PENDAHULUAN
1
Pasien dengan eritroderma umumnya memerlukan perawatan di rumah
sakit karena memerlukan pemantauan seluruh fungsi tubuhnya. Prinsip utama
dalam menatalaksanaeritroderma adalah mempertahankan kelembaban kulit,
menghindari garukan, menghindari faktor pencetus, penggunaan steroid dan
menangani penyebab serta komplikasinya (Umar, 2016). Laporan kasus ini
menjelaskan tentang eritroderma et causa erupsi obat pada wanita berusia 50
tahun dan penatalaksanaannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro (red = merah) dan
derma, dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan
eritema mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai
skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada
eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak
disertai skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Bila eritema mencangkup antara 50% - 90%
maka sering dinamai pre-eritroderma.
Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya gambaran kemerahan yang
bersifat universal atau yang mencakup 90% permukaan tubuh diakibatkan oleh
pelebaran pembuluh darah pada kulit atau yang sering disebut eritema. Keadaan
tersebut berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma meskiupun
tidak begitu tepat karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan gambaran
penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus eritroderma umumnya terdapat
kelainan kulit yang ada sebelumnya misalnya psoriasis atau dermatitis atopik
(Djuanda, 2010).
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari setengah
kasus dari eritroderma. Seperti yang telah disebutkan bahwa pasien dengan
eritroderma bukan pasien yang sering ditemukan namun disadari adanya
peningkat jumlah pasien hari demi hari. Dengan penyebab utama ialah psoriasis
yang meluas oleh sebab itu insidensi meningkat seiring dengan insidensi psoriasis.
Identifikasi psoriasis mendasari penyakit eritroderma lebih dari seperempat kasus
didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.
(Djuanda, 2010 ; Fitzpatrick's, 2011)
3
Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita, namun paling sering
pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun,
meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Anak-anak bisa menderita
eritroderma lebih sering diakibatkan oleh alergi terhadap obat. Alergi terhadap
obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat
secara tradisional (Djuanda, 2010; Umar, 2018)
III. ETIOLOGI
4
a) Psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma disebabkan oleh 2 hal
yaitu oleh perkembangan penyakit psoriasis itu sendiri maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat. Oleh sebab itu perlu
dianamnesis dengan jelas riwayat penyakit psoriasis dan
pengobatan yang sudah dilakukan.
b) Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik yang dimaksud ialah dermatitis
seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga
dikenal sebagai penyakit Leiner atau eritroderma deskuamativum.
Etiologinya belum diketahui pasti namun diduga disebakan oleh
dermatitis seboroika yang meluas. Usia penderita berkisar 4-20
minggu. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
ptiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis atopic dan
liken planus (Djuanda, 2010; Siregar, 2004, Fitzpatrick's, 2011)
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal
hingga keganasan dapat memberikan kelainan kulit berupa eritroderma.
Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan
akibat perluasan penyakit kulit lain harus dicari penyebabnya, yang berarti
perlu pemeriksaan menyeluruh termasuk pemeriksaan laboratorium dan
foto toraks, untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam atau
infeksi fokal dan mencari kemungkinan adanya keganasan.
Adanyaleukositosis tanpa ditemukan penyebabnya, menunjukan adanya
infeksi bacterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati
(Djuanda, 2010).
Termasuk didalamnya ialah sindrom sezary yaitu suatu limfoma
yang belum diketahui penyebabnya ada yang menduga bahwa ini
berhubungan dengan stadium dini mikosis fungoides. Diduga juga
berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukan ke dalam
CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang ialah orang dewasa,
pria berkisar usia 64 tahun dan wanita berkisar 53 tahun. Sindrom ini
5
ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universal disertai
skuama dan rasa sangat gatal.
Pada sepertiga atau setengah dari pasien didapat splenomegaly,
limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis
palmaris dan plantasis, serta kuku yang distrofik.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat sel yang khas berupa sel
limfosit atipik yang disebut sel sezary. Dapat disebut sindrom sezary jika
jumlah sel sezary yang beredar 1000/m3 atau lebih atau melebihi 10% sel
yang beredar. Jika jumlah sel dibawah 1000/mm3 maka disebut sindrom
pre-sezary.
IV. PATOFISIOLOGI
6
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang
telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan keadaan umum yang
progresif (Djuanda, 2010).
V. GEJALA KLINIS
Kelainan kulit yang tampak secara umumnya timbul bercak eritema yang
dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus
dimulai dari daerah lipatan, hingga menyeluruh.Bila kulit kepala sudah terkena,
dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi
limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di
daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan
kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas,
kering dan kalau diraba tebal.
Pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat kelainan kulit dapat
juga mengenai membrane mukosa. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10
hari. Pada mulanya kulit hanya eritema universal terutama pada saat akut, setelah
mencapai fase penyembuhan barulah timbul skuama.
7
Gambar 1. Eritroderma Akibat Obat
Eritroderma yang terjadi akibat perluasan penyakit kulit lainnya
diantaranya psoriasis maka tanda khasnya akan menghilang. Akan menimbulkan
gejala awalnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi
terjadinya psoriasis ditemukan kelainan kulit lebih eritematosa dan agak meninggi
dari pada sekitarnya dan skuama ditempat itu lebih tebal.
8
Gambar 3.Eritroderma akibat Dermatitis seboroik
Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan seperti yang
sudah dijelaskan pada etiologi termasuk dalam golongan ini adalah sindrom
Sezary. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat pada
kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah pada pasien didapati
splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis
palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik. (Djuanda, 2010 ; Siregar, 2004)
9
Gambar 4. Sindrom Sezary
10
serta diagnosis banding. Pengobatannya disesuaikan dengan diagnosis penyakit
yang mendasarinya, dengan tetap memperhatikan keadaan umum seperti
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan
anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.
11
menonjol, sehingga terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan
perpanjangan rete ridge lebih dominan.
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti
bandlike limfoid infiltrate di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform
mononuclear atipikal dan Pautrier’s microabscesses. Pada pasien dengan
Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Biopsi pada
kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis
bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel
Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar.
Bila jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan
gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis
papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada
pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga ditemukan. Pada eritroderma
ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang
dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya (Djuanda, 2010 ;
Fitzpatrick's, 2011)
12
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada
orang dewasa di mana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis,
sendangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis
variabel, derma eosinofil dan parakeratosis (Siregar, 2004).
13
Gambar 7. Psoriasis
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai
dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,
belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis
seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40
tahun (Sen, 2016). Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki dari
pada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan
lemak dan minum alkohol (Djuanda, 2010)
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur.
Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe).
Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak
pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat. (Djuanda, 2010)
14
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis
yang meningkat seperti pada psoriasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa
terapi dengan sitostisk dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah
mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat
disebabkan oleh faktor kelelahan, stress emosional, infeksi, atau defisiensi
imun.
IX. PENATALAKSANAAN
15
Prinsip utama penatalaksanaan eritroderma adalah mempertahankan
kelembaban kulit, menghindari garukan, menghindari faktor pencetus,
penggunaan steroid dan menangani penyebab serta komplikasinya. Idealnya,
pasien eritroderma dengan penyebab apapun harus dirawat di rumah sakit. Hal ini
disebabkan karena eritroderma memerlukan pemantauan seluruh fungsi tubuh
seperti nutrisi, protein,keseimbangan elektrolit, status sirkulasi dan suhu tubuh
(Umar, 2018; Sofyan, 2013; Fitzpatrick's, 2011)
X. KOMPLIKASI
16
klinis seperti takikardia, sesak, dan edema.Oleh karena itu evaluasi terhadap
balans cairan sangatlah penting pada pasien eritroderma
XI. PROGNOSIS
17
BAB III
LAPORAN KASUS
18
coli anterior dan posterior, trunkus anterior dan posterior, serta pada ke empat
ekstremitas)
Kemudiaan pada pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium pada saat di
UGD berupa gula darah sewaktu dengan hasil 259 mg/dL dan TSH 1.84 uIU/ml. .
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
tersebut maka pasien ini awalnya di diagnosis sebagai eritroderma et causa suspek
drug eruption (cefadroxil) dan hipertensi serta diberikan terapi berupa infus
asering 20 tetes per menit, injeksi methylprednisolon 3x 62.5 mg, injeksi
dipenhidramin 2x1 ampul, ineksi pantoprazole 1x40 mg, propanolol tablet 3x10
mg, amlodipin 1x5mg
Pada pemeriksaan perawatan hari pertama pasien pukul 06.00 pasien
mengeluhkan seluruh tubuh masih terasa gatal, panas serta kemerahan dan
bersisik pada kulit masih ada. tanda tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
81 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36.7 derajat celcius. Pasien
mengaku mempunyai riwayat diabetes tetapi lupa nama obat yang dikonsumsi.
pasien belum memakai insulin injeksi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan perawatan hari pertama pasien maka
diagnosis pasien bertambah menjadi eritroderma et causa drug eruption
(cefadroxil) dengan hipertensi dan diaetes tipe 2. kemudian diberikan terapi infus
asering 20 tetes per menit, injeksi methylprednisolon 3x 62.5 mg, injeksi
dipenhidramin 2x1 ampul, ineksi pantoprazole 1x40 mg, injeksi intra muskular
novorapid 3x6 internasional unit, propanolol tablet 3x10 mg, amlodipin 1x5mg.
19
Pada pemeriksaan hari kedua keluhan gatal pada kulit sudah berkurang
tetapi kemerahan dan kulit bersisik masih banyak, tanda tanda vital dalam batas
normal, tetapi pada pemeriksaan gula darah sewaktu hari kedua didapatkan hasil
453 mg/dL sehingga diberikan tambahan terapi berupa injeksi intramuskular
levemir 1 x 12 dan dosis injeksi intramuskular novorapid yang awalnya 3 x 6
internasional unit menjadi 3x8 internasional unit .pemberian methylprednisolon
pada hari kedua perawatan juga dikurangi dari semula 3 x 62.5 mg menjadi 2 x
62.5 mg dengan tujuan tappering off.
20
Pada pemeriksaan hari ketiga keluhan gatal pada kulit masih ada tetapi
sudah berkurang dibandingkan dengan hari kedua, kemerahan dan kulit bersisik
juga masih dirasakan, tanda tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan
gula darah sewaktu hari ketiga didapatkan hasil 252 mg/dL sehingga diberikan
tambahan terapi berupa injeksi intramuskular levemir 1 x 12 internasional
unit.pemberian methylprednisolon pada hari kedua perawatan juga dikurangi dari
semula 2 x 62.5 mg menjadi 1 x 62.5 mg dengan tujuan tappering off.
Pada hari keempat keluhan gatal pada kulit sudah jauh berkurang
dibandingkan dengan pertama kali masuk rumah sakit, kemerahan pada kulit juga
sudah jauh berkurang dibandingkan sebelum masuk rumah sakit, tetapi kulit
pasien banyak yang terkelupas, tanda tanda vital dalam batas normal, sehingga
pasien sudah boleh pulang dengan obat pulang cefixime 2 x 1 gram, glimepirid 1
x 2 mg, vitamin c 2 x 1 tablet, propanolol 2 x 100 mg, amlodipin 1 x 5 mg
Pada kasus, diberikan edukasi agar tidak meminum antibiotik jenis
sefalosporin seperti cefadroxil dan turunannya, edukasi untuk menghindari
menyentuh atau menggaruk lesi karena dapat menimbulkan infeksi sekunder, dan
edukasi agar menggunakan sabun yang tidak menimbulkan iritasi seperti sabun
bayi.
21
22
BAB IV
PEMBAHASAN
23
Prognosis pada eritroderma tergantung pada penyakit yang mendasarinya.
Eritroderma yang disebabkan oleh erupsi alergi obat memiliki prognosis yang
cenderung lebih baik bila obat penyebabnya diketahui dan dihentikan
pengkonsumsiannya. Pada kasus ini pasien mengalami reaksi alergi yang
disebabkan oleh obat yang dicurigai adalah antibiotik. Sayangnya, hal ini belum
dapat dipastikan karena memerlukan pemeriksaan tes alergi. Tes alergi ini baru
dapat dilakukan setelah pasien sembuh dan tidak sedang mengkonsumsi obat
antialergi. Setelah obat penyebab eritroderma pada pasien diketahui dan
dihentikan pengkonsumsiannya, pasien memiliki prognosis yang baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th eds. New York: McGraw Hill,
2001.
Thong BYH, Tan TC. Epidemiology and risk factors for drug allergy. Br J Clin
Pharmacol. 2011; 71(5): 684-700.
Siegfried EC, Hebert AA. Diagnosis of atopic dermatitis: mimics, overlaps, and
complications. J Clin Med. 2015; 4(5): 884-917.
Jadotte YT, Schwartz RA, Karimkhani C, Boyers LN,Patel SS. Drug eruptions
and erythroderma. Dalam: Hall JC, Hall BJ.Cutaneous drug eruptions:
diagnosis, histopathology and therapy.London:Springer-Verlag; 2015. hlm.
251-8.
25