PENDAHULUAN
Sendi bahu merupakan sendi yang dapat bergerak ke segala arah. Selain
otot-otot bahu, sendi bahu dibantu oleh tujuh sendi lain di sekitarnya agar
gerakan bahu menjadi sempurna. Bahu atau shoulder merupakan salah satu
sendi yang terbesar pada tubuh kita yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga
sering terjadi cedera, maupun masalah lainnya seperti frozen shoulder.
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan
keterbatasan gerak pada sendi bahu dan penyebabnya idiopatik yang sering
dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma ringan.
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan
respon auto immobization terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi
frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang
dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma
berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi
payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral
(tendinitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra
articular (cervical spondylisis, angina pectoris).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sudut
Joint Gerak Otot Prime Mover Titik fulcrum
Normal
Sendi bahu memiliki kapsul sendi yang terdiri atas 2 lapisan, yaitu :
3
2. Kapsul fibrosa dengan karakteristik berupa jaringan fibrous keras dan
memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi
dan stabilitas sendi dan memelihara regenerasi kapsul sendi. Kita dapat
merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah
sampai di kapsul fibrosa.
- Konsep Dasar Pergerakan pada Sendi Bahu
Bentuk sendi dalam tubuh manusia terdiri atas 2 jenis yaitu concave
(cekung) dan convex (cembung). Permukaan concave dan convex dipakai
sebagai patokan arah terapi manipulasi.
Tipe gerakan pada shoulder :
1. Swing gerak pada tulang lever: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi
besarnya sudut bisa diukur dengan goniometer.
2. Joint play gerakan pada permukaan tulang dalam sendi merupakan
gerak kombinasi rolling, sliding, dan spinning.
Rolling
Karakteristik Rolling :
Spinning
Karakteristik Spining :
4
Contoh: pada shoulder spin terjadi saat gerak fleksi dan ekstensi.
Beberapa karakteristik umum pada sendi bahu, yaitu:
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Bila salah satu
otot atau sendi itu terganggu lebih dari seminggu, maka luas gerak sendi bahu
juga terganggu. Jika lebih lama, gerakan ke segala arah akan terganggu pula,
hal itulah yang disebut frozen shoulder.
Orang berusia 40 tahun atau lebih tua, terutama wanita, lebih rentan
terhadap frozen shoulder. Penyakit ini dapat terjadi pada orang-orang yang
dalam masa pemulihan setelah operasi, seperti stroke atau mastektomi.
2. Etiologi
Frozen shoulder dapat berkembang ketika Anda berhenti
menggunakan sendi karena sakit, cedera, atau kondisi kesehatan kronis.
Setiap masalah bahu dapat menyebabkan frozen shoulder jika Anda tidak
melatih lingkup gerak persendian.
5
Menebalnya jaringan yang membentuk kapsul saat seseorang
mengalami frozen shoulder menyebabkan terganggunya pergerakan bahu.
Jaringan yang menebal tersebut diperkirakan jaringan yang menyerupai
jaringan parut.
6
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat
menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.
4. Gambaran Klinis
Sendi bahu memiliki kapsul atau pembungkus yang mengalami
peradangan dan lama-lama menjadi kaku. Peradangan ini menyebabkan
adhesi jaringan (perlengketan) pada permukaan sendi. Cairan sendi
mungkin berkurang. Hal ini menyebabkan nyeri dan kurang leluasanya
gerak sendi bahu, sehingga menyulitkan aktivitas kehidupan sehari-hari
7
seperti pasien tidak dapat mengangkat lengannya, tidak dapat menyisir
rambut, menyikat gigi atau mengambil dompet di kantong belakang.
3. Shoulder wheel
8
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
B. Anamnesis Khusus
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Lokasi Nyeri : Shoulder
3. Gambaran Nyeri : Terlokalisir
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Lemas
5. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien masuk ke Rumah Sakit
dengan keluhan benjolan pada Ketiaknya dan lemas pada seluruh
badannya, kemudian setelah di rawat beberapa hari di Rumah Sakit dan
telah di operasi, pasien merasakan nyeri pada bahunya dan sulit untuk
di gerakan.
6. Pemeriksaan Vital Sign
a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b. Denyut Nadi : 85x / menit
c. Pernapasan : 20x / menit
d. Suhu : 36,3 ̊C
C. Inspeksi
1. Statis
o Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada
bahu kiri)
o Kulit tampak pucat
2. Dinamis
o Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada
keterbatasan gerak
9
o Saat berjalan pasien terlihat lemas
o Pasie sulit melakukan aktifitas melibatkan tangan kanan
a. Fleksi f. Adduksi
b. Ekstensi horizontal
c. Abduksi g. Internal rotasi
d. Adduksi h. Eksternal rotasi
e. Abduksi
horizontal
10
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
a.) Palpasi
Pada pemeriksaan selanjutnya palpasi diperlukan untuk mersakan
permukaan otot dengan sentuhan terapis. Pada saat palpasi yang perlu
diperhatikan adalah, ketegangan otot, suhu, pembengkakan, dan tekstur
permukaan pada kulitnya.
b.) Intensias Nyeri
Pengukuran intensitas nyeri menggunakan alat visual analog
scale (VAS)
Nyeri akut
Pencetus : Jika bergerak
Lokasi : Tangan kiri
Jenis Nyeri : tertusuk tusuk
c.) Pengukuran ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
anthrokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan
karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan
menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang dikur
adalah ROM dari setiap gerakan pada regio shoulder dan region elbow
d.) Tes MMT
No Nilai Keterangan
1. Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi
visual (tidak ada kontraksi)
2. Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau
palpasi, ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
11
3. Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.
Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang
horizontal gerakan tidak full ROM
4. Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
5. Nilai 4 Resistance Minimal
6. Nilai 5 Resistance Maksimal
FORM PEMERIKSAAN
SHOULDER PAIN AND DISABILITY
INDEX (SPADI)
SKALA NYERI
Seberapa besar nyeri yang anda rasakan ?
0 = tidak ada nyeri
10 = sangat nyeri, nyeri tak tertahankan
12
4. Saat menyentuh bagian belakang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
leher?
5. Saat mendorong dengan lengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sisi nyeri?
SKALA DISABILITAS
Seberapa besar kesulitan yang anda alami ?
0 = tidak ada kesulitan
10 = sangat sulit, harus dibantu orang lain
13
g.) Pemeriksaan Spesifik
1. Upper Limb Tension Test 1
Tujuan: Tes ini dirancang untuk meletakan stress pada struktur saraf
upper limb, meskupin sebenarnya stress diletakkan diatas semua
jaringan pada upper limb.
Prosedur: posisi terlentang kedua tangan rileks disamping badan.
Praktikan meletakkan satu tangan pada sisi proksimal lengan bawah
pasien, dan tangan satunya di wrist. Praktikan selanjutnya secara pasif
mengabduksikan shoulder 90o pada lengan pasien, disertai depresi
scapula, supinasi lengan bawah, ekstensi wrist, dan terakhir ektensi
elbow. Pada fase ditambahkan stress hingga gejala terhasilkan
Positif tes: nyeri terproduksi
Interpretasi: positif test mengindikasi adanya “sensitizing” pada
struktur saraf yang dipengaruhi
2. Yergason Test
Tujuan: Tes untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
Prosedur Tes: Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping
badan. Kemudia praktikan meletakkan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan tangan yang satunya
menyanggah sisi radial lengan bawah pasien untuk menyiapkan
resisten. Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakkan lengan
pasien kea rah fleksi elbow 90o. Praktikan lalu meminta pasien untuk
melakukan supinasi lengan bawah melawan resisten tangan praktikan.
Positif Tes: Nyeri disertai sublukasi tendon biceps.
Interpretasi: Nyeri mengindikasi patologi bicipitalis dan sublukasi
tendon biceps dan mengindikasi rupture tendon biceps.
3. Drop Arm Test
Tujuan: test untuk mengidentifikasi tear pada rotator duff.
Prosedur Tes: Pasien dengan posisi lengan disamping badan.
Kemudian terapis secara pasif mengabuksian shoulder pasien sekitar
60o. Praktikan lalu meminta pasien menahan posisi tersebut. Praktikan
selanjutnya memberikan resisten diatas lengan bawah pasien pada sisi
dorsal.
Positif Tes: Pasien tidak mampu mengontrol lengannya ke bawah da
terjatuh.
Interpretasi: Positif tes mengindikasi tear pada rotator cuff
14
F. Algoritma Assessment Fisioterapi
History Taking :
Pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan pada Ketiaknya dan
lemas pada seluruh badannya, kemudian setelah di rawat beberapa hari di
Rumah Sakit dan telah di operasi, pasien merasakan nyeri pada bahunya dan
sulit untuk di gerakan..
Inspeksi :
1. Statis
- Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada bahu kiri)
Kulit tampak pucat
2. Dinamis
- Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada keterbatasan gerak
- Saat berjalan pasien terlihat lemas
- Pasien sulit melakukan aktifitas melibatkan tangan kanan
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa :
Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et
causa frozen shoulder
15
G. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et causa frozen
shoulder”
H. Problematik Fisioterapi
PROBLEMATIK FISIOTERAPI
I. Tujuan Fisioterapi
a) Jangka Pendek
o Mengurangi nyeri gerak
o Meningkatkan kekuatan otot pada lengan kiri
o Meningkatkan ROM.
o Memperbaiki ADL (makan, minum, berpakaian, menyisir, dan
mandi)
b) Jangka panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional pasien yang berhubungan
dengan kegiatan yang melibatkan lengan serta makan, minum, berpakaian,
menyisir, dan mandi secara mandiri.
16
F : 3x/mgg
I : 25 mA
T : 2 pad
T : 10 menit
2. Active Resisted Exercise
- Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot
- Posisi pasien : pasien dalam keadaan terlentang
- Posisi fisioterapi : beridiri di samping bed pasien
- Tenik : Pasien diminta menggerakkan sendi bahu perlahan
ke segala arah sampai batas toleransi nyeri yang dirasakan pasien.
Terapis memberikan tahanan minimal dengan arah yang berlawanan.
- Dosis
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetis
3. Shoulder wheel
- Tujuan : Melatih otot-otot shoulder
- Posisi pasien : berdiri sambil memegang alat
- Posisi fisioterapis : berdiri di samping pasien
- Teknik : pasien menggerakkan shoulder wheel ke segala arah
dan memutar shoulder wheel searah jarum jam.
- Dosis
F : 3 kali seminggu
I : kali repetisi
T : Menarik alat
T : 5-10 menit
K. Evaluasi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi latihan hasil yang didapatkan dapat
diukur dengan.
a. Skala VAS untuk menengetahui nyeri
b. Goniometer untuk mengetahui peningkatan ROM
c. SPADI untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional
17
BAB IV
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/39685/14/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://silviaphysio.wordpress.com/2012/10/21/frozen-shoulder/
http://fitraangel.blogspot.com/2016/06/biomekanik-shoulder-joint.html
https://www.secangkirterapi.com/2018/04/pemeriksaan-klinis-cedera-tendon.html
https://www.scribd.com/document/96141392/Tendinitis-Supraspinatus
http://jurnal-fisioterapi.blogspot.com/2012/06/shoulder-pain-and-disability-
index.html
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. The New Concept Of Physical
Therapist Test and Measuremernt: First Edition. Makassar: PhysioCare
Publishing.2016
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. Palpasi Anatomi Otot Skeletal.
Makassar: PhysioCare Publishing.2017
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Ady. Pemeriksaan Spesifik Pada
Ekstremitas. Makassar: PhysioCare Publishing.2017
19