Anda di halaman 1dari 3

TEORI GOOD CLINICAL GOVERNANCE

1. Pengertian Good Clinical Governance


Clinical governance atau tata kelola klinis merupakan upaya perbaikan
mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Tata kelola klinis adalah suatu sistem yang
menjamin organisasi pemberi pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk terus
menerus melakukan perbaikan mutu pelayanannya dan menjamin memberikan
pelayanan dengan standar yang tinggi dengan menciptakan lingkungan di mana
pelayanan prima akan berkembang (Scally & Donaldson, 1998). Tata kelola klinis
dalam sejarahnya merupakan salah satu perwujudan dari aspek mutu yang
dideskripsikan WHO sebagaimanajemen profesional, efisiensi sumber daya,
manajemen risiko dan kepuasan pasien (Swage, 2000).
Unsur-unsur tata kelola klinis terdiri dari 7 pilar yaitu (Trivedi et al.,
2008):
1. Pelibatan pasien dan masyarakat
Pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan menyangkut pelayanan dan
pengobatan mereka. Beberapa metode dalam pelibatan pasien meliputi survey
kepuasan pasien, workshop dan konferensi, konsultasi dengan grup pasien,
studi kasus.
2. Audit klinik
Audit klinik adalah mengukur apa yang dikerjakan dibandingkan dengan
standar yang seharusnya dijalankan dan kemudian melakukan perbaikan.
Audit klinik merupakan bagian yang penting dari tiap pelayanan kesehatan
yang professional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Prinsip penting dalam audit klinik meliputi identifikasi dan definisi obyek,
membuat standar atau tujuan, menilai dan mengukur mutu, identifikasi
perubahan yang diperlukan, implementasi perubahan, monitoring efek
perubahan. Tujuan utama dari audit adalah untuk efek positif pada mutu
pelayanan dan efektifitas pelayanan pada pasien.
3. Efektifitas klinik
Konsep efektifitas klinik adalah perlakuan dalam pelayanan kesehatan harus
didasarkan pada efektifitas klinis dan efektifitas biaya, didukung oleh bukti
penelitian yang baik. Efektifitas klinis menjamin bahwa pelayanan yang

1
diberikan kepada pasien didasarkan pada bukti dan akan memberikan hasil
yang positif.
4. Manajemen risiko klinik
Manajemen risiko klinis meliputi penilaian, analisa dan manajemen risiko di
penataan klinis. Manajemen risiko klinik mempunyai tiga komponen utama
yaitu identifikasi risiko, analisa risiko dan pengawasan risiko. Belajar dari
kesalahan adalah kunci dari perbaikan proses. Pendekatan sistemik
manajemen risiko meliputi pelaporan kejadian tidak diharapkan, analisa
kejadian, audit kejadian, analisa akar penyebab.
5. Staffing dan manajemen staf
Meliputi rekrutmen, manajemen dan pengembangan staf. Penataan tenaga
kerja haruslah menempatkan orang yang benar pada tempat yang benar dan
pada waktu yang benar. Keputusan pengelolaan sumber daya manusia
didasarkan pada kompetensi. Rencana strategic dan sumber daya keuangan.
Manajemen yang baik dalam penataan tenaga kerja meliputi: skill-mix review,
rekrutmen dan penghentian, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier,
pendidikan dan profesi berkelanjutan.
Meliputi rekrutmen, manajemen dan pengembangan staf. Penataan tenaga
kerja haruslah menempatkan orang yang benar pada tempat yang benar dan
pada waktu yang benar. Keputusan pengelolaan sumber daya manusia
didasarkan pada kompetensi. Rencana strategic dan sumber daya keuangan.
Manajemen yang baik dalam penataan tenaga kerja meliputi: skill-mix review,
rekrutmen dan penghentian, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier,
pendidikan dan profesi berkelanjutan.
6. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan
Organisasi harus mempunyaistruktur untuk pendidikan dan pelatihan bagi
semua staf, baik klinis maupun nonklinis. Ada tiga tingkatan untuk
pendidikan dan pelatihan dalam tat kelola klinis : tingkat organisasi, tingkat
direktorat atau tim, dan tingkat individu.

2
7. Penggunaan informasi dan manajemen pengetahuan
Pilar-pilar tersebut didirikan di atas 5 landasan yaitu: sistem kesadaran
(system awareness), kepemimpinan, kepemilikan, kerja tim dan komunikasi.
Untuk menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit memerlukan kerja sama antara klinisi dan manajer. Keduanya
bertanggung jawab atas kualitas pelayanan klinik (Connor dan Paton, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Astriana. (2014) Clinical Governance.


http://astrianarustam21.blogspot.com/2014/01/clinical-governance.html. (Diakses
4 April 2019)

Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

http://www.bphn.go.id/data/documents/09uu044.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66895/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai