Anda di halaman 1dari 9

MORFOLOGI ULTISOL BUKIT PATUK GUNUNG KIDUL

ABSTRAK

Praktikum lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah stopsite 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 06 April
2018 di Patuk, Gunung Kidul. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali jenis tanah dengan melihat
sifat, ciri dan pemanfaatan lahan di lokasi tersebut. Bahan dan alat yang digunakan pada pratikum ini
adalah palu pedologi untuk memecahkan tanah atau batu, GPS yang berfungsi untuk mengetahui lokasi,
klinometer untuk mengukur kemiringan tanah , pH stick untuk mengetahui PH tanah , pisau untuk
mengambil sampel tanah, Munsell Color Charts sebagai acuan untuk menentukan warna tanah ,
kompas untuk mengetahui arah, penggaris, dan alat tulis, sedangkan kemikalia yang digunakan adalah
H2O2 3%, H2O2 10%, HCl 2N dan H2O. Adapun pengamatan diawali dengan pembuatan profil tanah
dan mendeskripsikan profil tanah tersebut. Deskripsi yang dimaksud berupa jeluk, warna tanah, tektur,
struktur, konsistensi, perakaran, bahan kasar, uji khemikalia, pH H2O dan klasifikasi ordo tanah. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ordo tanah di stopsite 2 yaitu Latosol (menurut PPT), Lixisol
(menurut FAO) dan Ultisol (menurut Soil Taxonomy atau USDA).
Kata kunci: Patuk Gunung Kidul ,profil tanah, deskripsi tanah, morfologi tanah, alfisol

PENGANTAR miskin hara yang berdampak negatif


terhadap kegiatan pertanian. Tanah ultisol
Tanah di suatu tempat dengan
termasuk dalam jenis tanah yang miskin
tempat lainnya pasti memiliki perbedaan
akan bahan organik. Tidak hanya kadar
dan tidak mungkin akan sama persis. Hal
tanah liat yang terlalu tinggi (> 80%),
ini dikarenakan faktor-faktor lingkungan
tetapi juga memiliki kandungan karbon
yang mempengaruhinya seperti iklim,
organik yang rendah (CO <2%)
bahan induk, relief, organisme yang
(Yulnafatmawita, 2014).
terkandung dalam tanah, dan waktu
Menurut Soil Taxonomy (Soil
pembentukan tanah. Pada keadaan tertentu
Survey Staff, 2010), Ultisol merupakan
salah satu atau beberapa faktor pembentuk
tanah yang mempunyai tingkat
tanah dapat lebih dominan pengaruhnya
perkembangan yang cukup lanjut,
dibanding faktor yang lain, sehingga sifat-
dicirikan oleh solum yang dalam,
sifat tanah yang terbentuk menjadi
peningkatan fraksi lempung seiring dengan
heterogen (Kuswaji, 2016).
kedalaman tanah (horisonargilik) atau
Tanah ultisol termasuk jenis
adanya horison kandik, reaksi tanah
tanah muda, bertekstur pasiran, konsistensi
masam (pH 3,10–5,00) dankejenuhan basa
lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka
rendah (< 35%).
terhadap erosi, dan ketersediaan bahan
Ultisol berasal dari bahan induk
organik serta Nitrogen yang rendah.
tuff masam., batuan pasir dan sedimen
Potensi tanah yang berasal dari abu vulkan
kwarsa.Merupakan tanah yang mengalami
Gunung Berapi ini kaya hara namun belum
pelapukan yang intensif dan pencucian
tersedia, sehingga dikategorikan tanah
lanjut. Selain proses pencucian dan tertentu dalam setahun. Jumlah hujan
pelapukan tersebut, pada ultisol juga melebihi kapasitas simpanan air-tanah
terjadi podsolisasi, yaitu proses pindahnya sehingga memungkinkan air mengalami
seskuoksida dari lapisan atas (Horizon perkolasi dalam profil tanah. Fenomena
eluvias) kelapisan bawah (Horizon ini snagat penting untuk mempertahankan
iluviasi) (Darmawijaya, 1992). rendahnya status basa dalam tanah.
Darmawijaya (1992) menyatakan 2. Bahan induk
bahwa ultisol terbentuk di daerah beriklim Bahan induk yg lazim untuk
tropika basah dengan curah hujan berkisar perkembangan Ultisols mengandung
antara 2500-3500 mm tiap tahun, dengan sedikit kation basa , seperti batuan kristalin
suhu tahunan rata-rata lebih tinggi 8ºC silika (mis. granite) atau bahan sedimen yg
(47ºF). Topografi umumnya bergelombang relatif miskin basa (mis. Sedimen dataran
sampai berbukit dengan elevasi antara 50- pantai yang sangat lapuk).
350m dpl. Ada beberapa Ultisols yang
Pada umumnya Ultisol mempunyai berkembang pada bahan induk dengan
bobot isi (bulk density) berkisar antara 1,1 status basa lebih tinggi dan material
gr/cm-1,35gr/cm dengan total ruang pori kurang lapuk (mis. Abu vulkanik, batuan
(TRP) lebih kecil dilapisan bawah beku basis atau batuan metamorf basis).
dibanding lapisan di atasnya derta Tanah Ultisol mempunyai tingkat
memiliki daya pegang air yang lebih perkembangan yang cukup lanjut,
rendah dan agregat yang kurang mantap, dicirikan oleh penampang tanah yang
sehingga peka terhadap erosi. Kendala dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan
Ultisol (PMK) baik ditinjau dari segi kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan
fisika, kimia dan biologi tanah, seperti : kejenuhan basa rendah (Anonim, 2011)
bahan organik rendah sampai sedang, 3. Topografi
kemasaman Aldd tinggi, kandunga unsur Posisi keberadaan Ultisols
hara , N, P, K rendah, Nilai KTK dan KB dikendalikan oleh hubungan antara
rendah dan sangat peka erosi (Sri, 2018). geomorphology dan faktor-faktor lain
Faktor - Faktor Yang memengaruhi pembentukan tanah , serta laju dan derajat
pembentukan tanah ultisol ekspresi proses-proses pedogenesis.
1. Iklim 4. Vegetasi
Ultisols berkembang di daerah Banyak Ultisols berkembang pada
iklim, dimana curah hujan melebihi vegetasi hutan Seperti Hutan campuran .
evapotranspirasi potensial selama periode hutan pinus, ataupun hutan ek . meskipun
ada juga vegetasi savana dan vegetasi hasil pembentukan setempat (in situ) dari
rawa-rawa. oleh karena itu Ultisols dapat bahan induk.Di daerah tropika horison E
menjadi lahan pertanian yang produktif mempunyai tekstur lebih halus
kalau dikelola dengan agroteknologi yang mengandung bahan organik dan besi lebih
memadai. tinggi daripada di daerah iklim sedang.
Bersamaandenganproses lessivage tersebut
5.Waktu terjadi pula proses podsolisasi dimana
Periode waktu yang terlibat dalam sekuioksida (terutama besi) dipindahkan
perkembangan Ultisols tergantung pada dari horison albik ke horison argilik.
faktor-faktor lain pembentukan tanah dan 4. Biocycling
laju proses pedogenesis. namun Jaman Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi
Pleistocene atau lebih tua diyakini sebagai jumlah basa-basa di permukaan tanah
asal-usulnya bahan induk Ultisols. cukup tinggi dan menurun dengan
Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi kedalaman. Hal ini disebabkan karena
beberapa proses sebagai berikut : proses Biocycling basa-basa tersebut oleh
1. Pencucuian yang ekstensif terhadap basa- vegetasi yang ada di situ.
basa merupakan prasyarat. Pencucian 5. Pembentukan plinthite dan fragipan.
berjalan sangat lanjut sehingga tanah Plinthite dan fragipan bukan sifat yang
bereaksi masam, dan kejenuhan basa menentukan tetapi sering ditemukan pada
rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil
m dari permukaan). di daerah tua.
2. Karena suhu yang cukup panas (lebih dari Plinthite : Terlihat sebagai karatan
8˚C) dan pencucian yang kuat dalam berwarna merah terang. Karatan ini
waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terbentuk karena proses reduksi dan
terjadi pelapukan yang kuat terhadap oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di
mineral mudah lapuk, dan terjadi permukaan menjadi keras irreversibie dan
pembentukan mineral liat sekunder dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak
oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk mengeras kalau kering berlebihan
biasanya didominasi oleh kaolinit, dan bukanlah plithit.
gibsit. Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang
3. Lessivage (pencucian liat), menghasilkan dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya
horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan plinthite yang dapat menghambat drainase
horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu
Sebagian liat di horison argilik merupakan
mengandung 10-15 persen volume atau Sedangkan bahan – bahan yang digunakan
lebih plinthite = Plinthaquult). adalah H2O2 3% , H2O2 10%, HCl 2N,
Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, dan H2O.
seperti halnya plinthite, fragipan Pengamatan diawali dengan
menghambat gerakan air dalam tanah. pembuatan profil tanah yang irisan tegak
Proses pembentukan fragipan masih belum penampang tanah sepanjang 1 – 1,5 m
jelas. dengan kedalaman 2m. Syarat – syarat
6. Perubahan horison umbrik menjadi mollik pembuatan profil antara lain baru, tidak
Ultisol dengan epipedon umbrik terkena sinar matahari langsung, tidak
(Umbraquult) dapat berubah menjadi terendam air dan representatif. Adapun
epidedon mollik akibat pengapuran. pengamatan yang perlu dilakukan untuk
Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak mengisi blangko pengamatan meliputi
berubah selama lapisan-lapisan yang lebih morfoligi tapak/kenampakan di sekitar
dalam mempunyai kejenuhan basa profil yang dibuat, diskripsi profil, warna
rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan tanah dengan menggunakan Munsell
basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m Color Chart, tekstur, struktur, konsistensi,
dari permukaan horison argilik atau 1,80 m bahan kasar, perakaran, reaksi reaksi
dari permukaan tanah (kejenuhan basa tanah/ sifat kimia, klasifikasi dan
kurang dari 35%). Hal ini disebabkan pengambilan gambar profil tanah. Vegetasi
untuk menunjukan adanya pencucian yang yang tumbuh disekitarnya pengamatan
intensif dan agar klasifikasi tanah tidak yang dilakukan bersifat kualitatif. Dengan
berubah akibat pengelolaan tanah. bantuan co. ass yang ada praktikan
melakukan pengamatan untuk diisikan ke
METODOLOGI
blangko pengamatan. Blangko pengamatan
Praktikum lapangan Dasar-Dasar
sedianya akan digunakan sebagai bahan
Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu
pembuatan laporan praktikum dilapangan.
tanggal 2April 2016 dengan lokasi
pengamatan di Patuk gunung kidul . Alat –
alat yang digunakan adalah palu pedologi,
pisau, pH stick, GPS, klinometer, Munsell
Color Charts, altimeter, kompas,
penggaris, kamera dan alat tulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama Pengamat : B1.1/3 Kode : Stopsite 2

Lokasi : Patuk, Gunung Kidul Landform : Angkatan

Fisiografi : Batur Agung Litologi :Breksi Andesitik

Topografi : Datar Arah Lereng : 36° NE

Lereng : 3% Kebatuan : Kecil

Landuse : Tegalan Pertumbuhan : Baik, subur

Vegetasi : Pisang, singkong, kelapa Jeluk Air Tanah : ± 15 meter

Pola Drainase : Dendritik Tingkat Erosi : Rendah

Erosi : Lembar Altitude : 274 mdpl

Cuaca : Cerah Tanggal : 6 April 2019

Letak Lintang : S 07o 51’ 14,9”

E 110o 29’ 12,0”

Tabel 2.1 Morfologi tapak (site)


Tanah yang berlokasi di bukit pola drainase dendritik dan bererosi
patuk gunung kidul berFisiografi Batur lembar dengan tingkat erosi rendah, arah
agung letak lintang S 07o 51’ 14,9 E 110o lereng yaitu 36°NE dengan kedalaman
29’ 12,0” dengan kemiringan lereng 3% jeluk air tanah kurang lebih 15 meter dan
yang berombak,bergelombang dan berlitologi Breksi Andesit
ketinggian 274mdpl. Tanah disini
berfungsi sebagai tegalan dengan vegetasi
pisang, jati dan kelapa dengan tingkat
pertumbuhan baik atau subur, memiliki
No Pengamatan Lapisan I Lapisan II Lapisan III Lapisan IV

1. Jeluk (cm) 0- 45 45-73 73-...

2. Nama Horizon A B B2
3. Warna Tanah

Matrik 7,5 YR 5/4 7,5 YR 4/4 7,5 YR 4/4

Karatan - - -

Campuran - - -

4. Tekstur Geluh Geluh Geluh


Lempung Lempung Lempung
Debu Debu

5. Struktur

Tipe Gumpal Gumpal Gumpal


Menyudut Menyudut Menyudut

Kelas Sedang Sedang Sedang

Derajat Lunak Lunak Agak Lunak

6. Konsistensi

Kering - - -

Basah/
Tidak
Lembab
Lekat Sangat Lekat Sangat Plastis Lekat Plastis
Agak

Plastis plastis

7. Perakaran

Ukuran Makro, Meso Mikro Mikro

Jumlah Sedikit Sedikit Sedikit

8. Bahan Kasar

Jenis - - -

Jumlah - - -

Ukuran - - -

8. Uji Khemikalia
BO (H2O2 10 +++++ ++++ +++
%)
Mn (H2O2 3 ++++ +++++ +++
%)
Kapur (HCl - - -
2N)
9. pH H2O 5 5 5

10. Catatan Khusus

Tabel 2.2 Karakteristik Profil

Pada pengamatan Karakteristik Profil dengan jumlah yang sedikit, tidak terdapat
tanah, tanah ini dibagi menjadi 3 lapisan bahan kasar dan memiliki PH 5
yaitu lapisan I adalah horizon A dengan Lapisan III adalah horizon B2
kedalaman jeluk 0-45 cm warna matrik dengan kedalaman jeluk 73-... cm warna
7,5YR 5/4 memiliki tekstru geluh lempung matrik 7,5 YR 4/4 memiliki tekstru geluh
debuan dan Struktur bertipe gumpal lempung dan Struktur bertipe gumpal
menyudut dengan kelas sedang yang menyudut dengan kelas sedang yang
berderajat lunak, pada lapisan I tanah berderajat agak lunak, pada lapisan III
memiliki konsistensi sangat lekat dalam tanah memiliki konsistensi lekat dan
kedaan basah atau lembab, memiliki plastis dalam kedaan basah atau lembab,
perakaran berukuran makro dan meso horizon ini memiliki perakaran berukuran
dengan jumlah yang sedikit, tidak mikro dengan jumlah yang sedikit, tidak
memiliki bahan kasar, dan memiliki PH 5 terdapat bahan kasar dan memiliki PH 5
lapisan II adalah horizon B dengan Dalam uji Bahan organik dengan
kedalaman jeluk 45-73 cm warna matrik menggunakan kemikalia H2O2 10%
7,5YR 4/4 memiliki tekstru geluh lempung kandungan bahan organik di lapisan 1 2
debuan dan Struktur bertipe gumpal dan 3 cukup tinggi namun Horizon A atau
menyudut dengan kelas sedang yang lapisan satu memiliki kandungan bahan
berderajat lunak, pada lapisan II tanah organik yang paling banyak ditandai
memiliki konsistensi sangat plastis dalam dengan tanda positif berjumlah 5 hal ini
kedaan basah atau lembab, horizon ini menunjukan bahwa pada lapisan ini telah
memiliki perakaran berukuran mikro mengalamai dekomposisi sempurna namun
bahan organik tidak dapat dijangkau oleh Lokasi Stop site ke-2 terletak di
akar sehingga cenderung terjadi Banguntapan, Bantul. Are di sekitar Stop
penimbunan. Pada pengujian kandungan site tersebut merupakan tegalan yang
Mn dengan menggunakan kemikalia H2O2 digunakan oleh masyarakat untuk
3 % lapisan 1, 2, dan 3 positif bercocok tanam tanaman kacang tanah.
mengandung. Sedangkan untuk menguji Kondisi tanah di area tersebut cukup
kandungan kapur dengan menggunakan lembab. Banyak ditumbuhi tanaman
kemikalia HCL hasilnya tidak ditemukan tahunan dan banyak vegetasi rumput.
kandungan kapur di semua lapisan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pengamatan
dari pelaksanaan praktikum lapangan yang
PPT Latosol
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
FAO Lixisol Jenis tanah pada stopsite II di Patuk
gunung kidul adalah latosol (PPT), atau
Soil Taxonomy Ultisol
Lixisol (FAO), dan atau Ultisol (USDA)
Tabel 2.3 Klasifikasi Ordo Tanah serta memiliki tipe penggunaan lahan

Menurut PPT tanah ini adalah sebagai Hutan sekunder.

Latosol, menurut FAO adalah Lixisol


sedangkan berdasarkan Soil Taxonomy
USDA tanah ini adalah Ultisol.Tanah
Ultisol memiliki kemasaman kurang dari
5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen
kimia tanah yang berperan terbesar dalam
menentukan sifat dan ciri tanah umumnya
pada kesuburan tanah. Nilai pH yang
mendekati minimun dapat ditemui sampai
pada kedalaman beberapa cm dari dari
batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-
tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-
daerah yang kaya akan basa-basa dari air
tanah pH meningkat pada dan di bagian
lebih bawah solum.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi eneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University ress.
Yogyakarta.
Kuswaji, Dwi Priyono dan Yuli Priyana. 2016. KAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN
TANAH PADA KEJADIAN BENCANA LONGSOR LAHAN DI PEGUNUNGAN
MENOREH KABUPATEN KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. The 3rd Universty Research Colloquium. 489.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy Edition 11th. United States Department of
Agriculture.
Yulnafatmawita and Adrinal. 2014. PHYSICAL CHARACTERISTICS OF ULTISOLS
AND THE IMPACT ON SOIL LOSS DURING SOYBEAN (Glycine max Merr)
CULTIVATION IN A WET TROPICAL AREA. AGRIVITA. 36(1).
Anonim. 2011. Tinjauan Pustaka Tanah Ultisol.
http://digilib.unila.ac.id/7364/14/BAB%20II.pdf. Diakses pada 10 April 2019.
Sri, Handayani., Karnilawati. 2018. KARAKTERISASI DAN KLASIFIKASI TANAH
ULTISOL DI KECAMATAN INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE. Jurnal Ilmiah
Pertanian. 14(2).

Anda mungkin juga menyukai