PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dicintai Allah Swt dan diridhaoi-
Nya, perkataan, perbuatan lahir dan bathin. Untuk melaksanakan sebagian ibadah
dan amalan-amalan tertentu haruslah bersuci sebagai mana yang telah di jelaskan
dalam Al-quran surat Al-Ma’idah ayat : 6, surat An-Nisa ayat : 43 dan beberapa
Sabda Rasulullah SAW. (Rasid, S. 1964) dalam hukum islam, soal bersuci dan
segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama
syarat-syarat sah Shalat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan
abadah shalat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan pakaiyan dan
tempatnya dari najis. Firman Allah Swt dalam Al-quran Surat -Baqoroh ayat 222
bersuci batin (mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan lahir (bersih daari
menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah, pakaian yang dipakai, dan pada
badan seseorang. Sedang kebersihan dari hadast dilakukan dengan mengambil air
ketentuan yang harus diketahui dan di taati. Thaharah atau bersuci ialah
mengangkat atau menghilangkan hadats dan najis dari tubuh. Nasution, L. (1997)
thaharah dari hadats ada tiga macam yaitu whudu’, mandi dan tayammum. Alat
yang digunakan untuk bersuci ialah air untuk wudhu’ dan mandi; tanah untuk
1
tayammum. Dalam hal ini air yang digunakan haruslah memenuhi persaratan, suci
dan mensucikan atau disebut air mutlak. Demikian pula tanah untuk tayammum
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadas kecil Wudhu’, Hadas Besar (Mandi janabat), dan
tayamum ?
tayamum
Tayamum
2
BAB II
PEMBAHASAN
Wudhu adalah salah satu ajaran Islam yang penting menyangkut thaharah.
Urgensi wudhu’ adalah sebagai prasyarat sahya shalat. Shalat apapun yang
shalat itu harus dikerjakan oleh setiap individu muslim. Begitu pentingnya
mengetahui cara berwudhu’ yang benar, sering kali Nabi saw. menyuruh
Ketika membaca referensi fiqih dalam hal penjelasan ulama tentang cra
سحوا بِرءو ِسك ْم َوأَ ْرجلَك ْم ِ ِص ََلةِ فَا ْغسِلوا وجوهَك ْم َوأ َ ْي ِديَك ْم إِلَى ْال َم َراف
َ ق َو ْام َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنوا إِذَا ق ْمت ْم إِلَى ال
ۚ إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
wudhu’ hanya empat, yaitu: muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki. Dari sini
menggunakan air pada muka, kedua tangan, kepala dan kaki dengan cara-cara
tertentu.
3
Adapun kayfiyat lainnya adalah sesuai dengan diajarkan Nabi saw,.
merupakan alat untuk menggunalkan air dalam wadah, dan sangat diutamakan
Hal lain yang diajarkan oleh Nabi saw. dalam ber-wudhu adalah
membasuh anggota tubuh secara berurutan, dan tatslis yaitu membasuh dan
menyapunya tiga kali. Dalam prakteknya, Nabi saw. suatu ketika berwudhu
dengan tatslis, kadang juga dua kkali; namun, yang wajib adalah satu kali. Nabi
dengan professional.
dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju masjid dan shalatnya
sebagai tambahan pahala baginya” (HSR. Muslim, I/142, lihat Syarah Muslim,
III/13).
4
bersama orang-orang dengan berjama’ah atau di masjid (berjama’ah), niscaya
Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam segala hal, lebih-lebih dalam berwudhu’. Al-
Hujjah kali ini memaparkan secara ringkas tentang tatacara wudhu’ Rasulullah
tempat niat itu di hati bukan lisan dalam semua masalah ibadah, baik bersuci,
shalat, zakat, puasa, haji, memerdekakan budak, berjihad dan lainnya. Karena niat
Kubra, I/243)
menurut apa yang diniatkannya… (HSR. Bukhari dalam Fathul Baary, 1:9;
Muslim, 6:48).
bersabda:
(yakni bismillah) (HR. Ibnu Majah, 339; Tirmidzi, 26; Abu Dawud, 101. Hadits
ini Shahih, lihat Shahih Jami’u ash-Shaghir, no. 744).
5
Abu Bakar, Hasan Al-Bashri dan Ishak bin Raahawaih mewajibkan
membaca bismillah saat berwudhu’. Pendapat ini diikuti pula oleh Imam Ahmad,
Ibnu Qudamah serta imam-imam yang lain, dengan berpegang pada hadits dari
dengan membaca bismillah!” (HSR. Bukhari, I: 236, Muslim, 8: 441 dan Nasa’i,
no. 78)
kalian dengan membaca bismillah” maka wajiblah tasmiyah itu. Adapun bagi
orang yang lupa hendaknya dia membaca bismillah ketika dia ingat. Wallahu
a’lam.
tangan saat berwudhu’ sebanyak tiga kali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
juga membolehkan mengambil air dari bejancdengan telapak tangan lalu mencuci
kedua telapak tangan itu. Tetapi Rasulullah melarang bagi orang yang bangan
Bukhari-Muslim)
Yaitu mengambil air sepenuh telapak tangan kanan lalu memasukkan air
kedalam hidung dengan cara menghirupnya dengan sekali nafas sampai air itu
cara memencet hidung dengan tangan kiri. Beliau melakukan perbuatan ini
dengan tiga kali cidukan air. (HR. Bukhari-Muslim. Abu Dawud no. 140)
Imam Nawawi berkata: “Dalam hadits ini ada penunjukkan yang jelas bagi
pendapat yang shahih dan terpilih, yaitu bahwasanya berkumur dengan menghirup
6
air ke hidung dari tiga cidukan dan setiap cidukan ia berkumur dan menghirup air
berpuasa, berdasarkan hadits Laqith bin Shabrah. (HR. Abu Dawud, no. 142;
Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas muka itu adalah dari
tumbuhnya rambut di kening sampai jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa
sebanyak tiga kali”. (HR Bukhari, I/48), Fathul Bari, I/259. no.159 dan Muslim
I/14)
bawah dagunya, lalu ia menyela-nyela jenggotnya, dan beliau bersabda bahwa hal
tersebut diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala. (HR. Tirmidzi no.31, Abu
Dawud, no. 145; Baihaqi, I/154 dan Hakim, I/149, Shahih Jaami’u ash-Shaghir
no. 4572).
7
Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai melewati sikunya,
dilakukan tiga kali, dan yang kiri demikian pula, Rasulullah mengalirkan air dari
wudhu’ pada wajah, tangan dan kaki agar kecemerlangan bagian-bagian itu lebih
kedua telapak tangannya yang telah dibasahkan dengan air, lalu ia menjalankan
bersabda: ”Dua telinga itu termasuk kepala.”(HSR. Tirmidzi, no. 37, Ibnu
Majah, no. 442 dan 444, Abu Dawud no. 134 dan 135, Nasa’i no. 140).
‘alaihi wa Salam) yang mewajibkan mengambil air baru untuk mengusap dua
telinga. Keduanya diusap dengan sisa air dari mengusap kepala berdasarkan hadits
Rubayyi’:
8
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengusap kepalanya dengan air
sisa yang ada di tangannya. (HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad hasan)
kali dan bukan tiga kali. Berkata Ali bin Abi Thalib ra : “Aku melihat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengusap kepalanya satu kali. (lihat _Shahih Abu
Dawud, no. 106). Kata Rubayyi bin Muawwidz: “Aku pernah melihat Rasulullah
mengusap bagian depan dan belakang darinya, kedua pelipisnya, dan kedua
telinganya satu kali.“ (HSR Tirmidzi, no. 34 dan Shahih Tirmidzi no. 31)
orang yang memakai sorban atau sepatu maka dibolehkan untuk tidak
dalam Fathul Baari I/266 dan selainnya) asal saja sorban dan sepatunya itu
dijelaskan oleh para Imam dan tidak boleh diusap diatasnya saat berwudhu’
diatasnya, karena ummu Salamah (salah satu isteri Nabi) pernah mengusap
jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir. (Lihat al-Mughni, I/312 atau
I/383-384).
9
Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam membasuh kaki,
karena kaki yang tidak sempurna cara membasuhnya akan terkena ancaman
memerintahkan agar membasuh kaki sampai kena mata kaki bahkan beliau
dibasuh hingga tiga kali kemudian kaki kiri juga demikian. Saat membasuh kaki
berdalil dari hadits ini menunjukkan wajibnya membasuh kedua kaki, serta tidak
ada keterangan di dalam hadits. Ini hanyalah pendapat dari Imam Ghazali karena
kecermerlangan muka, dua tangan dan kakinya.” (HSR. Muslim, 1/149 atau
9) Tertib
Rasulullah pernah mengerjakan dengan sekali basuhan, dua kali basuhan atau tiga
10) Berdo’a
10
Pamungkas wudhu’ yang diajarkan Nabi saw. adalah berdo’a, yakni
Dan ada beberapa bacaan lain yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam.
Wudhu yang fungsional hanyalah yang sah. Wudhu’ yang sah dapat
3. Akal hilang
3. Muntah.
7. Memandikan mayat.
11
Dalam surat al-Maidah (5) ayat 6, Allah swt menjelaskan keterkaitan
anatara shalat dengan wudhu’. Di dalam Hadist, Nabi saw. menyatakan tidak sah
wudhu’ adalah hadas kecil. Berhadas kecil adalah terjadinya sesuatu keluar dari
membatalkan wudhu’ adalah tinja, air seni, keluar angina, mazi, wadi dan sperma,
sedikit atau banyak. Dalam surat al-Maidah (5) ayat 6, Allah menyatakan bahwa
Begitu juga tidur dalam keadaan baring disepakati fuqaha’ sebagai hal yang
membatalkan wudhu’.
“(Mandi janabat) adalah mengalirkan air yang suci ke seluruh badan dengan
menyiramkan air keseluruh tubuh disertai dengan niat, dengan cara-cara yang
khusus. Dengan demikian, mandi janabat berbeda dari mandi biasa. Mandi biasa
dapat saja tidak membasahi seluruh tubuh, misalnya tidak membasahi kepala.
12
Selain itu, mandi bisa dilakukan engan bebas, tidak mesti disertai dengan niat,
dan tidak dilatarbelakangi oleh sebab tertentu, kecuali unntuk kesehatan dan
estetika.
1. Keluarnya Sperma
Sperma manusia dapat keluar dengan berbagai sebab, baik diwaktu sadar
Saw.bersabda, ‘Air itu karena air (wajibnya mandi karena keluarnya air mani),’”
(HR Muslim).
sehingga dapat dipahami baik keluar tersebut dalam keadaan terjaga atau tertidur,
disengaja atau tidak, ada sebab atau tidak, disertai syahwat atau tidak karena yang
Terkait dengan keluar mani perlu dibedakan antara mani, madzi, dan wadi.
Madzi adalah cairan putih lengket yang keluar dari seseorang ketika ada hasrat
seksual yang tidak terlalu kuat. Sedang wadi adalah cairan putih keruh yang
keluar sehabis buang air kecil atau ketika mengangkat beban yang berat. Madzi
atau wadi hukumnya najis dan tidak mewajibkan mandi. Keduanya hanya
13
membatalkan wudhu.
Adapun mani adalah cairan yang memiliki salah satu dari tiga ciri;
(tadaffuq), atau memiliki aroma seperti adonan roti ketika masih basah dan seperti
putih telur ketika sudah kering. Ketika cairan yang keluar mengandung salah satu
ciri tersebut, maka itu dianggap mani secara hukum meski tidak berwarna putih
atau keluarnya tidak disertai syahwat. Mani hukumnya suci dan mewajibkan
mandi.
tidak keluar sperma. Hal ini mewajibkan mandi berdasarkan sabda Rasulullah
SAW.
tangan dan dua kaki) dan tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita)
Muslim).
hasyafah ke farji baik jalan depan (vagina) atau jalan belakang (anus), miliki
wanita atau pria, masih hidup ataupun mayat. Keduanya dihukumi junub sehingga
wajib mandi kecuali mayat, tidak perlu untuk dimandikan kembali. Begitu juga
seseorang yang menyetubuhi hewan juga wajib mandi menurut madzhab empat
mayat.
14
3. Terhenti keluarnya darah haidh
Haidh atau menstruasi adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita
dalam keadaan normal, minimal sehari semalam (24 jam) dan maksimal lima
belas hari. Sedang umumnya haidh keluar selama tujuh atau delapan hari. Dalil
kewajiban mandi bagi perempuan yang mengalami haidl adalah firman Allah:
ْ َيض َو ََل ت َ ْق َربوه َّن َحتَّى ي
َ َطه ْرنَ فَإِذَا ت
َط َّه ْرن ِ سا َء فِي ْال َم ِح ِ َويَ ْسأَلونَك َع ْن ْال َم ِح
َ ِيض ق ْل ه َو أَذًى فَا ْعت َِزلوا الن
فَأْتوهن ِم ْن َحيْث أ َ َم َركم هللا
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
Dalam tafsir disebutkan yang dimaksud dengan suci dalam ayat tersebut
adalah suci dengan cara mandi. Dalam satu kesempatan sahabat Fathimah binti
Abi Jaisy RA pernah bertanya tentang darah yang keluar kemudian Rasulullah
SAW menjelaskan:
Artinya, “Bila keadaan haidl itu datang maka tinggalkanlah shalat. Bila ia telah
pergi maka mandi dan shalatlah,” (HR Bukhari dari Sayyidah Aisyah RA).
Perempuan yang keluar darah wajib mandi setelah selesai keluarnya darah
yang sudah mencapai 24 jam baik terus-menerus dalam sehari semalam atau
shalat, thawaf, membaca Al-Quran. Bila keluarnya darah belum mencapai 24 jam
semisal dua jam keluar darah lalu berhenti kemudian keluar darah lagi tiga jam
terus berhenti lagi ini belum wajib mandi karena belum bisa dipastikan akan
15
mencapai 24 jam yang menjadi batas minimal bisa disebut haidh. Karena itu ia
untuk mandi ketika darah tersebut telah berhenti keluar (mampet) dan hendak
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah melahirkan.
Minimal nifas adalah waktu sebentar sedang maksimal adaah 60 hari. Umumnya
nifas juga wajib mandi setelah darahnya berhenti (mampet). Hanya dalam nifas
tidak perlu menunggu hingga mencapai hitungan 24 jam karena asal darah keluar
Perlu diketahui bahwa wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas
tidak diperbolehkan dan tidak sah melakukan wudhu atau mandi ketika sedang
keluar darah (belum mampet). Hal ini karena fungsi utama wudhu atau mandi
dengan orang banyak seperti mandi sunah ketika hendak memasuki Mekkah dan
c) Rukun/Wajibnya Mandi
untuk menunjukkan cara mensucikan diri yang benar. Untuk melaksanakan mandi
wajib, berikut cara-caranya yang diambil dari HR Muslim dan Bukhari, mengenai
16
Segala sesuatu berasal dari niatnya. Untuk itu, termasuk pada pelaksanaan
mandi wajib pun juga harus diawali dari niat. Untuk pelafadzan niat adalah “Aku
mensucikan diri. Hal ini dikarenakan ada banyak fadhilah bismillah jika
“Ummu Salama RA, aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara-
cara mandi, beliau bersabda, “Memadailah engkau jiruskan tiga raup air ke
Membasuh semua anggota badan termasuk kulit atau rambut dengan air
serta meratakan air pada rambut hingga ke pangkalnya. Selain itu wajib juga
membasuh dengan air ke seluruh badan termasuk rambut-rambut, bulu yang ada
pada seluruh anggota badan, telinga, kemaluan bagian belakang ataupun depan.
Untuk mandi besar, maka rambut harus dalam kondisi terurai atau tidak
terikat. Hal ini untuk benar-benar mensucikan seluruh tubuh, sedangkan jika
terikat maka tidak sempurna mandinya. Dikhawtirkan tidak semua bagian dibasuh
atau terkenai air. Selain itu, bisa juga selepas dalam kondisi junub atau haidh bagi
wanita mencukur bulu kemaluan. Mencukur bulu kemaluan dalam islam adalah
suatu yang juga sangat dianjurkan dan mencukur bulu kemaluan pria dalam islam
pun sangat dianjurkan. Hal ini bisa menambah kebersihan, dan tidak banyak
dianjurkan dalam islam, namun berbeda dengan mencukur alis. Untuk itu, ada
17
hukum mencukur alis dalam islam yang perlu diperhatikan, terutama bagi kaum
wanita.
Hal ini sifatnya tidak wajib, melainkan sunah saja. Untuk wanita, maka
haid selama periodenya. Untuk itu di zaman Rasulullah diberikan bunga kasturi,
sedangkan di zaman sekarang ada banyak sari-sari bunga atau hal lainnya yang
Hal-hal berikut adalah cara mandi yang baik menurut Rasulullah dalam
1. Terlebih dahulu mencucui tangan sebanyak tiga kali, sebelum tangan tersebut
penampungan air
menggunakan tangan kiri, bukan tangan kanan. Tangan kanan digunakan untuk
kemaluan.
menggosokkannya pada tanah, bisa juga dengan sabun agar hilang kotoran
18
4. Berwudhu dengan cara berwudhu yang benar sesuai aturan/rukunnya dalam
6. Mencuci kepala (keramas) mulai dari kepala bagian kanan ke bagian kiri dan
sempurna
7. Mengguyur air mulai dari sisi badan sebelah kanan lalu pada sisi sebelah kiri
kanannya menuang air atas tangan kirinya, lalu membasuh membasuh farajnya
dan berwudhu’ (dalam riwayat yang lain sebagaimana wudhunya untuk sholat),
rambut (dalam riwayat yang lain : kemudian dia menyela-nyela rambutnya dengan
tangannya hingga jika dia telah merasa bahwasanya telah mengena kulit
dengan tiga kali (dalam riwayat lain : dia mulai dengan bagian kanan kepala lalu
yang kiri, kemudian mengguyur seluruh tubuhnya (dalam riwayat lain : ke seluruh
tidak sebaliknya. Orang yang sudah mandi janabat tidak perlu berwudhu selama
19
C. Tayamum
a) Pengertian Tayamum
tayamum berarti:
“Menyengja menggunakan debu untuk menyapu muka dan kedua tangan untuk
emergenci untuk dapat mengerjakan ibadah shalat dengan sah, sebab ibadah ini
hadas, dan karenanya harus berwudhu’ dan atau mandi janabat ketika telah ada air
atau telah dapat memakai air. Karenanya pula , niat tayamum diartikulasikan
“Memakai debu untuk muka dan kedua tangan sebagai penggant wudhu’ atau
pengganti wudhu’ atau mandi janabat untuk dapat mengerjakan shalat dan ibadah
semacamnya. Sarana yang digunakan adalah debu yang bersih. Sarana taymum
tidak terbatas hanya dengan debu, melainkan apa saja yang bentuk fisik dan bersih
(bukan najis) di atas bumi seperti pasir, bongkahan batu bebatuan, bahkan salju
20
pengganti wudhu’ dan mandi janabat secara mutlak. Implikasinya dalah bahwa
tayamum iru dapat dipakai persis pemakai wudhu’ dan mandi. Ia dapat dipakai
membatalkannya.
janabat dalam kondisi darurat. Impliikasinya pendapat ini adalah bahwa tayamum
tidak boleh dilakukan jika belum masuk waktu shalat, dan ia hanya digunakan
satu kali saja. Tayamum harus dikerjakan pada tiap-tiap mengerjakan shalat
b) Sebab-Sebab Tayamum
debu dan sejenisnya adalah dikarenakan tidak ada air. Pengertian “tidak da air”
Yang dimaksud tidak ada air adalah benar-benar tidak ada air pada kondisi
dan di tempat tertentu, misalnya dalam kondisi safar (perjalanan). Tidak ada air
dapat juga diartikan, ada air dalam pengertian sebenarnya tetapi tidak cukup untuk
dipakai berwudhu’ atau mandi. Atau ada air, tetapi hanya cukup dipakai utuk
semacamnya.
cuaca sangat dingin. Dengan menggunakan air dapat menimbulkan resiko yang
meninggal.
21
3. Waktu shalat semakin sempit
membutuhkan waktu, karena hanya menyapu mka dan tagan saja, berbeda
Tayamum hanya stu bentuk untuk keduanya, wudhu’ dan mandi janabat, hadas
kecil dan hadas besar sebagaimn yang diajarkan oleh Rsul saw. dalam sebuah
riwayat diterangkan:
“Dari Ammar Ibn Yasir, ia berkata: saya mengalami junub dan tidak
shalat. Saya menyampaikan hal itu kepada rasul saw, kemudian ia berkata:
sesungguhnya culup kamu begini, Nabi saw memukulkan kedua tangannya di atas
tangannya”.
tayamum adalah menepuk debu dan benda lain sejenisnya dengan satu kali
tepukan untuk menyapu muka dan kedua tangan, tidak sampai di siku melainkan
Secara teknis, cara bertayamum cersi riwayat ini adalah menepukan debu
ke tanah/debu, bwnda lain sejenisnya. Setelah itu sapulah muka dengan debu yang
punggung tangan dengan sisa debu yang belum terpakai, yang menempel pada
kedus telapak tangan di mana tangan kiri menyapu tangan kanan, dan tangan
22
kanan menyapu punggung tangan kiri, masing-masing hingga pergelangan tangan.
berdasarkan riwayat Abu Umamah dan ibnu Umar ra.dimana Nabi saw. telah
bersabda:
tepukan untuk kedua tangan hingga kedua sika” (H.R alHakim, adDaruquthny
dan alBaihaqy).
Cara bertayamum menurut riwayat ini sebagai yang dijelaskan oleh ulama
kedua untuk tanan kanan dengan tamgan kiri dari punggung tangan hingga kedua
siku. Sapulah tangan kanan dengan tangan kiri dari punggung tangan hingga harus
itu, sapu tagan kiri dengan tangan kanan dengan cara yang sama.
riwayat berupa sunnah dan penerapan metode istinbat (penemuan hukum) yang
menguatkan tayamum dengan satu kali tepukan untuk muka dan tangan hingga
pergelangan saja seperti yang dianut oleh mazhab Malikiyah dan Hanabilah.
Dalam pada itu, mazhab Hanafiyah dan Syafiiyah menganut pendapat bahwa
tayamum adalah dua kali tepukan masing-masing untuk menyapu muka dan kedua
23
Sebuah jalan tengan tentang perbedaan bertayamum menyapu kedua
yaitu mengamalkan kedua riwayat yang wajib disapu adalah kedua tangan hingga
batal. Selain itu, tayamum berakhir jika telah ada air dan telah mempu
melakukan shalat. Para fuqaha’ berpendapat, jika hal sperti itu terjadi, maka tidak
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat apapun yang dikerjakan, baik sunat maupun wajib herus terlebih
perseorangan), mengingat shalat itu harus dikerjakan oleh setiap individu muslim.
Begitu pentingnya mengetahui cara berwudhu’ yang benar, sering kali Nabi saw.
menyiramkan air keseluruh tubuh disertai dengan niat, dengan cara-cara yang
nifas.
darurat. Impliikasinya adalah bahwa tayamum tidak boleh dilakukan jika belum
masuk waktu shalat, dan ia hanya digunakan satu kali saja. Tayamum harus
syarat.
B. Saran/Kritik
hanya tertumpu pada satu referensi saja. Oleh karena itu makalah ini semoga
masalah Hadas kecil Wudhu’, Hadas besar mandi janabat, dan tayamum sehingga
apa yang sudah dijelaskan dalam makalah ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari menjadi lebih baik sesuai dari tujuan ilmu itu sendiri.
25
DAFTAR PUSTAKA
26