APPENDISITIS AKUT
Disusun oleh :
Pembimbing:
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
APPENDISITIS AKUT
Disusun Oleh :
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Appendisitis Akut” dengan baik dan tepat waktu .
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan pada
bidang Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soeselo Slawi periode 10 Desember 2018 – 18 Februari 2019. Di
samping itu juga ditujukan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Willy Yulianto, Sp.B selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
sejawat Kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Slawi serta berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna
dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan
informasi dan manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
3.3 Etiologi.............................................................................................................. 10
3.4 Patogenesis........................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Appendisitis akut biasa ditemukan pada semua umur. Pada < 1 tahun jarang
dilaporkan. Sedangkan insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun.1
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis acut mengalami
perforasi setelah dilakukan operasi. Diagnosis Appendicitis acut pada anak kadang-
kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa di diagnosis dengan tepat pada saat
penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pasien anak berkisar 10-50%.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling
penting dalam mendiagnosis Appendicitis.2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nomor RM : 577919
Umur : 13 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Januari 2019 pada
pukul 7.00 WIB.
Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu SMRS
2
kemudian nyeri berpindah dan menetap di perut bagian kanan bawah. 1 hari
SMRS pasien mengatakan pernah muntah sebanyak 2 kali yang berisi sisa
makanan dan tidak ada muntah darah. Selain itu, pasien mengatakan mual yang
bersifat terus menerus sehingga nafsu makan pasien menurun dan perut terasa
kembung. Pasien juga mengatakan terdapat demam yang bersifat hilang timbul
dan tidak tinggi. Sebelum masuk IGD, pasien sempat pingsan. Buang air besar
terganggu sejak nyeri perut dirasakan dan semakin lama frekuensinya semakin
jarang. Buang air kecil tidak ada keluhan dan tidak ada penurunan berat badan
yang signifikan dalam waktu singkat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Gastritis Erosif (-), Hematemesis (-),
Melena (-), Asma (-), Alergi (-), Penyakit Paru (-), Penyakit Jantung (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah konsumsi obat pereda nyeri, namun tidak membaik
Riwayat Kebiasaan
Pasien kurang mengkonsumsi sayur maupun buah, dan mengaku jarang minum
air mineral. Pasien gemar konsumsi jajanan di sekolahnya setiap hari.
Kesehariannya pasien kurang melakukan aktivitas dan jarang berolahraga.
Tanda Vital :
3
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,6˚ C
B. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Status lokalis
Abdomen
Inspeksi : datar, hematom (-), benjolan (-), sikatriks (-), perdarahan (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan pada perut bagian kanan kanan bawah (Mc
Burney) (+), nyeri lepas (+), defans muscular (-), pembesaran organ (-)
4
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 9
Kesimpulan : total skor 9-10 (hampir pasti menderita Appendicitis)
5
Laboratorium Hematologi & Kimia Klinik : Senin, 14 – 1 – 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
APTT Test 28,1 Detik 25,5 – 42,1
PT Test 9,3 Detik 9,3 – 11,4
Ureum 16,8 mg/dL 17,1 – 42,8
Creatinin 0,89 mg/dL 0,4 – 1
Albumin 0,45 g/dL 3,8 – 5,3
Kalium 3,76 mmol/L 3,5 – 5,0
Natrium 134,1 mmol/L 135,0 – 147,0
Chlorida 114,1 mmol/L 95,0 – 105,0
Calsium 1,03 mmol/L 1,13 – 1,32
Foto Thoraks PA :
Deskripsi :
o CTR < 50%
o Hemithoraks kiri tidak melebihi 1/3 hemithoraks kiri
o Apeks jantung normal
o Pinggang jantung masih ada
o Corakan bronkovaskular sulit dinilai
o Sudut costofrenikus tajam
o Tidak ada perselubungan/bercak mengawan kedua lapang paru
Kesan : thoraks dalam batas normal
6
2.5 Diagnosis
a. Diagnosis Banding
Appendisitis Akut
Gastroenteritis
b. Diagnosis Kerja
Appendisitis akut
2.6 Penatalaksanaan
Terapi yang telah diberikan :
IGD : Minggu, 13 – 1 – 2019
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj. Ranitidine 2x50 mg
3. Inj. Ondansentron 2x4mg
Ruang Rawat Inap Mawar 2 : Senin, 14 – 1-2019
1. Infus RL 20 tpm
2. Ceftriaxone 2x1 gr
3. Inj. Ranitidine 2x50mg
4. Inj. Ondansentron 3x4mg
Ruang Rawat Inap Mawar 2 : Selasa, 15 – 1 – 2019
1. Pasien dipuasakan selama 10 jam
2. Dilakukan operasi CITO Appendiktomi
2.7 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : Bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
Awalnya, Appendix dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir ini,
Appendix dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan
Imunoglobulin terutama Imunoglobulin A (IgA). Walaupun Appendix merupakan
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya
tidak penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau
penyakit imunodefisiensi lainnya.1
3.2 Epidemiologi
Appendisitis akut biasa ditemukan pada semua umur. Pada < 1 tahun jarang
dilaporkan. Sedangkan insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun.1
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah.2 Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang
menjelaskan bahwa Appendicitis acut merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.3
9
3.3 Etiologi
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix
sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Appendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling
sering adalah fecolith (feses yang mengeras). Fecolith ditemukan pada sekitar 20%
anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
1. Hiperplasia jaringan limfe
2. Carcinoid atau tumor lainnya
3. Benda asing, seperti biji-bijian
4. Kadang parasit 1
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa
appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi
pada pasien appendicitis yaitu5:
Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob
Batang Gram (-) Batang Gram (-)
Escherichia coli Bacteroides fragilis
Pseudomonas aeruginosa Batang Gram (+)
Coccus Gram (+) Clostridium
Streptococcus Coccus Gram (+)
Enterococcus Peptostreptococcus micros
3.4 Patogenesis
10
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.7
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding, diikuti demam, takikardi dan leukositosis akibat pelepasan
mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri
akan dirasakan local pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s atau
nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut sebagai apendisitis supuratif
akut.7
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.7 Perforasi
appendiks akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis umum. Proses
ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan pasien
berespon terhadap adanya perforasi. Tanda perforasi appendiks mencakup
peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada
pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala
dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Secara umum, semakin lama gejala
berhubungan dengan peningkatan risiko perforasi. Peritonitis difus lebih sering
dijumpai pada bayi karena tidak adanya jaringan lemak omentum. Anak yang lebih
tua atau remaja lebih memungkinkan untuk terjadinya abscess yang dapat diketahui
dari adanya massa pada pemeriksaan fisik.
11
Konstipasi jarang dijumpai tetapi tenesmus sering dijumpai. Diare sering
didapatkan pada anak-anak, dalam jangka waktu sebentar, akibat iritasi ileum
terminal atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya abscess pelvis.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.7
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.7
12
mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis diragukan.2,10 Muntah yang
timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis gastroenteritis.
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan banyak
pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul pada
beberapa pasien terutama anak-anak.2,3,10 Diare dapat timbul setelah terjadinya
perforasi Appendix.
Pasien dengan appendisitis akut tampak kesakitan dan demam tidak terlalu tinggi.
Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus dapat menurun/menghilang yang
berhubungan dengan tingkat inflamasi pada Appendix. Nyeri tekan dan nyeri lepas
(tanda Blumberg) fokal pada daerah appendiks yang disebut titik Mc Burney. Iritasi
peritoneum ditandai dengan adanya defans muskular, perkusi atau nyeri lepas.
Penderita Appendicitis umumnya lebih menyukai sikap jongkok pada paha kanan,
karena pada sikap itu Caecum tertekan sehingga isi Caecum berkurang. Hal tersebut
akan mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut berkurang.11
13
Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada
pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk
Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan
rectal toucher tidak diperlukan lagi.11
Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
Psoas sign
Nyeri pada perut kuadran kanan bawah saat ekstensi panggul kanan yang
menggambarkan kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi
langsung yang berasal dari peradangan Appendix retrosekal. Manuver ini tidak
bermanfaat bila telah terjadi rigiditas abdomen.
14
Obturator sign
Nyeri perut kanan bawah pada rotasi internal panggul kanan (menunjukkan
apendiks pelvis)
Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
Dunphy’s sign (nyeri ketika batuk)
Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan
appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara
12.000-18.000/mm. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left)
dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis.
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan
pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria
dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.
Foto polos abdomen
15
menunjukkan lokal ileus kuadran kanan bawah atau fecalith radiopak, yaitu
adanya perselubungan di fossa iliaka dextra.
USG
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan
Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan
Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan
bukan radang akut.
16
Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.
17
penyebab nyeri abdomen pada anak-anak, tetapi tidak ditemukan adanya
demam. Infark omentum juga dapat dijumpai pada anak-anak dan gejala-
gejalanya dapat menyerupai appendicitis. Pada infark omentum, dapat teraba
massa pada abdomen dan nyerinya tidak berpindah.
Pada pria dewasa muda (Batu uretra, pielonefritis dan epididymitis)
Batu uretra dapat terjadi bila calculus tersangkut dekat Appendix dapat
dikelirukan dengan Appendicitis retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia,
scrotum atau penis, hematuria, dan atau tanpa demam atau leukositosis
mendukung adanya batu. Pyelografi dapat memperkuat diagnosis.
Pielonefritis sering disertai demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral di
sebelah kanan dan piuria
Pada epididimitis, pasien merasa sakit pada skrotumnya dan pemeriksaan fisik
pada skrotum dapat membantu menyingkirkan diagnosis epididimitis.
Pada wanita usia muda (pelvic inflammatory disease (PID), kista ovarium, dan
infeksi saluran kencing)
Pada PID, nyerinya bilateral dan dirasakan pada abdomen bawah jika yang
terkena adalah tuba sebelah kanan sehingga menyerupai Appendicitis. Mual
dan muntah hampir selalu terjadi pada pasien Appendicitis. Pada pasien PID
hanya sekitar separuhnya.
Pada kista ovarium, nyeri dapat dirasakan bila terjadi ruptur ataupun torsi.
Pada usia lanjut
Appendicitis pada usia lanjut sering sukar untuk didiagnosis. Diagnosis
banding yang sering terjadi pada kelompok usia ini adalah keganasan dari
traktus gastrointestinal dan saluran reproduksi, divertikulitis, perforasi ulkus,
dan kolesistitis. Keganasan dapat terlihat pada CT Scan dan gejalanya muncul
lebih lambat daripada appendicitis. Pada orang tua, divertikulitis sering sukar
untuk dibedakan dengan appendicitis, karena lokasinya yang berada pada
abdomen kanan. Perforasi ulkus dapat diketahui dari onsetnya yang akut dan
nyerinya tidak berpindah. Pada orang tua, pemeriksaan dengan CT Scan lebih
berarti dibandingkan dengan pemeriksaan laboratorium.
18
3.7 Tatalaksana
3.7.1 Untuk pasien yang dicurigai Appendisitis :
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan
gejala saat pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomy
3.7.2 Perawatan konservatif atau tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
apendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi
(misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko
tinggi untuk dilakukan operasi untuk mencegah infeksi.
19
kanan bawah (Davis-Rockey) atau insisi oblik (Mc Arthur-Mc Burney). Pada
diagnosis yang belum jelas dapat dilakukan insisi subumbilical pada garis
tengah
Laparaskopi apendektomi: teknik operasi dengan luka dan kemungkinan
infeksi lebih kecil.
3.7.5 Pasca pembedahan
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan
dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam posisi
flowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi
atau peritonitis umum, puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali normal. Secara
bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.7
3.8 Komplikasi
1. Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi.
Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut
menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh
perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.
2. Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas
pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.
Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik,
usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke
dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan
mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah,
Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang.
20
3. Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi
pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata.
Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda
peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses
meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu
tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas di
region iliaka kanan dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.
3.9 Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik.
Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi
infeksi pada 30% kasus apendix perforasi atau apendix gangrenosa.
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23