Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERKULOSIS (TBC)

Oleh:

YULELA
1601100052

POLTEKKES KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : TBC
Sasaran : Klin Ny. K dan Keluarga
Tempat : Rumah Ny. K Jl. Bandulan Gg 6 RT 03 RW 03 Mulyorejo
Hari/Tanggal : Jumat, 01 Maret 2019
Alokasi Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga klien mampu memahami tentang
pengertian, penyebab, pencegahan penularan, membuang dahak dengan benar,
menggunakan masker dengan benar, etika batuk, diit untuk pasien TB dan PMO
(Pengawas Minum Obat).

B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga klien mampu :
1. Mengetahui pengertian penyakit TBC
2. Mengetahui penyebab penyakit TBC
3. Mengetahui pencegahan penularan TBC
4. Mengetahui cara membuang dahak dengan benar
5. Mengetahui penggunaan masker dengan benar
6. Mengetahui etika batuk dan bersin dengan benar
7. Mengetahui diit yang tepat untuk pasien TBC
8. Mengetahui pentingnya PMO

C. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah Ny. K dan Keluarga
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab

E. Media
1. Leaflet
2. SAP

F. Materi (Terlampir)
G. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Waktu Perawat Peserta Media /


Alat
1. Pembuka 3 menit a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
b. Mendengarkan
b. Perkenalan
c. Kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
e. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2. Kegiatan 24 menit a. Mengetahui Leaflet
Inti
pengertian penyakit a. Menyimak dan
Penyuluhan
TBC memperhatikan
b. Mengetahui penyuluhan
penyebab penyakit b. Menanyakan hal-
TBC hal yang belum
c. Mengetahui jelas.
pencegahan
penularan TBC
d. Mengetahui cara
membuang dahak
dengan benar
e. Mengetahui
penggunaan masker
dengan benar
f. Mengetahui etika
batuk dan bersin
dengan benar
g. Mengetahui diit
yang tepat untuk
pasien TBC
h. Mengetahui
pentingnya PMO

3. Penutup 3 menit a. Menyimpulkan a. Bersama


materi yang telah penyuluh
didiskusikan. menyimpulkan
b. Melakukan evaluasi materi
penyuluhan b. Peserta
c. Mengakhiri kontrak kooperatif
d. Mengakhiri kegiatan dalam menjawab
penyuluhan dengan pertanyaan
salam. penyuluh
c. Peserta
kooperatif
d. Menjawab salam

H. Setting Tempat

P P P
Fasilitator

Penyaji

Keterangan :

P
: Peserta
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
 Tempat, materi dan media sudah sesuai dengan tujuan penyuluhan

 Peran dan respon audien sesuai dengan yang diharapkan. Audiens
cukup antusias selama penyuluhan

2. Evaluasi proses
 Pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

 Audiens mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir

 Audiens berperan aktif selama penyuluhan

3. Evaluasi hasil TBC
 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui pengertian
penyakit TBC

 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui penyebab TBC

 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui pencegahan
penularan TBC

 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui cara membuang
dahak dengan benar

 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui cara
menggunakan masker dengan benar

 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui etika batuk dan
bersin dengan benar
 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui diit yang tepat
untuk pasien TBC
 Audiens dapat mengikuti penyuluhan dan mengetahui manfaat dari
PMO (Pengawas Minum Obat)
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu
penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk,
2009). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia,
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium
Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia,
satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada
manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga
ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan
nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

B. Penyebab dan Faktor Resiko Tuberkulosis


TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat
menyebar melalui udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan
penderita tuberculosis atau melalui udara yang sudah dicemari penyakit TBC
melalui batuk.
Setelah memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif melainkan akan
“tidur” selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Karena bakteri
tidak aktif, maka tidak akan ada gejala dan tidak pula menular. Jika pasien
mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan positif meskipun tidak ada tanda-tanda
sama sekali. Risiko TBC dapat dikurangi secara signifikan jika terdeteksi dini
dalam periode inkubasi.
Dari sepuluh orang yang terinfeksi bakteri MTB, hanya satu orang yang
biasanya akan berkembang menjadi terjangkit penyakit TBC. Bakteri akan
menyerang tubuh ketika sistem kekebalan tidak mampu melawannya, atau
bakteri tersebut menunggu hingga sistem kekebalan melemah (misalnya pada
orang lanjut usia, atau pada penderita HIV). Jadi, masa inkubasi akan berbeda
pada setiap orang. Ketika bakteri mulai aktif, bakteri akan berkembang di dalam
paru-paru dan pembuluh darah, lalu bermigrasi ke bagian tubuh lain.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor
paling besar adalah apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya
akibat:
1. HIV/AIDS
2. Diabetes
3. Penyakit ginjal stadium akhir
4. Kanker
5. Malnutrisi
6. Pengobatan kanker, seperti kemoterapi
7. Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit
autoimun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.

C. Cara Membuang Dahak dengan Benar


Adapun cara membuang dahak dengan benar untuk mengurangi resiko terhadap
penularan TBC, sebagai berikut :
1. Membuang dahak ditempat yang tertutup
2. Membuang dahak di tempat yang mengalir seperti lubang WC
3. Dahak diberikan desinfektan ( lisol,detergen)
4. Dahak dapat langsung dibakar di tempat pembuangan
D. Penggunaan Masker dengan Benar
Berikut langkah-langkah penggunaan masker biasa/bedah yang benar dikutip
dari San Fransisco Department of Public Health:
1. Sebelum menyentuh masker, cuci tangan Anda dengan air dan sabun atau hand sanitizer
2. Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran atau lubang/sobekan pada setiap
sisi masker.
3. Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat hidung (nose piece) dan
tempatkan pada bagian atas.
4. Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi luar biasanya ditandai dengan
bagian yang berwarna dan memiliki permukaan yang lebih kasar serta arah lipatan
menghadap ke bawah, sedangkan sisi dalam biasanya berwarna putih dan memiliki
permukaan yang lebih halus.
5. Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang digunakan:
Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan melingkarkan karet pada setiap
telinga.
Masker dengan tali pengikat: Letakkan sisi atas masker pada batas atas hidung dan ikatkan
tali bagian atas pada belakang atas kepala Anda.
6. Tempelkan dan bentuk kawat hidung (nose piece) mengikuti lekuk hidung Anda.
7. Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan tali bagian bawah pada belakang
leher.
8. Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut dan dagu Anda.

E. DIIT Tepat untuk Pasien TBC


1. Prinsip Diit :
a. Energi dan Protein Tinggi
b. Vitamin dan Mineral tinggi/cukup
c. Makanan mudah dicerna
2. Syarat Diit :
a. Energi : tinggi (2500-3000kal/hr). untuk mencapai berat badan ideal
b. Protein : tinggi (75-100g/hr). untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk
meningkatkan kadar serum.
c. Mineral : cukup. Mineral Fe untuk menggantikan Fe yang hilang karena
pendarahan. Mineral Ca untuk penyembuhan luka.
d. Vitamin :
Tinggi (suplementasi) : vit C, vit E, vit B Kompleks.
Cukup untuk vit lainnya.
e. Bentuk makanan bisa cair bisa lunak (sesuai kemampuan pasien)
f. Makanan mudah dicerna
g. Makanan tidak merangsang.
3. Makanan yang dianjurkan untuk pasien TBC
a. Makanlah berbagai macam buah segar dan sayuran setiap hari, tetapi tetap dalam
jumlah kalori yang direkomendasikan dokter. Pilih sayuran yang berbeda dari
berbagai jenis seperti sayuran hijau tua, sayuran berwarna oranye, kacang, dll.
b. Susu atau produk susu harus dikonsumsi setidaknya 3 kali sehari. Kalsium dalam
susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien TBC.
c. Untuk produk daging, pilihlah daging tanpa lemak atau rendah lemak. 10 persen
asupan kalori harian harus berasal dari lemak jenuh dan sekitar 200 mg kolesterol.
Jagalah asupan total lemak dan minyak antara 25 – 30 persen kalori harian.
Sebagian besar lemak harus berasal dari lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh
tunggal yang ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang-kacangan dan
minyak sayur.
d. Makanlah berbagai macam makanan yang kaya protein seperti kacang-kacangan
dan biji-bijian. Makanlah makanan kecil sepanjang hari dengan rentang waktu
yang singkat. Pastikan agar tubuh mendapat cukup asupan cairan dan garam dalam
makanan.
e. Makanan untuk pasien TB harus sederhana, dipersiapkan dengan baik dan mudah
dicerna. Makanan yang lebih berat baru dapat diberikan kepada pasien setelah
kondisinya sangat membaik.
4. Makanan yang tidak dianjurkan untuk pasien TBC
a. Gula halus dan gula olahan harus dihindari oleh penderita TBC.
Contohnya seperti roti putih, gula putih, sereal dan makanan manis seperti kue dan
puding.
b. Saus yang kaya akan natrium dan gula juga harus dihindari.
Saus apel atau saus cranberry dapat dijadikan alternatif.
c. Teh kental dan kopi yang mengandung banyak kafein harus dihindari karena kafein
adalah stimulan TBC.
Tapi menurut University of Maryland Medical Center, teh hijau yang bebas kafein
dapat diminum bersama dengan pengobatan TBC karena mengandung antioksidan.
d. Acar banyak mengandung natrium.
Karena asupan natrium pada penderita TBC harus dibatasi, maka acar juga
sebaiknya dihindari. Sebanyak 1 – 2 ons acar mengandung 850 miligram natrium.
e. Pasien TBC dilarang keras mengkonsumsi alkohol atau minuman beralkohol
selama menjalani pengobatan.

F. PMO (Pengawas Minum Obat)


a. Pengertian
Pengobatan TB akan menyembuhkan sebagian besar pasien tanpa memicu
munculnya kuman resistan (kebal) obat. Untuk tercapainya hal tersebut, sangat
penting dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai
anjuran dengan cara pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Minum Obat, atau sering juga disebut Pengawas Menelan Obat) agar mencegah
terjadinya resistensi (kebal) obat. Pilihan tempat pemberian pengobatan sebaiknya
disepakati bersama pasien agar dapat memberikan kenyamanan. Pasien bisa
memilih datang ke fasilitas kesehatan (puskesmas, RSUD, RS swasta) terdekat
dengan kediaman pasien atau PMO datang berkunjung ke rumah pasien. Apabila
tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan secara rawat jalan.
b. Syarat PMO
-Seorang PMO harus seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik
oleh petugas kesehatan maupun pasien,
- PMO harus disegani dan dihormati oleh pasien, sehingga pasien dapat patuh
menjalankan instruksi yang diberikan.
- Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
- Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
- Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
c. Yang dapan menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,
pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI,
PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa PMO yang berasal dari anggota keluarga meningkatkan
kepatuhan pasien dalam meminum obat. Namun, anggota keluarga itu harus
terlebih dahulu diberi edukasi oleh petugas kesehatan mengenai seluk beluk
penyakit TB.
d. Tugas PMO
Tugas seorang PMO bukanlah untuk menggantikan pasien mengambil obat dari
tempat berobat. Tugas PMO sangat penting untuk meningkatkan angka
kesembuhan pasien, antara lain adalah:
- Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan. Tanpa PMO, pasien rentan drop out, sehingga kuman terlanjur
kebal obat dan waktu pengobatan bisa diulang dan lebih panjang.
- Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
- Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
- Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang PMO pun harus aktif memberikan


informasi penting yang perlu dipahami oleh pasien TB dan anggota keluarga lain.
Hal-hal itu antara lain:

- Bahwa TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.


- Bagaimana cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya.
- Bahwa TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur, bila tidak patuh
pengobatan menjadi lebih panjang karena kuman terlanjur lebih liar dan
kebal obat.
- Bagaimana cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).
- Apa pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.
- Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat.

ETIKA BATUK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Ketua Jurusan Keperawatan
Standar Prosedur
Operasional
(SPO) …………………..
Imam Subekti, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kom.
Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan
merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan
sebagainya.
PENGERTIAN
Etika adalah suatu norma atau aturan yang berlaku pada masyarakat.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju sehingga
bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
1. Mengurangi paparan terhadap lingkungan / orang lain dari partikel
yang terpercik ketika batuk.
TUJUAN 2. Menurunkan transmisi patogen droplet.
3. Untuk memperkecil risiko terjadinya infeksi yang penularannya
melalui udara (airborne disease) dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
1. Kepmenkes No. 270/Menkes,SK/III/2007 Tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
2. Kepmenkes No. 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman PPI di
KEBIJAKAN
RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Peraturan Direktur RSIA Kumala Siwi No …. Tentang Kebijakan
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Ibu
dan Anak Kumala Siwi
Seluruh pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus dianjurkan
untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk
mencegah sekresi pernafasan, yaitu dengan cara :
1. Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar lalu tutup hidung dan
mulut dengan menggunakan tissue / sapu tangan / lengan dalam baju
PROSEDUR
setiap kali merasakan dorongan untuk batuk
2. Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub berbasis alkohol sesuai prosedur
4. Gunakan masker bila sedang batuk.
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Gawat Darurat
4. Kamar Bedah
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laboratorium
LAMPIRAN 1. Leaflet / Gambar Etika Batuk
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai