Anda di halaman 1dari 17

Resume

Disusun Oleh:

Eri Sri Lestari


1811E2075

PROGRAM STUDI ANALISIS KESEHATAN


SEKOLA TINGGI ANALIS BAKTI ASIH
BANDUNG
2019
KONSTITUSI INDONESIA

A. KONSEP DASAR KONSTITUSI


1. Istilah Konstitusi
Konstitusi dilihat dari sudut sejarah telah dikenal sejak Yunani Kuno,
dimana konstitusi Athena yang ditulis oleh Xenophon abad 425 SM diduga
merupakan yang pertama, dan bersamaan dengan pemikiran orang tentang negara.

Paham ini dikembangkan oleh Socrates ttg politik yang dilanjutkan oleh Plato
dan Aristoteles. Dalam masyarakat Yunani kuno dikenal bahwa Politica diartikan
sebagai Konstitusi, sedangkan Nomoi adalah undang-undang biasa.

Beberapa tokoh yang berpendapat dari istilah konstitusi tersebut, yaitu

a. Wirjono Prodjodikoro

Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa “konstitusi (costituer = Prancis,


yang berarti membentuk) yaitu membentuk suatu negara, sehingga konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan ttg negara”

b. Abu Daud Busroh

Abu Daud Busroh mengatakan bahwa Konstitusi pada dasarnya mengandung


pokok-pokok pikiran dan paham-paham, yang melukiskan kehendak yang menjadi
tujuan dari faktor-faktor kekuatan yang nyata (de reele machtsfactoren) dalam
masyarakat yang bersangkutan.

c. Sri Sumantri

Sri sumantri berpendapat bahwa konstitusi berasal dari perkataan constitution,


yang dalam bahasa Indonesia dijumpai istilah hukum yang lain, yaitu Undang-
Undang Dasar atau Hukum Dasar.

d. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim

Kusnadi dan Harmaily Ibrahim berpendapat bahwa Kunstitusi memiliki


perbedaan dg UUD, sebab ada pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki
setiap peraturan harus tertulis demi kesatuan hukum, kesederhanaan dan kepastian.
 Kelompok ilmuan Hukum Tata Negara terbagi dalam dua kelompok:

1) Kelompok yang mempersamakan UUD dengan Konstitusi, yaitu :

a) G.J. Wolhaff, kebanyakan negara modern adalah berdasarkan atas suatu UUD
(konstitusi),

b) Sri Sumantri, menulis menggunakan konstitusi sama dengan UUD (grondwet)

c) J.C.T. Simorangkir menganggap bahwa konstitusi adalah sama dengan UUD.

2) Kelompok yang membedakan Konstitusi dengan UUD

a) Van Apeldoorn, bahwa UUD adalah bagian tertulis dari Konstitusi (Konstitusi
memuat yang tertulis dan tdk tertulis)

b) M. Solly Lubis, ‘akhirnya jika kita lukiskan pembagian konstitusi itu dalam
suatu skema, maka terdapat skema sebagai konstitusi tertulis (UUD) dan
konstitusi tidak tertulis (konvensi)

c) Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, bahwa setiap peraturan hukum, karena
pentingnya harus ditulis dan konstitusi yang ditulis itu adalah UUD.

 Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari UUD.

Dia membagi kedalam 3 pengertian :

a) Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu


kenyataan, dan ini belum mencerminkan konstitusi dalam hukum, atau masih
merupakan pengertian sosiologi/politik dan belum merupakan pengertian
hukum;

b) Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat itu dijadikan
sebagai suatu kesatuan kaidah hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum
dalam ilmu pengetahuan hukum (abstraksi)

c) Ditulis dalam suatu naskah sebagai UU yang tertinggi yang berlaku daalam suatu
negara.
 Menurut Lord Bryce ada 4 motif timbulnya konstitusi

1) Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang


mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasi

2) Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah untuk
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sisten ketatanegaraan
tertentu

3) Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;

4) Adanya keinginan untuk menjamin kerjasama yang efektif antar negara bagian.

2. Pengertian Konstitusi

Konstitusi menurut makna berarti ‘dasar susunan badan politik’ yang bernama
negara. K.C. Where F.B.E yang dikutif Juniarto mengatakan :Istilah constitution pada
umumnya dipergunakan untuk menunjuk kepada seluruh peraturan mengenai
ketatanegaraan suatu negara yang secara keseluruhan akan menggambarkan sistem
ketatanegaraannya.

Sedangkan menurut pandangan Bolingbroke, yang dimaksud konstitusi adalah


kumpulan hukum, lembaga,dan kebiasaan, yang berasal dari prinsip-prinsip tertentu,
yang menyusun sistem umum, dan masyarakat setuju untuk diperintah menurut sistem
itu.

Dalam perkembangannya Konstitusi mempunyai dua pengertian :

1) Dalam pengertian luas, dimana konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-


ketentuan dasar atau hukum dasar, baik tertulis maupun tidak tertulis ataupun
campuran keduanya;

2) Dalam pengertian sempit (terbatas) konstitusi berarti piagam dasar atau undang-
undang dasar, ialah suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar
negara (misal UUD RI 1945, Konstitusi USA 1787.
3. Pembagian dan Klasifikasi Konstitusi

Carl Schmitt dan K.C.Where dalam bukunya Verfassungslehre membagi


konstitusi dalam empat bagian :

1) Konstitusi Absolut

2) Konstitusi Relatif

3) Konstitusi Positive

4) Konstitusi Ideal

4. NILAI KONSTITUSI

Menurut penyelidikan Karl Loewenstein menyimpulkan terdapat tiga nilai


konstitusi, yaitu :

1. Nilai Normatif
2. Nilai Nominal
3. Nilai Semantik

5. SIFAT KONSTITUSI

a. Sifat Formil dan Materil. Konstitusi


Dalam arti formil berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu
ketatanegaraan suatu negara. Dalam pandangan ini konstitusi baru bermakna
apabila konstitusi tersebut telah berbentuk naskah tertulis dan diundangkan,
misanya UUD 1945

Konstitusi materil ialah konstitusi jika orang melihatnya dari segi


isinya, yang pada dasarnya menyangkut hal-hal yang bersifat dasar atau
pokok bagi rakyat dan negara.

b. Flexible dan Rigid.

Menurut James Bryce, konstitusi dikatakan flexible apabila memiliki


ciri-ciri pokok :

(1) Elastis karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah, dan


(2) Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti UU

Menurut Elster bahwa ada 8 situasi dalam reformasi kontitusi dilakukan pada
masa :

(1) krisis ekonomi dan sosial,


(2) revolusi,
(3) kejatuhan suatu rezim,
(4) ketakutan akan jatuhnya suatu rezim,
(5) kekalahan dari suatu perang,
(6) rekonstruksi setelah perang,
(7) pembentukan negara baru, dan
(8) kemerdekaan dari penjajahan

c. Tertulis dan tidak tertulis.

Membedakan secara prinsip konstitusi tertulis dan tidak tertulis adalah


tidak tepat.

Konstitusi tidak tertulis hanya untuk dilawankan dengan konstitusi


modern yang lazimnya ditulis dalam suatu naskah (karena pengaruh aliran
kodifikasi). D3, S1 reg. 27-6-12.

B. PERUBAHAN KONSTITUSI

1. Pengertian Perubahan Konstitusi

Menurut Dasril Rajab, perbuatan mengubah harus diartikan dengan


mengubah konstitusi. Sedang menurut John M. Echols, menyebutkan bahwa
amandemen adalah amandemen yang dalam arti bahasa berarti mengubah
UUD.

Berdasarkan pengalaman, mengubah konstitusi tidak sekedar menambah,


mengurangi atau mengubah kata-kata dan istilah maupun kalimat dalam UUD,
tetapi lebih dari itu berarti membuat isi ketentuan UUD menjadi lain daripada
semula, melalui penafsiran. Dengan kata lain bahwa perubahan konstitusi ialah
suatu usaha untuk menambah dan atau mengurangi baik sebagian ataupun
keseluruhan makna yang terkandung dalam konstitusi melalui mekanisme
berdasarkan peraturan yang berlaku.

2. Macam-macam perubahan konstitusi.

 Menurut K.C. Wheare sifat rigiditas suatu konstitusi tergantung pada


jumlah penghalang normal (legal obstacles) untuk mengubah konstitusi,
artinya bahwa dalam konstitusi tersebut berisi penghalang-penghalang
formal untuk mengubah, dan oleh karena itu sulit diubah dan memang
jarang diubah, maka konstitusi itu rigid, sebaliknya konstitusi yang mudah
diubah dan sering diubah adalah konstityusi yang flexible.
 Menurut C.F. Strong, dalam Hukum Tatanegara dan Ilmu Politik,
perubahan konstitusi dapat dilakukan dengan 4 cara:

(1) oleh kekuasaan legislatif

(2) oleh rakyat melalui referendum

(3) oleh sejumlah negara bagian

(4) dengan konvensi ketatanegaraan.

 Cara mengubahn konstitusi menurut K.C. Wheare dapat dilakukan dengan


empat cara :
1. Some Primary Forces
2. Formal Amandement
3. Judicial Interpretations
4. Usages and Customs
 Menurut G. Jellinek, perubahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (1)
melalui Verfassungsanderung, yaitu perubahan yang dilakukan dengan
sengaja ditentukan dalam UUD, dan
(2) melalui cara Verfassungawandung, yaitu dengan cara tidak terdapat
dalam UUD tapi melalui cara istimewa. Misalnya : revolusi, Coup d’etat,
Convention dsb.
3. PERUBAHAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Perubahan konstitusi merupakan keharusan sesuai dengan realita kebutuhan bangsa,


karena kalau tidak tidak mustahil bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus
perubahan peradaban itu sendiri.

Menurut K.C. Wheare kesulitan perubahan memiliki motif-motif tersendiri, yaitu :

(1) Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar.

(2) Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya


sebelum perubahan dilakukan.

(3) Agar kekuasaan negara serikat dan kekuasaan negara bagian tidak diubah
semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.

(4) Agar hak perseorangan / kelompok seperti minoritas agama / kebudayaan


mendapat jaminan.

Melihat realitas UUD 45, walaupun termasuk rigid, tetapi bila dicermati terdapat
peluang untuk perubahan terhadap konstitusi Indonesia, walaupun mekanismenya
tergolong berat.

Secara yuridis terdapat satu pasal yang mengatur mekanisme perubahan terhadap
UUD 45, yaitu pasal 37 yang menyebutkan :

(1) Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR;

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;

(3) Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR;

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan


sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota
MPR.
(5) Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan.

Pasal 37 UUD 1945 tersebut mengandung 4(empat) norma dasar :

(1) Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai penjelmaan
dan wakil rakyat,

(2) Perubahan hanya pada pasal-pasal saja, kecuali pasal mengenai bentuk negara;

(3) Usul perubahan dilakukan secara tertulis oleh sekurang-kurangnya1/3 jumlah


anggota MPR;

(4) Untuk mengubah sekurang-kurangnya dihadiri oleh 2/3 jumlah anggota MPR
dan putusan untuk perubahan dilakaukan dengan persetujuan lima puluh persen
ditambah satu anggota seluruh anggota MPR.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau UUD 1945 diberlakukan


di Indonesia, telah mengalami perubahan –perubahan dan masa berlakunya sejak
diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia.

Perubahan konstitusi sejak orde lama hingga orde reformasi tersebut adalah sbb.:

(1) UUD 1945 (18-8-1945 – 27-12-1949)

(2) Konstitusi RIS (27-12-1949 – 17-8-1950)

(3) UUDS 1950 (17-8-1950 – 5-7-1959)

(4) UUD 1945 (5-7-1959 – 19-10-1999)

(5) UUD 1945 dan perubahan pertama (19-10-1999 –18 Agustus 2000)

(6) UUD 1945 dan perubahan Pertama dan Kedua (18 -8-2000 – 10-11-2001)

(7) UUD 1945 dan Perubahan Pertama, Kedua, dan Ketiga (10-11-2001 – 10-8-
2002); dan

(8) UUD 1945 dan perubahan Pertama, Kedua, ketiga dan Keempat (10-8-2002 –
sekarang)
DEMOKRASI DI INDONESIA

A. KONSEP DASAR DEMOKRASI

1. PENGERTIAN

Demokrasi secara harfiah identik dengan makna kedaulatan rakyat, yang


berarti pemerintahan yang rakyatnya turut serta memerintah (pemerintahan rakyat).
Secara etimologis berasal dari kata “demos” berarti rakyat dan “ cratein” atau
“cratos” berarti kekuasaan (kedaulatan), berarti (secara bahasa) keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan ada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan
rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Secara terminologis (istilah), dikemukkan oleh
Joseph A Shemeter : Demokrasi merupakan perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan
untuk memutuskan cara perjuangan kompeteitif atas suara rakyat.

2. Unsur-unsur demokrasi

Robeth A Dahl, menyebutkan ada delapan unsur demokrasi, yaitu :

a) Kebebasan membentuk dan kerjasama organisasi

b) Kebebasan berekspresi

c) Hak memilih

d) Diperkenankan adanya jabatan publik

e) Hak pemimpin politik untuk turut serta untuk mendukung dan pemungutan
suara

f) Sumber-sumber alternatif informasi

g) Pilihan bebas dan adil

h) Lembaga-lembaga pembuat keputusan pemerintah bertanggung jawab pemilih


dan ekspresi pilihan
Amin Rais menambahkan kriteria lain sebagai parameter demokrasi sbb.:

a) adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan

b) distribusi pendapat secara adil

c) kesempatan memperoleh pendidikan

d) ketersediaan dan keterbukaan informasi

e) mengindahkan flatson politik

f) kebebasan individu

g) semangat kerjasama

h) hak untuk protes

B. PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA.

Kehidupan bangsa Indonesia berabad-abad tak dapat dihindari mempengaruhi


asas demokrasi yang dianut UUD 1945, sehinga demokrasi di Indonesia
mempunyai corak khusus bila dibanding negra lain.

Pertama; Sistem Lembaga perwakilan yang memiliki pola yang tidak jelas,
unikameral, bikameral atau trikameral. Hal ini jelas dengan adanya MPR sbg
Lembaga Negara, secara keberadaan MPR tidak dikenal, yang mengakibatkan pada
pola hubungan legislatif dan eksekutif dalam fungsi dan kedudukan masing-masing
dan bidang perundang-undangan.

Kedua ; Aparatur demokrasi ditingkat pusat yang poros-poros kekuasaan


tidak hanya terdiri dari tiga macam lembaga negara, tapi menjadi empat lembaga,
yaitu kekuasaan eksaminatif oleh BPK, legislatif oleh MPR,DPR dan DPD,
eksekutif oleh Preiden dan yudisial oleh MA dan MK. Disamping itu ada lembaga
bantu tugas dan fungsi yudisial oleh KY. Semua kedudukannya sejajar dan
independen. Dengan demikian demokrasi yang dikenal di Indonesia yaitu tidak
dikenalnya trias politika dalam menciptakan poros kekuasaan, tapi ketiganya lebih
condong menganut teori penafsiran (ala Amerika)

Ketiga ; Hubungan antara tiga poros tidak memakai model pemisahan tetapi
model pembagian kekuasaan yang membuka kemungkinan saling mempengaruhi.

Dengan demikian untuk mengetahui perkembangan demokrasi suatu negara


terlebih dahulu harus mengetahui UUD dan sejarah perkembangan negara tersebut,
sebab pemakaian asas demokrasi suatu negara pasti dicantumkan dalam UUD
negara tersebut.

a. Demokrasi pada masa UUD 1945

Menurut UUD 1945, yang berdaulat adalah rakyat yang dilakukan oleh MPR
(pasal 1 ayat (2) UUD 1945). UUD 1945 menetapkan tugas dan wewenang MPR,
diantaranya : menetapkan UUD dan GBHN, memilih dan mengangkat Presiden,
dan mengubah UUD. MPR (pemegang kedaulatan tertinggi) tidak dapat bersidang
setiap hari (jumlah anggota banyak), oleh karena itu untuk melaksanakan tugas
sehari-hari diserahkan kepada Presiden selaku mandataris MPR (Presiden dibantu
para menteri).

Dengan demikian secara konstitusional berdasarkan UUD 1945 Indonesia


menganut sistem pemerintahan presidensil berarti pemegang kendali dan
penanggung jawab pemerintahan negara adalah presiden dan menterinya sebagai
pembantunya.

Tapi ternyata sistem presidensil di Indonesia bukan presidensil murni (pure


presidensil), tapi sistem presidensil semu (quasi presidensil); dimana dapat kita
lihat, bahwa walaupun presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan DPR
tidak dapat menjatuhkan presiden, tapi presiden bertanggung jawab kepada MPR,
sedangkan anggota DPR semuanya menjadi anggota MPR.Secara tidak langsung
Presiden bertanggung jawab kepada DPR.

Pada kurun pertama berlakunya UUD 1945 (18-08-45>27-12-49) telah


terjadi perubahan praktek ketatanegaraan yaitu dari sistem quasi presidensil
menjadi sistem parlementer. Perubahan praktek ini tanpa merubah UUD, sehingga
terjadi perbedaan antara landasan konstitusional dengan praktek
penyelenggaraannya.
Perubahan praktek ketatanegaraan tersebut terjadi dengan dikeluarkannya
maklumat Wakil Presiden No. X (baca eks) tahun 1945 yang pada intinya adalah
penyerahan kekuasaan legislatif kepada Komite Nasional Pusat sebelum DPR dan
MPR dibentuk berdasarkan UUD 1945 yang berlaku.

b. Perkembangan dan pelaksanaan Demokrasi masa Konstitusi RIS

Praktek penyelenggaraan ketatanegaraan mengalami perubahan yang sangat


fundamental sejak berlakunya konstitusi RIS 1949 yaitu sejak Indonesia tdk lagi
berbentuk negara Kesatuan melainkan jadi Serikat 27 Desember 1949

Konsekwensinya yaitu sistem pemerintahan yang digunakan, yakni


pertanggungjawaban, yaitu Mentrilah sebagai penyelenggara pemerintahan negara
dan bertanggung jawab kepada Parlemen.

Pasal 1 ayat (2) mengatakan bahwa kesatuan kedaulatan RIS dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat, berarti bahwa ketiga lembaga
negara tersebut adalah pemegang kedaulatan untuk membentuk UU secara
bersama-sama apabila : (1) menyangkut hal yang khusus, (2) mengenai satu atau
beberapa atau semua daerah bagian atau bagiannya apapun yang khusus mengenai
hubungan antara RIS dan daerah-daerah

Sedangkan UU yang tidak termasuk hal tersebut cukup oleh pemerintah dan
DPR.Mekanisme pemilihan presiden dilakukan oleh orang-orang yang dikuasakan
oleh pemerintah bagian. Realisasinya 16 Agustus 1949 dilakukan pemilihan
presiden RIS, Ir Soekarno terpilih dan dilantik 17 Desember 1949, sementara
mengisi jabatan presiden Negara RI diangkat Mr. Asaat

Disamping presiden dan DPR dalam Konstitusi RIS ada Senat yang merupakan
perwakilan negara bagian/daerah, merupakan badan perwakilan sebanyak 2 orang
masing-masing bagian

c. Perkembangan pelaksanaan Demokrasi pada masa UUDS 1950

Sistem ketatanegaraan berdasarkan RIS tidak berumur panjang, disebabkan isi


konstitusi tersebut tidak mengakar dari kehendak rakyat dan pula merupakan
keputusan politik dari rakyat Indonesia, akan tetapi merupakan rekayasa dari luar,
baik Belanda maupun PBB.
Persetujuan mendirikan NKRI kembali tertuang dalam perjanjian 19 Mei 1950,
dimana untuk itu dibentuk Panitia yang bertugas membentuk UUD yang baru 12
Agustus 1950.

Bentuk Negara diatur dalam alinea IV UUDS 1950 yang menentukan : “Maka
ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam negara yang
berbentuk Republik Kesatuan.Demikian pula Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang
menentukan RI yang merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang demokratis
dan berbentuk kesatuan. Dengan demikian ketentuan tersebut terlihat bahwa bentuk
negara menurut UUDS 1950 adalah negara kesatuan, yaitu negara bersusun tunggal
yakti tidak ada negara dalam negara seperti pada RIS.

Sistem pemerintahan menurut Pasal 45 ayat (1) dan (2) UUD 1950
menentukan “Presiden ialah Kepala Negara dalam melakukan tugasnya dibantu
oleh seorang Wakil Presiden”. Pemerintahan ada ditangan dewan menteri yang
diketuaai oleh Perdana Menteri yang bertanggung jawab kepada DPR.(sistem
pemerintahan parlementer)

d. Perkembangan dan Pelaksanaan Demokrasi masa berlakunya kembali ke UUD 45

Seperti halnya UUD 1949, UUD 1950 juga bersifat sementara sebagaimana
disebut pada pasal 134 tentang perubahan yang mengharuskan Konstituante
bersama-sama dengan pemerintah untuk menyusun UUD RI pengganti UUD 1950

Untuk memilih anggota konstituante, Desember 1955 diadakan Pemilu (sesuai UU


No. 7/1953 dan UU No. 9/1954 dan pada 10 Nop 1956 di Bandung Konstituante
diresmikan oleh Presiden.

1. Demokrasi terpimpin

Walau sejak Dekrit 5 Juli 59 sudah kembali ke UUD 45, tapi pelaksanaan
ketatanegaraan hingga tahun 1966 belum pernah melaksanakan jiwa dan ketentuan
UUD 45, dengan kata lain terdapat penyelewengan dalam melaksanakan demokrasi,
antara lain:
(1) Pelaksanaan demokrasi terpimpin, dimasa Presiden membentuk MPRS dan
DPAS dengan Penpres N0.2 tahun 1955 yang bertentangan dengan sistem
pemerintahan presidensil sebagaimana dalam UUD 45

(2) Penentuan masa jabatan presiden seumur hidup, yang menyatakan masa jabatan
presiden selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali

(3) berdirinya PKI yang berhaluan atheisme, hal ini bertentangan dengan falsafah
bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yang pada
sila pertama menyebutkan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, artinya bahwa bangsa
Indonesia harus mengakui adanya Tuhan.

Berdasarkan demokrasi terpimpin, musyawarah sebagai inti dari demokrasi


ditujukan untuk mencapai mufakat, tapi jika mufakat tidak terpenuhi, maka
musyawarah mengambil kebijaksanaan, bahwa persoalan diserahkan kepada
pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan dengan memperhatikan pendapat-
pendapat. yang bertentangan Adanya kudeta dari PKI dengan G 30 S PKI yang
jelas-jelas akan membentuk negara komunis di Indonesia. Hal ini merupakan
penyimpangan terbesar terhadap pelaksanaan UUD 1945.

2. Demokrasi Pancasila

Pelaksanaan demokrasi terpimpin yang berakhir dengan adanya G 30 S PKI telah


memporak porandakan sendi-sendi demokrasi di Indonesia. Menyikapi hal
demikian memunculkan tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura, yaitu :

a) Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945

b) Pembubaran partai Komunis Indonesia

c) Penurunan harga barang.

e. Perkembangan & pelaksanaan demokrasi pada masa amanden UUD 1945

1. Transisi menuju demokrasi

Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden (BJ Habibi) naik sebagai


presiden RI menggantikan Soeharto sampai habis masa jabatan
Masalah utama negara hukum Indonesia adalah UUD 1945 yang bersifat
otorian, maka agenda utama pemerintahan pasca Suharto adalah reformasi
konstitusi, maka lahirlah beberapa amandemen terhadap UUD 1945, yaitu :

(1) UUD 45 dan perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000);


(2) UUD 1945 dan Perubahan I dan II (8 Agustus 2000 – 9 Nopember 2001);
(3) UUD 1945 dan perubahan I, II dan III (9 Nopember 2001 – 10 Aguatus 2002);
(4) UUD 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agusatus 2002 –sekarang)

Hasil amandemen mempertegas

 deklarasi negara hukum semula hanya ada di penjelasan menjadi bagian


dari batang tubuh

 Konsep pemisahan kekuasaan negara ditegaskan

 MPR tdk lagi mempunyai kekuasaan tak terbatas

 Presiden tidak lagi memegang kekuasaan membentuk UU, tetapi hanya berhak
mengajukan dan membahas RUU

 Kekuasaan dikembalikan kepada lembaga yang berhak

 DPR lebih jauh untuk beberapa hal, khususnya yang berkaitan dengan isu
regional

 DPD dibentuk dan dilibatkan dalam proses legislasi.

 Dasar hukum sistem Pemilu diatur dan disebut dalam UUD 1945 (sebelumnya
tidak ada)

 Akuntabilitas anggota parlemen diharapkan meningkat, karena, DPR dan DPD


diangkat langsung oleh rakyat

 Pemilu langsung juga di tetapkan bagi Pressiden dan wakil

 Dasar hukum sistem Pemilu diatur dan disebut dalam UUD 1945 (sebelumnya
tidak ada)

 Akuntabilitas anggota parlemen diharapkan meningkat, karena, DPR dan DPD


diangkat langsung oleh rakyat
 Pemilu langsung juga di tetapkan bagi Pressiden dan wakil

 Periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas (maksimal dua kali)

 Kontrol partai politik yang memonopoli pengajuan calon presiden dan wakil,
dan tidak dimungkinkannya calon presiden independen

 Akuntabilitas politik melalui proses rekruitmen anggota parlemen dan presiden


yang langsung, diperkuat dengan sistem pemberhentiannya.

Dengan demikian secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan
dasar konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum demokrasi Indonesia
dalam kelangsungan sistem ketatanegaraan masa depan.

2. Hubungan demokrasi dan Pemilu

Ada satu parameter yang dapat dijadikan indikator bagi terlaksananya


demokrasi suatu negara yaitu penyelenggaraan pemilu, artinya apakah
pelaksanaan pemilu pada suatu negara dilaksanakan secara demokrasi dengan
ikut serta melibatkan partisipasi rakyat atau tidak.

Berdasarkan pendapat-pendapat pemuka, maka jelas bahwa pada dasarnya


dalam konsepsi pemilu merupakan manifestasi daripada kedaulatan rakyat
(demokrasi), artinya kadar demokrasi suatu pemerintahan negara dapat diukur dari
penyelenggaraan pemilu di negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai