ABSTRAK
STRATEGI KOPING DALAM ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP RESPONS
PSIKOLOGIS PENDERITA HIV-AIDSDI POLI VCT RSUD
PROF DR SOEKANDAR MOJOSARI
OLEH:
LutfiWahyuni
Eka Nur So’emah
Pasien yang terinfeksi HIV-AIDS akan mengalami berbagai macam respon psikologis
yang mana dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh pasien. Pasien tidak bisa menerima
kenyataan bahwa dirinya yang saat ini mengalami penyakit yang mematikan ini. Sehingga
perawat diharapkan dapat memberikan strategi koping untuk mengembalikan kualitas hidup
pasien HIV-AIDS.Penelitian ini bertujuan mencari ada tidaknya pengaruh strategi koping
terhadap respon psikologis penderita HIV-AIDS di Poli VCT RSUD Prof Dr Soekandar
Mojosari.Desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pre Experimental, dengan populasi
dari pasien yang rawat jalan di Poli VCT RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari sebanyak 18
responden. Sampling pada penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling. Variable
Independen dalam penelitian ini adalah strategi koping dan variabel dependennya adalah
respon psikologis penderita HIV- AIDS. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner
dalam bentuk check list. Penelitian dilakukan di Poli VCT RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari
Kab Mojokerto pada bulan April-Juni 2014.Setelah didapatkan nilai dari masing-masing kriteria,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan ujiWilcoxon Signed Rank Testdengan nilai
signifikan = 0,05untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variable independent dan
variable dependen.Hasil yang ditunjukkan dari respon psikologis pasien yaitu terdapat adanya
pengaruh strategi koping terhadap respon psikologis pasien HIV/AIDS pada respon denial
(penolakan) (p = 0,002), terdapat adanya pengaruh strategi koping terhadap respon psikologis
pasien HIV/AIDS pada respon anger (p=0,009), terdapat adanya pengaruh strategi koping
terhadap respon psikologis pasien HIV/AIDS pada respon bargaining (p=0,000), tidak terdapat
adanya pengaruh strategi koping terhadap respon psikologis pasien HIV/AIDS pada respon
depresi (p=0,261), dan tidak terdapat adanya pengaruh strategi koping terhadap respon
psikologis pasien HIV/AIDS pada respon menerima (p = 0,812).
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 110
keluarga atau lingkungan agar dapat pada kulit dan bagian dendritik sel darah dan
mengurangi stres pada pasien HIV. kelenjar getah bening.Sel ini merupakan sel
Human Immuno Deficiency Virus adalah tambahan yang berguna untuk memulai
retrovirus yang mengadung RNA yang timbulnya respon kekebalan dari sel limfosit.
menyerang sel–sel yang mengandung limfosit– Sel ini tidak hanya bekerja sebagai gudang bagi
antigen CD4, makrofag, sel langerhans, virus itu namun fungsi tambahan dari sel itu
mikroglia dan sel lain mencakup sel pembunuh akan terganggu. Sebagai tambahan bagi CD4
alami, dan berkaitan dengan imunitas seluler. atau suatu molekul yang sangat mirip dengan
Terjadi penurunan progresif jumlah sel CD4 CD4 itu, diketahui ada di dalam otak, namun
pada darah tepi.Aktivitas sel B poliklonal sampai saat ini masih belum jelas sel otak yang
dengan hipergammaglobulinemia dan mana yang mengeluarkan bahan ini.Ada
kurangnya respon umum humoral, juga beberapa peristiwa yang meskipun jarang yang
merupakan gambaran penyakit ini. Dalam 10 menyatakan bahwa virus itu juga memasuki sel
tahun, 50% individu mengalami AIDS( Millan yang tidak mengeluarkan CD4.
& Scott,2001) Mekanisme Koping
Target utama dari virus ini adalah Menurut Lazarus (1984), koping
himpunan sel limfosit (T) yang dikeluarkan mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengatasi
oleh timus, yang dikenal sebagai sel T masalah penyebab stres dan mengatur respons
helper/inducer. Sel ini pada permukaannya emosi terhadap masalah tersebut.
membawa suatu molekul glikoprotein yang di Koping adalah proses
sebut CD4, yang tampak berikatan dengan pemecahan masalah yang dipergunakan untuk
selubung glikoprotein dari HIV itu. Kerusakan mengelola stress atau kejadian dimana manusia
pada CD4 yang berikatan dengan jumlah itu berada. Kemampuan koping dan adaptasi
limfosit.Ini paling sedikitnya merupakan terhadap stres merupakan faktor penentu yang
sebagian efek imnosupresif dari virus penting dalam kesejahteraan
itu.Namun, sekarang ini telah diketahui, bahwa manusia.Mekanisme koping adalah suatu upaya
CD4 ini juga timbul walaupun dengan densitas yang diarahkan pada pengelolaan stres.Cara
yang rendah, pada sel lainnya seperti juga sel yang diperoleh dari keturunan/didapati untuk
limfosit helper/inducer itu.Sebagian besar sel merespon terhadap lingkungan yang berubah,
monosit dan makrofag memang juga spesifik masalah atau situasi. Koping adalah
mengangkut CD4, seperti juga sel Langerhans proses atau cara untuk merespon tergadap
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 112
lingkungan (stimulus) untuk mencapai kondisi masalah yang tidak selesai, harapan yang tidak
adaptasi. Koping selalu mempunyai tujuan terpenuhi (misal:merasa bahwa segala
(purpsefull).Koping berhubungan dengan sesuatunya tidak benar. Marah, bermusuhan dan
perilaku atau keterampilan yang digunakan oleh perilaku yang beresiko tinggi biasanya terjadi).
individu untuk menyeseuaikan diri dengan 3) Tawar Menawar; Mencoba menunda hal-hal
kejadian dan lingkungan. Strategi koping yang yang tidak terelakkan (contoh: banyak berjanji,
adaptif yaitu berfokus pada masalah atau seringkali kepada Allah, berkaul). 4) Depresi;
pemecahan sumber stress meliputi upaya Bereaksi terhadap berbagai macam kehilangan,
mengubah lingkungan kerja misal dengan persiapan emosional untuk perpisahan
mengatasi masalah interpersonal/menciptakan (misal:pendiam, menarik diri, sedih, suasana
hubungan baru, mengubah rutinitas kerja hati muram, sering melamun, tidak berdaya,
maupun mengubah persepsi tentang tuntutan merasa bersalah, perubahan pada nafsu makan
kebutuhan dan kemampuan. dan/atau pola tidur merupakan ciri yang sering
Respons Psikologis Penderita HIV- timbul). 5) Penerimaan; Berusaha
AIDS; Seperti yang telah dikemukakan menyesuaikan diri terhadap kehilangan dan
sebelumnya dimana sebagian pasien menerima kematian, pergumulan berakhir, mencari
kabar bahwa dirinya positif HIV sebagai suatu damai.(contoh: kurang terlibat dengan
hukuman mati. Hal ini, disertai dengan kesedihan)
kehilangan lain yang menyulut respons
psikologis dan tidak jarang beberapa pasien MODEL PENELITIAN
akan menjalani sebagian atau seluruh respon Jenis penelitian ini merupakan
psikologis yang dikemukakan oleh Dr. penelitian “ Pra Experimental dengan desain
Elisabeth Kubler-Ross. Respons Psikologis ini One Group Pre post test desain ”. Populasi
yaitu : 1) Penolakan; Merupakan tahapan yang pada penelitian ini adalahseluruh
memberikan waktu pada pasien untuk penderitaHIV-AIDS rawat jalan di poli VCT
memproses informasi dan mengaktifkan RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari Kab
pertahanannya (misal:pasien yang tidak Mojokerto. Sampel pada penelitian ini adalah
mempercayai diagnosa akan bertanya pendapat sebagian penderita HIV-AIDS rawat di poli
banyak dokter lain, tidak mau menceritakan VCT RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari Kab
gejala yang dialaminya, tetap menunjukkan Mojokerto. Sesuai kriteria penelitian. Sampling
perilaku rutinnya. 2) Marah; Bereaksi terhadap dalam penelitian ini menggunkan teknik
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 113
kenyataannya pasien ada yang masih merasakan lama. Strategi koping yang sesuai adalah
adanya penolakan dari dalam dirinya terlebih dengan menceritakan apa yang masih menjadi
dengan hasil pemeriksaannya. Hal ini masalah pasien saat ini.
ditunjukkan dengan jawaban pasien seperti,
pada fase pre denial “ Kupikir mungkin ada 2. Respon Anger
kesalahan dalam pemeriksaan. Masa sih aku Dari analisis data diatas terdapat adanya
yang kena, aku pakenya gak dengan teman pengaruh strategi koping terhadap respon
yang kena AIDS kog !“ dan ternyata pada fase psikologis pasien HIV/AIDS pada respon
post Denial “ Aku masih gak percaya dengan anger.Walaupun hasil yang didapatkan sudah
hasilnya. Lha wong aku memang ada sakit signifikan tapi pada kenyataannya pasien ada
livernya! Tapi aku terima-terima aja, mau yang masih merasakan adanya kemarahan dari
diapakan lagi?” dalam dirinya terlebih dengan hasil
Menurut Folkman dan Lazarus pemeriksaannya. Hal ini ditunjukkan dengan
mengatakan Penderita AIDS sangat mudah jawaban pasien seperti, “ Jangan sampe ada
merasa bersalah dan menerima penolakan dari yang tahu dengan sakit saya. Coba kalo orang
sekitarnya. Hal ini disebabkan karena anggapan tuaku gak cerai!”. “ Suster aku minta tolong
bahwa tingkah laku mereka, terutama tingkah rahasiakan sakitku ini sama sepupuku. Bilang
laku seksual, dapat membahayakan orang lain. aja aku sakitnya sariawan. Aku gak mau
Emosi yang berkaitan dengan menularkan sepupuku shock.”.“Aku takut karena sakitku ini
kuman berbahaya dapat membuat pasien orang-orang menjauhi aku terus aku
merasa seperti dibuang. Diskriminasi timbul dikeluarkan dari pekerjaanku.Apalagi aku
dalam masalah perumahan, pekerjaan, masih baru ditempatku bekerja ini.Jadi tolong
kesehatan, dan bantuan masyarakat, akibat rasa kalau mau menghubungi aku lewat HP saja
takut akan tertular dan prejudis. Ketakutan yang jangan telepon rumah.”
irasional dan respon yang negatif dari Menurut Hunt seorang pasien menjadi
masyarakat merupakan masalah yang setiap marah dan frustasi dapat disebabkan karena
hari secara terus menerus harus dihadapi pasien, tidak sanggup menanggulangi virus, terhadap
keluarga, dan kelompok yang mendukung. kesehatan involunter/pembatasan pola hidup
Oleh karena itu untuk memunculkan yang baru merasa “terperangkap” dan masa
kembali pikiran yang positif pada pasien depan tak menentu.Menurut Kubler dan Ross
HIV/AIDS membutuhkan waktu yang cukup (1991) marah bereaksi terhadap masalah yang
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 115
tidak selesai, harapan yang tidak terpenuhi menerus dialami seringkali menimbulkan
(misal:merasa bahwa segala sesuatunya tidak pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir
benar. Marah, bermusuhan dan perilaku yang dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya
beresiko tinggi biasanya terjadi). terletak pada kelemahan diri.Kegagalan
Menurut peneliti adanya pengaruh strategi membuat orang merasa dirinya tidak berguna,
koping terhadap respon psikologis penderita dan dapat membuat seorang pasien bertanya-
HIV/AIDS sangat memerlukan informasi tanya dalam dirinya tentang ketepatan
terkait dengan penyakit, penularan, perawatan pengobatannya ini.Terlebih apabila kegagalan
dan tentang pengobatan.Hal tersebut diperjelas dalam pengobatan terjadi biasanya pasien
dengan menilai hasil adri focus group berpikir untuk melakukan pengobatan di luar
discussion yang dilaksanakan pada akhir seperti pada pengobatan alternatif.
pertemuan dengan penderita yaitu pada tanggal Oleh karena itu informasi yang tepat
26 Januari 2005 yang dihadiri oleh 13 pasien dapat mengatasi perasaan tawar menawar
HIV-AIDS. tentang perawatan pasien.Informasi ini
disampaikan membutuhkan waktu yang cukup
3. Respon bargaining lama, hanya saja waktu yang diberikan pada
Dari analisis data diatas terdapat adanya peneliti sangat terbatas sehingga dalam
pengaruh strategi koping terhadap respon pemantauan reaksi dari respon pasien masih
psikologis pasien HIV/AIDS pada respon belum sempurna.
bargaining.Walaupun hasil yang didapatkan
sudah signifikan tapi pada kenyataannya pasien 4. Respon depresi
ada yang masih merasakan adanya kondisi yang Dari analisis data diatas tidak terdapat
tawar menawar dari dalam dirinya terlebih adanya pengaruh strategi koping terhadap
dengan hasil pemeriksaannya. Hal ini respon psikologis pasien HIV/AIDS pada
ditunjukkan dengan jawaban pasien seperti, “ respon depresi.Hasil yang didapatkan tidak
Kalo aku sembuh, aku gak mau ‘pake ‘ yang signifikan tapi pada kenyataannya pasien ada
gitu lagi. Tapi apa aku masih bisa sembuh ? yang masih merasakan adanya kondisi yang
Obatnya apa aku bisa beli diluar ?Gimana kalo tertekan dari dalam dirinya terlebih dengan
aku ke pengobatan alternatif saja “. hasil pemeriksaannya. Hal ini ditunjukkan
Menurut William dan Rawlin dengan jawaban pasien seperti, “ Aku takut aku
menyatakan bahwa kegagalan yang terus
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 116
cepat mati. Apalagi kalo pas aku udah gak signifikan yang mana pada kenyataannya pasien
punya uang untuk beli obatnya.”. ada yang masih belum menerima adanya
Menurut Folkman dan Lazarus pasien kondisi yang tertekan dari dalam dirinya
yang terus menerus depresi disebabkan karena terlebih dengan hasil pemeriksaannya. Hal ini
pasien tersebut mengalami kemunduran fisik ditunjukkan dengan jawaban pasien seperti, “
yang tak tekendali, tak hadir dalam perawatan Aku gak tau apa mungkin ini salah satu cobaan
dalam pengaturan hidup virus selanjutnya, Tuhan buat aku ?”.
melebihi batas antara sehat sakit, dan Menurut Folkman dan Lazarus seorang
kemungkinan penolakan sosial, dalam pasien menerima keadaanya karena dipengaruhi
pekerjaan, emosional dan seksual., pula oleh rasa bersalah terhadap “pelanggaran”
menyalahkan diri sendiri dan menganggap yang telah lewat sehingga penyakit ini
dirinya berada dibarisan pertama yang mudah dianggapnya sebagai suatu hukuman, terhadap
terinfeksi. kemungkinan penyebaran infeksi ke orang
Oleh karena itu untuk membebaskan lainnya dan terhadap kelakuan sebagai
pasien dari perasaan tertekan memerlukan homoseks atau pemakaian obat – obatan.
cukup waktu untuk terus memberikan Hasil analisis data di atas mendukung
dorongan. Oleh karena itu menurut peneliti hasil uji statistik yang menunjukkan mengapa
keterlibatan perawat selama proses pengobatan masih ada responden yang tidak mengalami
dan perawatan sangat membantu. Dorongan perubahan respon menerima.Hal itu disebabkan
dari perawat akan sangat membantu paien karena adanya keterbatasan waktu dalam
dalam meningkatkan kualitas hidup terkait penelitian, sehingga waktu untuk dilakukannya
dengan menurunnya stres yang dialami pasien. konseling terbatas. Dengan pemberian
sehingga progresivitas penyakit HIV menjadi konseling yang terus menerus dan berkelanjutan
AIDS dapat diperlambat dan umur harapan diharapkan pasien akan sampai pada respon
hidup pasien lebih panjang. menerima.
5. Respon Menerima
Dari analisis data diatas tidak terdapat
adanya pengaruh strategi koping terhadap
respon psikologis pasien HIV/AIDS pada
respon menerima.Hasil yang didapatkan tidak
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 117
Sarlito,WS. (1995). Teori – Teori Psikologi Sugeng. (2002). Strategi Koping Perawat ICU
Sosial.PT. Raja Grafindo Persada. Dalam Menghadapi Stress Kerja Di ICU
Jakarta. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. PSIK FK
UNAIR angkatan II. Surabaya. (Skripsi)
Shelley E. Taylor. (1995). Health
Psychology.McGraw - Hill International. Dedi H. Purwadi. (2002). Bertemu Empat
Los Angeles. Pengidap HIV ( 2 habis ).
JURNAL KEPERAWATAN BINA SEHAT VOLUME 10 NOMOR 2, Juli – Desember 2014 119
www.indonesia.com/bernas/022002/15/U
TAMA/15uta3.htm
Dinas Informasi dan Komunikasi.(2004). Info
Penting JATIM TERBESAR
KETIGAJUMLAH PENDERITA HIV /
AIDS.www.yahoo.com/aids.htm/