Anda di halaman 1dari 14

ACARA V

PENGENALAN EKOSISTEM

I. TUJUAN
1. Mempelajari macam-macam ekosistem.
2. Mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis


deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis
dan fenomena-fenomena ekologis. Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsur
biotik dan abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan
nutrien. Komponen biotik adalah semua organisme lain yang merupakan bagian dari
lingkungan suatu individu yang penting pengaruhnya kepada sesama organisme lainnya
(Campbell dkk, 2000).

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik atau
interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Pada dasarnya makhluk hidup dalam
kelangsungan hidupnya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, pasti ada ketergantungan antar
idividu satu dengan yang lainnya maupun antara organisme degan lingkungan disekitarnya
(Jorgensen, 2009).

Di suatu ekosistem terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup
lainnya maupun dengan lingkungannya. Di dalam lingkungan terdapat rantai makanan yang
tersusun atas produsen (autotrof), konsumen (heterotrof), dan pengurai yang masing-masing
memiliki tugas dan jumlah yang mencukupi. Organisme autotrof adalah organisme yang
mampu mensintesis cahaya matahari menjadi energi atau dengan kata lain organisme autotrof
adalah organisme yang mampu membuat makanan sendiri, sedangkan organisme heterotrof
adalah organisme yang tidak mampu membuat makanannya sendiri. Unsur abiotik adalah
merupakan faktor utama dalam ekosistem setelah unsur biotik karena unsur ini bertugas
untuk menciptakan keadaan yang diperlukan oleh mahluk hidup seperti cahaya, suhu,
topografi, dan lain sebagainya (Wagenet et al., 2012).
Ekosistem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekosistem terestrial dan ekosistem
akuatik. Ekosistem terestrial merupakan komunitas dan lingkungannya yang berada dibenua
atau pulau. Dan jika komunitas dan lingkungannya berada dalam air, maka ekosistem tersebut
adalah ekosistem akuatik. Ekosistem akuatik dibedakan menjadi ekosistem air tawar,
ekosistem air laut, ekosistem pantai, ekosistem sungai, dan ekosistem terumbu karang.
Sementara itu, ekosistem darat terbagi lagi menjadi dua yaitu ekosistem alami yang meliputi
ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem sabana, ekosistem padang rumput, serta ekosistem
gurun, dan ekosistem buatan meliputi ekosistem bendungan, ekosistem sawah irigasi, dan
ekosistem lahan pasir pantai (Waluyo dan Aisyah, 2012).

Ekosistem tidak sepenuhnya mantap, tetapi berada dalam keadaan kesetimbangan


yang mudah goyah dan berubah. Cara kerja ekosistem ini dapat digambarkan dengan baik
oleh daur unsur yang penting, seperti daur karbon dan nitrogen, yang berlangsung antara
keadaan hidup dan nonhidup didalam ekosistem itu (Odum, 2003).

Salah satu ekosistem yang ada adalah ekosistem tegalan. Menurut Arief (2014)
ekosistem kebun/tegalan merupakan daerah pengelolaan pertanian yang mana merupakan
sumber daya dengan basis ekosistem berupa lahan basah dan lahan kering. Eksplorasi sumber
daya ini dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat berakibat lingkungan tersebut
menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi. Ekosistem tegalan ini mencakup kebun campuran,
tegalan dan bentuk pertanian lainnya yang umumnya berada di sekitar taman nasional.

Penggunaan lahan tegalan lebih mudah terjadi pelapukan bahan organik karena
tegalan umumnya bersuasana aerob dan aerasinya lebih baik dibanding persawahan. Oleh
sebab itu, pengolahan lahan tegalan dengan tepat harus dilakukan agar kesuburan tanah
tegalan tidak terganggu. Kandungan bahan organik dalam tegalan bisa menurun drastis akibat
pengolahan yang berlebihan. Untuk mengurangi dampak pelapukan bahan organic bisa
dilakukan dengan caraa pemberian pupuk organic ke area tegalan (Tangketasik dkk., 2012).

Dalam mengurangi dampak negatif dari lahan tegalan yang mana sering terganggu
oleh beberapa hama, perlu diberlakukan sistem tata kelola dan mekanisme yang tepat dan
efektif agar tujuan utama dibuatnya tegalan yang mana untuk memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri dapat tercapai secara maksimal, atau dapat disebutkan layanan yang diberikan
ekosistem dapat diterima secara maksimal. Karena produksi layanan ekosistem itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh konfigurasi (bentuk/wujud) lanskap sistem alam maupun sistem
buatan (Fremier et al., 2013).

Tegalan merupakan salah satu bentuk agroforestri yang berada di pedesaan. Tegalan
memiliki kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
terutaman masyarakat di sekitar perdesaan. Jenis tanaman yang biasanya dijumpai ditegalan
yaitu, tanaman buah-buahan, kayu perkakas dan kayu bakar serta tanaman pangan seperti,
padi gogo, jagung, kedelai, dan ketelah pohon. Tegalan biasanya mempunyai daur yang
bermacam-macam, karena tersusun atas bermacam-macam jenis, sehingga petani dapat
mengambil hasilnya setiap saat. Secara umum dapat dikatakan bahwa perkarangan dan
tegalan dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang besar bagi pemiliknya dan
memberikan jasa lingkungan sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan (Hidayat dan
Mulyani, 2014).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara V yang berjudul Pengenalan Ekosistem


dilaksanakan dengan mengamati ekosistem di lapangan sesuai dengan ekosistem yang
didapatkan masing-masing kelompok. Pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2018 kelompok 1
golongan A4 melakukan pengamatan ekosistem tegalan. Pengamatan ekosistem tegalan
dilakukan di Jl. Ki Hadi Sugito, Pleret, Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.
Pengamatan dilakukan sore hari pukul 15.00 WIB. Alat yang digunakan pada pengamatan
ekosistem ini adalah alat tulis, dan kamera. Alat tulis berfungsi untuk mencatat hal-hal yang
diamati, sedangkan kamera berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan di
lapangan.
Hal-hal yang diamati pada saat pengamatan ekosistem tegalan adalah komponen
biotik dan abiotik, daur materi dan daur energi yang terjadi di dalam ekosistem tegalan,
permasalahan yang dihadapi dalam ekosistem tegalan yang meliputi OPT dan permasalahan
iklim, serta hasil yang didapatkan. Selain mengamati ekosistem dalam tegalan, juga
dilakukan pengambilan sampel tanah dan air untuk ditentukan besarnya pH, EC, dan DO
pada ekosistem tegalan di desa. Dalam pengamatan dilakukan pengambilan gambar setiap
spesies yang ada di ekosistem mina padi tersebut untuk dokumentasi. Setelah pengamatan
selesai, maka dilakukan pembahasan mengenai ekosistem tegalan yang di dapatkan dari
kegiatan lapangan tersebut. Terakhir, hasil yang di dapatkan di presentasikan di depan teman-
teman golongan A4 agar informasi dan ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pengamatan pada ekosistem tegalan, selanjutnya ditemukan
beberapa komponen-komponen penyusun ekosistem tegalan seperti ditunjukkan pada tabel
4.1

Tabel 4.1. Komponen Biotik dan Abiotik di Lahan Tegalan

Komponen Biotik Komponen Biotik


Komponen Abiotik Tumbuhan Hewan
Tanah Pohon Pisang Belalang
Angin / Udara Pohon Kelapa Capung
Suhu Kemangi Semut
Air Jambu Air Lebah
Cahaya Matahari Lamtoro Nyamuk
Putri Malu Laba – laba
Jambu Biji Cacing
Mangsi Ulat
Rumput Biji
Lumut
Benalu

Tabel 4.2. Hasil Uji Laboratorium Sampel Tanah dan Air di Lahan Tegalan

Jenis pH EC (mS/cm) DO (%)


Lahan Air Tanah Air Tanah Air Tanah
Tegalan 8,05 8,90 0,465 0,203 9,8 3,3

B. Pembahasan

Konsep ekosistem adalah suatu prinsip ekologi penting yang menekankan keteraturan
yang ada didalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apapun. Ekosistem lahan
tegalan merupakan suatu ekosistem yang secara keseluruhan dibentuk oleh komponen-
komponen yang tampak maupun yang tidak tampak baik yang organik maupun anorganik.
Komponen itu masing-masing melakukan interaksi berupa adanya hubungan saling
mempengaruhi yang dinamik antar komponen biotik serta antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang akan membentuk suatu komunitas sehingga terjadi interaksi timbal-
balik dan menunjukan sifat saling ketergantungan antara komponen yang satu dengan
komponen yang lain.

Tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan,
seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan letaknya terpisah dengan halaman
sekitar rumah. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tegalan biasanya
diusahakan pada daerah yang belum mengenal sistem irigasi atau daerah yang tidak
memungkinkan dibangun saluran irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada
musim kemarau keadaan tanahnya terlalu kering sehingga tidak ditanami. Cara bertani di
lahan tegalan menggunakan sistem tumpangsari, yaitu dalam sebidang lahan pertanian
ditanami bermacam-macam tanaman. Tumpangsari tanaman merupakan salah satu model
penanaman di lahan kering. Model penanaman ini memiliki beberapa keuntungan yaitu
mengurangi resiko kegagalan panen, meningkatkan kesuburan, mengurangi terjadinya erosi
dan meningkatkan pendapatan petani karena mencegah terjadinya kegagalan panen.

Pada ekosistem tegalan yang telah kami amati, ada dua komponen penyusun
ekosistem, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik yang termasuk
tanaman antara lain pohon pisang, pohon kelapa, kemangi, jambu air, lamtoro, putri malu,
jambu biji, mangsi, rumput biji, lumut, dan benalu. Sedangkan komponen biotiknya yang
berupa hewan antara lain belalang, capung, semut, lebah, nyamuk, laba-laba, cacing, dan ulat.
Komponen biotik yang kami dapatkan adalah tanah, angin/udara, suhu, air, dan cahaya
matahari.

Berdasarkan komponen yang telah disebutkan sebelumnya, metode tumpangsari yang


kami temui di tegalan tersebut terjadi antara pohon pisang, kemangi, mangsi, dan jambu biji.
Problematika model penanaman tumpangsari adalah timbulnya persaingan diantara dua atau
lebih spesies yang ditanam. Apalagi antar spesies tanaman tidak ada yang menimbulkan
simbiosis mutualisme.

Pada ekosistem tegalan terdapat 3 interaksi, yaitu ranai makanan, daur materi, dan
daur energi. Dalam rantai makanan, ada beberapa organisme yang bertindak sebagai
produsen yaitu tanaman hijau seperti pohon pisang, lamtoro, jambu biji, jambu air.
Konsumen primer yaitu ulat, nyamuk, belalang, lebah, dan capung. Konsumen sekunder
yaitu laba-laba. Yang bertindak sebagai decomposer yaitu mikroorganisme dan semut,
sedangkan cacing tanah bertindak sebagai detrivior.

Bagan 5.1. Rantai makanan

Tanaman
Belalang Laba-laba Cacing
hijau

Bagan 5.1.1. Rantai makanan pada ekosistem tegalan

Berdasarkan bagan 5.1.1. terdapat rantai makanan pada ekosistem tegalan. Yang
bertindak sebagai produsen adalah tanaman hijau, lalu konsumen I adalah belalang,
konsumen II adalah laba-laba, dan pengurai adalah cacing. Tanaman hijau bertindak sebagai
produsen karena mampu memproduksi makanannya sendiri, yang kemudian akan
dimanfaatkan oleh konsumen I sebagai sumber energi. Belalang bertindak sebagai konsumen
I karena memakan tanaman hijau yang bertindak sebagai produsen, belalang merupakan
hewan herbivora. Laba-laba bertindak sebagai konsumen II karena memakan konsumen I
atau pada bagan ini adalah belalang, laba-laba merupakan hewan omnivora. Kemudian, laba-
laba akan mati dan diuraikan oleh mikroorganisme dalam tanah yaitu cacing.

Kemudian, terdapat pula jaring jaring makanan yang merupakan kumpulan rantai
makanan. Pada ekosistem tegalan ini, jarring-jaring makanannya yaitu :

Lebah
Tanaman Laba-
Belalang
hijau laba Cacing

Ulat

Bagan 5.2 jaring-jaring makanan pada ekosistem tegalan

Berdasarkan bagan 5.2., Produsen (tanaman hijau) dengan bantuan cahaya matahari
mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Selanjutya, tanaman hijau dimanfaatkan oleh
ulat, belalang, dan lebah sebagai makanan. Kemudian lebah, belalang, dan ulat tersebut
dimakan oleh laba-laba. Lalu, laba-laba sebagai konsumen terakhir lama-kelamaan akan
mati, dan bangkai tubuhnya akan terdekomposisi oleh mikroorganisme di dalam tanah yaitu
cacing.

Berbeda dengan arus energi, daur materi memilki siklus. Sehingga, apabila semuanya
bersumber dari produsen (tanaman hijau), semua juga akan kembali lagi ke pada produsen
(tanaman hijau). Sumber materi primer adalah sinar matahari. Setelah diserap tumbuhan, daur
materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Secara berturut-turut zat dari daur
materi tersebut akan berpindah dari satu tubuh organisme ke organisme lain sampai ke
komponen pengurai (dekomposer). Untuk arus energi mulai dari produsen (tumbuhan)
tersebut akan berpindah ke konsumen tingkat berikutnya sampai ke tingkat dekomposer
(pengurai), maka setelah melalui proses dekomposer  akan kembali lagi ke tanah sehingga
dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen (tumbuhan) tersebut.

Dalam sebuah ekosistem terjadi aliran energi dan daur materi. Aliran energi
merupakan transfer energi dari sumber energi kepada penerima dengan kuantitas penyerapan
energi dari sumbernya hanya 10% dan jika digambarkan dengan bagan tidak membentuk
sebuah siklus.

produsen

dekomposer konsumen I
konsumen III konsumen II

Bagan 5.3. Bagan daur/siklus materi


sd
p
m
ko
e n
ji,th
rlab u
gcy

Bagan 5.3.1. Bagan daur/siklus materi pada ekositem tegalan

Cahaya Konsumen Konsumen


Produsen Pengurai
matahari I II

Bagan 5.4 Aliran energy

ulat,
belalang,
capung, Pengurai
Cahaya lebah, (cacing,
matahari nyamuk semut)

pohon pisang, laba-laba


air, lamtoro, putri
malu, jambu biji,
mangsi, rumput
biji

Bagan 5.4.1. Aliran energy di ekosistem tegalan

Produsen dengan bantuan cahaya matahari mengubah zat anorganik menjadi zat
organik. Selanjutya, produsen dimanfaatkan oleh konsumen 1 sebagai makanan, misalnya
dalam ekosistem yang diamati terjadi antara pohon pisang dengan ulat atau putri malu dengan
lebah. Dari situ terjadi perpindahan energi dan bentuk materinya juga berubah. Konsumen 1
kemudian dimangsa oleh konsumen 2, dalam ekosistem tegalan terjadi antara lebah dengan
laba-laba . Dalam proses pemangsaan tersebut terjadi aliran energi dari konsumen 1 ke
konsumen 2. Selain itu, materi dalam konsumen 1 berpindah ke konsumen 2. Kemudian
konsumen 2 mati dan terurai ditanah dengan bantuan mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.

Salah satu siklus materi yang terjadi di ekosistem tegalan tersebut yaitu siklus karbon.
Siklus karbon pada ekosistem tegalan terbentuk antara komponen biotik dan abiotik. Dalam
siklus karbon, tanaman mengeluarkan oksigen saat melakukan fotosintesis, oksigen tersebut
digunakan oleh komponen hidup untuk respirasi. Komponen hidup kemudian akan
mengeluarkan CO2 sisa respirasi ke atmosfer yang kemudian akan dimanfaatkan lagi oleh
tanaman dalam proses fotosintesis. Dalam daur energi, energi utama berasal dari matahari.
Organisme autotrof kemudian mengubah energi menjadi senyawa organik yang kemudian
organisme tersebut berperan sebagai produsen (tanaman, senyawa organik tersebut kemudian
disalurkan kepada konsumen primer, tersalurkan lagi ke konsumen sekunder. Lalu
konsumen-konsumen tersebut akan mengeluarkan zat sisa, dan konsumen sekunder akan
mati. Zat sisa dan bangkai konsumen akan diuraikan oleh pengurai dan mengalami
dekomposisi menjadi humus dan bahan mineral. Humus dan bahan mineral tersebut
digunakan lagi untuk tanaman hidup dan menghasilkan senyawa kimia yang bisa
dimanfaatkan oleh makhluk hidup.

Selain proses makan dan dimakan dalam jaring-jaring makanan, dalam interaksi
biotik juga terdapat berbagai simbiosis. Simbiosis mutualisme terjadi pada putri malu dan
lebah. Lebah membantu putri malu untuk melakukan penyerbukan. Simbiosis komensalisme
terjadi antara pohon pisang dengan pohon kemangi. Pohon kemangi mendapatkan
keuntungan karena mendapat naungan dari pohon pisang. Sedangkan pohon pisang tidak
diuntungkan maupun dirugikan. Simbiosis parasitisme terjadi antara hama penyakit
tumbuhan dengan tumbuhan budidaya. Contohnya ulat dengan pohon pisang, ulat dengan
pohon jambu, atau ulat dengan pohon kemangi. Selain adanya berbentuk simbiosis, dalam
ekosistem tegalan yang diamati juga terdapat hubungan interaksi berupa kompetisi.
Kompetisi yang terjadi adalah antara ulat dan belalang yang memperebutkan daun.

Pada ekosistem tegalan yang kami amati, terjadi permasalahan yang cukup serius,
salah satunya yaitu populasi gulma yang terlalu banyak sehingga bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman budidaya. Hal tersebut dikarenakan pemilik lahan tidak merawat lahan
tegalan dengan baik. Walaupun itu tidak terlalu menjadi masalah karena pada dasarnya
ekosistem tegalan tersebut bukan menjadi sektor utama bertani, namun hanya memanfaatkan
lahan kosong yang tidak terpakai, namun hal terebut dapat merugikan keseimbangan
ekosistem yang ada. Selain tumbuhnya gulma, terdapat berbagai hama yang hidup di
ekosistem tegalan tersebut. Alangkah baiknya gulma tersebut dihilangkan dengan cara
menggunakan herbisida atau dengan alami yaitu penyiangan. Pemilihan tanaman tumpangsari
harus diperhatikan agar bisa meningkatkan produksi pertanian, karena seperti yang kita
ketahui tegalan hanya mengandalkan air hujan sebagi sumber air. Penanaman tanaman
budidaya harus dipsesuaikan dengan musim agar tanaman yang ditanamam dapat hidup dan
berproduksi. Pemberian pupuk juga harus dilakukan agar kesuburan tanah terjaga serta
memberikan zat hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Ada juga masalah yang cukup
berpengaruh yaitu adanya sumber air hanya saat musim hujan saja, sehingga saat musim
kemarau banyak tanaman yang mengering.

V. KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan, kami dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut

1. Ekosistem di alam antara lain ekosistem sawah, tegalan, hutan, sungai, pantai, serta lahan
pesisir pantai.
2. Pada ekosistem tegalan, ada 2 komponen penyusun ekosistem, yaitu komponen biotik
dan komponen abiotik. Komponen biotik diantaranya yaitu tanaman hijau seperti pohon
pisang, pohon kelapa, kemangi, jambu air, lamtoro, putri malu, jambu biji, mangsi,
rumput biji, lumut, dan benalu. Sedangkan komponen biotiknya yang berupa hewan
antara lain belalang, capung, semut, lebah, nyamuk, laba-laba, cacing, dan ulat.
Komponen biotik yang kami dapatkan adalah tanah, angin/udara, suhu, air, dan cahaya
matahari.
3. Ekosistem tegalan juga tersusun dari 3 interaksi yaitu daur karbon, siklus energi, dan
jarring-jaring makanan.

SARAN

Sebaiknya kalau mencari tempat ekosistem jangan yang terlalu jauh, agar tidak
kemalaman pulangnya.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Muchlisin, 2014, Identifikasi dan inventarisasi ekosistem gunung api ruang
menggunakan data landsat dan quickbird, Jakarta, Statistika (14) 1 : 5 – 14.

Campbell, N. A., J.B. Reece, dan L. G, Mitchell, 2000, Biologi Edisi Kelima Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.

Fremier, A.K., Fabrice A. J. DeClerck, Nilsa A. Bosque-Pérez, Natalia Estrada Carmona,


Renée Hill, Taylor Joyal, Levi Keesecker, P. Zion Klos, Alejandra Martínez-Salinas,
Ryan Niemeyer, Andre Sanfiorenzo, Kristen Welsh and J. D. Wulfhorst, 2013,
Understanding spatiotemporal lags in ecosystem services to improve incentives,
BioScience, USA 63(6) : 472-482
Jorgensen, S. E, 2009, Ecosystem Ecology, Elsevier B. V Raderweg 29, Amsterdam.

Tangketasik, A., Wikarniti, N. M., Soniari, N., M., dan Narka, I. W., 2012, Kadar bahan
organic pada tanah sawah dan tegalan di Bali serta hubungannya dengan tekstur tanah,
Jurnal Agrotrop 2(2): 101-107.

Wagenet, R. J. , R R. Rodriguez, W. F. Cambel, dan D. L. Turner, 2012, Fertilizer effect on


garden plants, Ecology Letters 16: 616-625.

Waluyo, W.dan Asyiah, 2012, Biologi Dasar, Universitas Jember, Jember,.

LAPORAN  RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA V
PENGENALAN EKOSISTEM TEGALAN
Disusun oleh:

Nama               : Apri Izzatul Habibah

NIM                 : 17/409586/PN/14974

Gol/Kel            : A4/1

Asisten             : 1. Blodot Adi Luhung

2. Bagus Kresna U. D. K.

3. Ulya Nur Rozanah

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN


SUB LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai