Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen fisioterapi pada kasus frozen shoulder adalah tindakan


fisioterapi dalam menangani kasus frozen shoulder, dalam hal ini fisioterapi
berperan cukup penting. Peran ini dimulai dari tahap assessment, melakukan
pemeriksaan, menentukan urutan masalah fisioterapi, menegakkan diagnosa,
menentukan tujuan, melakukan intervensi, dan diakhiri dengan melakukan
evaluasi terhadap kasus tersebut. Tujuan penanganan fisioterapi pada kasus
Frozen Shoulder antara lain adalah untuk mengembalikan aktivitas fungsi dan
gerak pada shoulder, dengan mengatasi berbagai macam keluhan yang
dirasakan oleh pasien, seperti nyeri gerak, spasme, maupun keterbatasan
lingkup gerak sendi. Penatalaksanaan fisioterapi yang dapat dilakukan antra lain
adalah dengan menggunakan metode terapi modalitas, terapi manipulasi, dan
terapi latihan. Pemberian intervensi disesuaikan dengan kondisi frozen shoulder
pasien masing-masing.

Sendi bahu merupakan sendi yang dapat bergerak ke segala arah. Selain
otot-otot bahu, sendi bahu dibantu oleh tujuh sendi lain di sekitarnya agar
gerakan bahu menjadi sempurna. Bahu atau shoulder merupakan salah satu
sendi yang terbesar pada tubuh kita yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga
sering terjadi cedera, maupun masalah lainnya seperti frozen shoulder.
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan
keterbatasan gerak pada sendi bahu dan penyebabnya idiopatik yang sering
dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma ringan.
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan
respon auto immobization terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi
frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang
dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma
berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi
payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral
(tendinitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra
articular (cervical spondylisis, angina pectoris).

Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat penyakit diabetes. Orang


dengan diabetes memiliki risiko yang lebih besar untuk frozen shoulder. Ini ada
hubungannya dengan proses autoimun pada kapsul sendi bahu dan jaringan ikat
pada bahu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Biomekanik Shoulder


Shoulder girdle complex terbentuk atas tujuh sendi, yaitu sendi
kostovertebral, sendi akromioclavicular, sendi sternoclavicular, sendi
skapulotorakal, sendi glenohumeral, sendi suprahumeral (palsu), dan sendi
kostosternal. Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu (shoulder joint)
dimungkinkan oleh sejumlah sendi di atas yang saling berhubungan erat.

Sendi shoulder girdle complex melekat pada tiga tulang penggerak,


yaitu humerus, scapula dan clavicula. Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang
humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Cavitas glenoidalis
sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala
tulang humerus yang berbentuk cembung dengan diameter cavitas glenoidalis
yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang
sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak
stabil namun paling luas gerakannya.

Gerakan-gerakan yang terjadi pada shoulder dibedakan menjadi dua


jenis gerakan, yaitu gerak osteokinematika dan gerak arthrokinematika. Gerak
osteokinematika adalah gerak fisiologi yang mampu dilakukan suatu sendi,
gerakan dilakukan secara voluntary, dan setiap gerakan yang terjadi merupakan
hasil dari gerak tulang pengungkit yang mampu membentuk lingkup gerak
sendi. Secara osteokinematik shoulder mampu melakukan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, eksternal rotasi, dan internal rotasi. Secara
osteokinematik shoulder mampu melakukan gerakan LGS sebagai berikut :
fleksi 00-1800, ekstensi 00-450, abduksi 00-180, adduksi 00-450 eksternal rotasi
00-400, dan internal rotasi 00-350. Sedangkan gerakan arthrokinematika adalah
gerak dalam persendian dan jaringan sekitarnya pada gerakan yang normal,
gerakan ini terjadi di antara permukaan sendi di dalam kapsul sendi, hanya bisa
dilakukan secara pasif, dan gerakan yang dimaksud adalah distraksi, kompresi,
sliding, rolling, dan spinning.

Dalam melakukan gerakan osteokinematika, shoulder digerakkan oleh


otot-otot prime mover sesuai dengan gerakan, seperti tercantum dalam tabel
berikut ini :

2
Sudut
Joint Gerak Otot Prime Mover Titik fulcrum
Normal

Flexi 00-1800 M. Deltoideus anterior Tuberositas mayor


M. Choracobrachialis

Extensi 00-600 M. Latisimus dorsi


M. Teres mayor

Abduksi 00-1800 M. Deltoideus middle Processus


acromion
M. Supraspinatus

Adduksi 00-450 M. Pectoralis mayor


M. Latisimus dorsi

Endorotasi 00-350 M. Subscapularis Olecranon


M. Pectoralis mayor
M. Latisimus dorsi
M. Teres mayor
Shoulder

Exorotasi 00-400 M. Infraspinatus


M. Teres minor

Sendi bahu memiliki kapsul sendi yang terdiri atas 2 lapisan, yaitu :

1. Kapsul sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai


jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan
pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai
transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada
sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi
adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor
nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada
artrosis sendi.

3
2. Kapsul fibrosa dengan karakteristik berupa jaringan fibrous keras dan
memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi
dan stabilitas sendi dan memelihara regenerasi kapsul sendi. Kita dapat
merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah
sampai di kapsul fibrosa.
- Konsep Dasar Pergerakan pada Sendi Bahu
Bentuk sendi dalam tubuh manusia terdiri atas 2 jenis yaitu concave
(cekung) dan convex (cembung). Permukaan concave dan convex dipakai
sebagai patokan arah terapi manipulasi.
Tipe gerakan pada shoulder :

1. Swing  gerak pada tulang lever: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi
 besarnya sudut bisa diukur dengan goniometer.
2. Joint play  gerakan pada permukaan tulang dalam sendi  merupakan
gerak kombinasi rolling, sliding, dan spinning.
Rolling
Karakteristik Rolling :

• Menghasilkan gerak angulasi pada tulang pengungkit


• Selalu searah dengan gerak angulasi
• Bila bekerja sendiri akan menyebabkan kompresi pada sisi tulang yang
membentuk sudut dan bisa mengakibatkan cidera
• Pada sendi yang normal gerak rolling yang sebenarnya tidak terjadi sendiri
tetapi kombinasi dengan sliding dan spinning
Sliding
Karakteristik Sliding :

Arah sliding tergantung permukaan tulang yang bergeser. “Bila permukaan


sendi yang bergeser concave maka arah sliding searah dengan gerak angulasi,
dan bila permukaan sendi yang bergeser convex maka arah slidingnya
berlawanan arah dengan gerak angulasi”. Gerak mekanik ini dikenal sebagai
“Hukum convex-concave”.

Spinning
Karakteristik Spining :

• Rotasi menetap pada sumbu mekanik


• Titik yang sama pada permukaan yang bergerak membuat lengkungan pada
lingkaran tulang yang berputar
• Merupakan gerak kombinasi dengan rolling dan sliding

4
Contoh: pada shoulder spin terjadi saat gerak fleksi dan ekstensi.
Beberapa karakteristik umum pada sendi bahu, yaitu:

1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya


tidak sebanding.
2. Kapsul sendinya relatif lemah.

3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus,


infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
4. Gerakannya paling luas.
5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Bila salah satu
otot atau sendi itu terganggu lebih dari seminggu, maka luas gerak sendi bahu
juga terganggu. Jika lebih lama, gerakan ke segala arah akan terganggu pula,
hal itulah yang disebut frozen shoulder.

B. Patologi Frozen Shoulder


1. Definisi
Frozen shoulder adalah kekakuan, nyeri, dan terbatasnya gerakan
pada gerakan sendi bahu. Frozen shoulder atau adhesive capsulitis dapat
terjadi jika ada cedera, gerakan yang berlebihan atau penyakit diabetes atau
stroke. Gangguan ini mengakibatkan jaringan di sekitar sendi menjadi kaku
dan membentuk jaringan parut. Kondisi ini biasanya datang perlahan-lahan,
kemudian akan hilang dengan perlahan-lahan hingga juga lebih dari satu
tahun.

Orang berusia 40 tahun atau lebih tua, terutama wanita, lebih rentan
terhadap frozen shoulder. Penyakit ini dapat terjadi pada orang-orang yang
dalam masa pemulihan setelah operasi, seperti stroke atau mastektomi.

2. Etiologi
Frozen shoulder dapat berkembang ketika Anda berhenti
menggunakan sendi karena sakit, cedera, atau kondisi kesehatan kronis.
Setiap masalah bahu dapat menyebabkan frozen shoulder jika Anda tidak
melatih lingkup gerak persendian.

5
Menebalnya jaringan yang membentuk kapsul saat seseorang
mengalami frozen shoulder menyebabkan terganggunya pergerakan bahu.
Jaringan yang menebal tersebut diperkirakan jaringan yang menyerupai
jaringan parut.

Frozen shoulder dapat tiba-tiba muncul tanpa pemicu yang jelas.


Pada sebagian kasus dapat dipicu oleh penyakit rematik. Pada beberapa
kasus lain, frozen shoulder dialami oleh penderita diabetes. Namun
penyebab pasti terjadinya penebalan dan peradangan belum diketahui.

Meski demikian, ada beberapa hal yang diduga dapat menjadi


pemicu, yaitu:

 Trauma, misalnya karena pembedahan pada bahu, robekan tendon, atau


patah tulang lengan atas
 Imobilisasi, misalnya akibat bekas operasi lama seperti bedah toraks dan
kardiovaskular, atau bedah saraf
 Penyakit metabolik/endokrin, misalnya karena diabetes,
penyakit autoimun, dan penyakit tiroid
 Masalah saraf, misalnya karena stroke atau parkinson
 Masalah jantung, seperti hipertensi atau iskemia jantung
 Obat-obatan, misalnya konsumsi protease inhibitor, anti-retrovirus,
imunisasi, atau florokuinolon
 Hiperlipidemia (kolesterol tinggi), atau keganasan sel

3. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi

Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi


oleh jaringan fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra
articular adhesion, penebalan sinovialakan berlanjut ke
keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya cairan sinovial pada sendi
sehingga terjadi perubahan kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan
penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul
sendi berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis,
calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff, frkatur atau kelainan ekstra
articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes mellitus yang
tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan akan
menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive

6
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat
menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul


menempel pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang
dengan perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena
degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator akan tertarik
serta memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan
dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti
erosi tuberculum humeriyang akan menekan tendon bicep dan
bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan dinding bursa.

Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal


kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam
tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan
pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan menyebar
keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi
berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan
dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan dinding dasar dengan
bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen
shoulder.

Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting


yang juga dapat menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada kapsul
dan ligamen, kemudian kelenturan jaringan menjadi menurun dan
menimbulkan kekakuan. Semua organ yang disekeliling jaringan lunak,
terutama tendon supraspinatus terlibat dalam perubahan patologi. Fibrotic
ligamen coracohumeral cenderung normal dari tendon bicep caput longum
juga rusak (robek). Keterlibatan tendon bicep berpengaruh secara signifikan
dalam penyebaran nyeri ke anterior sendi glenohumeral yang berhubungan
dengan adhesive capsulitis.

4. Gambaran Klinis
Sendi bahu memiliki kapsul atau pembungkus yang mengalami
peradangan dan lama-lama menjadi kaku. Peradangan ini menyebabkan
adhesi jaringan (perlengketan) pada permukaan sendi. Cairan sendi
mungkin berkurang. Hal ini menyebabkan nyeri dan kurang leluasanya
gerak sendi bahu, sehingga menyulitkan aktivitas kehidupan sehari-hari

7
seperti pasien tidak dapat mengangkat lengannya, tidak dapat menyisir
rambut, menyikat gigi atau mengambil dompet di kantong belakang.

Gejala pada kasus frozen shoulder antara lain :

a. Adanya nyeri sekitar bahu.


b. Keterbatasan sendi gerak bahu.
c. Otot-otot daerah bahu tampak mengecil.

C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi


1. Interferensi

Interferensial Terapi adalah suatu fenomena yang terjadi jika dua


oscilasi yang secara bersamaan bertemu dalam satu medium. Jadi,
pengertian arus interferential current therapy adalah penggabungan dua
arus bolak-balik yang berfrekuensi 3000-5000 Hz dengan frekuensi
efektif yaitu 4000 Hz
2. Active Resisted Exercise

Active Ressisted Exercise dimana gerakan yang terjadi akibat


kontraksi otot yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar.
Apabila kerja otot tidak cukup untuk melakukan suatu gerakan maka
diperlukan kekuatan dari luar. Kekuatan tersebut harus diberikan dengan
arah yang sesuai ( wishnu, 2010).

3. Shoulder wheel

Shoulder wheel merupakan alat yang digunakan untuk


membantu menambah lingkup gerak sendi secara aktif pada pasien
frozen shoulder dan dapat juga sebagai penguatan otototot pada bahu.
Untuk pegangannya dapat disesuikan tinggi rendahanya tergantung
pasien itu sendiri. Pada dasarnya latihan menggunakan alat ini
digunakan untuk menambah lingkup gerak sendi dengan meminimalis
rasa nyeri yang timbul karena gerakan dilakukan sesuai toleransi pasien
dan ditambah secara bertahap (Nurdin, 2013).

8
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


1. Nama : Tn. R
2. Umur : 18 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Alamat : Konawe, Kendari
7. Tanggal Masuk : 15 Maret 2019
8. Diagnosa Medis : Limfoma Non Hodgkin
9. Ruang : Kelas II Kamar 2 Bed 1

B. Anamnesis Khusus
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Lokasi Nyeri : Shoulder
3. Gambaran Nyeri : Terlokalisir
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Lemas
5. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien masuk ke Rumah Sakit
dengan keluhan benjolan pada Ketiaknya dan lemas pada seluruh
badannya, kemudian setelah di rawat beberapa hari di Rumah Sakit dan
telah di operasi, pasien merasakan nyeri pada bahunya dan sulit untuk
di gerakan.
6. Pemeriksaan Vital Sign
a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b. Denyut Nadi : 85x / menit
c. Pernapasan : 20x / menit
d. Suhu : 36,3 ̊C

C. Inspeksi
1. Statis
o Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada
bahu kiri)
o Kulit tampak pucat
2. Dinamis
o Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada
keterbatasan gerak

9
o Saat berjalan pasien terlihat lemas
o Pasie sulit melakukan aktifitas melibatkan tangan kanan

D. Pemeriksaan Fungsi Dasar


1. Pemeriksaan Gerak Aktif
Gerak aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara mandiri oleh
pasien melalui instruksi dari terapis. Terapis memperhatikan LGS (Luas
Gerak Sendi) dan kesulitan gerakan ketika melakukan gerakan. Adapun
gerakan yang diberikan yaitu :
a. Fleksi e. Abduksi horizontal
b. Ekstensi f. Adduksi horizontal
c. Abduksi g. Internal rotasi
d. adduksi h. Eksternal rotasi
2. Pemeriksaan Gerak Pasif
Gerak pasif merupakan gerak yang dibantu oleh terapis, dimana
pasien dalam keadaan diam lalu terapis yang menggerakkan tubuh
pasien sepenuhnya. Adapun gerakan yang diberikan yaitu :
a. Fleksi e. Abduksi horizontal
b. Ekstensi f. Adduksi horizontal
c. Abduksi g. Internal rotasi
d. adduksi h. Eksternal rotasi
3. TIMT
Gerak isometric melawan tahanan merupakan gerak aktif akan tetapi
mendapatkan tahanan dari terapis. Adapun gerakannya yaitu :

a. Fleksi f. Adduksi
b. Ekstensi horizontal
c. Abduksi g. Internal rotasi
d. Adduksi h. Eksternal rotasi
e. Abduksi
horizontal

10
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

a.) Palpasi
Pada pemeriksaan selanjutnya palpasi diperlukan untuk mersakan
permukaan otot dengan sentuhan terapis. Pada saat palpasi yang perlu
diperhatikan adalah, ketegangan otot, suhu, pembengkakan, dan tekstur
permukaan pada kulitnya.
b.) Intensias Nyeri
Pengukuran intensitas nyeri menggunakan alat visual analog
scale (VAS)

Berdasarkan informasi yang di dapat melalui assessment


kriteria nyerinya adalah.

Nyeri akut
Pencetus : Jika bergerak
Lokasi : Tangan kiri
Jenis Nyeri : tertusuk tusuk
c.) Pengukuran ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
anthrokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan
karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan
menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang dikur
adalah ROM dari setiap gerakan pada regio shoulder dan region elbow
d.) Tes MMT
No Nilai Keterangan
1. Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi
visual (tidak ada kontraksi)
2. Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau
palpasi, ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot

11
3. Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.
Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang
horizontal gerakan tidak full ROM
4. Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
5. Nilai 4 Resistance Minimal
6. Nilai 5 Resistance Maksimal

e.) Tes Refleks


- Bicep
Posisi pasien fleksi elbow kemudian ketuk diatas tendon bicep.
Normalnya kontraksi bicep menyebabkan lengan bawah fleksi.
- Tricep
Sanggah elbow pasien dengan satu tangan kemudian ketuk diatas
tendon tricep. Normalnya kontraksi tricep menyebabkan lengan
bawah ekstensi.
f.) Pemeriksaan Kemampuan Fungsional
Untuk menilai kemampuan fungsional dasar pasien dengan
menggunakan indeks SPADI (Shoulder Pain and Disability Indeks).

FORM PEMERIKSAAN
SHOULDER PAIN AND DISABILITY
INDEX (SPADI)

SKALA NYERI
Seberapa besar nyeri yang anda rasakan ?
0 = tidak ada nyeri
10 = sangat nyeri, nyeri tak tertahankan

1. Saat kondisi paling buruk? 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


2. Saat berbaring pada sisi lesi? 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Saat meraih sesuatu di tempat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?

12
4. Saat menyentuh bagian belakang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
leher?
5. Saat mendorong dengan lengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sisi nyeri?

SKALA DISABILITAS
Seberapa besar kesulitan yang anda alami ?
0 = tidak ada kesulitan
10 = sangat sulit, harus dibantu orang lain

6. Saat mencuci rambut (keramas)? 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


7. Saat mandi membersihkan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
punggung?
8. Saat memakai kaos dalam / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
melepas sweater?
9. Saat memakai baju dengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kancing depan?
10. Saat memakai celana? 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11. Saat menaruh benda di tempat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?
12. Saat membawa benda dengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
berat ± 5kg?
13. Saat mengambil sesuatu dari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
saku belakang?
Jumlah skor nyeri : …/ 50 x 100 =
Jumlah skor disabilitas : …/ 80 x 100 =
Jumlah skor SPADI : Skor nyeri + skor disability / 130 x 100 =

13
g.) Pemeriksaan Spesifik
1. Upper Limb Tension Test 1
Tujuan: Tes ini dirancang untuk meletakan stress pada struktur saraf
upper limb, meskupin sebenarnya stress diletakkan diatas semua
jaringan pada upper limb.
Prosedur: posisi terlentang kedua tangan rileks disamping badan.
Praktikan meletakkan satu tangan pada sisi proksimal lengan bawah
pasien, dan tangan satunya di wrist. Praktikan selanjutnya secara pasif
mengabduksikan shoulder 90o pada lengan pasien, disertai depresi
scapula, supinasi lengan bawah, ekstensi wrist, dan terakhir ektensi
elbow. Pada fase ditambahkan stress hingga gejala terhasilkan
Positif tes: nyeri terproduksi
Interpretasi: positif test mengindikasi adanya “sensitizing” pada
struktur saraf yang dipengaruhi
2. Yergason Test
Tujuan: Tes untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
Prosedur Tes: Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping
badan. Kemudia praktikan meletakkan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan tangan yang satunya
menyanggah sisi radial lengan bawah pasien untuk menyiapkan
resisten. Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakkan lengan
pasien kea rah fleksi elbow 90o. Praktikan lalu meminta pasien untuk
melakukan supinasi lengan bawah melawan resisten tangan praktikan.
Positif Tes: Nyeri disertai sublukasi tendon biceps.
Interpretasi: Nyeri mengindikasi patologi bicipitalis dan sublukasi
tendon biceps dan mengindikasi rupture tendon biceps.
3. Drop Arm Test
Tujuan: test untuk mengidentifikasi tear pada rotator duff.
Prosedur Tes: Pasien dengan posisi lengan disamping badan.
Kemudian terapis secara pasif mengabuksian shoulder pasien sekitar
60o. Praktikan lalu meminta pasien menahan posisi tersebut. Praktikan
selanjutnya memberikan resisten diatas lengan bawah pasien pada sisi
dorsal.
Positif Tes: Pasien tidak mampu mengontrol lengannya ke bawah da
terjatuh.
Interpretasi: Positif tes mengindikasi tear pada rotator cuff

14
F. Algoritma Assessment Fisioterapi

Nama Pasien :Tn. R Umur : 18 Tahun Jenis Kelamin : Laki - Laki

History Taking :
Pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan pada Ketiaknya dan
lemas pada seluruh badannya, kemudian setelah di rawat beberapa hari di
Rumah Sakit dan telah di operasi, pasien merasakan nyeri pada bahunya dan
sulit untuk di gerakan..

Inspeksi :
1. Statis
- Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada bahu kiri)
Kulit tampak pucat
2. Dinamis
- Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada keterbatasan gerak
- Saat berjalan pasien terlihat lemas
- Pasien sulit melakukan aktifitas melibatkan tangan kanan

Pemeriksaan Fisik

Intensitas Tes shoulder


Palpasi Refleks Pemeriksaan Spesifik :
nyeri Pengukuran pain MMT
- Suhu hangat - Patella disability 1. Upper limb tension
ROM
- Nyeri tekan ada index 2. yergason test
-Babynski
- Tidak terdapat 3. drop arm test
oedema

Diagnosa :
Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et
causa frozen shoulder

15
G. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et causa frozen
shoulder”

H. Problematik Fisioterapi

PROBLEMATIK FISIOTERAPI

Anatomical / Functional Participation Retriction


Impairment Activity Limitation 1. Sulit melakukan
1. Nyeri gerak 1. Kesulitan menggerakan aktivitas sehari - hari
2. ROM Terbatas lengan kiri 2. Adanya hambatan
3. Kelemahan Otot lengan kiri 2. Tidak mampu makan, melakukan aktivitas
minum, berpakaian, sosial antara pasien
4. Gangguan ADL makan, menyisir, dan mandi dengan masyarakat.
minum, berpakaian, menyisir,
dan mandi)

I. Tujuan Fisioterapi
a) Jangka Pendek
o Mengurangi nyeri gerak
o Meningkatkan kekuatan otot pada lengan kiri
o Meningkatkan ROM.
o Memperbaiki ADL (makan, minum, berpakaian, menyisir, dan
mandi)
b) Jangka panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional pasien yang berhubungan
dengan kegiatan yang melibatkan lengan serta makan, minum, berpakaian,
menyisir, dan mandi secara mandiri.

J. Program Intervensi Fisioterapi


1. Interferensi
- Tujuan : Tujuannya untuk mengurangi nyeri dan
melancarkan sirkulasi darah.
- Posisi pasien : duduk di kursi secara comfortable
- Posisi fisioterapi : berdiri di samping pasien
- Tehnik : Pasien duduk dikursi lalu kedua pad diberikan pada
m. Deltoidea secara kontralateral.
- Dosis :

16
F : 3x/mgg
I : 25 mA
T : 2 pad
T : 10 menit
2. Active Resisted Exercise
- Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot
- Posisi pasien : pasien dalam keadaan terlentang
- Posisi fisioterapi : beridiri di samping bed pasien
- Tenik : Pasien diminta menggerakkan sendi bahu perlahan
ke segala arah sampai batas toleransi nyeri yang dirasakan pasien.
Terapis memberikan tahanan minimal dengan arah yang berlawanan.
- Dosis
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetis
3. Shoulder wheel
- Tujuan : Melatih otot-otot shoulder
- Posisi pasien : berdiri sambil memegang alat
- Posisi fisioterapis : berdiri di samping pasien
- Teknik : pasien menggerakkan shoulder wheel ke segala arah
dan memutar shoulder wheel searah jarum jam.
- Dosis
F : 3 kali seminggu
I : kali repetisi
T : Menarik alat
T : 5-10 menit

K. Evaluasi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi latihan hasil yang didapatkan dapat
diukur dengan.
a. Skala VAS untuk menengetahui nyeri
b. Goniometer untuk mengetahui peningkatan ROM
c. SPADI untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional

17
BAB IV
PENUTUP

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan


keterbatasan gerak pada sendi bahu dan penyebabnya idiopatik yang sering
dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma ringan.
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan
respon auto immobization terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi
frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang
dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma
berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi
payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral
(tendinitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra
articular (cervical spondylisis, angina pectoris).

18
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/39685/14/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://silviaphysio.wordpress.com/2012/10/21/frozen-shoulder/
http://fitraangel.blogspot.com/2016/06/biomekanik-shoulder-joint.html
https://www.secangkirterapi.com/2018/04/pemeriksaan-klinis-cedera-tendon.html

https://www.scribd.com/document/96141392/Tendinitis-Supraspinatus

http://jurnal-fisioterapi.blogspot.com/2012/06/shoulder-pain-and-disability-
index.html

Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. The New Concept Of Physical
Therapist Test and Measuremernt: First Edition. Makassar: PhysioCare
Publishing.2016
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. Palpasi Anatomi Otot Skeletal.
Makassar: PhysioCare Publishing.2017
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Ady. Pemeriksaan Spesifik Pada
Ekstremitas. Makassar: PhysioCare Publishing.2017

19

Anda mungkin juga menyukai