Anda di halaman 1dari 8

Salah satu tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi dan harganya cukup

stabil adalah anggrek. Anggrek banyak diusahakan petani anggrek dan pengusaha
secara komersial. Tanaman anggrek merupakan jenis tanaman hias yang paling
banyak diminati oleh masyarakat dibanding tanaman hias lain karena keindahan
bentuk, warna, tekstur, dan susunan bunga. Anggrek tanah Spathoglottis plicata
banyak diminati sebagai tanaman hias untuk ornamen taman kota, perkantoran dan
kompleks perumahan di perkotaan.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
 Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai
untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari makanan adalah akar udara.
 Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar
lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan
untuk berkembang.
 Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas
tanah.

Anggrek tanah merupakan salah satu tumbuhan dari famili Orchidaceae


yang banyak digemari karena bentuk dan warna bunganya yang menarik. Tanaman
anggrek tanah dapat dijadikan sebagai bunga pot, bunga potong, ataupun sebagai
border. Tanaman anggrek tanah memiliki morfologi yang hampir sama dengan
tanaman anggrek Dendrobium, tetapi membutuhkan lingkungan hidup yang
berbeda. Anggrek tanah merupakan jenis tanaman terestrial yang membutuhkan
cahaya matahari penuh, sedangkan Dendrobium membutuhkan naungan untuk
tumbuh.
Spathoglottis plicata Blume dikenal dengan nama anggrek tanah. Nama
genetik Spathoglottis berasal dari bahasa Yunani; spathe berarti belati dan glossa
atau glotta berarti lidah (Holtum dan Enoch, 1972). Dalam taksonomi tumbuhan,
anggrek tanah dapat diklasifikasikan:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotiledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Spathoglottis
Spesies : Spathoglottis plicata Blume

Anggrek tanah merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki
umbi semu di bawah permukaan tanah yang dilapisi oleh sarung daun berjumlah 3
– 9 helai. Daun-daun anggrek tanah berwarna hijau tua yang tumbuh pada pangkal
umbi semu (Suryowinoto, 1979).
Warna bunga anggrek tanah (Spathoglottis plicata Blume) bervariasi yaitu
ungu tua, ungu muda, merah keunguan, pink, oranye, kuning, coklat, putih, dan
campuran. Beberapa jenis anggrek tanah memiliki panjang tangkai melebihi tinggi
tanaman, sedangkan jenis anggrek tanah yang lain memiliki bunga tersembunyi di
bawah kanopi tanaman karena tangkai bunganya pendek. Bunga anggrek tanah
mekar tidak serempak dalam satu rangkaian bunga, setelah 2 – 3 hari bunga layu
dan diganti dengan bunga yang lain secara berurutan. Jumlah bunga mekar pada
saat yang sama bervariasi dan jumlah bunga tiap tangkai bervariasi antara 6 – 30
bunga (Hawkes, 1970).

Bagian-bagian bunga anggrek tanah


Nilai Ekonomi Anggrek
Di Indonesia anggrek mulai mendapat perhatian khusus dan mulai
dibudidayakan pada saat Belanda dan Inggris datang ke Indonesia. Saat itu harga
anggrek lebih mahal dari harga perhiasan emas sehingga penduduk asli mulai
mengusahakan pemeliharaan anggrek. Bisnis anggrek memberikan prospek yang
menguntungkan untuk dijadikan aset bagi Indonesia dengan adanya Perhimpunan
Anggrek Indonesia (PAI). PAI merupakan ajang berbisnis para penyilang, petani,
pembenih dan pedagang tanaman anggrek dari seluruh penjuru Indonesia.
Anggrek sampai saat ini masih menjadi pusat perhatian para petani dan
pecinta tanaman hias, karena anggrek berpotensi sebagai tanaman pot dan bunga
potong yang tahan lama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jendral Holtikultura tahun 2015, perkembangan produksi anggrek di Indonesia
pada 2010-2011 cenderung meningkat tetapi pada 2012-2014 produksi anggrek di
Indonesia mengalami penurunan dari 20,72% pada tahun 2012 menjadi 19,73%
pada tahun 2014).

Usaha Konservasi
Keragaman anggrek di alam merupakan aset kekayaan nasional yang sangat
berharga, sehingga perlu dijaga dan dilakukan upaya pelestarian. Kebun raya selaku
lembaga konservasi ex situ bertugas untuk menjaga kelestarian kekayaan flora
Indonesia. Oleh sebab itu melalui kegiatan eksplorasi ini kebun raya berusaha untuk
melakukan konservasi ex situ, yaitu memelihara dan mengembangkan anggrek di
luar habitat alaminya. Penanaman jenis-jenis anggrek sangat dianjurkan untuk
melengkapi jenis-jenis yang sudah ada dan tumbuh alami di dalamnya. Dengan
demikian konservasi ex situ menjadi sangat penting (Puspitanigsyas, 2002).
Usaha nyata yang telah dilakukan adalah mengadaptasikan tanaman koleksi
anggrek agar mampu tumbuh pada lingkungan di luar habitatnya. Selanjutnya
berbagai usaha pemeliharaan dioptimalkan agar anggrek mampu berbunga dan
berbuah. Produksi bunga sangat penting untuk identifikasi jenis-jenis yang belum
diketahui nama jenisnya. Selain itu bunga merupakan sumber pembentukan buah.
Bunga yang berhasil dibuahkan, bijinya akan dikecambahkan dan ditanam secara
in vitro sampai terbentuk daun dan akar yang sempurna. Setelah cukup umur dan
cukup ukuran plantlet-nya, tanaman siap untuk diaklimatisasikan ke lapang.
Dengan demikian proses ini akan membantu perbanyakan anggrek secara buatan.
Apabila bibit anggrek yang dihasilkan cukup
banyak maka usaha reintroduksi ke alam sangat memungkinkan. Dengan demikian
populasi anggrek akan tetap terjaga dan diharapkan tidak musnah. Anggrek epifit
umumnya lebih mudah beradaptasi dan tumbuh secara ex situ dibandingkan
anggrek tanah. Oleh sebab itu teknik pemindahan anggrek tanah dan
pemeliharaannnya perlu lebih dikembangkan agar tumbuh lebih baik. Dalam hal ini
pengoleksian anggrek tanah dengan teknik membuat lubang memutari tanaman,
tanpa merusak akar akan meningkatkan daya hidup koleksi (Puspitanigsyas, 2002).

Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro


Metode in vitro dapat digunakan untuk menciptakan varietas-varietas
tumbuhan baru dengan menumbuhkan tanaman utuh dari bagian-bagian tanaman
induknya seperti daun, mata tunas serta menumbuhkannya pada medium buatan
yang mengandung berbagai nutrient dan hormon. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman secara in vitro membutuhkan komponen penting dalam medium tanam
(Gunawan, 1997).
Peran penting medium sebagai penyedia unsur hara dan mineral seperti
penyedia air, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (Wattimena dkk., 1992). Faktor lain
yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara in vitro yaitu
faktor lingkungan seperti pH, kelembapan, cahaya, dan temperatur (Nugroho,
2000).
Perbanyakan tanaman secara in vitro mendatangkan banyak keuntungan,
yaitu lingkungan terkontrol dan kondisi yang aseptik pada ruangan mengakibatkan
bahan (medium) tanam yang akan digunakan terbebas dari kontaminasi jamur dan
bakteri. Sehingga memungkinkan memberi perlakuan pada medium tanam secara
in vitro yaitu dengan memberikan bahan pengimbas. Tanaman yang ditanam
dengan kultur in vitro yaitu pada wadah kultur yang relatif kecil sehingga
memungkinkan tanaman ditanam dalam jumlah besar pada tempat yang terbatas
(Andiyani, 2001).
Penggunaan AF, dapat dilakukan untuk menyeleksi tanaman yang tahan
terhadap penyakit layu fusarium. AF digunakan pada seleksi in-vitro karena asam
fusarat bersifat pathogen terhadap tumbuhan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penambahan asam fusarat pada media sebagai komponen seleksi berkorelasi
dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap fusarium. Pendekatan seleksi in-vitro
dilaporkan telah menghasilkan banyak varietas tanaman tahan diataranya pada
tanaman vanili.

SYARAT PETUMBUHAN
Iklim
 Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek.
 Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan
cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
 Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 °C. Jika suhu udara
malam berada di bawah 12,7 °C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan
untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi).
 Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan
tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.

Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1. Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
 Serat Pakis yang telah digodok.
 Kulit kayu yang dibuang getahnya.
 Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
 Ijuk.
 Potongan batang pohon enau.
 Arang kayu
 Pecahan genting/batu bata.
 Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk
mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang/daun-daunan.
2. Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos,
sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
3. Media untuk anggrek semi Terrestria
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar,
ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting,
serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakai
adalah 5,2.

Pemupukan
Pertumbuhan suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor
dalam. Salah satu faktor luar yang berpengaruh adalah kandungan hara dalam
media tanam. Dalam pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara makro
yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara mikro yaitu Fe, Zn, Co, Mn, Cu,
Cl, B dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan unsur hara sangat penting karena
kebutuhan setiap tanaman terhadap unsur hara adalah berbeda-beda (Gardner,
Brent, dan Roger, 1985).
Unsur hara dibedakan menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Kebutuhan unsur hara dapat dipenuhi melalui proses pemupukan
menggunakan pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Pupuk tunggal adalah pupuk
yang mengandung satu unsur hara makro saja, misalnya Urea, SP-36, dan TSP.
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
makro, misalnya pupuk NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk NPK adalah pupuk
sintetik yang mengandung tiga macam unsur hara. Kandungan unsur hara di dalam
pupuk majemuk dinyatakan dengan tiga angka berturut-turut yang menunjukkan
kadar N, P2O5, dan K2O (Hardjowigeno, 1992). Pupuk majemuk dapat dibuat
melalui proses blending (bulk blending) yaitu mencampur butiran pupuk tunggal
maupun majemuk dalam keadaan kering secara mekanik (Brady dan Buckman,
1982).

Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan substansi organik yang dalam jumlah


sedikit dapat menimbulkan reaksi fisiologis pada tanaman. Proses fisiologis
tanaman yang dipengaruhi oleh pemberian ZPT adalah pembelahan sel. Salah satu
jenis ZPT yang dapat digunakan adalah sitokinin. Menurut Salisbury dan Ross
(1992), sitokinin adalah suatu senyawa kimia yang terbatas pada turunan 6 –
substitusi purine (adenin), yang mendorong pembelahan sel pada sistem jaringan
tanaman. Wattimena, Gunawan, Mattjik, Syamsudin, Wiendi, dan Ernawati (1992)
menyatakan bahwa salah satu golongan sitokinin yang biasa digunakan dalam
kultur jaringan adalah 6 – benzyl aminopurine/6 – benzyl adenine (BAP/BA).
Gunawan, L.W. 1997. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. PAU Bioteknologi IPB Bogor. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Nugroho A. 2000. Pedoman Pelaksanaan Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Andiyani, Y. 2001. Usaha Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Pustaka Baru press.
Yogyakarta.

Andari, G., 2016. Karakterisasi Angrek Tanah Spathoglottis plicata Bl Hasil


Induced Resistance dengan Asam Fusarat Terhadap Fusarium oxysporum
Secara In vitro. Tesis. Universitas Bandar Lampung. Lampung.

Puspitaningtyas, D.M. dan D. Supriadi, 2002. Eksplorasi Flora di Kawasan Taman


Nasional Gunung Leuser, Pucuk Lembang, Aceh Selatan. Warta Kebun
Raya 3 (2): 17 - 25.

Anda mungkin juga menyukai