LANDASAN TEORI
2.1 Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian yang normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsun dalam
18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2012).
induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan
partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi
verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa
5
6
lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten
4 cm.
dalam waktu10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan
dalam waktu yang sama. Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu :
7
inersia uteri.
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
dinding vagina.
menunjukan :
c) Lamanya persalinan
Tabel 2.1
Tabel lama persalinan
Lama Persalinan
Primipara Multipara
proses tersebut. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah : sub
1) Tingkat kesadaran
3) Kontraksi uterus
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan
aman dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada Kala II dan
dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi (Varney, 2008).
Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi dan
lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi (Oxorn, 2010). Kala II lama adalah
persalinan dengan tidak ada penurunan >1 jam untuk nulipara dan multipara
(Saifuddin, 2014).
10
menonjol, vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka dan peningkatan
pengeluaran lendir.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala jenin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan, karena tekanan
pada rektum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada
waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh
2.1.4.2 Etiologi
adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil,
b. Kelainan-kelainan panggul,
h. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum
mendatar,
2.1.4.3 Patofisiologi
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan dalam kala II dikatakan kurang baik
apabila penurunan kepala janin tidak teratur di jalan lahir, gagalnya pengeluaran
menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan
setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan
pada pintu atas panggul. Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan
Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus. His
yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat
kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan
dari penolong, tehnik meneran yang salah, bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan
12
kehabisan tenaga untuk meneran dalam proses persalinan juga bisa menjadi salah
2.1.4.4 Diagnosis
a. Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada
adekuat.
h. Kandung kencing ibu penuh. Kandung kencing yang penuh dapat menahan
2.1.4.5 Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin.
diantaranya:
ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya
bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila
menyebabkan ruptur.
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe
yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini
d. Pembentukan fistula
tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama , maka bagian jalan lahir
fistula.
14
f. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila
2.1.4.6 Penatalaksanaan
persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua dan
Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses
bayinya. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan
diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil
5. Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari
kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf.
itu.
7. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap
kontraksi.
17
8. Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih
cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi
10. Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk
memperkuat kontraksi.
11. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika
kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak
panggul (CPD).
12. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi
infus oksitosin.
18
1. Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang
2. Jika kepala diantara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang
3. Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala
2.2 Asfiksia
2.2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2007).
2.2.2 Klasifikasi
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Apgar:
Kriteria Skor
Appearance => Penampakan / warna kulit
Masing-masing kriteria diberi skor antara 0-2, akumulasi atau nilai total dari
kelima kriteria yang di sebutkan di atas itulah yang disebut nilai Apgar.
20
yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Gomela, 2009):
1. Faktor ibu
lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri), ruptur uteri yang memberat, kontraksi
Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat
(Gomela, 2009).
3. Faktor Bayi
(sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan
(Gomela, 2009).
Denyut jantung janin lebih dari 100 x/mnt atau kurang dari l00 x/menit tidak
teratur, mekonium dalam air ketuban ibu, Apnoe, pucat, sianosis, penurunan
2.2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
neonatorum, yaitu :
2. Cara dilahirkan.
3. Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai, 2010).
1) pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan penunjang
b. PaCO2 > 55 mm H2
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion,
kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak
kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini
antara lain:
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10). Caranya: Bayi dibungkus dengan kain
kemudian mulut, bersihkan badan dan tali pusat, lakukan observasi tanda
b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6). Caranya: Bersihkan jalan napas, berikan
oksigen 2 liter per menit, rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki
(ambubag), bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan
c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3). Caranya: Bersihkan jalan napas sambil
pompa melalui ambubag, berikan oksigen 4-5 liter per menit, bila tidak
berhasil lakukan ETT, bersihkan jalan napas melalui ETT, apabila bayi
sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
2.2.7 Pencegahan
khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan
melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin
dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan
wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah,
kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama
banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait (Perinasia, 2006).
24
juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
b. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan
c. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu
2.3.1 Pengertian
kata―puer‖ yang artinya bayi dan ―parous‖ yang arti melahirkan. Yaitu masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu.
Masa nifas ini terdiri dari tiga tahapan, menurut sujiyantini, dkk (2010) yaitu :
mobilisasi jalan.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun
25
bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama
sampai tahunan.
nifas (PNC) ditujukan pada ibu dan neonatus yang meliputi : pelayanan ibu nifas,
pelayanan neonatus, dan pelayanan KB pasca salin sesuai dengan Buku KIA.
Tujuan:
berlanjut.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
Tujuan:
tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
Tujuan:
kembali catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran, dan catatan lain yang
dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu
2.4 Neonatus
2.4.1 Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia
1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
Tujuan:
Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah
itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus bayi
dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
Tujuan:
Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam)
Tujuan:
Pemeriksaan fisik
infeksi.
infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan
sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu
tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke
unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi
dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan
(Syafrudin, 2009).
Jika ibu datang untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi
dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan
32
secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya
yang mampu untuk penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan Obstetri dan bayi baru
lahir dan informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan
pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ke tempat
rujukan. Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa yang
menemani ibu dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana transfortasi
yang harus tersedia, orang yang ditunjuk menjadi donor darah dan uang untuk
asuhan medik, transfortasi, obat dan bahan. Singkatan BAKSOKUDO (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang, Dokumen, Posisi dan Nutrisi) dapat di
2009).
adalah Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang dan Donor darah,
Posisi dan Nutrisi atau yang disingkat BAKSOKUDOPN. Selain itu, persiapan alat
yang harus ada pada saat melakukan rujukan pada kasus kala II lama yaitu bidan
harus membawa partus set lengkap, tabung oksigen, sungkup dan cairan serta obat-