Anda di halaman 1dari 10

STUDI PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR PADA

PERKERASAN KAKU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT BATU PECAH


MANUAL DAN AGREGAT BATU PECAH MESIN

Bani1)., Slamet Widodo2)., Eti Sulandari2)


Bany.amazz@gmail.com

ABSTRAK
Terjadinya krisis bahan baku yang berkepanjangan terutama bahan baku utama
pembuat beton jalan yaitu batu mengakibatkan harga batu meningkat. Maka perlu dicari bahan
baku alternatif pengganti yang lebih ekonomis. Berdasar hal tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton maksimum, kuat lentur balok beton maksimum
yang menggunakan campuran berbeda agregat pengelolaanny sebagai campuran dengan
memiliki nilai mutu tekan 30MPa dan mutu lentur 45Kg/cm 2 pada umur 28 hari. Metodelogi
penulisan penelitian ini adalah kuat tekan dan kuat lentur, dengan benda uji silinder beton
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sedangkan untuk kuat lentur menggunakan benda uji balok
beton dengan ukuran lebar 15 cm, tebal 15 cm, dan panjang 60 cm. Metode perencanaan
campuran beton menggunakan metode SNI.
Setelah dilakukan pengujian dan penelitian, maka didapat hasil pengujian kuat tekan
silinder pada beton dengan menggunakan batu pecah mesin menghasilkan kuat tekan sebesar
34,53 MPa dan untuk beton dengan menggunakan batu pecah manual 30,70 MPa. Kuat tekan
beton maksimal tercapai pada variasi penggunaan kedua agregat tersebut dengan rencana
awal 30 MPa, untuk penggunaan agregat batu pecah mesin mengalami peningkatan sebesar
11% dari penggunaan agregat batu pecah manual. Hasil pengujian kuat lentur balok pada
beton dengan menggunakan batu pecah mesin menghasilkan kuat lentur sebesar 46,77 Kg/cm 2
dan untuk beton dengan menggunakan batu pecah manual 45,46 Kg/cm 2. Kuat lentur beton
maksimal tercapai pada variasi penggunaan kedua agregat tersebut dengan rencana awal 45
Kg/cm2, untuk penggunaan agregat batu pecah mesin mengalami peningkatan sebesar 2,8%
dari penggunaan agregat batu pecah manual.
Nilai stabilitas pada penggunaan agregat batu pecah mesin memiliki nilai kuat tekan
yang lebih tinggi di bandingkan secara manual. Hal ini dapat diartikan bahwa batu yang
terbentuk secara pecah mesin memiliki ukuran agregat yang standar ukurannya sehingga
dalam pembentukan terhadap beton tidak membuat rongga-rongga lebih besar dan memiliki
kepadataan yang lebih baik dibadingkan batu pecah manual, sedangkan untuk batu yang diolah
secara manual pembentukan dengan alat seadanya tidak dapat di pastikan memiliki nilai
standar.

Kata kunci : kuat tekan beton, kuat lentur, agregat batu pecah mesin, agregat batu pecah manual

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT UNTAN

1
1. PENDAHULUAN berakibat pada berkurangnya umur rencana
Provinsi Kalimantan Barat terus pada kontruksi perkerasan.
berusaha meningkatkan perkembangan di Dalam hal ini pengaruh agregat
berbagai daerah dan di berbagai sektor demi campuran yang mempengaruhi
untuk meningkatkan taraf hidup serta karakteristik beton itu sendiri perlu di
memajukan perekonomian, maka dari itu lakukan kajian eksperimental pada model
diperlukan sarana dan prasarana kontruksi perkerasan kaku. Dan dalam segi
perhubungan yang fungsinya sangat ekonomis atau pun kegunaannya dapat
penting atau vital, khususnya infrastruktur diperhitungkan sebagai pembanding
jalan. Jalan raya merupakan salah kegunaan agregat terhadap campuran beton
satu prasarana perhubungan darat yang itu sendiri. Sehingga mendapatkan
keberadaannya sangat diperlukan, hal ini beberapa bentuk alternatif model kontruksi
juga harus diiringi dengan kelayakan perkerasan kaku sebagai pembanding
kontruksi jalan tersebut guna menunjang terhadap bentuk kontruksi perkerasan kaku
kelancaran transportasi dan perekonomian yang umumnya dilakukan di lapangan.Atas
yang baik, cepat dan efisien. dasar hal inilah maka penulisan mengambil
Perkerasan jalan beton sering di judul “ studi perbandingan kuat tekan dan
sebut perkerasan kaku (Rigid Pevement) kuat lentur pada perkerasan kaku yang
terdiri dari plat beton. Beton seiring menggunakan agregat batu pecah manual
perkembangan dalam hal konstruksi dan agregat batu pecah mesin”
bangunan sering di gunakan sebagai
struktur, dan dapat digunakan hal lainnya.
Banyak hal yang dapat di lakukan dengan
beton, contohnya dalam struktur beton yang 2. TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari balok, kolom, pondasi, bahkan Permukaan tanah umumnya tidak
dalam bidang jalan raya. mampu menahan beban kendaraan di
Beton dalam perkerasan kaku (Rigid atasnya sehingga diperlukan suatu
Pavement) banyak digunakan pada kondisi kontruksi yang dapat menahan dan
tanah dasar yang mempunyai daya dukung mendistribusikan beban lalu lintas yang
rendah, atau pada kondisi tanah yang diterimanya.
mempunyai daya dukung yang tidak Jenis konstruksi ini di kenal sebagai
seragam. Kelebihan dari kontruksi perkerasan (pavement), yang dapat di
perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya defenisikan sebagai lapisan yang dibangun
yang mampu menahan beban roda diatas tanah asli atau tanah dasar yang
kendaraan dan menyebar kannya ketanah berfungsi sebagai menahan dan menerima
dasar secara efisien. Sifat beton yang lalu lintas kemudian menyebarkan beban
menahan beban tekan dijadikan sebagai baik kearah horizontal maupun vertical dan
andalan untuk menahan beban roda akhirnya meneruskan beban kepada tanah
kendaraan, sementara kelemahan dalam dasar sehingga tanah dasar sehingga tanah
menahan beban yang mengakibatkan dasar tidak menanggung beban seluruhnya
terjadinya tegangan tarik, dijadikan sebagai dan beban tidak melampaui daya dukung
kendala dalam perencanaan tebal plat tanah dasar serta sebagai lapisan penutup
beton. permukaan.
Dampak dari terjadinya tegangan Lapisan perkerasan suatu jalan
tarik akibat beban yang melebihi tegangan terutama dapat terdiri dari batuan dan bahan
tarik dari beton adalah terjadinya retak- pengikat.Bahan batuan dapat terdiri dari
retak pada permukaan. Jika retak yang berbagai fraksi batuan yang direncanakan
terjadi tidak seragam ditangani, dan sedemikian sehingga memenuhi
kontruksi perkerasan tetap menerima beban persyaratan yang dituntut.
kendaraan, maka akan menambah Berdasarkan bahan pengikatnya,
terjadinya retak yang pada akhirnya konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas :

2
a. Konstruksi Perkerasan Lentur mengetahui kapasitas struktur yang
(Flexsible Pavement), yaitu menanggung beban, maka faktor yang
perkerasan yang menggunakan paling diperhatikan dalam perancangan
aspal sebagai bahan pengikat. perkerasan kaku adalah kekuatan beton itu
Lapisan-lapisan perkerasannya sendiri, adanya beragam kekuatan dari
bersifat memikul dan menyebarkan tanah dasar dan atau pondasi hanya
beban lalu lintas ketanah dasar, berpengaruh kecil terhadap kapasitas
yang terdiri dari empat lapisan structural perkerasannya (tebal plat
penyusunan yaitu lapisan betonnya), tetapi untuk desainbadan jalan
subgrede,sub-base,base dan (tanah dasar) perlu kajian geoteknik
surface. tersendiri jika ditemukan klasifikasi tanah
b. Konstruksi Perkerasan Kaku (rigid yang masuk kategori tidak baik sebagai
Pavement), yaitu perkerasan yang tanah dasar.
menggunakan semen (Portlans Lapisan pondasi atau kadang-kadang
cement) sebagai bahan pengikat. juga dianggap sebagai lapisan pondasi
Pelat beton dengan atau tanpa bawah jika digunakan dibawah perkerasan
tulangan diletakkan diatas tanah kaku karena beberapa pertimbangan yaitu
dasar dengan atau tanpa lapisan untuk kendali terhadap pumping, kendali
pondasi bawah. Beban lalu lintas terhadap system drainasei (drainase bawah
sebagian besar dipikul oleh pelat perkerasan), kendali terhadap kembang-
beton. susut yang terjadi pada tanah dasar, untuk
c. Kontruksi Perkerasan Komposit, mempercepat perkerjaan konstruksi, serta
yaitu Perkerasan yang merupakan menjaga kerataan dasar dari plat beton.
gabungan dari perkerasan kaku Atau dapat diuraikan bahwa fungsi
(rigid pavement) dan lapisan dari lapisan pondasi atau pondasi bawah
perkerasan lemtur (flexible adalah :
pavement) di atasnya, dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja a. Menyediakan lapisan yang
sama dalam memikul beban lalu seragam, stabil dan permanen.
lintas. Untuk ini maka perlu ada b. Menaikan harga modulus rekasi
persyaratan ketebalan perkerasan tanah dasar (modulus of sub-grade
aspal agar mempunyai kekuatan reaction = k), menjadi modulus
yang cukup serta mencegah retak reaksi komposit (modulus of
refleksi dari perkerasan beton di composite reaction).
bawahnya. c. Melindungi gejala pumping butir-
butiran halus tanah pada daerah
sambungan, retakan dan ujung
2.1. Perkerasan Kaku (rigid pavement) samping perkerasan.
Perkerasan kaku atau juga disebut d. Mengurangi terjadinya keretakan
(rigid pavement), terdiri dari plat beton di pada plat beton.
atas tanah. Perkerasan beton yang kaku dan e. Menyediakan lantai kerja.
memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban terhadap Pumping : adalah proses keluarnya
bidang area tanah yang cukup luas, air dan butiran-butiran tanah dasar atau
sehingga bagian terbesar dari kapasitas pondasi bawah melalui sambungan dan
struktur perkerasan diperoleh dari slab retakan atau pada bagian pinggir
beton sendiri. perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
Hal ini berbeda dengan perkerasan vertical plat karena beban lalu-lintas,
lentur dimana kekuatan perkerasan setelah adanya air bebas yang terakumulasi
diperoleh dari lapisan-lapisan tebal pondasi dibawah plat.
bawah, pondasi dan lapisan permukaan. Pemilihan penggunaan jenis
Karna yang paling penting adalah perkerasan kaku dibandingkan dengan

3
perkerasan lentur yang sudah lama dikenal kemungkinan lebih
dan lebih sering digunakan, berdasarkan rendah.
keuntungan dan kerugian masing-masing 8. biaya pemeliharaan 8. Biaya
jenis perkerasan tersebut.Perbedaan relatif tidak ada. pemeliharaan yang
perkerasan kaku dan perkerasan lentur dikeluarkan,
mencapai lebih
dapat dilihat pada table 1.
kurang dua kali
lebih besar dari
Tabel 1. Perbedaan Perkerasan Kaku Dan pada perkerasan
Perkerasan lentur kaku
Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur 9. agak sulit 9. Pelapisan ulang
1. kebanyakan 1. Dapat digunakan menetapkan saat dapat dilaksanakan
digunakan hanya untuk semua yang tepat untuk pada semua tingkat
pada jalan kelas tingkat lalu-lintas. melakukan pelapisan ketebalan
tinggi, serta pada ulang. perkerasan yang
perkerasan lapangan diperlukan, dan
terbang. lebih mudah untuk
2. job mix lebih mudah 2. Kendali kualitas menentukan
dikendalikan untuk job mix perkirakan
kualitasnya. lebih rumit. pelapisan ualang.
Modulus elastisitas 10. kekuatan konstruksi 10. Kekuatan
antara lapis perkerasan kaku konstruksi
permukaan dan lebih ditentukan oleh perkerasan lentur
pondasi sangat kekuatan plat beton ditentukan oleh
berbeda. sendiri (tanah dasar tebal setiap
tidak begitu lapisan dan daya
3. dapat lebih bertahan 3. Sulit untuk menentukan). dukung tanah
terhadap kondisi bertahan terhadap dasar.
drainase yang lebih kondisi drainase 11.Tebal konstruksi
buruk. yang buruk. 11. tebal konstruksi perkerasan lentur
4. umur rencana dapat 4. Umur rencana perkerasan kaku adalah tebal
mencapai 20 tahun. relatif pendek 5 – adalah tebal plat seluruh lapisan
10 tahun. beton tidak termasuk yang ada diatas
5. jika terjadi 5. Kerusakan tidak pondasi. tanah dasar.
kerusakan maka merambat ke
kerusakan tersebut bagian konstruksi
cepat dan dalam yang lain, kecuali 2.2. Agregat
waktu singkat. jika perkerasan Dari ukuran butirannya agregat pada
terendam air.
dasarnya terbagi dalam 2 kategori, yaitu:
6. indeks pelayanan 6. Indeks pelayanan
a. Agregat halus, yaitu agregat yang
tetap baik hampir yang terbaik hanya
selama umur pada saat berukuran lebih kecil dari 4,75 mm
rencana, terutama pelaksanaan (contoh: Pasir).
jika transverse joints konstruksi, setelah b. Agregat kasar, yaitu agregat yang
dikerjakan dan itu berkurang ukuran butirnya besar dari 4,75
dipelihara dengan seiring dengan mm. (contoh: Kerikil).
baik. waktu dan
frekuensi beban Untuk menentukan apakah agregat
lalu-lintasnya itu baik dipergunakan sebagai campuran
7. pada umumnya biaya 7. Pada umumnya beton, maka harus diteliti beberapa hal
awal konstruksi biaya awal
sebagai berikut.
tinggi. Tetapi biaya konstruksi rendah,
awal hampir sama terutama untuk  Bentuk butiran
untuk jenis jalan lokal dengan  Derajat keseragaman (gradasi)
konstruksi jalan volume lalu-lintas  Derajat kebersihan
berkualitas tinggi rendah.  Kekerasan dan
dan tidak tertutup  Pengaruh kadar air

4
2.3. Pengujian Kuat Tekan memenuhi Standar Industri
Beton mempunyai keunggulan pada Indonesia (SII)
kuat tekan, pada penelitian kuat tekan ini d. Agregat halus dari Pasir lokal
mengikuti standar yang berlaku di e. Agregat kasar dari Paniraman.
Indonesia yaitu: SNI - 03 - 1974 - 1990 f. Air yang digunakan adalah air
mengenai metode pengujian kuat tekan PDAM.
beton. Pengujian menggunakan mesin g. Benda uji silinder diameter 15 cm,
tekan (compresieve testing machine) merk tinggi 30 cm.
MBT dengan kapasitas 2000 kN, ketelitian h. Benda uji balok ukuran 15 cm x 15
5 kN. Dengan benda uji silinder diameter 15 cm x 60 cm.
cm dan tinggi 30 cm, benda uji setelah i. Pengujian Sampel dilakukan pada
dilakukan perawatan, lalu di lakukan usia muda (7,14,21,28 hari) kuat
kaping (dilapisi belerang). lentur (28) hari
Pengujian kuat tekan pada benda uji j. Pengujian terdiri dari, pengujian
sebagai acuan untuk menetapkan standar Tekan dan Lentur
mutu beton, dan sebagai syarat penerimaan
mutu beton.
3.2. Analisa Campuran Beton
Rumus kuat tekan beton adalah
3.2.1. Semen Portland
beban maksimum dibagi luas area.
Dalam penelitian ini digunakan
semen portland tipe I (Semen Holcim) .
P
f 'c  3.2.2. Agregat
A a. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan
yaitu pasir alami ( uncrushed ) yang
2.4. Pengujian Kuat Lentur
berasal dari Pasir lokak (pontianak).
Kuat lentur beton adalah kemampuan
Untuk keperluan mix desain beton
balok beton yang diletakan pada dua
dilakukan analisa kadar organik, kadar
perletakan untuk menahan gaya dengan
lumpur, gradasi, berat jenis, absorpsi, dan
arah tegak lurus sumbu benda uji yang
berat volume.
diberikan padanya sampai benda uji patah
dalam satuan MPa. Cara yang digunakan
b. Agregat kasar
untuk mengukur kuat lentur beton dengan
Agregat kasar yang digunakan
standar SNI 03 - 4431 - 1997 tentang
yaitu split dengan ukuran maksimum 25
metode pengujian kuat lentur beton dengan
mm berasal dari Paniraman. Untuk
dua titik pembebanan.
keperluan mix desain beton dilakukan
Dengan menggunakan rumus
analisa kadar lumpur, kadar air, gradasi,
dibawah ini untuk 1/3 bentang:
berat jenis, absorbsi, berat volume, dan
abrasi keausan.
PL
f 'R 
bh2 3.3. Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji
Pembuatan campuran beton
3. METODE PENELITIAN dilakukan dengan cara adalah sebagai
3.1. Ruang Lingkup Penelitian berikut :
a. Metode perancangan campuran a. Menyiapkan semua bahan yang
beton di pakai metode SNI 2012 dibutuhkan dengan jumlah sesuai
b. Kuat tekan beton yang di rencanakan dengan mix design dengan koreksi
adalah beton f’c =30 MPa terhadap kelembapan masing –
c. Semen yang digunakan adalah masing agregat.
Semen Holcim yang telah

5
b. Mesin adukan ( molen ) diisi pengujian, pembacaan dilakukan dengan
dengan air secukupnya ( sekedar teliti karena kecepatan putaran dari alat
membasahi mesin adukan tersebut ) sangat cepat.
lalu airnya dibuang.
c. Agregat kasar dan agregat halus
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan ke dalam mesin aduk,
4.1. Analisis Analisa Bahan
ini dilakukan agar agregat kasar dan Adapun hasil pengujian agregat
agregat halus bercampur dengan halus:
merata.  kadar lumpur 0,474 %,
d. Kemudian semen dan fiber di  kadar air 5,96 %,
masukkan ke dalam mesin aduk  fine modulus 2,407,
sampai tercampur merata, lalu  berat jenis (SSD) 2,596 t/m3,
masukkan air sesuai dengan ukuran  berat volume 1,405 kg/ltr.
yang tercantum dalam mix
design yang sudah disesuaikan Batu pecahan mesin:
dengan kelembapan yang terjadi.  kadar air 0,14%,
e. Pengadukan campuran beton  fine modulus 2,512,
dilakukan sekurang – kurangnya  berat jenis(SSD) 2,798 t/m3 ,
1,5 menit atau sampai diperoleh  berat volume 1,578kg/liter.
campuran beton yang seragam.  Keausan 18,82%
f. Setelah campuran beton sudah
seragam, tuangkan campuran Batu pecah manual:
tersebut dalam cetakan benda uji  kadar air 0,27%
 fine modulus 2,54
yang telah disiapkan.
 berat jenis (SSD) 2,615 t/m3
 berat volume 1,53 kg/liter,
Perawatan benda uji dimulai 1 hari  keausan 14,65%
setelah pengecoran dan cetakan telah
dibuka. Setelah benda uji dikeluarkan dari
4.2. Pencampuran ( Mix Design )
cetakan bersihkan benda uji dari kotoran
Mix Design dilakukan dengan
yang menempel dan berikan tanda pada menggunakan metode SNI 2012 untuk
masing – masing benda uji, kemudian mutu Fc.30 Mpa, dari hasil perhitungan
rendam benda uji dalam air tawar sampai didapat nilai penggunaan material untuk
waktu pengujian test tekan dan test tarik. beton normal batu pecah mesin: semen 489
kg/m3, agregat halus 673 kg/m3, agregat
3.4. Pengujian Benda Uji kasar 1049 kg/m3, air kg/m3. material
3.4.1. Pengujian Kuat Tekan untuk batu pecahan manual: semen 489
Untuk benda uji silinder sebelum kg/m3, agregat halus 673 kg/m3, agregat
dilakukan pengujian kuat tekan di lapisi kasar 1031 kg/m3, air 155 kg/m3
dulu dengan belerang minimal disalah satu
sisi atas atau bawah yang juga disebut 4.3. Pengujian Kuat Tekan
kaping. Kaping ini berfungsi sebagai Pengujian ini dilaksanakan di
lapisan untuk meratakan sisi atas silinder Laboratorium Pengujian Bahan dan
sehingga lebih maksimal kuat tekannya. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura. Mengunakan mesin uji tekan
3.4.2. Pengujian Kuat Lentur (compresing machine) merk MBT
Cara yang digunakan untuk kapasitas 2000 kN, dengan ketelitian 5 kN.
mengukur kuat lentur beton dengan standar Dibawah ini rumus yang berlaku untuk kuat
SNI 03 - 4431 - 1997 tentang metode tekan berdasarkan SNI 03 - 1974 – 1990:
pengujian kuat lentur beton dengan dua titik Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
pembebanan. Sebelum melakukan P
pengujian sampel ditimbang terlebih f 'C 
dahulu, kemudian dimasukan ke dalam alat A

6
Tabel 2. Persentase Kenaikan Kuat Tekan Tabel 4. Kuat tekan karakteristik beton
Beton (batu pecah mesin) batu pecahan mesin dengan batu pecahan
manual

40

30
Kuat Tekan

20
(MPa)

Tabel 3. Persentase Kenaikan Kuat Tekan


Beton (batu pecah manual) 10

0
0 10 20 30
Umur

Gambar 1. Kuat tekan karakteristik beton


batu pecahan mesin dengan batu pecahan
manual

4.4. Pengujian Kuat Lentur


Pengujian ini dilaksanakan di
Laboratorium Pengujian Bahan dan
Konstruksi Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Dibawah ini rumus kuat lentur sesuai
SNI 03 - 4431 - 1997 Sub Bab 2.2.3 apabila
bidang retak berada di 1/3 bentang tengah
(a) dengan dua beban:

7
P/2 P/2

15.00 60
kuat lentur
7.50
1/3 L 1/3 L 1/3 L 7.50

L = 45.00 40

Gambar 2. Ilustrasi posisi balok pada saat 20


pengujian kuat lentur
0
0 10 20 30
Tabel 5. Persentase Kenaikan Kuat Lentur
Beton (batu pecah mesin)
Gambar 3. Perbandingan Kuat Lentur
KUAT LENTUR AGREGAT BATU PECAH MESIN
Beban Kuat Kuat Persentase
Berat Panjang Lebar (b) Tinggi (h)
P Lentur Lentur terhadap 5. KESIMPULAN DAN SARAN
No Kode
Kg cm cm cm Kn rata-rata beton perhari 5.1. Kesimpulan
KG/CM2
a b c d e KG/CM2 % Berdasarkan hasil Penelitian ini
1 MSN 33.25 45 17.6 16.5 25 35.90 diperoleh dalam penelitian maka peneliti
menarik beberapa kesimpulan yaitu:
2 MSN 32.94 45 15.4 16.5 23 37.75 38.04 100.00% a. Penggunaan berbeda agregat dalam
3 MSN 32.91 45 16.0 16.3 25 40.47 perngelolaannya dapat
4 MSN 33.4 45 15.7 16.7 27 42.43 mempengaruhi mutu kuat tekan
5 MSN 32.88 45 16.0 16.7 30 46.26 44.88 117.99% beton terhadap konstruksi jalan.
b. Perbedaan penggunaan agregat
6 MSN 32.5 45 16.5 16.5 30 45.95 batu pecah dalam pengelolan
7 MSN 32.41 45 16.6 16.2 30 47.38 agregat itu sendiri juga dapat
8 MSN 31.38 45 16.8 15.7 27 44.86 46.77 122.96% mempengaruhi kuat lentur pada
9 MSN 32.05 45 16.3 16.5 31 48.07 beton konstruksi jalan.
c. Perbedaan penggunaan agregat
batu pecah yang terbentuk
Tabel 6. Persentase Kenaikan Kuat Lentur
menggunakan mesin atau pun
Beton (batu pecah mesin)
secara manual dapat
KUAT LENTUR AGREGAT BATU PECAH MANUAL mempengaruhi sifat-
Beban Kuat Kuat Persentase sifat/parameter kuat tekan dan kuat
Berat Panjang Lebar (b) Tinggi (h)
P Lentur Lentur terhadap lentur.
No Kode d. Dari hasil kuat tekan untuk agregat
Kg cm cm cm Kn rata-rata beton perhari
KG/CM2 batu pecah mesin di dapat 34,54
a b c d e KG/CM2 % Mpa lebih tinggi dibandingkan
1 MNL 32.29 45 16.00 15.8 24 41.34 menggunakan agregat batu pecah
2 MNL 32.03 45 15.50 16.8 22.5 35.39 38.94 100.00% manual yang kuat tekannya 30,70
3 MNL 32.17 45 16.30 15.9 24 40.07 Mpa dari umur 28 hari, dari hasil
kedua jenis agregat yang berbeda
4 MNL 32.23 45 16.00 16.5 27 42.65 pengelolaannya sudah melewati
5 MNL 31.85 45 15.80 16.8 30 46.29 44.73 114.87% rencana awal 30Mpa.
6 MNL 32.01 45 16.20 16.5 29 45.24 e. Dari hasil kuat lentur untuk beton
7 MNL 32.12 45 16.30 16 25 41.22 yang menggunakan batu pecah
mesin didapat kuat lentur 46,77
8 MNL 31.41 45 16.50 16.2 30.5 48.46 45.46 116.75% Kg/cm2, sedangkan kuat lentur
9 MNL 32.02 45 15.70 16.5 29 46.68 beton yang menggunakan batu
pecah manual memiliki nilai lebih

8
rendah dari batu pecah mesin yaitu peneliti yang berkaitan dengan penelitian
45,46 Kg/cm2. Dari hasil kuat ini :
lentur tersebut sudah melebihi a. Penggunaan bahan tambah atau
syarat kuat lentur terhadap bahan pengganti dapat dilakukan
perkerasan kaku 45 Kg/cm2 Untuk untuk percobaan lebih mendalam
umur 28 hari. serta pengembangan dari penelitian
f. Nilai stabilitas pada penggunaan sebelumnya contohmya seperti
agregat batu pecah mesin misalnya, cangkang sawit, cangkang kemiri,
memiliki nilai kuat tekan yang sekam padi, dll.
lebih tinggi di bandingkan secara b. Penggunan material dari sumber
manual. Hal ini dapat diartikan yang berbeda bisa menjadi bahan
bahwa batu yang terbentuk secara pertimbangan untuk penelitian
pecah mesin memiliki ukuran berikutnya, karena bukan tidak
agregat yang standar ukurannya mungkin penggunaan material dari
sehingga dalam pembentukan sumber yang berbeda dapat
terhadap beton tidak membuat memberikan perubahan dan
rongga-rongga lebih besar dan perbedaan dari campuran yang
memiliki kepadataan yang lebih akan dibuat.
baik dibadingkan batu pecah
manual, sedangkan untuk batu
yang diolah secara manual DAFTAR PUSTAKA
pembentukan dengan alat seadanya
Anonim, 1991, SNI 03 – 2491 – 1991,
tidak dapat di pastikan memiliki
Metode Pembuatan dan
nilai standar.
Perawatan Benda Uji Beton Di
g. Untuk pengerjaan suatu
Laboratorium, Yayasan Badan
pembangunan ifrastruktur jalan
Penerbit Pekerjaan Umum,
yang memerlukan waktu lebih
Jakarta
cepat pada penggunaan kedua jenis
batu ini, agregat batu pecah manual
Anonim, 2000, SNI 06 – 6369 – 2000, Tata
lebih baik dikarenakan pada umur
Cara Pembuatan Kaping Untuk
14 hari memiliki kuat lentur lebih
Benda Uji Silinder, Yayasan
tinggi dibandingkan menggunakan
Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
agregat batu pecah mesin.
Jakarta
h. Untuk pengerjaan yang
memerlukan segi ekonomis agregat
Ariatama, Ananta . Pengaruh Pemakaian
batu pecah manual lebih hemat di
Serat Kawat Berkait Pada
bandingkan menggunakan agregat
Kekuatan Beton Mutu Tinggi
batu pecah mesin
Berdasarkan Optimasi Diameter
i. Untuk segi pengerjaan dalam
Serat.Universitas Dipenooro.
pencampuran pembentuk beton
2007
agregat batu pecah mesin dan batu
pecah manual tidak ada
Direktorat Jenderal Bina Marga,
perbedaannya.
Kementrian Pekerjaan Umum.
2010. Spesifikasi Umum. Edisi
2010 (Revisi 3). Divisi 5
5.2. Saran
Perkerasan Berbutir Dan
Dari pengalaman penelitian yang
Perkerasan Beton Semen.
dilakukan ada beberapa hal yang dapat
dijadikan suatu bahan pertimbangan untuk
Departemen Pekerjaan Umum. 2011.
kemajuan penelitian yang mungkin akan
Modul Penerapan Spesifikasi
dilakukan selanjutnya, khususnya untuk
Teknik Untuk Pelaksanaan
Perkerasan Jalan Beton.

9
Departemen Permukiman Dan Prasarana Murdock, L.J.;et al. 1999. Bahan dan
Wilayah. Pd-T-14-2003. Praktek Beton. Jakarta. Edisi ke-
Perencanaan Perkerasan Jalan 4. Erlangga.
Beton Semen.
Wuryanti, S. dan Candrayanti, R. 2001.
SNI 03-2834-2000. Tata Cara Pembuatan Teknologi Beton, Yogyakarta.
Rencana Campuran Beton Kanisius
Normal .
Lamban, Meyrisa E. 2015. Studi Tegangan
SNI 03-1968-1990. Metode Pengujian Pada Struktur Perkerasan Kaku
Tentang Analisis Saringan Yang Dilapisi Beton Berongga.
Agregat Halus Dan Kasar . Makassar: Universitas
Hasanuddin.
SNI 03-1970-1990. Metode Pengujian
Berat Jenis Dan Penyerapan Air
Agregat Halus .

SNI 03-4804-1998. Metode Pengujian


Bobot isi Dan Rongga Udara
Dalam Agregat .

SNI 03-1971-1990. Metode Pengujian


Kadar Air Agregat .

SNI 03-2816-1992. Metode Pengujian


Kotoran Organik Dalam Pasir
Untuk Campuran Mortar Atau
Beton .

SNI 03-1969-2008. Cara Uji Berat Jenis


Dan Penyerapan Air Agregat
Kasar .

SNI 03-2417-2008. Cara Uji Keausan


Agregat Dengan Mesin Abrasi
Abrasi Los Angeles .

SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian


Kuat Tekan Beton .

SNI 03-4431-2011. Cara Uji Kuat Lentur


Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan .

Suryawan, Ari. 2009. Perkerasan Jalan


Beton Semen Portland (Rigid
Pavement) Perencanaan
Metode AASHTO. Yogyakarta.
Beta Offset.

Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton.


Yogyakarta. Beta Offset.

10

Anda mungkin juga menyukai