Anda di halaman 1dari 10

GEOLOGI DAN POTENSI ANDESIT

UNTUK TAMBANG TERBUKA, KECAMATAN KOKAP


KABUPATEN KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA

Fahri Adhari1,
Agus Harjanto2 dan Sugeng Raharjo2

1
Mahasiswa Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta
2
Staff Pengajar Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta

Alamat: Jl. Nusa indah no.73, Prumnas Klender, Kelurahan Malaka Jaya,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Jakarta. 13460
E-mail: fahriadhari12@gmail.com

Abstrak :
Tambang Andesit merupakan bahan galian yang cukup berpotensi di daerah
kulonprogo terutama daerah kokap Ini di sebabkan melimpahnya batuan andesit dan terbukti
banyaknya di temukan tambang andesit terbuka di daerah tersebut. Dari penelitian pada daerah
koordinat (UTM-WGS84-Zona 49S) 392500-399500 mT dan 9136500-9129500 mU atau
secara geografis pada daerah kecamatan kokap kabupaten kulonprogo di temukan 5 satuan
batuan yaitu : Satuan lava-andesit Kaligesing, Satuan breksi Kaligesing, Satuan intrusi andesit,
Satuan intrusi dasit, dan satuan endapan alluvial. Pada daerah telitian ini satuan lava-andesit
Kaligesing hampir menempati 60% luasan daerah telitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cara perhitungan cadangan andesit. dari metode cross section dan metode contur
dengan aplikasi surpac. Perhitungan cadangan metode cross section hanya menggunakan
penampang dari sayatan kontur di daerah tambang yang telah di tentukan sedangan metode
contur memerlukan data pengolahan geologi teknik berupa bobot isi kering, sudut geser dalam
dan kohesi. Penggunaan dua metode ini di lakukan untuk membandingkan perhitungan
cadangan dan mengkategorikannya ke dalam klasifikasi cadangan serta memilih hasil
perhitungan yang mendekati dengan cadangan sebenarnya. Perhitungan contur berupa elevasi
dan data geologi teknik di olah didalam aplikasi slope untuk mendapatkan desain tambang yang
memenuhi standard keamanan dan di dapatkan data berupa nilai slope, bench, dan ramp. Dari
hasil data tersebut di gabungkan dengan contur daerah tambang untung mendapatkan rona
akhir dari daerah tambang tersebut yang berguna untuk bentukan tata guna lahan selesai
tambang.

Kata Kunci : Perhitungan Cadangan, Tambang Andesit, Geologi Teknik.


1. PENDAHULUAN 1. Satuan Bentuk Lahan Tubuh Sungai
(F1)
Kegiatan penambangan merupakan
Satuan bentuk lahan tubuh sungai
upaya mengeksploitasi suatu tubuh batuan
menempati 3% luasan peta. Bentuk lahan
guna mendapatkan bahan tambang. Proses
ini memiliki elevasi kurang lebih 5-20
penambangan erat kaitannya dengan
meter dengan pola pengaliran sub-
kondisi geologi di sekitarnya. Kondisi
dendritik, bentuk lembah U, dengan tingkat
geologi yang kompleks pada suatu wilayah
pengendapan dan erosi yang tinggi.
pertambangan akan mempengaruhi nilai
Berdasarkan aspek morfogenesis satuan ini
keekonomisan tambang tersebut. Semakin
dipengaruhi oleh proses pengendapan dan
kompleks kondisi geologinya maka
erosi sungai pada litologi endapan alluvial
semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk
sungai yang setempat. Berdasarkan
melakukan penambangan.
morfogenesis yang mendominasi yaitu
Batu andesit merupakan salah satu
proses fluviatil dan erosi sungai, maka
bahan galian industri yang sangat berperan
satuan ini dimasukan ke dalam satuan
dalam pembangunan negara indonesia saat
bentuk lahan tubuh sungai.
ini. Batu andesit digunakan sebagai
2. Satuan Bentuk Lahan Point Bar Sungai
material utama dalam pembangunan. Maka
(F2)
dari itu untuk mengetahui potensi dan
Satuan bentuk lahan point bar sungai
cadangan pada tambang batu andesit,
menempati 1% luasan peta. Satuan ini
diperlukan pengamatan atau pemetaan
memiliki elevasi kurang lebih 10-12,5
geologi baik dari posisi sebaran dan
meter dengan pola pengaliran sub-
perhitungan cadangan batu andesit tersebut.
dendritik, bentuk lembah U, dengan tingkat
Sehubungan dengan hal di atas, maka bagi
pengendapan yang tinggi. Berdasarkan
peneliti dalam ketertarikannya pada
morfogenesis yang mendominasi yaitu
Geologi Mineral Non-Logam untuk
proses fluviatil dan erosi sungai, maka
menjadi alasan dalam pemilihan judul
satuan ini dimasukan ke dalam satuan
“Geologi dan Perhitungan Cadangan
bentuk lahan point bar sungai.
Andesit untuk Tambang Terbuka,
Kabupaten Kulonprogo, Provinsi 3. Satuan Bentuk Lahan Dataran Aluvial
Yogyakarta”. (F3)
Satuan bentuk lahan dataran aluvial
2. GEOLOGI DAERAH TELITIAN menempati 25% luasan peta. Bentuk lahan
ini memiliki elevasi kurang lebih 10-25
2.1. Geomorfologi
meter dengan pola pengaliran sub-
Satuan bentuk lahan daerah penelitian dendritik, bentuk lembah U, dengan tingkat
didasarkan atas aspek - aspek geomorfologi pengendapan dan erosi yang tinggi.
menurut Van Zuidam (1985), maka dibagi Berdasarkan aspek morfogenesis satuan ini
menjadi 8 satuan bentuk lahan, antara lain dipengaruhi oleh proses pengendapan dan
Satuan Bentuk Lahan Tubuh Sungai (F1), erosi sungai pada litologi endapan alluvial
Point Bar Sungai (F2), Dataran Aluvial sungai yang setempat. Berdasarkan
(F3), Perbukitan Homoklin (S1), Lembah morfogenesis yang mendominasi yaitu
Homoklin (S2), Dataran Nyaris (D1), Bukit proses fluviatil dan erosi, maka satuan ini
Intrusi (V1), Tubuh Intrusi (V2).
dimasukan ke dalam satuan bentuk lahan satuan ini dimasukan ke dalam Satuan
dataran aluvial. bentuk lahan lembah homoklin.
4. Satuan Bentuk Lahan Perbukitan 6. Satuan Dataran Nyaris (D1)
Homoklin (S1) Satuan bentuk lahan dataran nyaris
Satuan bentuk lahan perbukitan terkikis menempati 8% luasan peta. Satuan
homoklin menempati 45% luasan peta. ini didominasi lereng landai atau hampir
Satuan ini memiliki bentuk perbukitan yang datar. Satuan ini memiliki elevasi 10-50
memanjang timurlaut-baratdaya yang meter kelerengan landai hingga datar (2-
terpotong-potong oleh lembah-lembah 7%) dengan pola pengaliran sub-dendritik
hasil erosi. Satuan ini memiliki elevasi dan bentuk lembah U-V. Berdasarkan
antara 60-550 meter, dengan pola aspek morfogenesis, erosional dengan
pengaliran sub-dendritik dan angulate serta resistensi yang sangat lemah. Memiliki
bentuk lebah V-U dengan kelerengan tingkat erosi yang tinggi akibat proses
curam terjal hingga terjal (30-140%). erosional. Berdasarkan morfogenesis yang
Berdasarkan aspek morfogenesis, satuan ini mendominasi yaitu proses erosi, maka
dipengaruhi oleh lapisan miring dengan satuan ini dimasukan ke dalam satuan
litologi dominan berupa batuan lava andesit bentuk lahan dataran nyaris.
dan breksi yang memiliki resistensi kuat 7. Satuan Bukit Intrusi (V1)
dan tingkat erosi sedang, dengan proses Satuan bentuk lahan bukit intrusi
eksogen berupa pelapukan. Berdasarkan menempati 5% luasan peta. Satuan ini.
morfogenesis yang mendominasi yaitu Satuan ini memiliki elevasi antara 337,5-
proses struktural maka satuan ini 550 meter, dengan pola pengaliran sub-
dimasukan ke dalam Satuan bentuk lahan dendritik serta bentuk lebah V dengan
perbukitan. kelerengan curam hingga terjal (30-140%).
5. Satuan Bentuk Lahan Lembah Berdasarkan aspek morfogenesis, satuan ini
Homoklin (S2) dipengaruhi oleh sesar dengan litologi
Satuan bentuk lahan lembah homoklin dominan berupa andesit yang memiliki
menempati 8% luasan peta. Satuan ini resistensi kuat dan tingkat erosi sedang,
memiliki bentuk lembah antar bukit yang dengan proses eksogen berupa pelapukan.
memanjang relatif timurlaut-baratdaya dan Berdasarkan morfogenesis yang
timur-barat dengan lembah-lembah yang mendominasi yaitu proses vulkanik maka
terbentuk hasil dari erosi. Satuan ini satuan ini dimasukan ke dalam Satuan
memiliki elevasi antara 15-100 meter, bentuk lahan bukit intrusi.
dengan pola pengaliran sub-dendritik dan 8. Tubuh Intrusi (V2)
angulate bentuk lebah V-U dengan Satuan bentuk lahan bukit intrusi
kelerengan landai-curam terjal (7-140%). menempati 5% luasan peta. Satuan ini.
Berdasarkan aspek morfogenesis, satuan ini Satuan ini memiliki elevasi antara 62,5-150
dipengaruhi oleh lapisan miring dengan meter, dengan pola angulate serta bentuk
litologi dominan berupa batuan lava lebah V-U dengan kelerengan curam
andesit, breksi dan dasit yang memiliki hingga curam terjal (15-70%). Berdasarkan
resistensi kuat-lemah dan tingkat erosi aspek morfogenesis, satuan ini dipengaruhi
sedang, dengan proses eksogen berupa oleh sesar dengan litologi dominan berupa
pelapukan. Berdasarkan morfogenesis yang dasit yang memiliki resistensi kuat dan
mendominasi yaitu proses struktural maka tingkat erosi sedang, dengan proses
eksogen berupa pelapukan. Berdasarkan berdasarkan hasil analisa petrografi di
morfogenesis yang mendominasi yaitu dapatkan nama batuan andesit. Serta
proses vulkanik maka satuan ini dimasukan berdasarkan pada profil satuan ini termasuk
ke dalam Satuan bentuk lahan bukit intrusi. kedalam lingkungan pengendapan darat
dan fasies proximal menurut Bogie &
2.2. Stratigrafi Mackenzie (1998).
Satuan litostratigrafi daerah penelitian 2. Satuan Breksi Kaligesing
mengacu pada peneliti terdahulu menurut Berdasarkan temuan di lapangan, pada
Pringgoprawiro, dkk, (1988) dengan tata satuan ini di dominasi oleh breksi dengan
penamaan satuan berdasarkan tatanama sisipan lava andesit. Satuan ini tersingkap
litostratigrafi tak resmi. penamaan satuan baik pada sekitaran desa Bagelan, Kalirejo,
batuan berdasararkan hasil pemetaan Krendetan, Bapangsari, Dadirejo,
geologi permukaan, profil dan analisis Hargomulyo, Temon Wetan, Kaligintung.
fasies lingkungan gunung api serta Satuan ini menempati 15 % luasan peta.
dikonfirmasi dan disebandingkan dengan Penentuan umur satuan breksi
hasil penelitian terdahulu, maka stratigrafi didasarkan kesebandingan pada peneliti
daerah penelitian dari tua ke muda meliputi terdahulu, tidak adanya data fosil plankton
: Satuan lava-andesit Kaligesing, Satuan dan posisi stratigrafi yang berada di daerah
Breksi Kaligesing, Satuan intrusi andesit, vulkanik serta terlihat menjari dari
Satuan intrusi dasit, Satuan endapan kenampakan di lapangan maka penulis
alluvial. menyimpulkan umur satuan breksi berumur
Oligosen Akhir – Miosen Awal.
1. Satuan lava-andesit Kaligesing Berdasarkan (Soeria Atmadja, dkk. 1994
Berdasarkan temuan di lapangan, pada dalam Harjanto,2011). Dan berdasarkan
satuan ini di dominasi oleh litologi lava pada analisa petrografi nama matriks adalah
andsit. Satuan ini tersingkap baik pada volcanic wacke dan fragmen batuan
sekitaran desa Somorejo, Kalirejo, andesit. Serta berdasarkan pada profil
Hargorejo, Hargotirto, Durensari, satuan ini termasuk kedalam lingkungan
Hargorejo, Sokoagung, Kokap. Satuan ini pengendapan darat dan fasies proximal
menempati 60% luasan peta. Penentuan menurut Bogie & Mackenzie (1998).
umur lava andesit kaligesing mengikuti Satuan ini di endapkan selaras di atas satuan
acuan peneliti terdahulu dengan lava-andesit kaligesing.
menyamakan ciri litologi pada stratigrafi 3. Satuan intrusi andesit
penelitian ke stratigrafi regional. Satuan intrusi andesit berdasarkan
Berdasarkan penanggalan umur absolut temuan di lapangan berupa intrusi batuan
batuan dengan metode K/Ar (Soeria- yaitu andesit. Struktur primer yang
Atmaja dkk, 1994 dalam Harjanto, 2011) dijumpai yaitu massive. Penentuan umur
diketahui berumur 29,63 - 22,64 juta tahun litodem intrusi andesit kukusan mengikuti
yang lalu atau sekitar Oligosen Akhir- acuan peneliti terdahulu dengan
Miosen Awal. Lingkungan pengendapan menyamakan ciri litologi pada stratigrafi
berupa darat didasari dari aspek fisika dari penelitian ke stratigrafi regional.
batuan penyusun. Aspek fisik berupa Berdasarkan penanggalan umur absolut
struktur masif, jointing, dan sheeting joint batuan litodem andesit kukusan dengan
tanpa adanya struktur lava bantal. Dan metode K/Ar (Soeria- Atmaja dkk, 1994
dalam Harjanto, 2011) di ketahui berumur Arc Second) yang kemudian dianalisis
29,24 ± 2,38 juta tahun yang lalu atau menggunakan diagram rosset dalam
sekitar Oligosen Akhir. Litodem intrusi penentuan arah umum. di dapatkan arah
andesit termasuk kedalam lingkungan umum baratlaut-tenggara dan timurlaut-
pengendapan darat dan fasies central baratdaya.
menurut Bogie & Mackenzie (1998). 2. Kekar
Satuan ini menerobos satuan lava-andesit Pengukuran kekar-kekar di lapangan
kaligesing. bertujuan untuk mengetahui arah umum
4. Satuan intrusi dasit kekar dan selanjutnya mengetahui tegasan
Satuan intrusi andesit berdasarkan utama dari kekar tersebut sehingga dapat
temuan di lapangan berupa intrusi batuan diinterpretasikan arah gaya utama yang
yaitu andesit. Struktur primer yang mengontrol perkembangan struktur geologi
dijumpai yaitu massive dan di beberapa di daerah penelitian. Pada daerah telitian
tempat di temukan jointing. Penentuan didapatkan arah tegasan utama relatif
umur litodem intrusi dasit mengikuti acuan timurlaut-baratdaya dan baratlaut –
peneliti terdahulu dengan menyamakan ciri tenggara.
litologi pada stratigrafi penelitian ke 3. Sesar
stratigrafi regional. Berdasarkan Struktur sesar di daerah penelitian
penanggalan umur absolut batuan litodem berkembang secara sistematis dan memiliki
dasit dengan metode K/Ar (Harjanto, 2011) pola yang tertentu. Berdasarkan pola
di ketahui berumur 8,1011 ± 1,19 juta tahun kelurusan lembah dan struktur sesar
yang lalu atau sekitar Miosen Akhir. berdasarkan interpretasi citra SRTM
Litodem intrusi dasit termasuk kedalam memperlihatkan arah-arah umum tertentu.
lingkungan pengendapan darat dan fasies Berdasarkan arah umum tersebut,struktur
central menurut Bogie & Mackenzie sesar di daerah penelitian dapat
(1998). Satuan ini menerobos satuan lava- dikelompokkan menjadi 2 arah antara lain:
andesit kaligesing dan satuan breksi arah timurlaut-baratdaya, utara-selatan.
kaligesing. Sesar arah timurlaut-baratdaya antara
5. Satuan endapan alluvial lain : Sesar Dadirejo (Normal Left Slip
Berdasarkan temuan di lapangan, ditemukan Fault), Sesar Plampang (Left Slip Fault).
material lepas hasil dari proses pengendapan Sesar arah baratlaut-tenggara antara lain :
pada sungai. Endapan sedimen ini Sesar Grundang (Reverse Right Slip Fault).
dimasukkan ke dalam satuan tersendiri yaitu
Satuan endapan alluvial. Satuan ini 3. METODOLOGI PENELITIAN
tersingkap baik di selatan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
Satuan ini menempati 29% luasan peta. pemetaan geologi permukaan, pengukuran
Satuan ini di endapkan secara tidakselaras sumur gali dan pengambilan data mata air
di atas satuan breksi kaligesing. sebagai data primer. Sedangkan data
sekunder antara lain data geologi teknik
2.3. Struktur Geologi. yang digunakan sebagai data sekunder.
1. Pola kelurusan Metode penelitian dapat dibagi menjadi
daerah penelitian diperoleh dari hasil beberapa tahap antara lain:
penarikan kelurusan sungai, bukit dan
punggungan berdasarkan citra SRTM (1-
1. Tahap Persiapan kelayakan tambang dan memenuhi
Adapun tahapan persiapan meliputi kriteria layak tambang.
studi pustaka daerah penelitian dengan
- Cadangan (Reserve) adalah endapan
melihat hasil peneliti terdahulu dari
beberapa jurnal, disertasi, prosiding dan mineral yang telah diketahui ukuran,
literature mengenai daerah terkait. bentuk, sebaran, kuantitas dan
Beberapa penelitian terdahulu terkait
kualitasnya, dan yang secara
daerah penelitian baik secara regional
maupun lokal. ekonomis, teknis, hukum, lingkungan
2. Tahap Penelitian Lapangan dan sosial dapat ditambang pada saat
Tahapan penelitian lapangan bertujuan perhitungan dilakukan.
untuk melakukan pengambilan data-data
1. Metode Cross Section
geologi primer daerah terkait data primer
Pada daerah penelitian metode yang
yang dikumpulkan dari pengambilan data
digunakan adalah metode cross section
lapangan antara lain pemetaan geologi
dengan pedoman pada perubahan bertahap
permukaan, pemetaan hidrogeologi berupa
(rule of gradual change) digunbakan
pemetaan muka airtanah berdasarkan
interval sebesar 20 m dengan menggunakan
sumur gali dan mata air.
rumus :
3. Tahap Analisis dan Kesimpulan a. Jika luas sayatan L1 0,5 maka
Pada tahapan ini merupakan analisis
perhitungan dilakukan dengan
dan pengolahan data lapangan yang
dilakukan di laboratorium dan studio serta menggunakan rumus mean :
diskusi antara penulis dan pembimbing. (𝑳𝑳𝑳𝑳 + 𝑳𝑳𝑳𝑳)
𝑽𝑽 = 𝒙𝒙 𝒕𝒕
Analisis dan pengolahan daa ini 𝟐𝟐
berdasarkan konsep geologi serta didukung b. Jika luas sayatan L1≤ 0,5 maka
oleh referensi dari peneliti terdahulu terkait
perhitungan dilakukan dengan
dengan topik skripsi yang sedang
dilakukan. Serta pada tahap ini hasil analisa menggunakan rumus frustum :
di susun menjadi laporan akhir. 𝒕𝒕
𝑽𝑽 = 𝒙𝒙(𝑳𝑳𝑳𝑳 + 𝑳𝑳𝑳𝑳 + √𝑳𝑳𝑳𝑳 + 𝑳𝑳𝑳𝑳)
𝟑𝟑
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan
Berdasarkan Standar Nasional
V = volume cadangan
Indonesia (SNI), Amandemen I SNI13-
4726-1998, yang dimaksud dengan : L = luas sayata
- Sumber Daya Mineral (Mineral t = interval sayatan
Resource) adalah endapan mineral Dengan menggunakan rumus diatas
yang diharapkan dapat dimanfaatkan maka dapat di peroleh hasil perhitungan
cadangan batu andesit menggunakan
secara nyata. Sumber daya mineral
metode cross section dengan pedoman
dengan keyakinan geologi tertentu perubahan bertahap ( rule of gradual
dapat dapat berubah menjadi cadangan change). Lampiran 1.
setelah dilakukan pengkajian
Dari perhitungan menggunakan lalu atau sekitar Miosen Akhir dengan
metode cross section didapatkan volume metode K/Ar (Harjanto, 2011), dan
total cadangan sebesar 1.820.448,237 m3.
terendapkan secara tidak selaras oleh
2. Metode Perhitungan Countur
Untuk menghitung cadangan satuan endapan alluvial yang berumur
tertambang dibutuhkan sebuah rancangan holosen
akhir tambang yang pada akhirnya
2. Struktur geologi daerah penelitian
memerlukan data geotek, dimana data ini
digunakan untuk membuat rancangan berupa kedudukan batuan, kekar dan
tambang. Data geotek ini didapatakan sesar. Sesar daerah penelitian dapat
berdasarkan uji lab, sifat mekanik, sudut
dibagi menjadi 2 kelompok, antara lain
geser dalam, kohesi dan kuat tekan.
Datanya seperti berikut : Slope : 50o , kelompok sesar berarah utara-timur,
Tinggi 10 m, Lebar Bench 5 m, Ramp 10 m. dan sesar berarah baratlaut-tenggara.
Serta di gabungkan dengan data elevasi 3. Dari perhitungan menggunakan
sehingga bisa di hitung cadangan
tertambangnya. metode cross section didapatkan
Dari perhitungan menggunakan volume total cadangan sebesar
metode cross section didapatkan volume 1.820.448,237 m3.
total cadangan sebesar.691.444,029 m3.
4. Dari Perhitungan Cadangan Countur di
dapatkan rancangan tambang yaitu
5. KESIMPULAN
Slope 50o ,Tinggi 10 m, Lebar Bench 5
1. Satuan batuan daerah penelitian di bagi
m, Ramp 10 m. dan hasil perhitungan
menjadi lima satuan batuan yang terdiri cadangan tertambang menggunakan
dari Satuan lava-andesit Kaligesing aplikasi surpac di dapatkan total net
yang di endapkan menjemari dengan tonnage sebesar 691.444,029 m3.

Satuan Breksi Kaligesing yang 6. DAFTAR PUSTAKA


keduanya berumur 29,63 - 22,64 juta
Bogie, I. and Mackenzie, K.M., 1998, The
oligosen akhir-miosen awal menurut
application of a volcanic facies
metode K/Ar (Soeria- Atmaja dkk,
models to an andesitic stratovolcano
1994 dalam Harjanto, 2011), kemudian
hosted geothermal system at Wayang
di terobos oleh satuan intrusi andesit
Windu. Java, Indonesia, Proceedings
yang berumur 29,24 ± 2,38 juta tahun
of 20th NZ Geothermal Workshop.
yang lalu atau sekitar Oligosen Akhir
Chaussir, Jean Bernard and Morer, Jean.
menurut metode K/Ar (Soeria- Atmaja
1987 Mineral Prospecting Manual.
dkk, 1994 dalam Harjanto, 2011),
Davis., 1966, Geomorfology in
setelahnya terjadi penerobosan
Environmental Management. Oxford
kembali oleh satuan intrusi dasit yang
University Press. London.
berumur 8,1011 ± 1,19 juta tahun yang
Dhadar, JR. (1983), “Ekplorasi Endapan Yogyakarta Quadrangle, Java, skala
Bahan Galian”, G.S.B. Bandung. 1 : 100.000, Geological Survey of
Gill, Robin. 2010. Igneous Rocks and Indonesia, 1-15.
Processes. Department of Earth Rickard, M. J., 1972, Classification of
Sciences, Royal Holloway, Translational Fault Slip: Geological
University of London. Society of America.
Harjanto, A. 2008. Magmatisme dan Satyana, A.H.,2006, New Insight on
Mineralisasi di Daerah Kulon Progo Tectonic of Central Java, Indonesia,
dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Perth, American Aaaociation of
Disertasi Doktor. Fakultas Pasca Petroleum Geologists International
Sarjana Institut Teknologi Bandung Conference and Exhibition
(Tidak Dipublikasikan) U. S. Geological Survey (USGS), 2000,
Howard, A. D., 1967, Drainage Analysis in Shuttle Radar Topography Mission
Geologic Interpretation, American (SRTM) 1-Arc Second (30 meters)
Association of Petroleum Geologists. available at

Bulletin, Vol.51, No.11, California. https://earthexplorer.usgs.gov/, was

Keputusan Menteri dan Sumber Daya flown aboard the space shuttle

mineral Standar Nasional Indonesia Endeavour February 11-22, 2000.


Van Bemmelen, R.S., 1949, The Geology
(SNI), Amandemen I SNI13-4726-
of Indonesia, v. II, Economic
1998.
Geology: The Hague.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996,
Van Zuidam, R.A. 1983. Guide to
Sandi Stratigrafi Indonesia IAGI.
Geomorphic Areal Potographic
Prasetyadi, C., 2007, Evolusi Tektonik
Paleogen Jawa Bagian Timur, interpretation and Mapping. ITC.
Enschede, Netherlands.
Disertasi Doktor, Bandung:
Departemen Teknik Geologi ITB Verstappen, VH. H., 1983, Applied
Geomorphology: Geomorphological
Bandung.
Pringgoprawiro, H. dan Riyanto, B. (1988). Surveys for Environmental
Development, Elsevier.
Formasi Andesit Tua suatu Revisi.
Bandung Inst.Technologi, Wiliams, H., Turner F.J. and Gilbert C.H,
(1954), Petrography An Introduction
Dept.Geol.Contr.
Rahardjo,W., Rumidi S. dan Rosidi H.M.D. to the Study of Thin Sections, W.H.
Freeman and Company, San
1977. Geological map of the
Fransisco.
LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Jarak
No Blok Sayatan Luas Volume
Sayatan Metode
1-1' 12.037,745
1 1 10 119.586,921 MEAN
2-2' 11.879,639
2-2' 11.879,639
2 2 10 118.065,611 MEAN
3-3' 11.733,483
3-3' 11.733,483
3 3 10 116.599,237 MEAN
4-4' 11.586,365
4-4' 11.586,365
4 4 10 115.113,935 MEAN
5-5' 11.436,422
5-5' 11.436,422
5 5 10 113.602,359 MEAN
6-6' 11.284,049
6-6' 11.284,049
6 6 10 111.975,000 MEAN
7-7' 11.110,951
7-7' 11.110,951
7 7 10 110.034,845 MEAN
8-8' 10.896,018
8-8' 10.896,018
8 8 10 60.730,107 FRUSTUM
9-9' 7.188,535
9-9' 7.188,535
9 9 10 70.723,612 MEAN
10-10' 6.956,188
10-10' 6.956,188
10 10 10 67.508,765 MEAN
11-11' 6.545,565
11-11' 6.545,565
11 11 10 65.458,627 MEAN
12-12' 6.546,160
12-12' 6.546,160
12 12 10 65.076,209 MEAN
13-13' 6.469,082
13-13' 6.469,082
13 13 10 64.313,848 MEAN
14-14' 6.393,688
14-14' 6.393,688
14 14 10 36.853,966 FRUSTUM
15-15' 4.557,853
15-15' 4.557,853
15 15 10 44.912,130 MEAN
16-16' 4.424,574
16-16' 4.424,574
16 16 10 43.855,401 MEAN
17-17' 4.346,507
17-17' 4.346,507
17 17 10 43.335,317 MEAN
18-18' 4.320,557
18-18' 4.320,557
18 18 10 43.310,072 MEAN
19-19' 4.341,458
19-19' 4.341,458
19 19 10 43.674,540 MEAN
20-20' 4.393,450
20-20' 4.393,450
20 20 10 44.428,534 MEAN
21-21' 4.492,257
21-21' 4.492,257
21 21 10 45.409,326 MEAN
22-22' 4.589,609
22-22' 4.589,609
22 22 10 26.414,328 FRUSTUM
23-23' 3.246,170
23-23' 3.246,170
23 23 10 32.958,621 MEAN
24-24' 3.345,554
24-24' 3.345,554
24 24 10 33.906,652 MEAN
25-25' 3.435,776
25-25' 3.435,776
25 25 10 34.812,609 MEAN
26-26' 3.526,746
26-26' 3.526,746
26 26 10 35.576,411 MEAN
27-27' 3.588,537
27-27' 3.588,537
27 27 10 35.928,307 MEAN
28-28' 3.597,125
28-28' 3.597,125
28 28 10 18.281,818 FRUSTUM
29-29' 1.813,861
29-29' 1.813,861
29 29 10 17.747,714 MEAN
30-30' 1.735,681
30-30' 1.735,681
30 30 10 16.740,629 MEAN
31-31' 1.612,444
31-31' 1.612,444
31 31 10 10.125,678 FRUSTUM
32-32' 1.370,641
32-32' 1.370,641
32 32 10 7.951,018 FRUSTUM
33-33' 966,322
33-33' 966,322
33 33 10 5.436,097 FRUSTUM
34-34' 624,621
Total Volume 1.820.448,237

Anda mungkin juga menyukai