITAS
Gejala
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
 PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga
pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Hyperthermia
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif

c. Intervensi
1. Nyeri
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan KH :
1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri dengan PQRST
2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
3. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

2. Hyperthermia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh
klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1. suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2. Observasi suhu tubuh klien
3. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
4. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai
dengan kebutuhan cairan tubuh klien)
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria
hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
2. Nafsu makan klien meningkat
3. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
2. Observasi dan catat masukan makanan klien
3. Timbang berat badan klien tiap hari
4. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
1. Nyeri klien berkurang/hilang
2. Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-
37,5 derajat celcius)
3. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Pathway

Minuman Faktor Kelainan system Infeksi virus Toksin


beralkohol keturunan kekebalan dan bakteri lingkungan

Mengenai Kurang
nodus limfa Mutasi sel limfosit
(sejenis leukosit) terpajan
informasi
Agen cedera
biologi
Limfoma Kurang
maligna pengetahuan
Nyeri

Mual, muntah
Masuknya virus dan Pembesaran nodus
bacteria medina/edema jalan nafas

Tidak mampu dlm


Pertahanan tubuh memasukkan, mencerna Obstruksi
menurun mengabsorpsi makanan trakeobronkial

Infeksi Kurang nafsu Resiko tinggi bersihan


makan jalan nafas tidak
efektif

Berat badan
Proses inflamasi menurun (anorexia)

Ketidakseimbangan
Hyperthermia nutrisi
(demam)
DAFTAR PUSTAKA

Amori. 2007. Jurnal Nasional : Pengobatan tepat untuk Limfoma.


www.jurnalnasional/limfoma/44356.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2009.

Anonymous. 2006. Limfoma Maligna. www.wordpress.com. Diakses pada tanggal


15 Oktober 2009.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. : EGC

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning
and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Hoffbrand, A.V, et all. 2002. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC

Vinjamaran. 2007. Lymphoma, Non-Hodgkin. www.emedicine.com. Diakses pada


tanggal 15 Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai