Anda di halaman 1dari 20

Sistem Digestivus dan Organ - Organ Penyusunnya

Nanbapalek Ekol

102017197

Fakultas Kedoktran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat

Abstrak

Sistem pencernaan sistem dalam tubuh yang bekerja untuk memproses dan mengubah
makanan serta menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya
menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam aliran darah,
kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan. Selain itu sistem pencernaan juga
bekerja untuk memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang
sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Sama halnya dengan
sistem pencernaan pada hewan, sistem pencernaan pada manusia terdiri dari serangkaian
organ yang memiliki perannya masing-masing. Adapun serangkaian dari organ-organ
tersebut adalah organ luar, dalam dan organ inti seperti mulut, lambung, usus dan bagian
pembuangan melewati bagian usus untuk membuang zat sisa yang tidak lagi dibutuhkan oleh
tubuh.

Kata kunci : Sistem pencernaan, Metabolisme tubuh, Protein.

Abstract

Digestive system of the system in the body that works to process and change food and
absorb the nutrients in the form of nutrients needed by the body. Specifically, the digestive
system functions to take food, break it down into smaller nutrient molecules, absorb the
molecules into the bloodstream, then cleanse the body of the remaining digestion. In addition
the digestive system also works to break down complex food molecules into simple
molecules with the help of enzymes that are easily digested by the body. Similar to the
digestive system in animals, the digestive system in humans consists of a series of organs that
have their respective roles. The series of organs are external organs, and core organs such as
the mouth, stomach, intestines and the disposal passage through the intestine to remove waste
materials that are no longer needed by the body.

Keywords: Digestive System, Metabolism, Protein.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan
makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (mengunyah, menelan,
dan penyerapan) dengan bantuan getah Pencernaan yang terdapat mulai dari mulut sampai ke
anus. Setiap set dalam tubuh memerlukan suplai makanan yang terus-menerus untuk bertahan
hidup. Makanan tersebut memberikan energi, menambah jaringan baru, mengganti jaringan
yang rusak, dan untuk pertumbuhan.Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat
nutrisi yang sudah dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh
tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan.
Makanan yang kita makan harus diubah terlebih dahulu menjadi benda cair agar dapat
diserap (diabsorpsi). Zat makanan tersebut mengalami perubahan kimiawi dan fisik
sepanjang saluran pencernaan. Zat makanan merupakan sumber energi dari sel yang
membentuk adenosin trifosfat (ATP) untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tubuh,
untuk mempertahankan suhu tubuh, dan energi untuk bekerja dan bergerak.Pembuangan sisa
makanan dari metabolisme akan diekskresikan melalui saluran akhir sistem dalam bentuk
feses. Selain itu juga melalui paru-paru dan ginjal dalam bentuk karbondiaoksida dan urine.

B. Rumusan Masalah

Laki-laki Usia 10 tahun Dengan tinggi 130cm dan BB 98 kg

C. Skenario

Seorang laki-laki berusia 10 tahun, datang ke poliklinik dengan berat badan berlebih
(tinggi badan 130cm dan berat badan 98 kg). Sejak kecil dia terbiasa makan gorengan dan
cemilan berlemak, nasi dengan sayuran bersantan dan lauk pauk yang di goreng, minum susu,
es krim, dan kurang suka makan sayuran dan buah-buahan.
 Istilah yang tidak diketahui
Tidak ada
 Hipotesis
Laki-laki Usia 10 tahun dengan berat badan berlebih sejak kecil terbiasa dengan
gorengan dan cemilan berlemak dan kurang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

BAB II
PEMBAHASAN
1). HEPAR DAN PANCREAS

A. Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.Hepar
bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma.Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan
hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar
terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra.Permukaan atas hepar
yang cembung melengkung di bawah kubah diaphragma. Facies visceralis, atau
posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya
menjadi tidak beraturan.Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus,
gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica
fellea.1
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang kecil oleh
periekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi
menjadi lobus quadrates dan lobus caudatus oleh adanya vesica fellea, fissura ligamenti teretis, vena
cava inferior, dan fissura ligamenti venosi.
Ligamentum faiciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari
umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai piggir bebas berbentuk bulan sabit dan
mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum
faiciforme berjalan ke permulaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan
akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum
coronarium; lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian
kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum.
Perlu diketahui bahwa lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium
terpisah satu dengan yang lain, meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum.
Daerah ini disebut area nuda.1
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica pro-
pria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang
kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme
pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke
vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales
mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan
pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior.1
Pada hati primata atau manusia, septa jaringan ikat di antara lobuli hati tidak jelas.
Akibatnya, sinusoid hati lobulus satu dapat berhubungan langsung dengan sinusoid lobulus
lain.4 Selain perbedaan ini, daerah porta tetap mengandung cabang-cabang vena porta, arteria
hepatika, dan duktus biliaris.

Hepar atau hati juga sebagai organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini
dapat dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh.Perannya dalam sistem pencernaan
adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. 7Hati juga
melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut:

1. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, dan lemak)
setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.
2. Mendetoksifikasi zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan senyawa asing lain.
3. Membentuk protein plasma.
4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.
6. Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya.
7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang berasal
dari destruksi sel darah merah tua.6

Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi
ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap hepatositmelakukan beragam tugas metabolik dan
sekretorik yang sama. Spesialisasi ditimbulkan oleh organel-organel yang berkembang maju
di dalam setiap hepatosit. Satu-satunya fungsi hari yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah
aktivitas fagosit yang dilaksanakan oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer.

Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan.Ketika sfingter ini
tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam
kandung empedu, suatu struktur kecil berbentuk kantung yang terselip di bawah tetapi tidak
langsung berhubungan dengan hati.Karena itu, empedu tidak diangkut langsung dari hati ke
kandung empedu.Empedu disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu
makan. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan
kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati.6,7
Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam empedu, kolesterol,
lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO3
pankreas. Meskipun empedu tidak mengandung enzim pencernaan apapun namun bahan ini
penting dalam pencernaan dan penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu.

Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke
duodenum bersama dengan konstituen empedu lainnya.Setelah ikut serta dalam pencernaan
dan penyerapan lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh
mekanisme transpor aktif khusus yang terletak di ileum terminal.Dari sini garam empedu
dikembalikan ke sistem porta hati, yang meresekresikannya ke dalam empedu. Daur ulang
garam empedu ini antara usus halus dan hati disebut sirkulasi enterohepatik.

Istilah efek deterjen merujuk kepada kemampuan garam empedu untuk mengubah
globulus (gumpalan) lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak butiran
lemak dengan garis tengah masing-masing 1 mm yang membentuk suspensi di dalam kimus
cair sehingga luas permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pankreas bekerja
bertambah.Gumpalan lemak terdiri dari molekul trigliserida yang belum tercerna.Untuk
mencerna lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Karena tidak
larut dalam air maka trigliserida cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam
lingkungan usus halus yang banyak mengandung air.6 Jika garam empedu tidak
mengemulsifikasi gumpalan besar lemak ini, maka lipase dapat bekerja hanya pada
permukaan gumpalan besar tersebut dan pencernaan lemak akan sangat lama.6

Garam empedu memiliki efek deterjen serupa dengan deterjen yang anda gunakan untuk
membersihkan lemak ketika mencuci piring. Molekul garam empedu mengandung bagian
yang larut lemak plus bagian larut air yang bermuatan negatif. Garam empedu terserap di
permukaan butiran lemak yaitu, bagian larut lemak garam empedu larut dalam butiran lemak,
meninggalkan bagian larut air yang bermuatan menonjol dari permukaan butiran lemak
tersebut.Gerakan mencampur oleh usus memecah-mecah butiran lemak besar menjadi
butiran-butiran yang lebih kecil. Butiran-butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika
tidak ada garam empedu yang terserap di permukaannya dan menciptakan selubung muatan
negatif larut air di permukaan setiap butiran kecil. Karena muatan yang sama saling tolak-
menolak, maka gugus-gugus bermuatan negatif di permukaan butiran lemak menyebabkan
butiran tersebut saling menjauh. Daya tolak listrik ini mencegah butir-butir kecil kembali
bergabung membentuk gumpalan lemak besar sehingga menghasilkan emulsi lemak yang
meningkatkan permukaan yang tersedia untuk kerja lipase.

Garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin berperan penting dalam
mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel. Seperti garam empedu, lesitin
memiliki bagian yang larut lemak dan bagian yang larut air, sementara kolesterol hampir
sama sekali tak larut dalam air.
Dalam suatu misel, garam empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok-kelompok
kecil dengan bagian larut lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti hidrofobik,
sementara bagian larut air membentuk selubung hidrofllik di sebelah luar.Misel, karena larut
dalam air berkat selubung hidrofiliknya, dapat melarutkan bahan tak larut air di bagian
tengahnya.Karena itu misel merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut
bahan-bahan tak larut air melalui isi lumen yang cair. Bahan larut lemak terpenting yang
diangkut di dalam misel adalah produk-produk pencernaan lemak serta vitamin larut lemak,
yang semuanya diangkut ke tempat penyerapannya dengan cara ini. Jika tidak menumpang di
dalam misel yang larut air ini, berbagai nutrien ini akan mengapung di permukaan kimus, dan
tidak pernah mencapai permukaan absorptif usus halus.

Bilirubin sama sekali tidak berperan dalam pencernaan tetapi merupakan produk sisa
yang diekskresikan di dalam empedu. Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal
dari penguraian sel darah merah usang. Rentang usia tipikal sel darah merah di dalam sistem
sirkulasi adalah 120 hari. Sel darah merah yang telah usang dikeluarkan dari tubuh oleh
makrofag yang melapisi bagian dalam sinusoid hati dan di tempat-tempat lain di
tubuh.Bilirubin adalah produk akhir penguraian, bagian hem hemoglobin yang terkandung di
dalam sel darah merah usang ini. Bilirubin ini diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara
aktif disekresikan ke dalam empedu.

Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.Di dalam
saluran cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan warna tinja
yang coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, seperti ketika duktus biliaris tersumbat
total oleh batu empedu, tinja berwarna putih keabuan. Dalam keadaan normal sejumlah kecil
bilirubin direabsorpsi oleh usus kembali ke darah, dan ketika akhirnya diekskresikan di urin,
bilirubin ini berperan besar menyebabkan warna urin kuning. Ginjal tidak dapat
mengekskresikan bilirubin sampai bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melewati hati
dan usus.7

Di pusat setiap lobulus hati, terdapat vena sentral.Sinusoid hati terlihat di antara
lempeng-lempeng sel hati yang memancar dari vena sentral ke arah tepi lobulus hati. Banyak
cabang pembuluh interlobular dan duktus biliaris terlihat di daerah porta lobulus hati.5
B. Pancreas

Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin .Bagian eksokrin kelenjar


menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein,
lemak, dan karbohidrat.
Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran
kiri atas.Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum.Pancreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi
dalam caput, collum, corpus, dan cauda.2

Caput pancreatisberbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung


duodenum.Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior
serta dinamakan processus uncinatus.Collum pancreatismerupakan bagian pancreas yang
mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di
depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica
superior dari aorta.Corpus pancreatisberjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah.Pada
potongan melintang sedikit berbentuk segitiga.Cauda pancreatisberjalan ke depan menuju
ligamentum lienorenale dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.2
Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar.Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini
serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra
dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini.5
Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil-protein berbentuk piramid
mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil.Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap
asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya.Produk
sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interkalaris (intralobular) yang sempit.Sel
sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus interkalaris.Duktus interkalaris kemudian
berlanjut sebagai duktus interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat
di antara lobuli. Duktus interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan
menjadi berlapis pada duktus yang lebih besar.4,5

Pankreas juga sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah
lambung, di atas lengkung pertama duodenum.Kelenjar campuran ini mengandung jaringan
eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok
sel sekretorik mirip anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum.

Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: enzim
pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus danlarutan
cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus.
Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat.6

Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disimpan di dalam granula zimogen setelah


diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis sesuai kebutuhan. Enzim-enzim
pankreas ini penting karena hampir mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi
pencernaan lain. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu
mencerna ketiga kategori makanan: enzim proteolitik untuk pencernaan protein, amilase
pankreas untuk pencernaan karbohidrat, dan lipase pankreas untuk mencerna lemak.6

Tiga enzim proteolitik utama pankreas adalah tripsinogen, motripsinogen, dan


prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk inaktif.Setelah
tripsinogen disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi bentuk
aktifnya yaitu tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di membran luminal sel-
sel yang melapisi mukosa duodenum.Tripsin kemudian secara otokatalisis mengaktifkan
lebih banyak tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinol gen harus tetap inaktif di dalam
pankreas untuk mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia terbentuk.
Karena itu, tripsinogen tetap inaktif sampai zat ini mencapai lumen duodenum, di mana
enterokinase memicu proses pengaktifan, yang kemudian berlanjut secara otokatalitik.6,7

Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya, diubah


oleh tripsin menjadi bentuk aktif, masing-masing adalah kimotripsin dan karboksipeptidase,
di dalam lumen duodenum. Karena itu, jika enterokinase telah mengaktifkan sebagian dari
tripsin maka tripsin kemudian melaksanakan proses pengaktifan selanjutnya.
Masing-masing dari enzim proteolitik ini menyerang ikatan peptida yang berbeda.
Produk akhir yang terbentuk dari proses ini adalah campuran rantai peptida pendek dan asam
amino. Mukus yang disekresikan oleh sel usus melindungi dinding usus halus dari
pencernaan oleh enzim-enzim proteolitik yang aktif tersebut.

Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan
mengubah polisakarida menjadi maltosa.Amilase disekresikan dalam getah pankreas dalam
bentuk aktif, karena amilase aktif tidak membahayakan sel sekretorik. Sel-sel ini tidak
mengandung polisakarida.

Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di seluruh saluran
cerna yang dapat mencerna lemak.Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida makanan
menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap.Seperti
amilase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernaan diri oleh
lipase. Trigliserida bukan komponen struktural sel pankreas.7

2).MEKANISME SISTEM PENCERNAAN

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antaraproses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti
berikut.
1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang
terjadi di lambung.
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang bermolekul besar menjadi molekul yang berukuran
kecil. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan
enzim, terdapat di lambung.
5. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan serangkaian alat-alat
pencernaan sebagai berikut.
1. Mulut

Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna
secara mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut seperti Gambar 6.1, terdapat beberapa alat yang
berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula salivales).
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu
memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan
membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat.
Selama pertumbuhan dan perkembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi
susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi
pertama ini disebut gigi susu(dens lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20,
dengan susunan sebagai berikut.
1) Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan.
2) Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan.
3) Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah makanan.
Struktur luar gigi terdiri atas bagian-bagian berikut.
1) Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak dari luar.
2) Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
3) Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung oleh gusi.
Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian-bagiannya sebagai berikut.
1) Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar gigi. Email merupakan struktur
terkeras dari tubuh,
mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
2) Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email, tersusun atas zat dentin.
3) Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling dalam. Di pulpa terdapat kapiler,
arteri, vena, dan saraf.
4) Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk ke rahang.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat
perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah tersusun
atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir (mukosa).

c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis, glandula
submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula submandibularis. Amati gambar
6.4 agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut. Air ludah berperan penting
dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut.
Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi
dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan.
Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan
menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan
dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke
sistem pencernaan selanjutnya.

2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari
mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju
lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus
menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak
melalui kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung
melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan
otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar. Proses gerak bolus di dalam
kerongkongan menuju lambung
Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai jalannya
udara dari hidung. Di kerongkongan, epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga
udara masuk ke paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam
kerongkongan. Sewaktu makanan bergerak menuju
kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan mirip gelambir di bagian belakang mulut
(uvula) terangkat ke atas dan menutup saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan
bergerak ke arah tutup trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk trakea
dan paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan.

3. Lambung

Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah
sekat rongga badan. Dengan mengamati Gambar 6.5, Anda dapat mengetahui bahwa
lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus.
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang
secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat
otot yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya
otot-otot kerongkongan. Apabila otot-
otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan mencampur bolus-bolus
tersebut menjadi kimus (chyme). Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu
oleh getah lambung.
Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus,
sedangkan bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi
melindungi dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera.
Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah
lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas air.
Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim pencernaan seperti
renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen
diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa
dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c. Mengubah kelarutan garam mineral.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut
masuk ke lambung bersama bolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari.
f. Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu dari air
susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin ini
berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul- molekul peptida. Sementara
itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, kimus
akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-
otot ini berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit demi sedikit.

4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25
mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan
makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses
penyerapan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul- molekul pati yang telah dicernakan
di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung, molekul-
molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di usus halus, semua
molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara
itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekulgliserol dan asam
lemak. Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi.
Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati,
pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus.
Getah
pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah
usus.
a. Cairan Empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak mengandung enzim.
Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam
pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut.
1) Air, berguna sebagai pelarut utama.
2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada
dinding usus.
3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat
alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air
(mengemulsikan lemak).
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Perhatikan Gambar 6.9. Hati merupakan kelenjar pencernaan
terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai
pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur
besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin
atau pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan
ke peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh. Empedu mengalir dari hati melalui saluran
empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam
proses pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan
empedu terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam
kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.
b. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai kelenjar
eksokrin yang
menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin
yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-
pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar
tetap normal dan mencegah diabetes melitus. Getah pankreas ini dari pankreas mengalir
melalui saluran pankreas masuk ke usus halus.
Dalam pankreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan
lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu dalam
pemecahan pati.
c. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah usus.
Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa.
2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua
molekul glukosa.
3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa.
4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi
asam amino.
Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di usus halus
mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian jejunum dan
ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang larut dalam air
penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus.
Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral dan
perbedaan struktur bagian- bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien
dalam penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl –, HCO3 –, dan ion-ion bivalen. Ion
K+ penyerapannya terbatas di jejunum. Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan
jejunum. Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di
dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam
amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta
hepatikus, sedangkan asam lemak
bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak
bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak
dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak
yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam
darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap
di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).
5. Usus besar

Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon
transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan
intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat
tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang
berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke
bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air
dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh
dinding kolon, yaitu
kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu
terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu
membentuk
vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit
demi sedikit
ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi
melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang
yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan
otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini
semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
6). Anus.

Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan lingkungan luar tubuh. Di anus
terdapat otot sphinkter yang berfungsi untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama
anus adalah sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air besar). Di
anus terdapat otot sphinkter, rektum, dan vena. Fungsi otot sphinkter adalah untuk
membuka atau menutup anus. Sedangkan fungsi rektum adalah untuk menyimpan feses
sementara waktu.
C).ENZIM SISTEM PENCERNAAN

Pencernaan molekul organik besar seperi karbohidra, protein dan lemak dibantu oleh
enzim tertentu yang berfungsi mempercepat reaksi sehingga reaksi tidak memakan waktu
terlalu lama. Bahan-bahan yang dapat diserap sebagai hasil pencernaan ini ialah asam amino,
monosakarida, monoasilgliserol, gliserol dan asam lemak serta vitamin dan mineral.8

Proses pencernaan secara umum terbagi atas proses pencernaan secara mekanis dan
proses pencernaan kimiawi. Secara mekanis bolus dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil untuk mempermudah proses pencernaan kimia melalui enzim. Dilihat dari fungsinya
enzim menjadi sangat penting dalam proses pencernaan kimia agar proses kimia tersebut
berlangsung lebih cepat.

Pencernaan telah dimulai dari mulut.Di mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh
kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis. Keluarnya saliva dapat terjadi karena
adanya massa makanan di mulut maupun adanya rangsangan psikis, misalnya berupa bau
makanan tertentu. Pada saliva terdapat suatu jenis enzim yaitu amilase saliva atau ptialin.
Pada polisakarida, enzim ini bekerja dengan cara memutuskan ikatan glikosidik 1,4. Enzim
ini akan menguraikan polisakarida menjadi disakarida maltosa. Ion tertentu dapat menjadi
aktivator dari enzim ini, antara lain ion Cl-, Br-, NO3- dan SO42-. Enzim amilase saliva akan
bekerja dengan optimal pada pH 6,8. Pada pH dibawah 4, enzim ini akan menjadi inaktif
(misalnya dalam lambung). Selain faktor tingkat keasaman, faktor suhu, konsentrasi enzim
dan konsentari substrat juga turut menentukan seberapa optimal enzim ini dapat berkerja.
Selain mencernakan makanan, saliva juga berfungsi melindungi mukosa mulut serta
melarutkan makanan kering dan padat serta melicinkan gumpalan makanan agar mudah
ditelan.

Setelah polisakarida mengalami pemecahan menjadi disakarida di mulut, bolus akan


melanjutkan perjalanan ke lambung melalui oesophagus. Bagitu tiba di lambung, kimus akan
berhadapan dengan suasana yang asam. Hal ini disebabkan oleh karena adanya sekresi asam
klorida dari sel parietal sebagai respon terhadap eksistensi kimus.Tingkat keasaman yang
tinggi ini sebenarnya juga berfungsi pada denaturasi dari polipeptida yaitu dengan jalan
menguraikan struktur tersier dengan memotong ikatan hidrogen didalamnya. Selain itu
tingkat keasaman yang tinggi bersama lisozim dari saliva dapat menghancurkan sebagian
besar mikroorganisme yang masuk ke gastro-intestinal track.8

Selain sel parietal, terdapat pula sel chief dan sel leher mukus pada dinding mukosa
lambung. Sel chief berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen, suatu zymogen yang bila aktif
akan memecah protein menjadi proteosa dan pepton. Pepsinogen ini menjadi aktif dengan
bantuan asam klorida yang dihasilkan sel parietal tadi. Pepsin ini spesifik bekerja dengan
memutuskan ikatan peptida pada asam amino aromatik ataupun asam amino dikarboksilat.

Renin merupakan suatu enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi. Renin berfungsi
menggumpalkan kasein yang ada pada susu sehingga tidak mengalir dengan cepat keluar dari
lambung. Kasein susu yang berkontak dengan kalsium pada renin akan bereaksi membentuk
kalsium parakaseinat yang bila berkontak dengan pepsin dapat pecah kembali.

Pada lambung juga ditemukan lipase.Lipase berfungsi untuk menghidrolisis tri-gliaserol


rantai pendek dan rantai sedang. Namun fungsi lipolitiknya pada lambung tidak terjadi karena
pH optimalnya 7,5 tidak sesuai dengan pH lambung.
Pencernaan pada pankreas dan usus dapat terjadi karena adanya sekresi hormon sekretin
pada duodenum dan jejunum.Hormon sekretin ini disekresikan sebagai bentuk respon
terhadap adanya HCl, lemak, protein, karbohidrat dan sebagian makanan yang telah dicerna
dalam lambung.Hormon ini akan mengalir melalui darah portal menuju pankreas, empedu
dan hepar dan merangsang sekresi pankreas. Jenis-jenis sekretin antara lain pankreozimin,
hepatokrinin, kolesistokinin dan enterokrinin.8

Getah pankreas dihasilkan sebagai respon terhadapa kerja sekretin. Getah pankreas
umumnya kental seperti saliva, mangandung air, protein, ssedikit senyawa organik, berbagai
macam ion anorganik dan memiliki pH yang sedikit alkalis (7,5 – 8). Enzim-enzim yang
terdapat pada getah pankreas antara lain.8,9
a. Tripsin : disekresikan dalam bentuk yang tidak aktif yaitu tripsinogen. Tripsinogen
diaktifkan dalam duodenum oleh enzim enterokinase menjadi tripsin.Protease yang
bergabung dengan tripsin akan menjadi polipeptida. Pepton akan dihidrolisis pada bagian
yang mengandung asam amino lisin/arganin. Tripsin juga dapat mengkoagulasi susu pada pH
optimal 8.
b. Kimotripsin : juga disekresikan dalam zymogen yaitu kimotripsinogen. Bentuk inaktif ini
akan bereaksi dengan tripsin menjadi kemotripsin. Kimotripsin bisa mengkoagulasi susu
dengan tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibanding tripsin.
c. Karboksipeptidase : merupakan enzim proteolitik yang mengandung Zink. Enzim ini
mengkatalisis hidrolisa pada ikatan peptida di ujung molekul pada sisi karboksil bebas
polipeptida.
d. Amilase pankreas : bentuknya sama dengan amilase saliva. Bekerja dengan cara
menghidrolisis pati menjadi maltosa dan optimal pada pH netral.
e. Lipas pankreas : bekerja dengan cara menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,
monogliserida dan digliserida. Aktivitasnya akan diperkuat dengan kerja garam empedu.
f. Kolesterol esterase : akan mengkatalisis reaksi antara kolesterol bebas dan asam lemak
sehingga membentuk kolesterol esterase dan asam lemak. Enzim ini diaktifkan oleh garam
empedu.
g. RNAase dan DNAase: mengkatalisa asam nukleat menjadi nukleotida.8
BAB 3
KESIMPULAN

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan enzim
dan getah pencernaan. Fungsi saluran pencernaan untuk memproses makanan dan memilah
zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menutrisi tubuh dan dijadikan energi sehingga bila
terjadi gangguan pada 1 tahap saja, dapat mengganggu hingga keseluruhan tahap pencernaan
dan pembentukan energi
.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane E. Anatomy and Physiology: An Easy Learner. Ed. Sudbury: Jones and Bartlett
publishers, Inc; 2014. 761, 786, 801, 807,816.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2009.
3. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2012.h.373-4.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2013.
5. Ross MH, Reith JR. Histology a text and atlas. Cambridge: Harper & Row Publisher
2010.h.100.
6. Guyton, Arthur C,Hall John E.Buku ajar fisiologi kedokteran.Edisi-11. Jakarta: EGC;
2011.h. 823-58.
7. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont: Brooks/Cole;
2010.
8. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Harper’s illustrated biochemistry. 27thed. US: Mc-
Graw-Hill, Inc; 2008.h.365-7.

9. Sumardjo D. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas
Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2008.h.263-6

Anda mungkin juga menyukai