stabil adalah anggrek. Anggrek banyak diusahakan petani anggrek dan pengusaha
secara komersial. Tanaman anggrek merupakan jenis tanaman hias yang paling
banyak diminati oleh masyarakat dibanding tanaman hias lain karena keindahan
bentuk, warna, tekstur, dan susunan bunga. Anggrek tanah Spathoglottis plicata
banyak diminati sebagai tanaman hias untuk ornamen taman kota, perkantoran dan
kompleks perumahan di perkotaan.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai
untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari makanan adalah akar udara.
Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar
lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan
untuk berkembang.
Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas
tanah.
Anggrek tanah merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki
umbi semu di bawah permukaan tanah yang dilapisi oleh sarung daun berjumlah 3
– 9 helai. Daun-daun anggrek tanah berwarna hijau tua yang tumbuh pada pangkal
umbi semu (Suryowinoto, 1979).
Warna bunga anggrek tanah (Spathoglottis plicata Blume) bervariasi yaitu
ungu tua, ungu muda, merah keunguan, pink, oranye, kuning, coklat, putih, dan
campuran. Beberapa jenis anggrek tanah memiliki panjang tangkai melebihi tinggi
tanaman, sedangkan jenis anggrek tanah yang lain memiliki bunga tersembunyi di
bawah kanopi tanaman karena tangkai bunganya pendek. Bunga anggrek tanah
mekar tidak serempak dalam satu rangkaian bunga, setelah 2 – 3 hari bunga layu
dan diganti dengan bunga yang lain secara berurutan. Jumlah bunga mekar pada
saat yang sama bervariasi dan jumlah bunga tiap tangkai bervariasi antara 6 – 30
bunga (Hawkes, 1970).
Usaha Konservasi
Keragaman anggrek di alam merupakan aset kekayaan nasional yang sangat
berharga, sehingga perlu dijaga dan dilakukan upaya pelestarian. Kebun raya selaku
lembaga konservasi ex situ bertugas untuk menjaga kelestarian kekayaan flora
Indonesia. Oleh sebab itu melalui kegiatan eksplorasi ini kebun raya berusaha untuk
melakukan konservasi ex situ, yaitu memelihara dan mengembangkan anggrek di
luar habitat alaminya. Penanaman jenis-jenis anggrek sangat dianjurkan untuk
melengkapi jenis-jenis yang sudah ada dan tumbuh alami di dalamnya. Dengan
demikian konservasi ex situ menjadi sangat penting (Puspitanigsyas, 2002).
Usaha nyata yang telah dilakukan adalah mengadaptasikan tanaman koleksi
anggrek agar mampu tumbuh pada lingkungan di luar habitatnya. Selanjutnya
berbagai usaha pemeliharaan dioptimalkan agar anggrek mampu berbunga dan
berbuah. Produksi bunga sangat penting untuk identifikasi jenis-jenis yang belum
diketahui nama jenisnya. Selain itu bunga merupakan sumber pembentukan buah.
Bunga yang berhasil dibuahkan, bijinya akan dikecambahkan dan ditanam secara
in vitro sampai terbentuk daun dan akar yang sempurna. Setelah cukup umur dan
cukup ukuran plantlet-nya, tanaman siap untuk diaklimatisasikan ke lapang.
Dengan demikian proses ini akan membantu perbanyakan anggrek secara buatan.
Apabila bibit anggrek yang dihasilkan cukup
banyak maka usaha reintroduksi ke alam sangat memungkinkan. Dengan demikian
populasi anggrek akan tetap terjaga dan diharapkan tidak musnah. Anggrek epifit
umumnya lebih mudah beradaptasi dan tumbuh secara ex situ dibandingkan
anggrek tanah. Oleh sebab itu teknik pemindahan anggrek tanah dan
pemeliharaannnya perlu lebih dikembangkan agar tumbuh lebih baik. Dalam hal ini
pengoleksian anggrek tanah dengan teknik membuat lubang memutari tanaman,
tanpa merusak akar akan meningkatkan daya hidup koleksi (Puspitanigsyas, 2002).
SYARAT PETUMBUHAN
Iklim
Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek.
Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan
cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 °C. Jika suhu udara
malam berada di bawah 12,7 °C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan
untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi).
Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan
tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1. Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
Serat Pakis yang telah digodok.
Kulit kayu yang dibuang getahnya.
Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
Ijuk.
Potongan batang pohon enau.
Arang kayu
Pecahan genting/batu bata.
Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk
mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang/daun-daunan.
2. Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos,
sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
3. Media untuk anggrek semi Terrestria
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar,
ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting,
serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakai
adalah 5,2.
Pemupukan
Pertumbuhan suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor
dalam. Salah satu faktor luar yang berpengaruh adalah kandungan hara dalam
media tanam. Dalam pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara makro
yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara mikro yaitu Fe, Zn, Co, Mn, Cu,
Cl, B dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan unsur hara sangat penting karena
kebutuhan setiap tanaman terhadap unsur hara adalah berbeda-beda (Gardner,
Brent, dan Roger, 1985).
Unsur hara dibedakan menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Kebutuhan unsur hara dapat dipenuhi melalui proses pemupukan
menggunakan pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Pupuk tunggal adalah pupuk
yang mengandung satu unsur hara makro saja, misalnya Urea, SP-36, dan TSP.
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
makro, misalnya pupuk NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk NPK adalah pupuk
sintetik yang mengandung tiga macam unsur hara. Kandungan unsur hara di dalam
pupuk majemuk dinyatakan dengan tiga angka berturut-turut yang menunjukkan
kadar N, P2O5, dan K2O (Hardjowigeno, 1992). Pupuk majemuk dapat dibuat
melalui proses blending (bulk blending) yaitu mencampur butiran pupuk tunggal
maupun majemuk dalam keadaan kering secara mekanik (Brady dan Buckman,
1982).
Andiyani, Y. 2001. Usaha Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Pustaka Baru press.
Yogyakarta.