SISTEM HEMOLIMFE
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Dosen Pengampu:
Disusun oleh
Kelompok 5 TBIO 4C
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala
karuniayanya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.
1. Bapak Dr. Maftukin, M. Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
2. Bapak Hj. Binti Maunah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
3. Ibu Eni Setyowati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Biologi Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung.
4. Ibu Haslinda Yasti Agustin, S.Si, M.Pd., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Anatomi
dan Fisiologi Manusia.
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
6. Rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, laporan ini kita suguhkan kepada segenap pembaca, dengan
harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga laporan ini
bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Darah ......................................................................................................... 3
1. Asal Darah ........................................................................................... 3
2. Fungsi Darah ....................................................................................... 3
3. Karakteristik Darah.............................................................................. 3
4. Struktur Darah ..................................................................................... 3
B. Respon Kebal ............................................................................................. 3
C. Sintesis Sukrosa ....................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................
Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Cairan suspense sel di dalam tubuh mahluk multiseluler seperti manusi atau
hewan yang memilki fungsi fisologis tertentu disebut dengan cairan interstitial. Cairan
interstitial ini meliputi juga darah dan limfe. Darah mengangkut oksigen dari paru-
paru dan nutrien dari saluran pencernaan, hormon dari kelenjar endokrin, dan enzim
dari bagian lain tubuh. Darah mengangkut semua substansi tadi ke semu jaringan yang
berdifusi dari kapiler menuju cairan interstisial. Di dalam cairan interstisial, substansi
masuk kedalam sel untuk bertukar dengan bahan limbah atau zat sisa. Darah didalam
pembuluh darah cairan interstisial di sekeliling sel tubuh dan limfe dalam pembuluh
limfa menyusun lingkungan internal organisme manusia. Karena sel-sel tubuh sangat
khusus harus diatur agar perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal harus
diperhatikan agar relatif konstan. Kondisi seperti ini disebut dengan homeostasis.
Dengan demikian perlunya makalah ini disusun untuk membahas mengenai sistem
hemolimfe baik penyusunnya, mekanisme, maupun gangguan-gangguan yang terjadi
pada sistem hemolimfe.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksut dengan darah ?
2. Apa yang dimaksut dengan respon kebal ?
3. Apa yang dimaksut dengan jaringan limfe?
4. Apa yang dimaksut dengan fisiologis homeosstasis?
5. Apa yang dimaksut dengan penggolongan darah ?
6. Apa yang cairan interstisial dan limfe ?
7. Apa yang dimaksut dengan ketidak seimbangan homeostasis darah?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui pengolongan darah.
2. untuk mengetahui dengan respon kebal.
3. untuk mengetahui dengan jaringan limfe.
4. untuk mengetahui dengan fisiologis homeostasis.
5. untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan darah.
6. untuk mengetahui cairan interstisial dan limfe.
7. untuk mengetahui ketidak seimbangan homeostasis darah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Darah
1. Asal Darah
Sel darah matang mempunyai rentang hidup yang relative pendek sehingga
populasi sel tersebut harus diperbaharui secara kontinyu oleh turunan sel punca
yang dihasilkan oleh organ hemopoietik (berasal dari bahasa Yunani haima artinya
darah dan poiesis artinya pembuatan). Sehingga proses pembentukan sel-sel darah
disebut hemopoiesis atau hematopoiesis. Sel punca adalah sel pluripotent yang
dapat membelah secara asimetris dan memperbaharui diri. Sebagian anak selnya
membentuk sel khusus melalui diferensiesi secara ireversibel, dan anak sel lainnya
tetap dipertahankan dengan jumlah yang konstan dalam kelompok dan sel-sel yang
direkrut untuk diferensiesi diganti oleh anak sel dari kelompok tersebut.1
. Selama masa embrional dan fetal, tidak ada pusat tunggal bagi sel darah.
Hati,limpa, kelenjar timus, nodus limfe, dan sumsum tulang ikut serta pada
berbagai waktu dalam menghasilkan bentuk-bentuk elemen darah. Pada saat
dewasa, jaringan hemopoieptik dipisahkan menjadi dua jenis yaitu jaringan
myeloid atau sumsum tulang dan jaringan limfoid yang kebanyakan terletak dalam
nodus limfe. Eritrosit, keeping darah dengan kekecualian jenis limfosit,dibentuk
dalam jaringan myeloid atau sumsum tulang.2
1
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar Jonqueira: Teks dan Atlas Edisi 12, (Indiana: Mc Graw
Hills,2010), hal.210.
2
Soewolo, dkk., Fisiologi Manusia, (IKIP Malang:t.p., 1999), hal.184.
3
Ibid, hal.185.
2
Gambar Skema Hemopoiesis
2. Fungsi Darah
Karena darah adalah cairan yang bersirkulasi dan hampir setiap organ
menerima suplai darah, ia melakukan sejumlah fungsi vital dalam tubuh
sebagai beikut:
a. Respirasi: transportasi oksigen dan karbondioksida adalah fungsi dasar
darah. Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan yang berbeda dan
pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru terutama
dipengaruhi oleh darah.
b. Transportasi makanan: darah adalah satu-satunya media dimana bahan
makanan yang diserap diangkut ke berbagai jaringan tubuh.
c. Ekskresi: sisa metabolisme seperti urea, asam urat, keratin, air,
karbondioksida, diangkut oleh darah ke ginjal, paru-paru dan usus untuk
dibuang.
d. Pengaturan suhu tubuh: darah memiliki peran penting dalam pengaturan
suhu tubuh dengan mendistribusikan panas ke seluruh tubuh. Panas ini
dihasilkan di otot oleh oksidasi karbohidrat dan lemak.
3
e. Pemeliharaan keseimbangan asam basa: darah memiliki kapasitas buffering
dan mempertahankan asam-basa yang normal di dalam tubuh.
f. Pengaturan keseimbangan air: darah berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuh dengan menukar air antara darah dan
jaringan.
g. Pertahanan: darah memberi perlindungan pada tubuh terhadap infeksi dan
antibody.
h. Pengangkutan hormone: darah adalah satu-satunya media yang berfungsi
untuk mendistribusikan hormone ke berbagai bagian pada tubuh.
i. Pembekuan: kehilangan darah yang disebabkan karena cidera dicegah
dengan tindakan trombosit darah.
j. Transportasi metabolit: darah bertanggungjawab atas pasokan bahan kimia
metabolit esensial.4
3. Karakteristik Darah
a. Warna: warna darah umumnya merah yang tergantung pada sifat haemoglobin,
pigmen meran di dalam sel darah merah. Darah vena memiliki lebih sedikit
kemerahan dan lebih banyak kebiruan dibandingkan dengan darah arteria yang
mengalami oksidasi.
b. Berat jenis darah: berat jenis darah sangat tergantung pada jumlah sel darah
merah. Beratt jenis normal adalah 1,06, tetapi dapat bervariasi dari 1,05—1,06.
c. Tekanan osmotik: tekanan osmotik darah adalah sekitar 28 mm, tekanan
osmotik ini disebabkan oleh adanya berbagai garam, zat limbah, protein, dan
gula yang dilarutkan dalam plasma.
d. pH: pH darah adalah sekitar 7,35 yaitu itu adalah larutan alkali yang lemah,
darah memiliki kapasitas buffering diri dan pH dipertahankan dengan baik
dalam batas-batasnya. pH 8 atau jauh di bawah 7 akan berakibat fatal bagi
seseorang individu.
e. Jumlah: seseorang memiliki 4 hingga 6 liter darah tergantung pada ukurannya.
Dari total volume darah dalam tubuh manusia 38% hingga 48% terdiri dari
berbagai sel darah. 52% hingga 62% sisanya dari volume darah adalah plasma,
bagian cair dari darah.
f. Viskositas, ini berarti ketebalan atau ketahanan untuk mengalir. Darah sekitar
tiga sampai lima kali lebih tebal dari air. Viskositas meningkat dengan adanya
sel-sel darah dan protein plasma dan ketebalan ini berkontribusi pada tekanan
normal darah.5
4. Struktur Darah
a. Plasma
4
S.C. Rastogy, Essential of Animal Phsyology Fourth Edition, (New Delhi: New Age International (P)
Limited Publishers, 2007), hal. 221—222.
5
Valerie C. Scanlon and Tina Sanders, Essentials of Anatomy dan Physiology Seventh Edition,
(Philadelphia: F.A. Davis Company, 2015), hal. 284.
4
plasma adalah sekitar 7gms/100 ml. Semua protein dapat dipisahkan oleh
pengendapan konsentrasi garam yang berbeda dan jumlah realtif dari protein
yang berbeda dapat dipertanggung jawabkan dengan elektroforesis kertas.
Empat kategori utama protein plasma adalah: albumin, globulin, fibrinogren,
dan haptoglobin.
6
S.C. Rastogy, Essential of Animal Phsyology Fourth Edition, (New Delhi: New Age International (P) Limited
Publishers, 2007), hal. 223—224.
5
b. Eritrosit
Sumber: (L. Mescher, Anthony, 2010) Sumber: (L. Mescher, Anthony, 2010)
7
Soewolo, dkk.,… hal. 186.
8
Anthony L. Mescher,….hal. 199.
9
Ibid, hal.199.
6
Gambar Susunan Hemoglobin
10
Lauralee Sheerwold, Fundamentals of Human Physiology, (St. Paul: West Publishing Company,
1989), hal.299.
11
Soewolo, dkk., Fisiologi Manusia, (IKIP Malang:t.p., 1999), hal.187.
7
Untuk menjaga jumlah normal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel
dewasa baru pada kecepatan 2 juta setiap detik. Karena eritrosit tidak dapat
membelah untuk mengisi jumlah mereka sendiri, sel-sel yang rusak sel-sel
yang lama harus diganti dengan sel-sel baru yang diproduksi di pabrik eritrosit
yaitu sumsum tulang yang merupakan jaringan lunak yang mengisi rongga
internal tulang. Sumsum tuang biasanya menghasilkan sel-sel darah merah
baru, suatu proses yang dikenal sebagai eritropoesis.12
Gambar Eritropoiesis
Sel darah putih atau biasa disebut leukosit jumlahnya lebih sedikit
daripada eritrosit yaitu sekitar 5000—10000 sel permilimeter kubik darah.
12
Lauralee Sheerwold, Fundamentals of Human Physiology, (St. Paul: West Publishing Company,
1989), hal.300.
13
Cinnamon Van Putte, dkk., Anatomy & Physiology (New York :MC Graw Hill, 2014), hal.646.
8
Leukosit mempunyai inti sel, mereka tidak berwarna atau transparan. Leukosit
dapat dilihat dengan mudah menggunakan mikroskop setelah leukosit diberi
warna yang tepat.14 Ada luma jenis leukosit yang dipisahkan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang sitoplasmanya
bergranula disebut dengan granulosit yang merupakan perkembangan dari sel-
sel sumsum merah tulang. Ada tiga macam granulosit yaitu netrofil, basophil
dan eosinophil. Kelompok kedua disebut dengan agranulosit, yaitu ada limfosit
dan monosit.
1) Neutrofil
Gambar Neutrofil
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
14
S.C. Rastogy, Essential of Animal Phsyology Fourth Edition, (New Delhi: New Age International (P) Limited
Publishers, 2007), hal. 229.
15
Soewolo, dkk., Fisiologi Manusia, (IKIP Malang:t.p., 1999), hal.192.
9
2) Eosinofil
Gambar Eosinofil
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
3) Basofil
Gambar Basofil
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
10
4) Limfosit
Gambar Limfosit
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
5) Monosit
Gambar Monosite
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
d. Trombosit
Trombosit adalah fragmen kecil sel yang terdiri dari sejumlah kecil
sitoplasma yang dikelilingi oleh membrane plasma. Trombosit secara kasar
berbentuk cakram dan rata-rata berdiameter sekitar 3 µm. sangat rapuh,
berbentuk tidak teratur, mengandung butiran yang berbeda tetapi tidak ada
nukleus. Mereka terlibat dalam pembekuan darah dan penting untuk
pembentukan sumbatan hemostatik setekah cedera pembuluh darah. Kisaran
jumlah trombosit normal adalah 150000 hingga 30000/mm3. Namun jumlah
mereka dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Biasanya meningkat setelah
olahraga dan perdarahan. Penurunan jumlah trombosit menyebabkan
trombositopenia yang dapat terjadi dalam kondisi seperti purpura
trombositopenik idiopatik, dan demam berdarah.
16
S.C. Rastogy, Essential of Animal Phsyology Fourth Edition, (New Delhi: New Age International (P) Limited
Publishers, 2007), hal. 230—231.
12
Sumber: (Putte, Cinammon Van, 2014)
B. Respon Kebal.
13
waktu lain dapat mengerahkan pertahanannya dengan cepat dan dalam jumlah cukup
untuk mencegah invader memperoleh tumpuan berpijak.17
C. Jaringan Limfoid.
Limfatik adalah nama untuk cairan jaringan yang memasuki kapiler limfa.
Penyaringan di kapiler membuat cairan jaringan dari plasma darah, sebagian besar kembali ke
darah di kapiler melalui osmosis.19 Namun, beberapa cairan jaringan tetap ada ruang
interstitial dan harus dikembalikan ke darah oleh cara pembuluh limfatik. Tanpa
pengembalian ini, darah volume dan tekanan darah akan segera berkurang. Itu hubungan
pembuluh limfatik dengan kardiovaskular sistem. Jaringan limfoid perifer menjaga jalan
masuk utama ke dalam tubuh. Jaringan ini tersusun dari nodus limfe, jaringan limfoid yang
terletak pada tenggorok dalam bentuk tonsil dan adenoid, menangkap invider dari udara.
Saluran pencernaan makanan juga di jaga oleh jaringan limfoid, sehingga invader yang
tertelan dapat di buang. Nodus limfe terletak di ketiak dan di kunci paha sehingga benda-
benda asing yang telah masuk lewat kulit dapat ditangkap. Akhirnya bahan antigenik yang
akan masuk pertahanan luar tubuh sebelum mencapai aliran darah, jaringan limfoid pusat,
limpa, hati, thymus, dan sumsum tulang belakang akan mencoba untuk membuang dan
merusak benda-benda asing ketika darah mengalir dari organ-organ ini.
Jaringan limfoid tersusun dari sel-sel retikular dan serabut-serabut yang saling
berayaman. Yang berlekatan pada celah-celah jaringan adalah sejumlah besar sel limfoid dan
sel-sel lain dalam berbagai tahap diferensiasi. Seperti sel-sel plasma, limfoblas, monosit
makrofage, dan beberapa esionofil serta sel mast. Sel T dan B tidak dapat dikenali di bawah
mikroskop cahaya, dengan mikroskop elektron nampak bahwa sel B mempunyai banyak
jonjot, sedangkan sel T lebih halus, sedikit sekali jonjot permukaan. Sel B juga di kenali
dengan adanya imunoglobulin khas (IgM dan IgD) yaitu antibodi yang terikat pada membran
sel. Sebagian besar sel B mempunyai reseptor site untuk menerima antigen-antibodi komplek
yang dibentuk dalam cairan tubuh. Beberapa sel B juga mempunyai reseptor site bagi suatu
komplemen-suatu sistem aktivitas yang bertanggung jawab lisinya sel-sel asing. Perusakan
virus dan pelepasan histamin dari sel-sel mast. Jaringan limfatik sebagian besar terdiri dari
limfosit dalam kerangka kerja seperti jaringan penghubung; berbagai jumlah sel induk hadir.
Ingatlah bahwa setelah lahir, kebanyakan limfosit diproduksi dari sel-sel induk di tulang
17
Soewole, dkk.,….hal.194.
18
Ibid, hal.194
14
merah sumsum, kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening dan nodul, menuju limpa, dan
ke timus. Dalam periode ini limfosit menjadi diaktifkan dan berkembangbiak sebagai respons
terhadap infeksi (ini adalah fungsi dari semua jaringan limfatik). timus memiliki sel induk
yang menghasilkan porsi signifikan limfosit T.
Saat limfa lewat melalui kelenjar getah bening, bakteri dan bahan asing lainnya difagositosis
oleh makrofag tetap (stasioner). Sel plasma berkembang dari limfosit B yang terpapar patogen
di getah bening dan menghasilkan antibodi. Antibodi ini pada akhirnya akan mencapai darah
dan bersirkulasi ke seluruh tubuh. Ada banyak kelompok kelenjar getah bening di sepanjang
semua pembuluh getah bening di seluruh tubuh, tetapi tiga berpasangan kelompok pantas
disebutkan karena lokasi strategis mereka. Ini adalah limfa serviks, aksila, dan inguinalis
simpul (lihat Gambar 14–3).
15
Jaringan limfa
16
2. Mengandung monosit dan makrofag tetap (sel RE) yang memfagositosis patogen atau
bahan asing lainnya dalam darah. Makrofag limpa juga memfagositkan sel darah merah tua
dan membentuk bilirubin. Oleh cara sirkulasi portal, bilirubin dikirim ke hati untuk ekskresi
empedu. Monosit limpa dapat memasuki sirkulasi ketika jaringan rusak dan masuk perlu
pembersihan dan perbaikan.
3. Simpan trombosit dan hancurkan jika tidak lebih berguna. Limpa tidak dianggap sebagai
organ vital karena organ-organ lain mengkompensasi fungsinya jika limpa harus dihapus. Hati
dan sumsum tulang merah akan mengeluarkan sel darah merah tua dan trombosit dari
sirkulasi.
Banyak kelenjar getah bening dan nodul akan memfagositosispatogen (seperti halnya hati)
dan memiliki limfosit sel plasma dan diaktifkan untuk menghasilkan antibodi. Meskipun
redundansi ini, seseorang tanpa limpa agak lebih rentan terhadap infeksi bakteri tertentu
seperti pneumonia dan meningitis.
Jika Bakteri di udara yang dihirup melewati epitel trakea, nodul limfa dengan
makrofagnya sebelum akhirnya sampai darah. Beberapa nodul limfa memiliki nama spesifik.
Orang-orang dari faring disebut amandel. Palatine amandel berada di dinding lateral faring,
adenoid (amandel faring) ada di dinding posterior, dan Amandel bahasa ada di pangkal lidah.
Amandel, Oleh karena itu, bentuk cincin jaringan limfatik di sekitar faring, yang merupakan
jalur umum untuk makanan dan udara dan untuk patogen yang dikandungnya. Operasi
amandel adalah Operasi pengangkatan tonsil palatine dan adenoid dapat dilakukan jika tonsil
kronis meradang dan bengkak, seperti yang mungkin terjadi pada anak-anak. Sebagai
sebelumnya, tubuh memiliki struktur yang berlebihan membantu bertahan hidup jika satu
struktur hilang atau serius terganggu. Dengan demikian, ada banyak nodul limfa lainnya
faring untuk mengambil alih fungsi operasi amandel dibatalkan. Nodul limfa dari usus kecil
disebut Tambalan Peyer, dan meskipun ukurannya kecil, mereka sangat penting. Dari sejak
kita sepakat dan setiap hari diambilnya, protein terlepas dari tubuh lewat mulut. Penyerapan
nutrisi terjadi di usus kecil. Protein dan peptida asing masuk Sel-sel batang timus
menghasilkan limfosit T atau sel T; fungsi spesifiknya dibahas di bagian selanjutnya bagian.
Hormon timus diperlukan untuk apa yang mungkin terjadi disebut "kompetensi imunologis."
Untuk menjadi kompeten artinya bisa melakukan sesuatu dengan baik. Hormon timus dan sel-
sel lain dari timus memungkinkan sel T untuk berpartisipasi dalam pengakuan antigen asing
dan memberikan kekebalan. Kemampuan sel T ini terbentuk rentan terhadap infeksi tertentu
daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Biasanya pada usia 2 tahun, kekebalan
tubuh sistem matang dan menjadi berfungsi penuh. Ini adalah mengapa beberapa vaksin,
seperti vaksin campak, tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah 15 hingga 18 bulan
umur. Sistem kekebalan mereka belum cukup matang untuk merespon kuat terhadap vaksin,
dan perlindungan disediakan oleh vaksin mungkin tidak lengkap.
D. Struktur Imunoglobulin.
Antibodi termasuk dalam kelompok glikoprotein yang disebut globulin, dan untuk alasan ini
mereka juga dikenal sebagai imunoglobulin (Igs).Imunoglobulin adalah molekul protein
khusus dalam cairan tubuh yang berfungsi sebagai antibodi, mereka dapat bergabung
khususnya dengan senyawa asing, antigen, yang memicu pembentukannya,. Berbeda dengan
antibodi yang terjadi secara alami yang diprogam secara genetik, antibodi dalam tubuh adalah
hasil respon kebal atas benda asing yang berhasil masuk tubuh. Imunoglobulin terdiri dari
17
20% protein plasma, dan hampir semua masuk dalam kategori gamaglobulin, walaupun
beberapa antibodi penting masuk dalam kelompok betaglobulin. Analisis imunoglobulin
menunjukan bahwa mereka adalah kelompok molekul yang sangat heterogen. Mereka disusun
dari protein (82%-96%) dan karbohidrat (4%-18%), dengan bagian protein yang menunjukkan
respon biologi biasanya dilambangkan dengan reaksi dari keluruhan molekul.
Gambar Struktur kimia dari kelas antibodi imunoglobulin G (IgG). Setiap molekul terdiri dari empat polipeptidarantai (dua berat dan dua
ringan) ditambah rantai karbohidrat pendek yang melekat pada setiap rantai berat. Dalam (a), setiap lingkaran mewakili satu asam amino.
Dalam (b), wilayah variabel VL rantai ringan, wilayah konstan CL rantai ringan, wilayah variabel VH
rantai berat, dan wilayah konstan rantai berat CH (Sumber: PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY 12TH EDITION)
Setiap molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida – dua dinyatakan sebagai
rantai berat (heavy = H) dan dua dinyatakan sebagai rantai ringan (Light = L) Rantai L berisi
kira-kira separoh ukuran dan BM. Empat rantai berikatan dengan bersama dengan iktan
disulfida (S-S) menyusun struktur bentuk Y. Bagian pada ujung empat rantai polipeptida
mewakili dari rantai. Urut-urutan asam amino bagian v (variabel=yang dapat berubah) dalam
rantai polipeptida berbeda untuk setiap jenis antibodi. Ini adalah bagian V yang membantu
setiap imunoglobulin dengan pemberian kekhususannya. Bagian sisanya dari setiap empat
polipeptida disebut bagian konstan (C), karena urut-uruttan asam amino di daerah ini sama
untuk setiap kelas molekul antibodi.
Imunoglonulin dibagi menjadi lima kelas, berdasar urutan asma amino dalam bagian
konstan rantai H. Imunoglobulin disingkat Ig, dan lima kelas imunoglobulin disebut IgG,
IgM, IgA, IgD, IgE. Bagian konstan rantai L memisah menjadi du kelompok, yaitu K (Kappa)
dan ƛ (lambda), kombinasi rantai H dan rantai L menghasilkan banyak subklas. Pemeriksaan
seksama bagian H konstan polipeptida menunjukkan perbedaan tambahan, sehingga IgG
sekrang terdiri empat bentuk: IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4, bukti akhir ini menunjukkan bahwa
IgA dapat dibagi dua subklas: IgA dan IgA2; dan IgM setidaknya terdiri dua subklas: IgM dan
IgM2, sifat-sifat yang menunjukkan jumlah klas dan subklas menmpakkan jumlah besar dalam
bentuk antibodi yang mungkin dapat dihasilkan tubuh, masing-masing dengan target
spesifiknya sendiri dan cara ketidak aktifan bahna antigenik. Dari banyak klas imunoglobulin,
kelompok IgG yang terbesar. 80% keseluruhan imunoglobulin adalah klas IgG dalam serum
orang dewasa normal. IgM menyusun kira-kira 7% total. Antibodi IgM adalah imunoglobulin
pertama yang muncul dalam plasma dalam merespon antigen terbanyak. Dalam plasma
berbentuk pentamer yang terdiri dari lima unit struktural antibodi dasar bergabung bersama
18
dengan jembatan sulfida, yang menghubungkan setiap sub unit pada polipeptida yang disebut
rantai J. Suatu polipeptida dari 29 asam amino. BM keseluruhannya 900.00.
Meskipun aviditas (daya gabung) setiap sub unit pentamer terhadap antigennya lemah,
kekuatan keseluruhan pentamer terhadap antigen kompleks adalah sangat tinggi. Ini terjadi
karena adanya susunan berulang gugus penentu pada sebagian besar antigen membran
plasma. Imunoglobulin IgM pentamerik ini kira-kira 1000 kali lebih efektif daripada bentuk
monomerik. Bentuk pentamerik dapat mengikat silang lebih banyak sel dengan pelipatan
subunitnya. Juga diketahui bahwa sel target antigenik yang diserang oleh imunoglobulin IgM
lebih siap diserap oleh fogositesis makrofrag dan lebih mudah dirusak oleh sistem
komplemen. Sistem komplemen dapat merusak sel dengan pembentukan lubang pada
membran sel bakteri.
IgM yang terikat pada sel asing juga mendorong suatu proses yang disebut
opsonozasi. Ia nampak sebagai sel-sel makrofag yang lebih suka menyerang sel-sel asing
yang telah diperkasar oleh bungkus molekul antibodi. Karena ukuran besarnya, IgM
kebanyakan tertahan dalam darah dan secara perlahan masuk cairan interstitial. Tidak seperti
antibodi monomerik, ia tak dapat menembus plasenta masuk sirkulasi fetal.
Karena kemajuan respon kebal, tingkat/derajad antibodi Igm dalam plasma menurun
dan jumlah antibodi IgG tampak meningkat. IgM dan IgG bertanggung jawab terhadap reaksi
biasanya dikaitkan dengan respon antibodi seperti presipitasi (endapan), aglutinasi, hemolisis,
dan fiksasi komplemen.
Karena ia lebih kecil (BM = 150.000) daripada IgM, IgG dapat menerobos halangan
plasenta dan masuk sirkulasi fetal. Lma hidup imunoglobulin ini diperoleh dari ibu pada janin
untuk melindungi anak-anak setalah dilahirkan. Minggu pertama sebelum kelahiran, ia dapat
membentuk antibodinya sendiri. Selama waktu ini kelahiran baru dapat menerima tambahan
IgG dari susu ibu.
Antibodi IgD, seperti IgG adalah suatu monomer tetapi ia mempunyai BM sedikit
lebih berat (180.000). imunoglobulin ini ada jumlah kecil (0,2% total imunoglobulin serum).
Fungsi IgD belum diketahui, diduga ia menyerang berbagai bahan seperti insulin, penisilin,
antigen tiroid, dan beberapa produk susu. Ia juga ada pada limfosit jenis B.
Molekul IgE adalah antibodi yang terlihat dalam respon alergi. Molekul IgE adalah
suatu monomer dengan BM 196.000. hanya sedikit jumlah (0,004%) klas imunoglobulin ini
dalam serum. Bila antibodi IgE disintesis, mereka terlihat pada permukaan sel-sel mast, di
mana mereka menunggu datangnya allergen (antigen yang menyebabkan respon alergi).
19
Allergen diikat dua molekul IgE yang berdekatan membentuk jembatan antara dua antibodi,
menyebabkan memutarbalikkan membran plasma. Ini memicu terjadinya pelepasan granul-
granul sel mast. Granul-granul itu larut dalam cairan jaringan dan melepas histamin, sirotonin
serta beberapa subtansi lain. Histamin dan selotonin bekerja pada sel-sel otot polos yang
berdekatan untuk menghasilkan respon anafilatoksik, yang meliputi bronkhospasme
(penyempitan Bronkhiola), yang dapat menyebabkan gangguan hebat saluran udara, di tandai
vasodilatasi artiola serta kebovora kapiler yang dapat menghasilkan kejutan sirkulasi
(jatuhnya tekanan darah secara tiba-tiba).
H. Reaksi Antibodi.
20
Atau lebih singkatnya adalah sebagai berikut:20
I. Sistem Komplemen.
Sistem komplemen terdiri dari setidaknya 15 zat kimia dari protein imunoglobulin
berbeda yang secara normal tidak reaktif dalam plasma. Lima belas komponen ini dikenal
dengan nomor C1, c2, c3 dan seterusnya, diaktifkan dalam suatu urutan yang menghasilkan
protein kompleks berbagai gabungan. Beberapa kombinasi protein memiliki aktivitas
enzimetik yang bertanggung jawab bagi pengaruh lisis dan racun sel pada bakteri.
Keseluruhan urutan aktivasi komplemen dapat dipicu oleh antigen dan antibodi kompleks
yang berisi imunoglobulin IgG dan IgM.
Selama aktivasi sel B, antigen berikatan dengan reseptor sel-B (BCR) (Gambar 2).
Protein transmembran integral ini secara kimiawi mirip dengan antibodi yang akhirnya
disekresikan oleh sel plasma. Meskipun sel B dapat merespon antigen yang tidak diproses
yang terdapat dalam getah bening atau cairan interstitial, respon mereka jauh lebih kuat ketika
mereka memproses antigen. Pemrosesan antigen dalam sel B terjadi dengan cara berikut:
antigen dimasukkan ke dalam sel B, dipecah menjadi fragmen peptida dan dikombinasikan
dengan antigen self-MHC-II, dan dipindahkan ke membran plasma sel B. Sel T pembantu
mengenali antigen– Kompleks MHC-II dan memberikan perhitungan biaya yang dibutuhkan
untuk B proliferasi dan diferensiasi sel. Sel T helper menghasilkan interleukin-2 dan sitokin
lain yang berfungsi sebagai costimulator untuk mengaktifkan sel B.
20
Vanputte, Regan, Ruso, SEELEY’S ANATOMY AND PHYSIOLOGY 10TH EDITION, (New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc., 2014), Hal. 795
21
Gambar. Respon Sel B terhadap Antigen (Sumber: PRINCIPLES OF
ANATOMY AND PHYSIOLOGY 12TH EDITION)
Setelah diaktifkan, sel B mengalami seleksi klon. Hasilnya adalah pembentukan klon
sel B yang terdiri dari sel plasma dan sel B memori. Sel plasma mengeluarkan antibodi.
Beberapa hari setelah terpapar antigen, sebuah plasma sel mengeluarkan ratusan juta antibodi
setiap hari sekitar 4 atau 5 hari, sampai sel plasma mati. Sebagian besar antibodi bepergian
dalam getah bening dan darah ke lokasi invasi. Interleukin-4 dan interleukin-6, juga
diproduksi oleh sel T helper, meningkatkan sel B proliferasi, diferensiasi sel B menjadi sel
plasma, dan sekresi antibodi oleh sel plasma. Memori B sel tidak mengeluarkan antibodi.
Sebaliknya, mereka dapat dengan cepat berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi lebih
banyak sel plasma dan lebih banyak sel memori B seharusnya antigen yang sama muncul
kembali di waktu mendatang.
Antigen yang berbeda merangsang sel B yang berbeda untuk berkembang menjadi sel
plasma dan sel B memori yang menyertainya. Semua dari Sel B dari klon tertentu hanya
mampu mensekresi satu jenis antibodi, yang identik dengan reseptor antigen yang ditampilkan
oleh sel B yang pertama kali merespons. Setiap antigen spesifik hanya mengaktifkan sel B
yang telah ditentukan sebelumnya (dengan kombinasi segmen gen yang dibawanya) untuk
mengeluarkan antibodi spesifik untuk antigen itu. Antibodi diproduksi oleh klon sel plasma
memasuki sirkulasi dan membentuk kompleks antigen-antibodi dengan antigen yang memulai
produksi mereka.
22
Sel Tmembentuk 65-75% limfosit darah. Untuk mengenali epitop, semua sel Tmemiliki
suatu molekul pada permukaannya, yang disebut reseptor sel T(TCR). Berbeda dengan sel B,
yang mengenali antigen larut atau antigen pada permukaan sel, limfosit T mengenali hanya
epitop (sebagian besar peptida kecil) yang membentuk kompleks dengan protein khusus pada
permukaan sel lain (protein kompleks histokompatibilitas mayor). Tiga subpopulasi yang
penting adalah sebagai berikut:
Telah diketahui bahwa banyak mikroorganisme hidup dan berkembang biak secara intra
seluler, antara lain di dalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibodi. Untuk
melawan mikroorganisme intraseluler tersebut, diperlukan respons imun seluler, yang
diperankan oleh limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-
helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major
histocompatibility complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag.
Sinyal ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk di
antaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme
tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC
kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme secara langsung,
sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran
mikroorganisme ke dalam sel lainnya.22
Sel Tmemberi pertahanan terhadap mikroorganisme seperti fungi, bakteri yang terletak di
dalam sel host, dan virus. Sel Tbertanggungjawab bagi pelepasan imunologik allograft
(transplan antara anggota spesies sama) dan untuk kekebalan anti tumor.
Ada setidaknya lima peringkat fungsional sel T, masing-masing dengan aksinya sendiri
yang terbatas, di antaranya yaitu :
21
Anthony L. Mescher, HISTOLOGI DASAR IUNQUEIRA: TEKS & ATLAS, Ed. 12, terj. Frans Dany, (Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC), 2009, hal. 225.
22
Ida Bagus Kade Suardana, DIKTAT IMUNOLOGI DASAR SISTEM IMUN, (Denpasar : Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana), 2017, hal.8.
23
Sel Tpembantu ada sebanyak 40-50% sel Tdarah perifer dan dikenal dengan adanya
IgM di permukaannya. Bila antigen lebih kompleks dihadirkan pada host, respon sel
B harus menerima dua tanda, satu dari antigen dan lainnya dari sel T. Kerjasama antar
sel B dan sel Tmemerlukan kontak langsung. Faktor-faktor yang dapat larut
dibebaskan oleh sel Tdapat menekan atau merangsang sel B.
Sel Tpenekan berjumlah sekitar 5-15% dari limfosit T yang beredar. Sel-sel ini
merangsang produksi antibodi dan penting dalam menghasilkan daya tahan. Studi
menunjukkan bahwa sel Tpembantu muncul segera setelah antigen masuk. Sek T
penekan kemudian muncul lebih banyak ketika puncak produksi antibodi. Sel
Tpembantu berumur hanya beberapa hari setelah antigen masuk, sedangkan sel
Tpenekan berumur kira-kira dua bulan.
Cytotoxic T cell, kadang-kadang juga disebut sel Tpembunuh, mempunyai
kemampuan menyerang dan merusak sel target. Ini meliputi jaringan yang
ditransplantasikan, sel-sel tumor, virus yang menginfeksi sel host, atau sel-sel yang
diinfeksi oleh agen penginfeksi lain.
Juga ada sel Tpenunda hipersensitif, yang merupakan sumber beberapa limfokin
seperti MIF dan makrofage khemotaksin yang merupakan aktor kunci dalam
menjawab hipersensitivitas.
Kebanyakan proteksi yang diberikan sel Tadalah akibat kemampuannya melepas
sejumlah kecil limfokin. Substansi larut ini memicu banyak respon yang dihasilkan dengan
jenis reaksi kebal seluler. Misalnya macrophage (monocyte) chemotactic factor yang dilepas
oleh limfosit aktif secara selektif. Limfokin lain yang dinamakan Migration Inhibitory Factor
(MIF) mencegah makrofag dari 'perpindahan' menjauhi tempat reaksi. Mitogenic factor,
limfokin lain, menyebabkan limfosit tak terikat atau limfosit tak sensitif untuk membelah
lebih cepat. Bersamaan dengan respon akhir ini adalah limfosit dibuat mempunyai
kemampuan sama seperti limfosit asli yang diaktifkan oleh penggabungan faktor transfer.23
Riset menunjukkan bahwa faktor transfer adalah suatu polinukleotida informasional yang
dapat masuk dan mengubah limfosit tak peka. Limfotoksin terikat pada permukaan sel target
dan dalam beberapa jam sel menjadi berbentuk bola, menunjukkan degenerasi inti dan
sitoplasma kemudian sel lisis. Interferon mencegah replikasi virus dan dapat menahan infeksi
parasit intraseluler. Interferon mampu menghambat pertumbuhan kanker.24
L. Kerjasama antara Sel Target dan Sel B dalam Merespon Zat Kebal
Fungsi lain dari sel-T yaitu yang sangat penting meliputi membunuh sel target misalnya
jasad patogen secara langsung (melalui imunitas perantara sel dan cytotoxicity) serta secara
kerjasama dengan sel-B dalam meningkatkan produksi antibodi. Interaksi antara sel-T dan
sel-B diperantarai paling tidak oleh dua kelas molekul yaitu 1) molekul permukaan sel, yang
berperan dalam penempelan sel dan sinyal transduksi 2) cytokine (termasuk interleukin) yang
merupakan hormon polipeptid yang berperan dalam pertumbuhan, pembelahan dan
diferensiasi sel dalam sistem kekebalan.
23
Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudiani, FISIOLOGI MANUSIA, (Malang : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), 1999, hal.201.
24
Ibid, hal. 202.
24
Tanggap kebal yang ditimbulkan oleh sel-T disebut dengan keimunan perantara sel (cell
mediated immunity) sedangkan tanggap kebal yang dihasilkan oleh sel-B disebut dengan
“humoral immunity”. Sifat dari kekebalan yang dihasilkan oleh sel-T adalah tidak spesifik,
sedangkan yang dihasilkan oleh sel-B bersifat spesifik. Perbedaan tanggap kebal spesifik
dengan yang tidak spesifik adalah: a) kespesifikan, b) keheterogenan dan c) ingatan/memori
immunology.
Kespesifikan adalah pemilihan yang tepat baik oleh antibodi maupun limfosit untuk
bereaksi dengan antigen atau benda asing lain dengan konfigurasi yang sama dengan antigen
tersebut. Sifat keheterogenan dari tanggap kebal spesifik adalah terbentuknya berbagai jenis
sel maupun hasil sel yang dikeluarkan sewaktu tubuh inang tersebut dimasuki oleh antigen.
Sel-sel yang beraneka jenis tersebut akan menghasilkan antibodi dan limfosit sensitif yang
bersifat heterogen. Sifat ketiga adalah terbentuknya “memori immunology” dalam sel-sel
limfosit. Jadi apabila sewaktu waktu inang tersebut dimasuki oleh antigen yang sejenis maka
inang tersebut akan cepat bereaksi untuk membentuk antibodi. Dengan adanya memori
imunologi ini akan mempercepat dan meningkatkan terbentuknya zat anti (antibodi) pada
tubuh inang.25
Ada kerjasama dan interaksi antara dua jenis limfosit. Tetapi belum diketahui secara pasti
mengenai hubungan sel Tdan sel B yang saling membantu. Mekanisme imunitas yang
melibatkan sel Tdan sel B spesifik, artinya satu antigen asing adalah target setiap kali
mekanisme diaktifkan. Makrofag memiliki situs reseptor untuk bahan kimia asing seperti
dinding sel bakteri atau flagela dan dapat memfagositisasi hampir semua bahan asing yang
ditemukannya (seperti halnya Langerhans atau sel dendritik). Namun, sel Tdan sel B menjadi
sangat spesifik.26 Satu dari model terbaik menyarankan bahwa urut-urutan peristiwa berikut
terjadi dalam beberapa respon kebal. Deteksi antigen terjadi pertama oleh sel Tyang bereaksi
cepat mengikat antigen dengan permukaan reseptor molekulnya. Sel Tmulai berproliferasi
secara cepat membelah (pembentukan klon) dan dengan menghasilkan immunoglobulin
monomerik yang terbentuk pada permukaan membran.
Langkah berikutnya melibatkan pengikatan molekul antigen pada antibodi permukaan ini.
Setelah penggabungan terjadi, kompleks antigen-antibodi dilepas dari sel Tdan diambil oleh
sel makrofag. Kompleks antigen-antibodi mendarat pada permukaan makrofag. Akhirnya
makrofag tertutup oleh kompleks antigen-antibodi yang menonjol ke permukaan dengan
ikatan antigen menghadap jauh dari sel.
Tonjolan antigen nampak sangat penting untuk langkah berikutnya, karena sekarang sel
makrofag menghadirkan antigen pada sel B khusus. Nampaknya antigen perlu dihadirkan
pada sel B secara berurutan. Bila antigen telah dihadirkan sebagaimana dan diterima, sel B
dipicu untuk proliferasi dan pendewasaan
Sedangkan pada imunitas yang dimediasi oleh antibodi, mekanisme kekebalan ini
memang melibatkan produksi antibodi. Langkah pertama adalah pengenalan antigen asing,
kali ini oleh sel B, serta oleh makrofag dan sel Tpembantu. Sel Tpembantu yang peka
25
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemdikbud RI, Anatomi hewan, 2013,Hal.235-236.
26
Valerie C. Scanlon and Tina Sanders, Essentials of Anatomy and Physiology, (USA : F. A. Davis Company),
2011, hal. 366.
25
menghadirkan antigen asing ke sel B, yang memberikan rangsangan kuat untuk aktivasi sel B
yang spesifik untuk antigen ini. Sel B yang diaktifkan mulai membelah berkali-kali, dan dua
himpunan bagian sel terbentuk. Beberapa sel B baru yang diproduksi adalah sel plasma yang
menghasilkan antibodi khusus untuk antigen asing yang satu ini. Sel B lainnya menjadi sel B
memori, yang akan mengingat antigen spesifik dan memulai respons cepat pada paparan
kedua.27 Walaupun beberapa respon kebal lebih dimediasi sel Tdan lainnya lebih dimediasi
sel B, kebanyakan respon kebal adalah campuran keduanya. Kerjasama alami adalah bahwa
respon sel B hampir keseluruhannya tergantung pada sel T.28
M. Autoimunitas
27
Ibid.
28
Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudiani, FISIOLOGI MANUSIA, (Malang : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), 1999, hal.202
26
Bila tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang jaringannya sendiri, kondisi ini disebut
autoimunitas. Autoimunitas adalah respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang
disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self
tolerance sel B, sel Tatau keduanya. Potensi untuk autoimunitas ditemukan pada semua
individu oleh karena limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak self
antigen. Autoimunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan aktivasi,
proliferasi serta diferensiasi sel Tautoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan
kerusakan jaringan dari berbagai organ, baik antibodi maupun sel Tatau keduanya dapat
berperan dalam patogenesis penyakit autoimun. Antigen disebut autoantigen, sedang antibodi
yang dibentuk disebut autoantibodi.29
Autoimunitas secara teori berkembang sewaktu toleransi terhadap self antigen belum
terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap sel antigen hilang atau terlewatkan. Kebanyakan
dari kesalahan tersebut kemungkinan program genetik. Kegagalan untuk mendapat toleransi
disebabkan sebagai berikut: kegagalan clonal deletion dari sel autoreaktif (kegagalan toleransi
dari sel Tpusat), kegagalan anergi klonal (kegagalan toleransi sel Tperifer), pelepasan antigen
pemisah dimana toleransi belum berkembang, perubahan dari self antigen, dimana menjadi
tidak dikenal sebagai antigen sendiri, tiruan molekular antara antigen dari lingkungan dan self
29
Dicky Santosa, AUTOIMUNITAS SEBAGAI DASAR KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN, (Bandung : Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung), 2011, hal. 2.
30
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemdikbud RI, Anatomi hewan, 2013, Hal 206.
31
Ida Bagus Kade Suardana, DIKTAT IMUNOLOGI DASAR SISTEM IMUN, (Denpasar : Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana), 2017, hal.23.
27
antigen, penyimpangan ekspresi MHC (Mayor Histo Compatibility), rangsangan superantigen
dari klonal anergi autoreaktif, rangsangan sel B poliklonal.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh
mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan
kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya
menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh. Gangguan autoimun
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan organ yang diserang, yaitu organ
tunggal dan sistemik. Organ tunggal berarti sistem imun menyerang satu organ tertentu,
sedangkan yang sistemik artinya sistem imun meyerang beberapa organ atau sistem tubuh
yang lebih luas. Penyakit autoimun dibagi dua kelompok yaitu satu organ dipengaruhi, contoh
kelompok pertama ini adalah Thyroiditis. Antibodi dibentuk melawan hormon tiroid yang
beredar dalam plasma pada konsentrasi sangat rendah. Dalam penyerangan hormon, antibodi
juga semakin merusak kelenjar tiroid. Kedua adalah perusakan meluas yang disebabkan oleh
sejumlah autoantibodi contohnya adalah systemic lupus erythematosus atau (SLE). Kulit,
sendi, paru, limpa, lambung, intestine, hati, dan tubulus ginjal diserang oleh autoantibodi.32
Berikut beberapa contoh penyakit autoimunitas, sebagai dasar kelainan pada sistem
endokrin :33
32
Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudiani, FISIOLOGI MANUSIA, (Malang : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), 1999, hal 201-202.
33
Dicky Santosa, AUTOIMUNITAS SEBAGAI DASAR KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN, (Bandung : Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung), 2011, hal. 4.
34
Dicky Santosa, AUTOIMUNITAS SEBAGAI DASAR KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN, (Bandung : Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung), 2011, hal.3-4.
28
3.3. Kelenjar Tiroid
35
Ibid, hal. 4.
29
tanda Grave’s disease. Gambaran klinis berupa lemas, gelisah, keringat
berlebihan, palpitasi, berat badan menurun dan tidak tahan panas (heat
intolerance).
3.5.1. APS 1
3.5.2. APS 2
Diabetes tipe 1 terjadi akibat destruksi imunologik sel beta dari sel
Langerhans pankreasyang memproduksi insulin. Penyakit ini merupakan
penyakit kronis kedua tersering pada anak dan ditemukan pada sekitar 1 dari
500 populasi di Amerika Serikat. Puncaknya terjadi pada usia antara 10-15
tahun. DM yang insulin-resisten tidak memberikan respons terhadap suntikan
insulin oleh karena adanya antibodi yang bereaksi dengan reseptor insulin pada
sel tubuh yang mencegah kerja hormon. Hal tersebut diduga dipacu suntikan
hormon. Antibodi yang sama dapat ditemukan pada IDDM pada waktu
diagnosis ditegakkan (sebelum diberikan insulin). Ditemukan juga
sitotoksisitas sel T terhadap sel Langerhans pankreas dan sel-sel Langerhans
yang diinfiltrasi dan dirusak sel B dan T. IDDM sering didahului oleh infeksi
virus seperti campak, CMV, influenza, rubela, dan koksaki. Virus campak dan
koksaki sendiri dapat menghancurkan sel Langerhans pankreas in vitro. Virus
koksaki B4 yang diisolasi dari pankreas anak dengan DM dapat menimbulkan
penyakit serupa pada hewan. IDDM didapatkan pada 15% anak dengan rubela
kongenital.
32
memasukkan auto antibodi yang menyebabkan reaksi terhadap semua sel dari
islet atau bereaksi hanya pada sel β. Auto antibodi spesifik khusus sel β adalah
insulin autoantibodies (IAAs) pada insulin yang ada di sirkulasi darah. Secara
invivo IAAs tidak mengikat terhadap sel, tetapi mengikat di ekstraselular
produk sel β. IAAs yang terbentuk akan digunakan terhadap auto antigen sel
sitoplasma, Glutamic Acid Decarboxylase (GAD), dan insulinoma-associated
protein tyrosine phosphatase (IA-2).
N. Mekanisme autoimunitas
Antigen berupa hapten secara normal terikat pada jaringan asal, tetapi bila dibelah dari
lokasi normalnya mereka mengingat pada molekul baru pembawa. Dalam keadaan sehat,
molekul asli dan hapten dianggap sebagai diri sendiri atau bagian dari tubuh. Bila hapten
terikat pada carrier baru, carrier menyisipkan sel-sel T bermuatan ini menghancurkan antigen
pada sel B spesifik yang kemudian menghasilkan antibodi yang diarahkan melawan bagian
dari molekul.
Satu molekul antigenik adalah bagian dari beberapa jaringan, tahan terhadap derajat
rendah antigen dan sel-sel T yang diarahkan melawannya dilumpuhkan. Bila antigen lain
diperkenalkan, ia menggiatkan sel T lain yang sesuai yang selanjutnya menghadapkan
molekul antigenik dengan gugus haptenik sama pada sel-sel B yang menghasilkan antibodi.
36
Ibid, hal.5-12
33
Antibodi-antibodi ini diarahkan melawan gugusan haptenik biasa dan merusak kedua carier
antigenik.
Bila elemen-elemen yang terbentuk dibuang dari darah, cairan berwarna kuning yang
disebut plasma, tertinggal kira-kira 7 - 9% zat terlarut adalah protein. Beberapa protein ini
juga didapatkan di manapun dalam tubuh. Tetapi bila terdapat dalam darah merah disebut
protein plasma. Albumin yang menyusun sebagian besar plasma protein dan bertanggung
jawab atas kekentalan darah. Bersama elektrolit, albumin juga mengatur volume darah dengan
pencegahan semua air darah berdifusi ke dalam cairan interstitial. Globulin yang merupakan
protein antibodi dilepas oleh sel plasma, membentuk komponen kecil protein plasma. Gamma
globulin dikenal baik karena ia dapat membentuk kompleks antigen-antibodi dengan protein
dari virus hepatitis dan campak serta bakteri tetanus. Fibrinogen, yang merupakan protein
plasma ketiga, mengambil bagian dalam mekanisme pembekuan darah bersama keping
darah.37
O. Fisiologi Hemostasis.
Istilah hemostasis mengacu pada urutan peristiwa yang terjadi untuk mencegah
kehilangan darah setelah pembuluh darah luka dan satu deret reaksi biokimia yang
menyebabkan pembekuan darah serta deretan lain yang menyebabkan fibrinolisis atau
pemusnahan bekuan darah. Fungsi utama mekanisme hemostatis ini adalah menjaga
keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik
serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh
darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).38
Bila arterior atau venula luka respon segera yang terjadi adalah kontrakasi serabut-
serabut otot dalam dinding pembuluh darah menyusut, masing masing sebagai akibat
langsung trauma atau karena rangsangan dari sistem syaraf simpatetik. Akibat kontraksi
adalah mengurangi tekanan darah dalam pembuluh distal dan mengurangi volume darah yang
hilang.
Bila suatu pembuluh darah rusak, darah berhubungan dengan serabut-serabut kolagen
dalam dinding pembuluh darah. Keeping darah melekat dalam kolagen dan yang melekat ini
semakin banyak. Kurang dari 1 menit, keeping darah menutup daerah yang rusak tadi,
selankjutnya terjadilah proses pembekuan darah. Trombin muncul dan merubah firbrinogen
menjadi fibrin.39
37
Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudiani, FISIOLOGI MANUSIA, (Malang : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), 1999, hal.203.
38
Durachim, Adang, dkk., Hemostasis, (Pusat Pendidika Sumber Daya Manusia, 2018), hlm.1-2
39
Soewolo, dkk., Fisiologi Manusi, (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1999) hlm. 205
34
Darah dalam saluran rusak juga mengental, ini membantu pencegahan kehilangan
darah. Urutan peristiwa pembentukan penutupan luka oleh keeping darah adalah sebagai
berikut :
1. Keping darah bertemu receptor site berumatan negative pada kolagen dinding pembuluh
darah. Glikoprotein khusus pada permukaan keeping darah mengenali receptor site.
Plasma normal berisi protein larut yang dikenal sebagai faktor Von Willebreand. Protein
khusus ini diperlukan untuk lekatnya keeping darah pada kolagen dalam dinding
pembuluh darah terutama bila darah mengalir dengan cepat dari pembuluh yang luka.
2. Bila keeping darah ,melekat pada dinding pembuluh darah, asam lemak pada membrane
keping darah yang disebut asam arakidonat dilepas. Asam ini di ubah secara cepat di
dalam plasma menjadi endoperoksida. Selanjutnya beberapa darinya diubah menjadi
Thromboxane A2.
3. Thromboxane A2 yang menyebabkan lepasnya bahan-bahan granular yang disimpan
dalam granula ɑ dan padat dari keeping darah. Keseluruhan urutan-urutan ini memakan
waktu kira-kira 1 menit.
4. Pengaruh pertama sekresi keping darah dirupakan dengan ADP yang dilepas dari granula
padat.
5. ADP menyebabkan keping darah merubah bentuknya menjadi lebih gemuk dan
berkembang sepanjang proses. Keping darah juga menampakkan receptor site baru bagi
fibrinogen pada permukaannya.
6. Molekul fibrinogen kemudian mengikatkan diri pada keping darah dan mengikat keping
darah satu pada keping darah lain, sehingga menyebabkan gumpalan keping darah.
Fitronogen adalah molekul dimer, setiap ujung dapat berikatan pada keping darah lain.40
Penggolongan Darah
40
Ibid, hlm. 205-206
41
Ibid, hlm. 206
35
Golongan darah ABO didasarkan pada 2 aglutinogen yang disimbolkan dengan huruf
A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja dimasukkan dalam
golongan darah A. yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B dimasukkan dalam
golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A dan B adalah
golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah golongan
darah O. Plasma darah orang yang bergolongan darah A, B dan O berisi anti bodi tertentu
yang disebut agglutinin. Anti bodi a (anti A) yang mengikat aglutinogen A dan anti bodi b
(anti B) yang mengikat aglutinogen B. Individu-individu tidak mempunyai anti bodi yang
menyerang anti gen dari eritrositnya sendiri, misalnya seseorang bergolongan darah A tidak
mempunyai anti bodi a (anti A). Tetapi semua orang mempunyai anti bodi melawan
aglutinogen yang mereka sendiri tidak membuatnya misalnya barangkali golongan darah yang
diberikan pada orang yang tidak mempunyai aglutinogen A. Sistem kekebalan individu
mengenali bahwa anti gen A adalah asing dan karenanya menyerang. Anti bodi di arahkan
melawan eritrosit yang mengikatnya dan menyebabkannya menggumpal. Ini merupakan
contoh lain respon anti gen - anti bodi.
Selain sistem penggolongan darah ABO dikenal jugasistem penggolongan darah resus.
Dinamakan sistem resus karena anti gen Rh pada mulanya di temukan pada kera resus. Seperti
sistem ABO, sistem Rh didasarkan pada aglotinogen yang ada di permukaan eritrosit.
Individu yang eritrositnya berisi aglotinogen Rh dinyatakan sebagai Rh+. Yang tidak
mempunyai aglutinogen Rh dinyatakan sebagai Rh-. Sistem penggolongan darah ABO dan Rh
biasanya di gunakan bersama. Misalnya seseorang tipe A dalam golongan darah ABO dan Rh
positif dikatakan A-positif. Ketidak cocokan Rh dapat menimbulkan masalah besar dalam
kehamilan ketika ibu Rh negatif dan janin Rh positif. Jika darah janin bocor melalui plasenta
dan bercampur dengan darah ibu, ibu menjadi peka terhadap antigen Rh. Ibu kemudian
menghasilkan antibodi anti Rh yang melintasi plasenta dan menyebabkan aglutinasi dan
hemolisis sel darah merah janin. Pada kehamilan pertama seringkali tidak ada masalah.
Kebocoran darah janin biasanya akibat robekan pada plasenta yang terjadi pada akhir
kehamilan atau selama persalinan. Demikian, tidak ada cukup waktu bagi ibu untuk
menghasilkan cukup anti-Rh antibodi untuk membahayakan janin. Namun, jika terjadi
kepekaan dapat menyebabkan masalah pada kehamilan berikutnya.42
42
Seeley, Rod, dkk., Seeley’s Anatomy & Physiology, Tenth Edition, (New York : McGraw Hill, 2014),
hlm. 657
36
Cairan interstitial dan limfe adalah sama. Beda utama antara kedua cairan ini adalah
lokasinya. Cairan yang meredam sel disebut cairan interstitial atau cairan jaringan. Cairan
yang mengalir dalam pembuluh limatik adalah cairan limfe. Kedua cairan ini sama
komposisinya dengan plasma. Perbedaan utama kimiawinya adalah bahwa mereka kurang
kandungan proteinnya, karena molekul protein plasma tidak dengan mudah melalui sel-sel
yang membentuk dinding kapiler. Ingat bahwa keseluruhan darah tidak mengalir dalam ruang
jaringan, tetapi tetap dalam pembuluh tertutup. Bahan-bahan terlelut tertentu plasma
meninggalkan sirkulasi bersama air, melalui bocornya dinding kapiler. Transfer bahan antara
darah dan cairan interstitial terjadi karena difusi, osmosis, dan filtrasi menyeberang sel yang
membentuk dinding kapiler. Cairan interstitial dan limfe berisi sejumlah lekosit berbeda.
Lekosit dapat masuk jaringan dengan diapedesis. Namun, cariran interstitial dan limfe
kekurangan eritrosit dan keping darah. Dalam cairan interstitial dan limfe, substansi lain
terutama molekul organik beraneka jenis dan jumlah. Pembuluh limfe saluran pencernaan
makanan misalnya, berisi sejumlah besar lipid yang telah diserap dari darah.43
1. Anemia Hemorhagik
Adalah kehilangan eritrosit besar-besaran melalui pendarahan. Sebab umum adalah
luka besar, luka lambung, dan pendarahan besar-besaran dalam menstruasi. Bila
pendarahan luar biasa berat di istilahkan anemia akut. Pendarahan lama perlahan
menimbulkan anemia kronis. Gejala utamanya adalah badan lemah.
2. Anemia Hemolitik
Berasal dari kata hemolysis yaitu rusaknya membran eritrosit. Bila sel dirusak Hbnya
tertuang ke dalam plasma. Perusakan prematur eritrosit diakibatkan beberapa sebab
seperti kekurangan sintesis Hb, abnomalitas ensim eritrosit atau kerusakan membran
eritrosit. Parasit, toksin, dan antibodi dari darah yang tidak sesuai dapat juga
menyebabkan anemia hemolitik. Talasemia salah satu anemia hemolitik warisan
pengobatan umum terdiri dari transfuse darah dan pencegahan serta penanganan awal
infeksi,
3. Ananemia Aplastik
Adalah akibat perusakan atau penghambatan sumsum merah tulang. Dosis berlebih
atau pemberian radiasi energi tinggi akan menghasilkan luka pada sebagian besar sel
tubuh. Tekanan sel-sel sumsum tulang oleh radiasi, obat-obatan, zat kimia atau toksin
43
Soewolo, dkk., Fisiologi Manusi, (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1999) hlm. 211
37
berkibat anemia aplastic. Transplan sumsum tulang telah berhasil dilakukan pada
beberapa penderita anemia aplastik.
4. Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia)
Merupakan penyakit kekurangan sel darah merah normal yang disebabkan oleh
kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah merah berbentuk
sabit.44Bila eritrosit penderita sel sabit mencapai daerah bertekanan rendah mereka
berubah menjadi lebih buruk dan berbentuk sabit. Jika anemia ini parah, dapat
menyebabkan matinya jaringan dari organ vital seperti paru dan ginjal yang dapat
menyebabkan kematian. Sel ssabit mudah rusak walaupun eritropoiesis dirangsang
oleh hilangnya sel, ia tidak dapat bertahan terhadap kerusakan.
5. Infectious Mononucleosis
Adalah penyakit menular yang disebabkan virus epstein-barr terutama terjadi pada
anak-anak. Tanda-tandanya adalah naiknya jumlah
leukosit dengan presentase tinggi tidak normal dari
sel-sel mononuclear terutama limfosit. Tanda dan
gejalanya adalah demam ringan, nyeri tenggorok,
langit-langit lunak dan tenggorok berwarna merah
cerah, leher kaku, batuk dan rasa tak enak badan.
Limpa bisa membesar dan komplikasi yang melibatkan ginjal, hati, jantung dan sistem
syaraf.
6. Leukimia
44
Febrianti, Katarina, dkk., Identifikasi Penyakit Anemia Sel Sabit Menggunakan Teknik Pengolahan
Citra dan Algoritma K-Nearest neighbor, (Jurnal Aksara Elementer Vol. 5 No.1, 2016), hlm. 1
38
dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah
penderita.Dosis virus yang menginfeksi berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi. Jumlah virus yang banyak ada dalam darah, sperma, cairan vagina dan leher
rahim serta cairan otak.
Kelainan Hemostasis
A. PETECHIAE
Merupakan bintik merah kecil dan bulat sempurna yang tidak menonjol akibat perdarahan
intradermal atau submukosa. Petechiae merupakan perdarahan di kulit atau membran mukosa
yang diameternya kurang dari 2 mm. Petechiae dapat terjadi dari berbagai mekanisme yang
mengganggu proses hemostatis tubuh, sebagai contoh trombositopenia, fungsi platelet yang
abnormal, kerusakan faktor von Willebrand, gangguan dari integritas vaskular seperti cedera
endotel. Penyebab paling umum dari petechiae adalah melalui trauma fisik seperti muntah,
batuk darah atau menangis yang dapat mengakibatkan petechiae wajah terutama disekitar
mata. Petechiae dalam hal ini sama sekali tidak berbahaya dan biasanya hilang dalam
beberapa hari45
B. PURPURA
Purpura merupakan kondisi dimana terjadi perubahan warna pada kulit atau selaput
lendir karena adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil. Purpura mempunyai ukuran lebih
dari sama dengan 3 mm. Terdapat banyak tipe dan klasifikasi dari purpura, tetapi beberapa
penyebab dapat digolongkan menjadi 3 bagian besar yaitu kelainan platelet (trombosit),
kelainan pembuluh darah, dan kelainan pembekuan darah.
Kelainan platelet yang dalam hal ini hancurnya trombosit pada pasien dengan
trombositopenik purpura baik yang bersifat primer
(idiopatik tidak diketahui penyebabnya) atau sekunder
karena faktor eksternal atau internal seperti obat-
obatan, infeksi, penyakit tertentu.Kelainan vaskular
pada pasien dengan non- trombositopenik purpura,
terjadi rembesan darah keluar dari pembuluh darah
akibat kerusakan pada pembuluh darah kecil, peningkatan tekanan dalam pembuluh darah,
dan kurangnya kekuatan pembuluh darah itu sendiri seperti pasien usia tua. Kelainan
45
Durachim, Adang, dkk., Hemostasis, (Pusat Pendidika Sumber Daya Manusia, 2018), hlm.104
39
pembekuan darah terjadi pada pasien dengan disseminated intravasculor coagulation (DIC)
yang memiliki gejala klinis yang beragam mulai dari kelainan yang berat dan fatal (purpura
fulminans) sampai ke kelainan yang relatif ringan.46
C. ECCHYMOSES
D. TROMBOSITOPENIA
E. HEMOFILIA
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah dengan karakteristik masalah perdarahan dan
kelainan pembekuan yang memerlukan penanganan multidisipliner. Gejala yang paling sering
terjadi ialah perdarahan, baik di dalam tubuh (internal bleeding) maupun di luar
tubuh (external bleeding). Perjalanan penyakitnya sendiri sudah dimulai dari
46
Ibid, hlm. 104
47
Ibid, hlm. 105
48
Ibid, hlm. 106
40
masa neonatal. Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan fungsi homeostasis.49
49
Yosua, Vincentius, Angliadi Engeline Rehabilitasi Medik Pada Hemofilia (Biomedik Vol. 5 No.2, 2013),
hlm. 1
41