Anda di halaman 1dari 26

PENGKAJIAN PADA IBU HAMIL (ANC)

A. PERSIAPAN ALAT
1. Meja troli dan alas/ baki dengan alas
2. Tensimeter
3. Penlight
4. Leanec/monoral
5. Termometer
6. Jangka panggul
7. Metlin
8. Jam tangan
9. Gelas berisi air klorin dan air bersih
10. Reflek patela/ hammer
11. Nierbekken
12. Kapas DTT dalam kom steril
13. Perlak dan alasnya
14. Handscone steril
15. Larutan klorin 0,5% dalam waskom
16. Tempat sampah
17. Tissue dan tempatnya
18. Pengukur lila
19. Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
20. Sampiran/skerm
21. Tempat tidur
22. Baju hamil
23. Buku catatan dan pulpen

B. PEMERIKSAAN PASIEN
Langkah-langkah :
1. Pasien datang disambut ramah
2. Ucapkan salam
3. Persiapan pasien duduk
4. Memperkenalkan diri dengan pasien
5. Tanyakan alasan kunjungan
6. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya serta tujuan
dilakukan pemeriksaan tersebut
7. Minta persetujuan dari pasien dengan penandatanganan informed consent
8. Lakukan anamnesa (pengkajian data subjektif)
Riwayat kehamilan
o Riwayat menarche
o HPHT
o Pergerakan janin
o Imunisasi TT

Riwayat perkawinan
o Status perkawinan
o Jumlah perkawinan
o Lamanya
o Jumlah anak

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


o Jumlah persalinan
o Tempat bersalin
o Umur kehamilan
o Jenis persalinan dan penolong
o Penyulit
o Keadaan anak
o Keadaan nifas

Riwayat kesehatan
o Riwayat penyakit yang diderita
o Riwayat kesehatan keluarga
o Kontrasepsi yang pernah digunakan

Riwayat sosial
o Kehamilan yang diinginkan/tidak
o Jenis kelamin yang diharapkan
o Dukungan keluarga
o Susunan keluarga yng tinggal serumah dan kebudayaan serta adat istiadat yang
mempengaruhi kehamilan

Perilaku kesehatan
o Pola makan
o Pola eliminasi (BAB/BAK)
o Seksualitas
o Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
o Penggunaan alkohol
o Penggunaan obat-obatan
o Kebiasaan merokok
o Kebiasaan ganti pakaian dalam

C. PEMERIKSAAN FISIK SECARA SISTEMATIS DAN PEMERIKSAAN


ABSTETRIK
Pemeriksaan fisik :
1. Siapkan alat untuk pemeriksaan kehamilan dan dekatkan alat ketempat pemeriksaan
2. Siapkan ruangan, jendela, dan sampiran
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan TB, BB
5. Lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan. Pasien duduk di
kursi, posisi jantung sejajar dengan lengan atas
6. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas (Lila) dengan cara ; ukur dari sendi bahu ke
siku dalam centimeter lalu bagi 2 kemudian ukur lingkar lengan atas
7. Lakukan pemeriksaan (head to toe) :
1) Kepala
o Kulit kepala : bersih/kotor/kutu
o Rambut : panjang/ pendek
o Distribusi rambut : lebat/rontok/tipis
o Warna rambut : hitam/ tidak hitam
2) Mata
o Simetris : ya/tidak
o Konjungtiva : tidak ikterik/ikterik
o Pupil (pemeriksaan ini dilakukan jika perlu dengan menggunakan penlight) :
terdapat dilatasi/tidak
o Gerakan bola mata : simetris kiri kanan/tidak
3) Hidung
o Polip : ada/tidak
o Sekret : ada/tidak
o Septum : ada/tidak
o Perdarahan : ada/tidak
4) Telinga (dengan penlight)
o Simetris : ya/tidak kiri dan kanan
o Pengeluaran serumen: ada/tidak
5) Mulut (dengan penligght)
o Tonsil : ada pembengkakan/tidak
o Gigi palsu : ada/tidak
o Caries : ada/tidak
o Stomatitis : ada/tidak
6) Leher dilakukan inspeksi dan palpasi
o Kelenjar tyroid membesar/tidak :
Lakukan palpasi dengan cara pemeriksaan melakukan palpasi pada leher
pasien dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah sambil klien
diminta untuk menelan.
o Kelenjar getah bening ada pembesaran/tidak :
o Lakukan palpasi dengan cara pemeriksa melakukan palpasi dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada daerah dibelakang telinga
bagian bawah.
7) Axilla dan dada (payudara), pasien diminta untuk berbaring di tempat tidur.
o Raba axilla dengan jari-jari tangan menggunakan kasa steril
o Raba axilla yang terjauh terlebih dahulu kemudian yang terdekat.
o Pemeriksaan inspeksi: puting susu menonjol/tidak, mammae simetris/tidak,
areola mammae hiperpigmentasi/tidak
o Periksa apakah kolostrum keluar/tidak, dengan cara tekan areola mammae
dengan ibu jari dan jari telunjuk.
o Pemeriksaan palpasi pada daerah mamae dengan meraba bagian dalam
sampai pangkal payudara dan daerah ketiak untuk mengetahui adanya
massa/tidak, adanya nyeri tekan/tidak.
o Palpasi mammae dilakukan dari bagian yang terjauh terlebih dahulu.
8) Abdomen
Inspeksi bentuk abdomen, ada/tidaknya luka operasi bekas SC, linea dan striae
gravidarum.
Palpasi :
Mengukur tinggi fundus uteri dalam centimeter menggunakan metlin. Dengan
cara ; perut dikumpulkan ke bagian fundus dan tangan yang lain
membentangkan metlin dari fundus ke symfisis pubis. Baca hasil.
o Leopold I
Untuk mengetahui bagian yang ada di fundus ibu. Dengan teknik :
Jika umur kehamilan pasien >20 minggu :
 Pemeriksaan menghadap kemuka pasien
 Pasien terlentang dengan kaki ditekuk
 Uterus ditegakkan dengan 2 tangan, setelah fundus uterus dapat di
fiksasi
 Tentukan bagian janin yang berada di fundus
o Leopold II
Untuk mengetahui bagian apa yang ada di sisi kanan atau sisi kiri uterus.
Dengan teknik:
 Pasien tidur terlentang dengan kaki ditekuk
 Salah satu tangan pemeriksa menahan salah satu bagian sisi perut dan
tangan yang satunya meraba bagian apa yang terdapat pada sisi yang
lainnya.
o Leopold III
Untuk menentukan bagian terbawah janin dan sudah masuk ke rongga
panggul atau belum. Dengan teknik :
 Posisi pasien tidur terlentang dengan kaki ditekuk
 Salah satu tangan pemeriksa di fundus uteri dan satu tangan lagi di
pinggir atas simpisis dengan ibu jari pada bagian kanan dan tangan 4
jari yang lainnya disebelah kiri kemudian diraba.
o Leopold IV
Untuk menentukan sampai seberapa jauh bagian terbawah jsnin masuk ke
PAP. Dengan teknik:
 Posisi pasien kedua kaki diluruskan
 Kemudian pemeriksa menghadap kearah kaki pasien dengan meletakan
kedua tangan dipinggir atas simpisis
 Bila kedua atelapak tangan bertemu maka bagian terbawah janin belum
masuk ke PAP, dan bila kedua telapak tangan tidak bertemu maka
bagian terbawah janin sudah masuk PAP
 Dapat juga dilakukan dengan satu telapak tangan yaitu 5 jari di atas
simpisis pubis, diraba bagian terbawah janin sudah masuk dengan
perlimaan.
o Auskultasi DJJ
 Tentukan puntum maksimumnya
 Hitung DJJ dalam satu menit penuh
 Teratur/tidak
o Pengukuran panggul
 Distansia spinarum
 Distansia cristarum
 Lingkar panggul
o Lakukan pemeriksaan anogenital dengan cara:
 Siapkan dan dekatkan alat-alat kedekat pasien
 Atur posisi pasien
 Pasang perlak dan alasnya pada tempat tidur
 Cuci tangan dan keringkan serta pakai hand scon
 Anogrnital dibersihkan dengan kapas air hangat/matang dibagian
vestibulum
 Labia mayora diregangkan dengan ibu jari dan telunjuk sebelah kiri
dan kanan menekan labia mayora kanan kiri:
 Adakah pembesaran kelenjar bartolini
 Masa atau kista
 Varises
 Cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau)
 Pasien dianjurkan miring kekiri dengan posisi SIM kemudian daerah
anus diregangkan untuk melihat hemoroid sambil melihat varises dan
odema di daerah tungkai.
 Pasien diminta untuk terlentang kembali
 Alat-alat dirapihkan (alat yang sudah di pakai dimasukan ke klorin)
 Pemeriksa mencuci hand scon yang dikenakan langsung ke dalam
larutan klorin kemudian handscon dibuka secara terbalik dan direndam
di larutan klorin
 Pasien dirapihkan kembali
 Cuci tangan (pemeriksa mencuci tangannya memakai sabun dengan air
mengalir)
9) Ekstrimitas
o Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi
o Lakukan palpasi kaki pada daerah tulang kering/pertibia dan punggung
kaki/metatarsila untuk mengetahui odema /tidak
o Adakah varises/tidak
8. Pasien diminta untuk duduk bersila ditengah tempat tidur
9. Lakukan pemeriksaan ginjal dengan cara mengetuk/perkusi pada daerah lumbal V
kiri dan kanan.
10. Anjurkan pasien untuk duduk dipinggir tempat tidur dengan kaki terjuntai kemudia
lakukan pemeriksaan reflek patela kanan dan kiri.
11. Bantu pasien merapihkan pakainannya dan rapihkan alat
12. Jelaskan kepada pasien tentang hasil semua pemeriksaan yang telah dilakukan
13. Lakukan konseling :
o Tanda bahaya pada kehamilan
o Persiapan persalinan
o Persalinan dengan nakes
o Gizi selama hamil
o Hal-hal penting lainnya
14. Berikan obat, jelaskan cara pemberian obat
15. Lakukan pendokumentasian
PEMERIKSAAN PANGGUL WANITA

A. Pemeriksaan panggul bagian luar


1. Persiapan Alat
a) Ibu
b) Pita meteran (pita pengukur)
c) Jangka panggul
d) Buku catatan

2. Persiapan Pasien
a) Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
b) Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
c) Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan kuatir
atau kurang menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada
kandungan.
d) Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan.
e) Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.

3. Persiapan Pelaksana
a) Sarung tangan
b) Sabun dan air

4. Bidang yang diperiksa


a) Distansia Spinarum
b) Distansia Kristarum
c) Distansia Tuberum
d) Konjugata externa

5. Cara Pemeriksaan
a) Ukur panggul ibu, ukuran- ukuran yang perlu diukur :
Distansia Spinarum :
o Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskan
o Perawat menghadap klien, ambil jangka panggul
o Cari dengan telunjuk tulang SIAS (spina iliaka anterior superior) di kiri dan
kanan panggul
o Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut
o Jarak normal adalah: 23-26 cm

Distansia Kristarum :
o Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskan
o Perawat menghadap klien, ambil jangka panggul
o Cari dengan telunjuk tulang Krista iliaka di kanan dan kiri panggul
o Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut
o Jarak normal adalah : 26-29 cm

Distansia Tuberum :
o Pengukuran melintang dari pintu bawah panggul (PBP)
o Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan
o Perawat menghadap klien
o Cari dengan telunjuk tulang iskiadium di kanan dan di kiri panggul
o Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut
o Jarak normal adalah: 10,5-11

Konjugata externa :
o Klien berbaring miring membelakangi perawat dengan kedua kaki di luruskan
o Perawat dengan posisi di belakang klien mengambil jangka panggul
o Cari dengan telunjuk tulang lumbal V tempatkan ujung jangka panggul
kemudian cari tulang simfisis pubis bagian atas dan tempatkan ujung jangka
panggul yang lain
o Jarak normal adalah : 18-20 cm

Lingkar panggul luar :


o Jarak normal adalah: 80-90 cm
b) Catat hasil pengukuran panggul ibu
c) Setelah didapat ukuran-ukuran panggul ibu, maka beritahukan pada ibu hasil
pemeriksaan dan pemeriksaan telah selesai.
B. Pemeriksaan panggul bagian dalam
1. Persiapan Alat
a) Ranjang Periksa
b) Kapas dan Larutan antiseptik

2. Persiapan Pasien
a) Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
b) Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
c) Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan kuatir
atau kurang menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada
kandungan.
d) Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan.
e) Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.

3. Persiapan Pelaksana
a) Sarung tangan (Memasang sarung tangan karena biasanya kalau tidak
menggunakan sarung tangan maka akan mudah terserang berbagai macam infeksi
penyakit seperti HIV)
b) Sabun dan air
c) Afron

4. Bidang yang diperiksa


a) Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
b) Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
c) Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.

5. Cara Pemeriksaan
a) Pastikan kandung kemih wanita kosong sebelum memulai pemeriksaan, karena
pemeriksaan bimanual sangat tidak nyaman bagi wanita jika kandung kemihnya
penuh. setelah mengosongkan kandung kemih, persilahkan ibu untuk berbaring di
atas ranjang periksa.
b) Persiapkan ibu pada posisi litotomi di atas meja. Pastikan bokong sedikit
dibelakang tepi meja, karena apabila wanita tidak di posisikan dengan tepat di tepi
meja dapat menggangu ketika spikulum akan dipegang anda akan kesulitan
mengatur posisi spikulum.
c) Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayor ke lateral untuk
membuka vulva.
d) Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui
introitus yang terbuka.
e) Pindahkan tangan kanan ke fundus uteri.
f) Arahkan bagian ventral/palmar jari-jari tangan dalam ke simpisis os pubis,
tentukan besar sudut yang dibentik antara os pubis kiri dan kanan.
g) Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea inominata kiri sejauh
mungkin, kemudian lakukan pula pada bagian kanan dengan cara yang sama.
h) Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inominata kiri kemudian geser
ke bawah (sejajar sumbu badan ibu) menelusuri dinding samping panggul untuk
menilai arah dan sudutnya (rata, menyudut ke dalam atau luar).
i) Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 cm dari pintu atas panggul)
akan teraba tonjolan tulang, kea rah dalam jalan lahir dan berbentuk segitiga, yang
disebut dengan spina iskiadika. Nilai derajat penonjolan spina ke jalan lahir.
j) Lakukan hal yang sama pada dinding samping panggul bagian kanan (gunakan
bagian atau sisi medial jari tengah) kemudian nilai distansia interspinarum.
k) Raba tuberkositas iskiadia dengan meneruskan rabaan dinding samping panggul
hingga bagian paling ujung. Lakukan untuk dinding kiri dan kanan, kemudian nilai
distansia intertuberosum (jarak antara kedua tuberositas).
l) Geser tangan dalam kearah belakang sehingga teraba bagian tulang yang rata dan
mempunyai lekukan ke belakang, bagian ini disebut dengan sacrum. Nilai
konkafitas tulang tersebut dengan menelusurinya ke arah atas dan bawah (tepat di
bagian tengah).
m) Teruskan perabaan bagian tengah sacrum hingga mencapai ruas dan bagian ujung
tulang coocygis. Nilai inklinasi tulang tersebut, ke depan (mengarah ke jalan lahir)
atau ke belakang.
n) Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan kemudian telusuri sejauh
mungkin ke belakang hingga posisi jari mengarah ke tengah (sumbu badan ibu).
Bila di tengah tonjolan tulang ke bagian dalam jalan lahir (promontorium os
sacrum), maka beri tanda pada pangkal jari tangan kanan dengan tangan kiri untuk
memutuskan batas atau jarak dari titik tersebut sampai ujung jari kanan.
o) Keluarkan telunjuk dari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk tangan kiri
yang menentukan batas tadi, tetap pada posisinya.
p) Ambil alat ukur/penggaris dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah tangan
kanan dan batas yang telah dibuat tadi untuk menentukan konjugata diagonalis
yang kemudian dikonversikan menjadi konjugata vera.
q) Catat hasil pengukuran panggul ibu
r) Setelah didapat ukuran-ukuran panggul ibu, maka beritahukan pada ibu hasil
pemeriksaan dan pemeriksaan telah selesai.
TINDAKAN KEPERAWATAN SENAM IBU HAMIL

A. Pengertian senam hamil


Adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan fisik dan mental ibu hamil untuk
mempersiapkan masa kehamilan dan proses persalinan sehingga berjalan normal, lancar
dan aman.

B. Tujuan
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas dinding perut, otot-otot dasar panggul
yang berhubungan dengan proses persalinan.
2. Membentuk sikap tubuh untuk mengurangi keluhan sakit pinggang.
3. Mengharapkan letak janin yang normal.
4. Mengurangi sesak nafas akibat pertambahan besar perut dan memperlancar
persalinan.
5. Memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna dengan memberikan latihan-latihan
kontraksi dan relaksasi,

C. Persiapan
1. Persiapan alat
a. Matras
b. Bola
c. Pakaian senam hamil
d. Alat pengukur Vital Sign (Tensi Meter, Termometer dan Jam tangan)
e. Tissue dalam wadahnya
f. Air minum
g. Handuk keci

2. Persiapan pasien
a. Lakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang senam hamil dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan proses kehamilan, proses persalinan
dankesehatan ibu hamil sesuai dengan umur kehamilan ibu saat ini.
b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
c. Membuat kontrak dengan pasien.
3. Pelaksanaan
a. Instruktur memberikan salam terapeutik
b. Menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Instruktur menjelaskan kegiatan, klien disiapkan posisi yang nyaman
d. Gerakan-gerakan senam ibu hamil diantaranya :
1) Senam kagel
Merupakan gerakan olahraga yang paling mudah dan bisa kamu lakukan
dimana saja. Caranya :
a) Kontraksikan otot sekitar saluran kencing dan vagina dengan gerakan
seperti menahan kencing, than selama 3 menit.
b) Lakukan hungga 10 kali setiap harinya, saat sedang duduk maupun
berdiri.
Selain menguatkan otot-otot panggul dan memudahkan proses kelahiran,
senam ini juga berfungsi untuk melatih otot di daerah lain seperti sekitar
uretra, kandung kemih, rektum dan rahim.

2) Senam jongkok
Gerakan senam jongkok bisa memperkuat otot disekitar pamggul dan paha,
sehingga berguna untuk memperlancar proses persalinan. Langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Mulai dengan posisi berdiri tegak, lalu turunkan badan secara perlahan
hingga posisi tegak dengan punggung tegak lurus.
b) Bernafaslah secara normal dan tahan posisi ini selama 10 detik, lalu
kembali ke posisi berdiri secara perlahan.
c) Untuk hasil yang maksimal, ulangi gerakan senam jongkok beberapa kali
sehari. Tapi jika sudah merasa capek, jangan terlalu memaksakan diri.

3) Pose tailor / yoga kupu-kupu


Gerakan ini untuk melatih otot paha dan menguragi resiko sakit punggung
yang sering dialami oleh ibu hamil. Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Duduk bersila dengan posisi punggung tegak.
b) Pertemukan kedua telapak kaki di depan, lalu dorong lutut hingga
menyentuh lantai.
c) Tahan posisi ini selama kurang lebih 10-20 detik.
4) Mini sit-ups
Gerakan sit-ups ini snagat dianjurkan untuk wanita hamil. Gerakan ini
mampu mengencangkan perut dan menurunkan resiko tegang pada
punggung. Selain itu, mini sit-ups juga berguna untuk menguatkan otot-otot
yang berperan saat mendorong bayi keluar. Langkah-langkah sebagai berikut
:
a) Berbaringlah terlentang dan letakan bantal dibawah panggul.
b) Tekuk lutut dengan posisi telapak kaki menyentuh lantai, agar perut tidak
terlalu tertekan.
c) Hembuskan nafas sambil mengangkat kepala dan bahu, serta coba raih
lutut dengan tangan.
d) Kembali keposisi awal sambil menarik nafas.
e) Ulangi gerakan ini beberapa kali.

5) Gerakan duduk bersila


Gerakan ini berguna untuk mengencangkan otot sekaligus mencegah stres
selama kehamilan. Duduklah secara bersila, gunakan matras yoga berbahan
nyaman sebagai alas, lalu ikuti gerakan dibawah ini :
a) Tarik kedua tangan ke depan dada.
b) Tarik dan hembuskan nafas secara berulang.
c) Lakukan gerakan lain seperti mengangkat kedua tangan kearah atas
kepala sambil menarik nafas secara perlahan. Lalu turunkan tangan
sambil menghembuskan nafas.

6) Gerakan mengangkat panggul


Gerakan mengangkat panggul keatas ini bermanfaat untuk mengencangkan
otot perut dan memberi rasa rileks selama persiapan proses persalinan.
Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Berbaring terlentang dan tekuk deua lutut.
b) Tarik nafas lewat hidung sambil kecangkan otot perut dan bokong.
c) Pastikan punggung rata dengan lantai atau matras.
d) Angkat panggul ke atas dan tahan selama 4 tarikan nafas.
e) Kembali ke posisi awal secara perlahan.
7) Senam dengan yoga ball
Senam ini sangat berguna untuk menjaga keseimbangan selama kehamilan,
menguatkan otot-otot perut, membantumu untuk lebih rileks, hingga
mengurangi rasa sakit pada punggung bagian bawah. Langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Duduklah santai di atas bola dengan posisi punggung tegak.
b) Buka kedua kaki hingga selebar pinggul.
c) Luruskan tangan ke arah depan, lalu tahan 5-10 detik.
d) Turunkan tangan sambil menghembuskan nafas.
e) Ulangi gerakan ini sebanyak beberapa kali.

8) Gerakan senam merangkak


Gerakan merangkak ini sangat baik untuk mempersiapkan otot-otot tubuh
bagian bawah, agar proses melahirkan dapat berjalan dengan normal dan
lancar. Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Ambil posisi seperti merangkak.
b) Arahkan pandangan ke arah depan dengan kepala dan punggung
terangkat.
c) Tarik nafas secara perlahan dengan melengkungkan punggung ke arah
dalam.
d) Luruskan kembali punggung ke posisi semula sambil menarik nafas
secara perlahan.
e) Lakukan gerakan ini berulang-ulang.
KONSEP KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KEHAMILAN, PERDARAHAN
DALAM KEHAMILAN

A. Pengertian
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan)
pembuluh darah.

B. Macam-macam Perdarahan
1. Perdarahan pada kehamilan trimester I adalah perdarahan yang dialami oleh wanita
di 12 minggu pertama kehamilan. Macam-macamnya antara lain :
a) Abortus adalah Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi sebelum pada usia kehamilan < 20-24
minggu dan atau Berat < 500gr. Patofisiologinya yaitu pada awal abortus
terjadi perdarahan dalam desidua basalis + nekrosis jaringan sekitarnya 
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya (benda asing dalam uterus)
 uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Diagnosa dan Penanganannya antara lain :
1) Perdarahan pervaginam, setelah mengalami terlambat haid pada wanita
usia reproduksi.
2) Tes kehamilan positif.
3) Indikasi Abortus Medisinalis.
4) Gangguan kesehatan yang sangat mengancam keselamatan ibu.
5) Kehamilan akibat perkosaan atau incest.
6) Dipastikan terjadi cacat berat pada janin (severe physical deformities) atau
retardasi mental.
Jenis dan Derajat Abortus Spontan
1) Abortus Iminens adalah Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan
< 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi
serviks. Gejalanya yaitu perdarahan dari OUE, mules sedikit/(-), besar
uterus = usia gestasi, OUI tertutup, tes kehamilan positif. Penanganannya
antara lain :
 Bedrest
 USG  janin hidup / mati
 Prognosa tergantung macam & lamanya perdarahan. Prognosa kurang
baik jika perdarahan lama, disertai mules dan pendataran serta
pembukaan serviks.
2) Abortus Insipiens adalah Peristiwa perdarahan utereus pada kehamilan <
20 minggu, dengan dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus. Gejalanya yaitu Mules sering & kuat, perdarahan
bertambah banyak. Penanganannya yaitu pengeluaran hasil konsepsi bisa
dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
 Pada kehamilan > 12 MG, perdarahan tidak banyak, bahaya perforasi
> besar  Infus oksitosin.
 Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran plasenta
secara digital  kerokan.
3) Abortus Inkomplit adalah Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan < 20 minggu, dengan sisa yang tertinggal dalam uterus.
Diagnosisnya yaitu Kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat
teraba dalam kavum uteri/ menonjol dari OUE, perdarahan bisa banyak
sekali, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan  syok.
Terapinya yaitu Penanganan syok  infus NaCl/RLtransfusi
kerokan ergometrin im.
4) Abortus Komplit adalah semua hasil konsepsi telah dikeluarkan.
Gejalanya yaitu Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum terutup, uterus
mengecil. Penangananya yaitu apabila anemis  Sulfas Ferrosus.
5) Retensi Embrio (Missed Abortion) adalah Kematian janin < 20 Mg, tapi
tidak dikeluarkan selama  8 Mg. gejalanya antara lain :
 Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah terapi.
 Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor, uterus
mengecil, tes kehamilan (-). Sering disertai gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia.
 Terapinya yaitu tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis os.
Jika < 12 Mg  DC, jika > 12 Mg  infus oksitosin 10 IU/D5 500
cc atau Prostagalndin E.
6) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut
(0,41%, Bishop). Etiologinya yaitu abortus spontan, imunologik/
kegagalan reaksi terhadap antigen. Penanganan antara lain :
 Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami & istri,
inkompatibilitas darah, pemeriksaan VDRL, TTGO, pemeriksaan
Kromosom & mikoplasma.
 Pada Trimester 2  inkompeten serviks  cerclage.
 Tatalaksana tergantung etiologi.
7) Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
8) Abortus septik adalah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Gejalanya
yaitu terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi, perdarahan
pervaginam berbau, uterus membesar, lembek, nyeri tekan, lekositosis.
Bila sepsis  demam , menggigil, Tekanan Darah . Penanganannya
yaitu Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan
dalam 6 jam.
b) Mola hidatidosa adalah Kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Pada umumnya gejala mola hidatidosa tidak seberapa
berbeda dengan kehamilan bias, yaitu mual, muntah, pusing, dll hanya saja
derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat ,
sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.
Adapula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Gejala perdarahan ini biasanya
terjadi antara bulan pertama sampai bulan ketujuh dengan rata-rata 12-14
minggu. Sifat perdarahan bisa intermitern, sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena keadaan
perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan
anemia.
c) Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan dimana pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum
uteri. Patologisnya yaitu pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa
mencapai endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di
saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada
kehamilan pada umumnya.
Prinsip Penatalaksanaan perdarahan per vaginam pada usia kehamilan muda :
 JANGAN LANGSUNG LAKUKAN KURETASE !!!
 Tentukan keadaan janin, mati atau hidup. Bila memungkinkan periksa dengan
USG.
 Beta HCG masih dapat positif walaupun janin sudah mati.

2. Trimester II kehamilan perdarahan sering disebabkan partus prematurus, solusio


plasenta, mola dan inkompetensi servik.
3. Perdarahan trimester ketiga (antepartum) adalah perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 28 minggu. Penyebabnya antara lain :
a) Plasenta previa adalah placenta yang implantasinya tidak normal ( rendah
sekali ) hingga menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir (ostium internum).
Klasifikasinya antara lain :
1) Placenta previa totalis: seluruh ostium internum tertutup.
2) Placenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tertutup.
3) Placenta previa marginalis: hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
placenta.
4) Plasenta letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Gejalanya antara lain:
1) Perdarahan tanpa nyeri.
2) Perdarahan berulang-ulang sebelum partus.
3) Perdarahan keluar banyak.
4) Darah berwarna merah segar.
5) Bagian depan tinggi .
6) Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan placenta.
7) Robekan selaput marginal.
Penatalaksanannya antara lain :
1) Konservatif bila :
 Kehamilan kurang 37 minggu.
 Perdarahan tidak ada atau tidak banyak ( Hb masih dalam batas
normal).
 Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2) Penanganan aktif bila :
 Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
 Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
 Anak mati.
b) Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh placenta yang normal
implantasinya antara minggu ke 22 sampai lahirnya anak. Klasifikasinya
antara lain :
1) Solutio placenta dengan perdarahan keluar.
2) Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi (haematoma
retroplacenta).
3) Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi dan keluar.
Gejalanya antara lain :
1) Perdarahan disertai nyeri.
2) Perdarahan hanya keluar sedikit.
3) Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan adanya nyeri
tekan.
4) Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
5) Rahim keras seperti papan.
6) Anemi dan syock, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
7) Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus karena isi rahim
bertambah.
8) Darah berwarna merah tua/kehitaman.
Penatalaksanaannya antara lain :
1) Pemberian transfusi darah.
2) Pemecahan ketuban (amniotomi).
3) Pemberian infus oksitosi.
4) Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
c) Vasa plasenta merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin
berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Ini penyebabnya
belum jelas. Diagnosisnya yaitu pada pemeriksaan dalam vagina diraba
pembuluh darah pada selaput ketuban. Bila sudah terjadi perdarahan maka
akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau
bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah
selaput ketuban pecah.
Penatalaksanaanya antara lain :
1) Tergantung pada status janin.
Bila ada keraguan tentang maturitas janintentukan lebih dahulu umur
kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan
janin dengan USG dan kardiotokografi.
2) Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera
namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan
pervaginam.

d) Plasenta abruption adalah terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum


atau selama proses persalinan dan darah tergenang di antara placenta dan
rahim. Kondisi ini dapat sangat berbahaya bagi ibu maupun bayi. Tanda dan
gejala lain dari placental abruption adalah nyeri perut, keluar gumpalan darah
dari vagina, dan nyeri punggung.

C. Penyebab Perdarahan
a) Penyebab Umum Perdarahan Saat Hamil Trimester Pertama
Pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan, perdarahan saat
hamil dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Beberapa kondisi yang bisa memicu
terjadinya hal tersebut, yaitu:
1) Keguguran
Penyebab paling sering dari perdarahan saat hamil di trimester pertama adalah
keguguran. Sekitar 20-30 persen wanita yang mengalami perdarahan saat
hamil di trimester awal akan berakhir dengan keguguran. Selain perdarahan,
gejala lain keguguran adalah kram atau nyeri di perut bagian bawah dan
keluarnya jaringan atau gumpalan daging melalui vagina.
2) Perdarahan implantasi
Pada 6-12 hari pertama kehamilan, ibu hamil mungkin akan mengeluarkan
bercak darah. Munculnya bercak-bercak tersebut terjadi saat sel telur yang
sudah dibuahi menempel pada dinding rahim. Dalam beberapa kasus, banyak
wanita yang menyamakan kondisi ini dengan siklus menstruasi biasa dan tidak
menyadari bahwa dirinya sedang hamil.
3) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik juga bisa menjadi penyebab terjadinya perdarahan saat
hamil. Meski begitu, kondisi ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya
menimpa sekitar 2 persen dari jumlah wanita hamil. Kehamilan ektopik sendiri
terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain
rahim, biasanya di tuba falopi. Jika embrio terus berkembang, tuba falopi lama
kelamaan berisiko pecah hingga mengakibatkan perdarahan yang berbahaya.
Selain perdarahan, kehamilan ektopik biasanya juga disertai dengan kram di
perut bagian bawah atau panggul, nyeri menjalar hingga ke bahu, merasa tidak
nyaman ketika BAB atau BAK, merasa lemas, pingsan, serta penurunan
hormon HCG (human chorionic gonadotropin).
4) Kehamilan mola
Kehamilan mola atau hamil anggur terjadi ketika jaringan yang seharusnya
menjadi janin, berkembang menjadi jaringan abnormal sehingga tidak
terbentuk bakal janin. Dalam kasus yang jarang terjadi, kehamilan mola dapat
berubah menjadi kanker ganas yang bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Kendati demikian, penyebab perdarahan saat hamil ini sangat jarang sekali
terjadi.

b) Penyebab Perdarahan saat Hamil Trimester Kedua dan Ketiga


Jika penyebab di atas terjadi ketika kehamilan baru menginjak usia trimester
pertama, maka beberapa kondisi di bawah ini bisa menyebabkan perdarahan saat
hamil ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua dan ketiga.
1) Hubungan seksual
Perdarahan saat hamil bisa juga disebabkan oleh hubungan seksual antara ibu
hamil dan pasangan. Berhubungan seksual menyebabkan adanya perubahan
pada tekstur serviks atau rahim.
2) Solusio plasenta
Penyebab lain untuk perdarahan saat hamil di trimester lanjut adalah solusio
plasenta. Solusio plasenta sendiri merupakan kondisi serius di mana plasenta
mulai terlepas dari dinding rahim, baik sebelum ataupun selama proses
persalinan. Kondisi ini bisa terjadi meskipun tanpa menimbulkan perdarahan.
Selain perdarahan, gejala lainnya adalah nyeri punggung, nyeri perut, rahim
yang terasa sakit, hingga janin kekurangan oksigen.
3) Plasenta previa
Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil adalah plasenta
previa. Kondisi ini dapat terjadi ketika plasenta melekat pada bagian bawah
rahim, di dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim sehingga jalan lahir
menjadi terhalang. Pilihan penanganan yang direkomendasikan untuk Ibu
hamil dengan kondisi ini adalah melahirkan dengan operasi caesar setelah usia
janin cukup bulan.
4) Bukaan lahir
Perdarahan saat hamil bisa juga diakibatkan oleh pembukaan saat wanita
hendak melahirkan. Hal ini mungkin akan terjadi selama beberapa hari
sebelum kontraksi mulai atau selama proses persalinan. Dalam beberapa kasus,
perdarahan saat hamil ini juga bisa menjadi tanda persalinan prematur.
Hal-hal lain yang mungkin menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia
kehamilan sudah lebih tua adalah infeksi vagina, melakukan pemeriksaan serviks atau
pemeriksaan panggul (Pap smear), dan polip serviks.
Dalam beberapa kasus, perdarahan saat hamil memang bukan merupakan kondisi
serius dan masih memungkinkan Anda melahirkan dengan sehat. Namun, tetap
dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan apabila
mengalaminya. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan
memastikan bahwa perdarahan saat hamil bukan disebabkan oleh kondisi yang
berbahaya.

D. Tanda-tanda Perdarahan
Banyak studi memaparkan, perdarahan saat hamil bisa saja mengindikasikan
adanya masalah dalam kehamilan. Karenanya, sebaiknya Ibu memerhatikan tanda-
tanda yang menyertai saat terjadi flek saat hamil. Berikut adalah tiga tanda Ibu perlu
hati-hati bila mengalami perdarahan saat hamil:
1. Gejala hamil menghilang
Perdarahan saat hamil kerap disertai dengan kram perut, serta nyeri pada
bagian pinggang belakang dan perut. Namun, jika Ibu lantas merasa seperti tidak
hamil, misalnya mual dan muntah tiba-tiba lenyap, area payudara tidak lagi
sensitif, dan perut tidak lagi kembung, sebaiknya segera berkonsultasi dengan
dokter. Ibu akan menjalani pemeriksaan USG yang memastikan kondisi kehamilan
saat ini.
Perasaan seperti tidak hamil lagi seringkali menandakan Ibu sebenarnya sudah
mengalami keguguran spontan. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri, karena riset
menyatakan bahwa sepertiga kehamilan dapat berakhir dengan keguguran.

2. Rasa nyeri di salah satu sisi perut


Bila Ibu mengalami rasa sakit di salah satu sisi perut atau rasa nyeri hebat
yang bikin mual dan ingin pingsan, jangan tunda-tunda lagi untuk pergi ke dokter.
Rasa sakit ini mungkin akan tiba-tiba hilang, namun bisa kembali dalam kurun
waktu beberapa jam atau hari, dan Ibu akan merasa tidak nyaman selama itu.
Kondisi yang Ibu alami ini bisa menjadi tanda adanya kehamilan ektopik atau
kehamilan di luar kandungan. Jenis kehamilan ini terjadi ketika sel telur yang telah
dibuahi tertanam di luar rahim, umumnya di saluran telur/tuba falopi. Kehamilan
ektopik bisa berdampak buruk terhadap saluran telur dan menyebabkan perdarahan
internal. Jadi, sebaiknya Ibu segera bertindak.

3. Perdarahan terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu


Melewati 20 minggu, biasanya kehamilan Ibu sudah tergolong aman. Namun
jika Ibu mengalami perdarahan hebat disertai nyeri yang sangat sakit,
berkonsultasilah dengan dokter. Biasanya, dokter akan memeriksa posisi plasenta.
Posisi plasenta yang terlalu di bawah dinding rahim atau di atas leher rahim
(sering disebut plasenta previa) bisa membuat Ibu mengalami perdarahan saat
hamil. Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, posisi plasenta yang tidak
pada tempatnya ini bisa menimbulkan perdarahan. Bergantung pada kondisinya,
perdarahan ini bisa disertai dengan rasa nyeri atau tidak sama sekali.
Yang perlu diberi perhatian lebih adalah kemungkinan terlepasnya plasenta
(placental abruption), yang terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta terlepas
dari dinding rahim. Tanda-tandanya adalah rasa nyeri hebat dan perdarahan yang
berat, dan area perut terasa sakit bila disentuh.

Terlepas dari tanda-tanda yang dialami, sebaiknya Ibu segera ke dokter apabila
mengalami perdarahan. Terutama bagi Ibu yang memiliki golongan darah rhesus
negatif, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter dalam kurun waktu 72 jam.
Dengan begitu, dokter bisa memastikan adanya kemungkinan tercampurnya darah bayi
dengan darah Ibu. Jika ya, ada kemungkinan tubuh Ibu memproduksi antibodi yang
melawan rhesus positif. Bayi umumnya akan mewarisi rhesus positif, karena rhesus ini
cenderung lebih dominan. Bila segera dapat ditangani, Ibu bisa menjalani sisa
kehamilan dengan hati tenang.

Anda mungkin juga menyukai