TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Skizofrenia
1.1.1 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berfikir, dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
realistis, merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima
secara sosial. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas
(Reality Testing /RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight ) buruk (Hawari, 2007).
1.1.2 Manifestasi Klinis pada pasien skizofrenia
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif dan
negatif (Maramis, 2009):
1. Gejalapositif : Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang.Klien skizofrenia
mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau
mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala
yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya.Kadang suara itu
dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya
melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan
sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, para penderita skizofrenia,
lampu traffic di jalan raya yang berwarna merah, kuning, hijau, dianggap sebagai suatu
isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi paranoid, mereka
selalu merasa sedang di amat-amati, diintai, atau hendak diserang. Kegagalan berpikir
mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur
pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan
logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka
berbicara secara serampangan dan tidak bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan
dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan.
Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri dengan keras tanpa
mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa
memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia, juga
tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.
2. Gejala Negatif :Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi
dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena kliens
kizofrenia hanya memilki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang
lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi
datar. Klien skizofrenia tidak memilki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan
tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Mereka mungkin bisa menerima
pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaanmereka.
Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian
dari hidup klien skizofrenia, mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang,
tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta.Perasaan
depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, disamping itu, perubahan otak secara
biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien
skizofrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
Dalam beberapakasus,skizofreniamenyerangmanusiausiamudaantara15 sampai 30 tahun,
tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang
siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.Diperkirakan
penderita penderita skizofrenia sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di bumi.
2.1.3 Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia,
antara lain :
1. FaktorGenetik
Menurut Maramis (2009), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini
telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama
anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi
saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia
7 – 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait
loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang
berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan
mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini
(dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi
dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini
(Durand,2007).
2. Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi
satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan
sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa
aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa
neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan
peranan (Durand, 2007).
3. Faktor Psikologis danSosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,
adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik,
serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak penelitian yang mempelajari
bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh,
istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang
ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab
skizofrenia pada anak- anaknya. Keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan
penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk
anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua
bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan
anjuran yang dibutuhkannya (Durand,2007).
2.1.4 Tipe-tipe Skizofrenia
Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam
DSM-IV (American Psychiatric Assosiation, 1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric
Assosiation, 2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006)
1. SkizofreniaParanoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik
dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga. Waham
biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham
dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin
juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka
berargumentasi, dan agresif
2. SkizofreniaDisorganized
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau
dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai
kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi
tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup
sehari-hari.
3. Skizofreniakatatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan,
negativisme yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism),
gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau
mengikuti tingkah laku orang lain(echopraxia).
4. SkizofreniaUndifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola
simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya,
indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang
karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya
ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga
ada fase yang menunjukkanketakutan.
5. Skizofrenia Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif,
atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.
Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,
inaktivitas, dan afek datar.
2.1.5 Proses penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan
klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari
keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual. Pola gejala premorbid
merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara
retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau
permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa
cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien
dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti
nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003).
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu
adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap
realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai
dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua
gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal)
dan perilaku aneh (Buchanan,2005).
1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan kenyataan
seperti melihat bayangan atau suara suara yang sebenarnya tidak ada.(Yudi hartono;2012;107)
2. Penyebab
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti (Biologis,Psikologis dan
sosial)
a. Biologis
2. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal neonatus dan kanak kanak
b. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis diri klien,sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam hidup klien.
Penolakan dapat dirasakan dari keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap dingin,cemas,tidak
peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam
rumah tangga merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti
kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk. .(Yudi
hartono;2012;108)
3. Jenis-Jenis Halusinasi
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit tertentu,seperti
skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba
,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai
pikiran manusia
a. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari bunyi,musik,kebisingan
atau suara.Mendengar suara ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah jenis yang paling
umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di dalam
kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap lebih parah ketika hal tersebut
datang dari luar kepala,suara bisa datang berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau
tidak akrab.Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara suara dua orang
atau lebihyang berbicara pada satu sama lain,ia mendengar suara berupa kritikan atau komentar
tentang dirinya ,prilaku atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan.isi dari halusinasi dapat berupa apa saja
tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.Misalnya,seseorang merasa ada orang berdiri di
belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.biasanya pengalaman ini tidak
menyenangkan.Misalnya seorang individu mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara
terus menerus.Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi
dibandingkan pada gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya tidak menyenangkan
seperti mau muntah ,urin,feses asap atau daging busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai
Phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus,trauma,tumor otak atau
paparan zat zat beracun atau obat obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau suatu yang terjadi di dalam
atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di
bawah atau pada kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka merasakan nyeri yang parah
misalnya akibat mutilasi atau pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam perut.
(Yudi hartono;2012;109)
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering terjadi,dapat
berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat mempengaruhi perilaku sehingga dapat
menimbulkan respon tertentu seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang
membahayakan diri sendiri orang lain dan lingkungan. (Yudi Hartono ;2012;108)
Tahap halusinasi
a. Sleep desorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi
1. Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah,ingin menghindar dari lingkungan takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
2. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal dan
menganggap hayalan awal sebagai pemecah masalah
b. Comforthing
c. Condeming
d. Controling
2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi,sulit berhubungan dengan orang
lain,respon perhatian terhadap lingkungan berkurang,biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur dalam halusinasi
Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika mengikuti perintah halusinasi.
Perilaku : Perilaku panik,resiko tinggi mencederai,bunuh diri atau membunuh orang lain.(Yudi
Hartono ;2012;108)
6. Tanda Gejala
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
k. Mudah tersinggung
q. Nadi cepat
7. Akibat Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan.ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal diluar kesadarannya.(Iskandar;2012;56)
8. Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor: pada halusinasi
terdapat 3 mekanisme koping yaitu
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman internalnya
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah dan mengeluarkan
sejumlah energi dalam mengatasi cemas(Iskandar;2012;58)
SP II SP II
1. Memvalidasi masalah 1. Melatih keluarga
dan latihan sebelumnya. mempraktekkan cara
2. Melatih pasien cara merawat pasien dengan
kontrol halusinasi halusinasi
dengan berbincang 2. Melatih keluarga
dengan orang lain melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam halusinasi
jadwal kegiatan harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga
dan latihan sebelumnya. membuat jadual aktivitas di
2. Melatih pasien cara rumah termasuk minum
kontrol halusinasi obat (discharge planning)
dengan kegiatan (yang 2. Menjelaskan follow up
biasa dilakukan pasien). pasien setelah pulang
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Terapi yang biasa diberikan dalam penatalaksanaan mengatasi halusinasi berupa terapi
psikofarmakodinamika, terapi ECT dan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok
(TAK) merupakan terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama (Keliat, 2004). Aktivitas digunakan sebagai terapi
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Kondisi yang terjadi dalam kelompok adalah
munculnya dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif.
Terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4 macam yaitu terapi aktifitas kelompok sosialisasi,
stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita. Menurut Keliat (2004) TAK yang
sesuai untuk klien dengan masalah utama perubahan sensori persepsi halusinasi adalah aktivitas
berupa stimulasi dan persepsi. TAK stimulasi persepsi, pada kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi, dengan proses tersebut respons klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi ada adaptif.
TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah
Sesi I: Menonton TV
DAFTAR PUSTAKA
Muhith.A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.
Bräuninger, I. (2014). The Arts in Psychotherapy Specific dance movement therapy interventions
— Which are successful ? An intervention and correlation study. The Arts in
Psychotherapy, 41(5), 445–457. https://doi.org/10.1016/j.aip.2014.08.002
Hawari, Dadang., 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif dalam : Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC.
Stuart, G. 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10th Edition. St. Louis: Mosby
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh.
Jakarta: EGC.
Susana, Sarka, A., Hendrasih, Sri. 2011. Terapi Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.