Secara umum pasien yang dirawat di UPIP adalah pasien dengan kriteria berikut:
Adapun skala yang digunakan untuk mengukut tingkat kedaruratan pasien adalah
skala General Adaptive Function (GAF) dengan rentang skor 1-30 skala GAF.
Kondisi pasien dikaji setiap sif dengan menggunakan skor GAF.
Nilai Keterangan
Skor 11-20 Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain
(misalnya usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan
kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manik)
atau kadang-kadang gagal untuk mempertahankan perawatan
diri yang minimal (misalnya mengusap feses) atau gangguan
yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau
membisu).
Skor 1-10 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan
parah (misalnya kekerasan rekuren) atau ketidakmampuan
persisten untuk mempertahankan kebersihan pribadi yang
minimal atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan
akan kematian yang jelas.
Pasien baru yang masuk di UPIP dilakukan triase dengan mengkaji keluhan
utama pasien dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan tanda vital. Berikut
kategori pasien menurut skor RUFA adalah
1. Prinsip tindakan
a. Observasi lanjutan dari fase krisis (intensif I)
b. Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien, orang lain, dan
lingkungan
2. Indikasi
Pasien dengan skor 11-20 skala RUFA
3. Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah observasi dan intensitas yang lebih rendah
dari fase intensif I. Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik dan terapi olahraga.
4. Evaluasi
a. Evaluasi dilakukan setiap sif untuk menentukan apakah kondisi pasien
memungkinkan dipindahkan ke ruang intesif III
b. Bila kondisi pasien di atas skor 20 skala RUFA, maka pasien dapat
dipindahkan ke intensif III. Bila dibawah skor 11 skala RUFA, maka
pasien dikembalikan ke fase intensif I.
c. Fase Intensif III (72 jam – 10 hari)
1. Prinsip tindakan
a. Observasi lanjutan dari fase akut (intensif II)
b. Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
2. Indikasi
Pasien dengan skor 21-30 skala RUFA
3. Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah
a. Observasi dilakukan secara minimal
b. Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
c. Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi
musik, terapi olahraga, dan terapi keterampilan hidup (life skill
therapy)
4. Evaluasi
a. Evaluasi dilakukan setiap sif untuk menentukan apakah kondisi pasien
memungkinkan untuk dipulangkan
b. Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA, maka pasien dapat
dipulangkan dengan mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila
skor dibawah 20 skala RUFA, maka pasien dikembalikan ke fase
intensif II, serta jika skor dibawah 11 skala RUFA, maka pasien
dikembalikan ke fase intensif I.
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kondisi Akut
Tindakan keperawatan
a. Diskusikan tentang pengertian perilaku kekerasan.
b. Diskusikan tentang tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari perilaku kekerasan.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan dengan
cara mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
e. Jelaskan tentang terapi obat pasien pada level intensif I
Evaluasi
Evaluasi respons umum adapatasi pasien dilakukan setiap akhir sif
oleh perawat. Pada pasien perilaku kekerasan evaluasi meliputi hal
sebagai berikut:
- Perilaku, seperti menentang, mengancam, mata melotot.
- Verbal, seperti bicara kasar, intonasi sedang, menghina orang
lain, menuntut, dan berdebat.
- Emosi, seperti labil, mudah tersinggung, ekspresi tegang,
merasa tidak aman.
- Fisik, seperti pandangan tajam, tekanan darah masih
meningkat.
Rujukan
Hasilnya adalah jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan
pada level intensif II, sedangkan jika tidak tercapai, maka pasien tetap
berada di perawatan level intensif I
Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil
evaluasi dari tindakan tersebut. Sertakan juga alasan tindakan dari
pembatasan gerak/pengekangan dan alasan penghentian dari pembatasan
gerak/pengekangan.
Tindakan
- Komunikasi terapeutik
- Siapkan lingkungan yang aman
- Lingkungan tenang.
- Tidak ada barang-barang yang berbahaya atau singkirkan semua benda
yang membahayakan.
Kolaborasi
a. Berikan obat-obatan sesuai standar medik seperti transquiliser sesuai
program terapi. Pengobatan dapat berupa suntikan valium 10 mg IM/IV 3-
4 × 1 amp/ hari dan suntikan Haloperidol (Serenace) 5 mg, 3-4 × 1
amp/hari.
b. Jelaskan pada pasien jika ada perubahan dalam terapi medis seperti
penambahan obat oral.
c. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
d. Buat perjanjian dengan pasien untuk mempertahankan perilakunya
e. Bantu pasien menggunakan kontrol diri yang diperlukan, seperti latihan
mengendalikan emosi secara fisik, misalnya memukul sansak.
f. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.
Evaluasi
Pada pasien perilaku kekerasan evaluasi meliputi berikut :
- Perilaku, seperti menentang, mengancam, mata melotot.
- Verbal, seperti bicara kasar, intonasi sedang, menghina orang lain,
menuntut, dan berdebat.
- Emosi, seperti labil, mudah tersinggung, ekspresi tegang, merasa tidak
aman.
- Fisik: pandangan tajam, tekanan darah masih meningkat.
Rujukan
Hasilnya yaitu jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan pada
level intensif III, sedangkan jika tidak tercapai, maka pasien tetap berada
di perawatan level intensif II.
Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil
evaluasi dari tindakan.
Kolaborasi
- Berikan obat-obatan sesuai standar atau program terapi medis yaitu
obat oral seperti Haloperidol 5 mg 3 × 1 tablet/hari dan artane atau
arkine 2 mg 3 × 1 tablet/hari.
- Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
- Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam
Observasi
- Observasi perilaku dalam 24 jam.
- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok.
Evaluasi
Evaluasi respons umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir sif oleh
perawat. Pada pasien perilaku kekerasan evaluasi meliputi hal-hal terkait
dengan perilaku kekerasan. Jika klien menunjukkan perbaikan, klien dapat di
rujuk pada pusat pelayanan kesehatan masyarakat atau perawat komunitas.
Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil evaluasi
setiap tindakan.
2.4.2 Asuhan Keperawatan Intensif pada Pasien dengan Risiko Bunuh Diri
Observasi
Observasi pasien setiap 10 menit sekali, sampai pasien dipindahkan ke ruang
intensif II. Jauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas,
ikat pinggang.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan medis untuk program pengobatan pasien. Dengan lembut
jelaskan pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien sampai tidak ada
keinginan bunuh diri. Rawat luka atau kondisi akibat tindakan percobaan
bunuh diri.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan bagi klien dengan risiko bunuh diri ialah:
- Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan
pasien yang tetap aman dan selamat.
- Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi
anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
- Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan hal berikut.
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
- Pasien mampu menggunakan carapenyelesaian masalah yang baik.