Etika 2
Etika 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno ethos yang berarti
kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dalam bahasa inggris ethical berarti
ahlak ,atau tata susila,nilai moral, sedangkan ethical (inggris) bararti
etis,pantas layak,beradab,susila. (Echols,dan hassan.,2008;Castro,et
al,2002). Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat kebiasaan.
Jadi etika adalah suatu teori mengenai perbuatan manusia
ditimbang atau dinilai baik buruknya itulah sebabnya sering kali orang
yang bertingkah laku tidak sopan atau tidak baik dikatakan tidak etis.
Etika adalah suatu ilmu atau teori yang mempelajari tentang
tingkah laku manusia dinilai dari segi baik buruknya.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,2009) etika
mengandung arti:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Bertens merumuskan arti kata ettika sebagai berikut:
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya,arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai
bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral.yang dimaksud disini adalah
kode etik.
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik dan apa buruk.
Faktor-faktor yang melandasi etika adalah:
a. Nilai-nilai atau value.
1
b. Norma
c. Sosial budaya,dibangun oleh kontruksi sosial dan dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Religius:
1) Agama mempunyai hubungan erat dengan moral
2) Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
3) Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling
penting
4) Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangaan bagi
perilaku para anggotanya.
e. Kebijakan atau policy maker,siapa stake holders nya dan bagaimana
kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika maupun
kode etik.
Etika juga diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia yang berkaitan dengan moralitas. Etika
merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral.
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno ethos yang berarti
kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dalam bahasa inggris ethical berarti
ahlak ,atau tata susila,nilai moral, sedangkan ethical (inggris) bararti
etis,pantas layak,beradab,susila. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai
arti adat kebiasaan.
Etika merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci
utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun,
rasa hormat terhadap keberadaan orang lain dan memenuhi tata krama
yang berlaku pada lingkungan tempat kita berada.
2
Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika
sebagai pedoman hidup dan kebiasaan yang baik untuk dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fakta tersebut,
menguatkan anggapan bahwa masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang berbudaya dan memiliki etika luhur dalam kehidupan
bersosial dan berbudaya. Maka dari itu, pemahaman akan etika dalam
kehidupan dan bermasyarakat sangat penting untuk dalam
mengiplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika saat berbicara ?
2. Bagaimana etika saat berkenalan ?
3. Bagaimana etika saat menelpon ?
4. Bagaimana etika saat bertamu ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui etika saat berbicara.
2. Untuk mengetahui etika saat berkenalan
3. Untuk mengetahui etika saat menelpon.
4. Untuk mengetahui etika saat bertamu.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Berbicara
Bicara itu bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan
seluruh tubuh kita kecuali kalau kita berbicara melalui telepon. Ketika
berbicara usahakan seluruh gerak tubuh kita mengarah ke lawan bicara
sehingga kita tahu bagaimana reaksi lawan bicara ketika membalas apa
yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke tempat lain, kita tahu
apakah lawan bicara tulus dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan
bicara bilang setuju tetapi mimik wajahnya dan kita tahu karena
pandangan kita tidak tertuju kepadanya.
4
marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus
menampakan wajah yang bersahabat dan sungguh-sungguh.
5
persoalan baru yang tidak selesai-selesai. Tentunya ini akan merugikan
diri kita sendiri.
6
Sebagai pegawai kantor, sebaiknya kita berbicara dengan kalimat
yang jelas dan intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga
tidak terlalu rendah. Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi
dengan baik.
Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak
mungkin sanggup berteriak selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita
bicarakan sebaiknya dapat kita nikmati jangan malah menjadi beban.
7
Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak
penting anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah orang
lain mengerti terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain
menganggap diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka.
B. Etika Bertamu
8
Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu memilih waktu yang
tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa
menimbulkan perasaan yang kurang enak bagi tuan rumah bahkan
terkadang mengganggunya. Dikatakan oleh sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu,
Rumah itu seperti penutup aurat bagi segala sesuatu yang ada di
dalamnya sebagaimana pakaian sebagai penutup aurat bagi tubuh. Jika
seorang tamu meminta izin terlebih dahulu kepada penghuni rumah, maka
ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk mempersiapkan kondisi di
dalam rumahnya. Di antara mudharat yang timbul jika seseorang tidak
minta izin kepada penghuni rumah adalah bahwa hal itu akan
menimbulkan kecurigaan dari tuan rumah, bahkan bisa-bisa dia dituduh
9
sebagai pencuri, perampok, atau yang semisalnya, karena masuk rumah
orang lain secara diam-diam merupakan tanda kejelekan. Oleh karena itu,
Allah subhanahu wa ta’ala melarang kaum mukminin untuk memasuki
rumah orang lain tanpa seizin penghuninya. (Lihat Taisirul Karimir
Rahman)
a. Mengucapkan salam
10
b. Meminta izin sebanyak tiga kali
11
membayar diyat (harta tebusan) ataupun qishash (hukuman balas) terhadap
apa yang dia lakukan terhadap orang tersebut.
3. Mengenalkan diri
12
Nabi pernah marah kepada salah seorang sahabatnya ketika kurang
memperhatikan adab dan tata cara yang telah beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bimbingkan ini. Sebagaimana dikisahkan oleh Jabir radhiyallahu
‘anhu,
4. Menyebutkan Keperluannya
13
orang lainnya. Maka dia pun mengundang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersama empat orang lainnya. Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam datang bersama 4 orang lainnya, ternyata ada seorang
lagi yang mengikuti mereka, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Anda mengundang kami berlima, dan orang ini
telah mengikuti kami, jika Anda berkenan Anda dapat mengizinkannya
dan jika tidak, Anda dapat menolaknya.” Maka Abu Syu’aib berkata, “Ya,
saya mengizinkannya.” (HR. al-Bukhari no. 5118 dan Muslim no. 2036)
“Jamuan tamu itu tiga hari dan perjamuannya (yang wajib) satu
hari satu malam. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat
saudaranya hingga menyebabkan saudaranya itu terjatuh dalam perbuatan
dosa. Para sahabat bertanya, “Bagaimana dia bisa menyebabkan
saudaranya terjatuh dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab, “Dia
tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki
sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim no. 48 dan Abu
Dawud no. 3748 dari sahabat Abu Syuraih al-Khuza’i radhiyallahu ‘anhu)
14
utama. Adapun jika lebih dari itu maka sebagai sedekah. Maka dari itu,
bagi tamu yang menginap kalau sudah lewat dari tiga hari hendaknya
meminta izin kepada tuan rumah. Kalau tuan rumah mengizinkan atau
menahan dirinya maka si tamu tetap tinggal, dan jika sebaliknya maka
wajib bagi si tamu untuk pergi. Karena keberadaan si tamu yang lebih dari
tiga hari itu bisa mengakibatkan tuan rumah terjatuh dalam perbuatan
ghibah, atau berniat untuk menyakitinya atau berburuk sangka. (Lihat
Syarh Shahih Muslim)
“Ya Allah berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah
Engkau berikan rizki kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah
mereka.” (HR. Muslim no. 2042 dari sahabat Abdullah bin Busr
radhiyallahu ‘anhu)
C. Etika menelpon
Berikut beberapa etika saat menelpon :
1. Katakan “Halo!”dan apabila kita seorang Muslim hendaknya terlebih
dahulu mengatakan kalimat Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Mengatakan “Halo!” dan salam untuk kaum muslim adalah
sebuah kewajiban dan etika dalam mengawali pembicaraan dalam telepon.
Jangan patahkan etika yang satu ini.
15
2. Jangan menanyakan “Siapa ini?” pada penerima telepon
Anda yang menelepon, maka Anda pula yang harus mengatakan
siapa Anda dan dengan siapa Anda ingin berbicara. Jangan malah
melakukan hal sebaliknya.
D. Etika berkenalan
1. Ucapkan salam.
2. Bersikap ramah.
16
4. Jangan sekali-kali memberikan identitas yang tidak sebenarnya (nama,
alamat & jabatan palsu.
11. Jangan bersikap acuh tak acuh, cemburut, dan sedih hati saat berkenalan.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno ethos yang berarti
kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dalam bahasa inggris ethical berarti
ahlak ,atau tata susila,nilai moral, sedangkan ethical (inggris) bararti
etis,pantas layak,beradab,susila. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai
arti adat kebiasaan.
Etika merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci
utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun,
rasa hormat terhadap keberadaan orang lain dan memenuhi tata krama
yang berlaku pada lingkungan tempat kita berada.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/02/etika-berbicara-yang-baik-dan-
benar.html 2
www.academia.edu
https://www.dictio.id/bagaimana-etika-berbicara-yang -baik/107463
https://isfah7.wordpress.com/2015/09/7-etika-bertamu/
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2881006/ternyata-ini-etika-saat-
sedang-menelpon-seseorang
19