Disusun Oleh:
Paham ini dikembangkan oleh Socrates ttg politik yang dilanjutkan oleh Plato
dan Aristoteles. Dalam masyarakat Yunani kuno dikenal bahwa Politica diartikan
sebagai Konstitusi, sedangkan Nomoi adalah undang-undang biasa.
a. Wirjono Prodjodikoro
c. Sri Sumantri
a) G.J. Wolhaff, kebanyakan negara modern adalah berdasarkan atas suatu UUD
(konstitusi),
a) Van Apeldoorn, bahwa UUD adalah bagian tertulis dari Konstitusi (Konstitusi
memuat yang tertulis dan tdk tertulis)
b) M. Solly Lubis, ‘akhirnya jika kita lukiskan pembagian konstitusi itu dalam
suatu skema, maka terdapat skema sebagai konstitusi tertulis (UUD) dan
konstitusi tidak tertulis (konvensi)
c) Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, bahwa setiap peraturan hukum, karena
pentingnya harus ditulis dan konstitusi yang ditulis itu adalah UUD.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari UUD.
b) Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat itu dijadikan
sebagai suatu kesatuan kaidah hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum
dalam ilmu pengetahuan hukum (abstraksi)
c) Ditulis dalam suatu naskah sebagai UU yang tertinggi yang berlaku daalam suatu
negara.
Menurut Lord Bryce ada 4 motif timbulnya konstitusi
2) Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah untuk
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sisten ketatanegaraan
tertentu
3) Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4) Adanya keinginan untuk menjamin kerjasama yang efektif antar negara bagian.
2. Pengertian Konstitusi
Konstitusi menurut makna berarti ‘dasar susunan badan politik’ yang bernama
negara. K.C. Where F.B.E yang dikutif Juniarto mengatakan :Istilah constitution pada
umumnya dipergunakan untuk menunjuk kepada seluruh peraturan mengenai
ketatanegaraan suatu negara yang secara keseluruhan akan menggambarkan sistem
ketatanegaraannya.
2) Dalam pengertian sempit (terbatas) konstitusi berarti piagam dasar atau undang-
undang dasar, ialah suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar
negara (misal UUD RI 1945, Konstitusi USA 1787.
3. Pembagian dan Klasifikasi Konstitusi
1) Konstitusi Absolut
2) Konstitusi Relatif
3) Konstitusi Positive
4) Konstitusi Ideal
4. NILAI KONSTITUSI
1. Nilai Normatif
2. Nilai Nominal
3. Nilai Semantik
5. SIFAT KONSTITUSI
Menurut Elster bahwa ada 8 situasi dalam reformasi kontitusi dilakukan pada
masa :
B. PERUBAHAN KONSTITUSI
(1) Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar.
(3) Agar kekuasaan negara serikat dan kekuasaan negara bagian tidak diubah
semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
Melihat realitas UUD 45, walaupun termasuk rigid, tetapi bila dicermati terdapat
peluang untuk perubahan terhadap konstitusi Indonesia, walaupun mekanismenya
tergolong berat.
Secara yuridis terdapat satu pasal yang mengatur mekanisme perubahan terhadap
UUD 45, yaitu pasal 37 yang menyebutkan :
(1) Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR;
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;
(3) Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR;
(1) Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai penjelmaan
dan wakil rakyat,
(2) Perubahan hanya pada pasal-pasal saja, kecuali pasal mengenai bentuk negara;
(4) Untuk mengubah sekurang-kurangnya dihadiri oleh 2/3 jumlah anggota MPR
dan putusan untuk perubahan dilakaukan dengan persetujuan lima puluh persen
ditambah satu anggota seluruh anggota MPR.
Perubahan konstitusi sejak orde lama hingga orde reformasi tersebut adalah sbb.:
(5) UUD 1945 dan perubahan pertama (19-10-1999 –18 Agustus 2000)
(6) UUD 1945 dan perubahan Pertama dan Kedua (18 -8-2000 – 10-11-2001)
(7) UUD 1945 dan Perubahan Pertama, Kedua, dan Ketiga (10-11-2001 – 10-8-
2002); dan
(8) UUD 1945 dan perubahan Pertama, Kedua, ketiga dan Keempat (10-8-2002 –
sekarang)
DEMOKRASI DI INDONESIA
1. PENGERTIAN
2. Unsur-unsur demokrasi
b) Kebebasan berekspresi
c) Hak memilih
e) Hak pemimpin politik untuk turut serta untuk mendukung dan pemungutan
suara
f) kebebasan individu
g) semangat kerjasama
Pertama; Sistem Lembaga perwakilan yang memiliki pola yang tidak jelas,
unikameral, bikameral atau trikameral. Hal ini jelas dengan adanya MPR sbg
Lembaga Negara, secara keberadaan MPR tidak dikenal, yang mengakibatkan pada
pola hubungan legislatif dan eksekutif dalam fungsi dan kedudukan masing-masing
dan bidang perundang-undangan.
Ketiga ; Hubungan antara tiga poros tidak memakai model pemisahan tetapi
model pembagian kekuasaan yang membuka kemungkinan saling mempengaruhi.
Menurut UUD 1945, yang berdaulat adalah rakyat yang dilakukan oleh MPR
(pasal 1 ayat (2) UUD 1945). UUD 1945 menetapkan tugas dan wewenang MPR,
diantaranya : menetapkan UUD dan GBHN, memilih dan mengangkat Presiden,
dan mengubah UUD. MPR (pemegang kedaulatan tertinggi) tidak dapat bersidang
setiap hari (jumlah anggota banyak), oleh karena itu untuk melaksanakan tugas
sehari-hari diserahkan kepada Presiden selaku mandataris MPR (Presiden dibantu
para menteri).
Pasal 1 ayat (2) mengatakan bahwa kesatuan kedaulatan RIS dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat, berarti bahwa ketiga lembaga
negara tersebut adalah pemegang kedaulatan untuk membentuk UU secara
bersama-sama apabila : (1) menyangkut hal yang khusus, (2) mengenai satu atau
beberapa atau semua daerah bagian atau bagiannya apapun yang khusus mengenai
hubungan antara RIS dan daerah-daerah
Sedangkan UU yang tidak termasuk hal tersebut cukup oleh pemerintah dan
DPR.Mekanisme pemilihan presiden dilakukan oleh orang-orang yang dikuasakan
oleh pemerintah bagian. Realisasinya 16 Agustus 1949 dilakukan pemilihan
presiden RIS, Ir Soekarno terpilih dan dilantik 17 Desember 1949, sementara
mengisi jabatan presiden Negara RI diangkat Mr. Asaat
Disamping presiden dan DPR dalam Konstitusi RIS ada Senat yang merupakan
perwakilan negara bagian/daerah, merupakan badan perwakilan sebanyak 2 orang
masing-masing bagian
Bentuk Negara diatur dalam alinea IV UUDS 1950 yang menentukan : “Maka
ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam negara yang
berbentuk Republik Kesatuan.Demikian pula Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang
menentukan RI yang merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang demokratis
dan berbentuk kesatuan. Dengan demikian ketentuan tersebut terlihat bahwa bentuk
negara menurut UUDS 1950 adalah negara kesatuan, yaitu negara bersusun tunggal
yakti tidak ada negara dalam negara seperti pada RIS.
Sistem pemerintahan menurut Pasal 45 ayat (1) dan (2) UUD 1950
menentukan “Presiden ialah Kepala Negara dalam melakukan tugasnya dibantu
oleh seorang Wakil Presiden”. Pemerintahan ada ditangan dewan menteri yang
diketuaai oleh Perdana Menteri yang bertanggung jawab kepada DPR.(sistem
pemerintahan parlementer)
Seperti halnya UUD 1949, UUD 1950 juga bersifat sementara sebagaimana
disebut pada pasal 134 tentang perubahan yang mengharuskan Konstituante
bersama-sama dengan pemerintah untuk menyusun UUD RI pengganti UUD 1950
1. Demokrasi terpimpin
Walau sejak Dekrit 5 Juli 59 sudah kembali ke UUD 45, tapi pelaksanaan
ketatanegaraan hingga tahun 1966 belum pernah melaksanakan jiwa dan ketentuan
UUD 45, dengan kata lain terdapat penyelewengan dalam melaksanakan demokrasi,
antara lain:
(1) Pelaksanaan demokrasi terpimpin, dimasa Presiden membentuk MPRS dan
DPAS dengan Penpres N0.2 tahun 1955 yang bertentangan dengan sistem
pemerintahan presidensil sebagaimana dalam UUD 45
(2) Penentuan masa jabatan presiden seumur hidup, yang menyatakan masa jabatan
presiden selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
(3) berdirinya PKI yang berhaluan atheisme, hal ini bertentangan dengan falsafah
bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yang pada
sila pertama menyebutkan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, artinya bahwa bangsa
Indonesia harus mengakui adanya Tuhan.
2. Demokrasi Pancasila
Presiden tidak lagi memegang kekuasaan membentuk UU, tetapi hanya berhak
mengajukan dan membahas RUU
DPR lebih jauh untuk beberapa hal, khususnya yang berkaitan dengan isu
regional
Dasar hukum sistem Pemilu diatur dan disebut dalam UUD 1945 (sebelumnya
tidak ada)
Dasar hukum sistem Pemilu diatur dan disebut dalam UUD 1945 (sebelumnya
tidak ada)
Kontrol partai politik yang memonopoli pengajuan calon presiden dan wakil,
dan tidak dimungkinkannya calon presiden independen
Dengan demikian secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan
dasar konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum demokrasi Indonesia
dalam kelangsungan sistem ketatanegaraan masa depan.