Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga makalah yang berjudul “Interaksi
dan Efek Samping Obat Aspirin” dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
sangat membangun sangat kami harapkan sebagai bahan perbandingan untuk
pembuatan makalah selanjutnya.

Samarinda, 13 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
I.2 Tinjauan pustaka ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
II.1 Interaksi aspirin dengan obat herbal ...................................................... 4
II.2 Interaksi aspirin dengan makanan dan minuman .................................. 4
II.3 Interaksi aspirin dengan obat lain ........................................................... 5
BAB III ................................................................................................................... 7
PENUTUP .............................................................................................................. 7
III.1 Kesimpulan ................................................................................................ 7
III.2 Saran .......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan
resep, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama
dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek
kerja obat kedua. Interaksi obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi
obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan tingkat
kerusakan-kerusakan pada pasien, dengan demikian jumlah dan tingkat
keparahan kasus terjadinya interaksi obat dapat dikurangi penting untuk
mengetahui bagaimana interaksi obat yang benar.
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki
peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang
berkhasiat anti piretik dan analgesik. Aspirin atau asetosal atau asam
asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari
simplisia tumbuhan Coretx salicis.

1.2 Tinjauan Pustaka


Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan bila dua
obat atau lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan. Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang dapat
memepengaruhi outcome terapi pasien (Yasin et al., 2005).
Secara umum terdapat dua interaksi obat :
a. Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk
menghasilkan efek farmakologisnya
b. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara
obat yang memiliki efek farmakologis, anatagonis atau efek samping
yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetesi pada
reseptor dan obat yangbekerja pada sistem fisiologis yang sama
(BNF 58, 2009)
Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
(OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi
yang bekerja secara perifer. Pada terapi ringan, OAINS digunakan untuk
menekan rasa sakit waktu menstruasi dan demam. Dalam pemilihan
terapi, OAINS di golongkan menjadi obat dengan potensi ringan, sedang
dan berat, dimana pemilihan obat berdasarkan potensinya harus
disesuaikan dengan tingkat nyeri yang ditimbulkan (Rang HP, 2003)

Indikasi
Aspirin digunakan sebagai obat analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi yang sangat luas digunakan (Blann, 2003).

Kontraindikasi
Pemberian aspirin dibagi menjadi dua yaitu absolut pada kondisi
ulkus gastrointestinal yang aktif, hipersensitivitas dan trombositopenia.
Sedangkan yang relatif yaitu adanya riwayat ulkus atau dispepsia, penyakit
dengan perdarahan dan pemberian warfarin (Blann, 2003).

Farmakokinetik
Asam salisilat adalah asam organik sederhana dengan pKa 3,0.
Aspirin (asam asetilsalisilat: ASA) mempunyai pKa 3,5. Natrium salisilat dan
aspirin sama-sama efektif sebagai obat anti-inflamasi, meskipun aspirin
mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salisilat cepat diabsorpsi dari
lambung dan usus halus bagian atas, menghasilkan kadar puncak dalam
plasma dalam waktu 1-2 jam. Aspirin diabsorpsi begitu saja dan cepat

2
dihidrolisis (waktu-paruh serum 15 menit) menjadi aam asetat dan salisilat
oleh esterase dalam jaringan dan darah. Di luar kandungan dalam tubuh total
sebesar 600 mg, peningkatan dosis salisilat meningkatkan konsentrasi
salisilat secara tidak proporsional. Seiring meningkatnya dosis aspirin,
waktu-paruh eliminasi salisilat meningkat dari 3-5 jam (untuk dosis 600
mg/hari) menjadi 12-16 jam (dosis >3,6g/hari). Alkalinasi urine meningkat
laju ekskresi salisilat bebas dan konjugatnya yang larut dalam air (Khatzung,
2007).

Farmakodinamik
Aspirin secara ireversibel menghambat COX dan menghambat
agrerasi trombosit, sementara salisilat nonterasetilasi tidak. Efek antipiretik
aspirin mungkin diperantarai baik oleh inhibasi COX di susunan saraf pusat
maupun oleh inhibisi interleukin-1 (yang dilepaskan dari makrofag selama
episode inflamasi). Aspirin secara ireversibel menghamabat COX trombosit
sehingga efek antitrombosit aspirin bertahan selama 8-10 hari (sesuai masa
hidup trombosit) (Khatzung, 2007).

3
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Interaksi aspirin dengan obat herbal


1. Penggunaan Ginkgo biloba (Ginkoba) bersamaan dengan aspirin
mampu meningkatkan pendarahan okular (Melanie, 1999).
2. Ginseng dapat menghambat jalur agregasi trombosit yang dapat
memberikan interaksi farmakodinamik dengan aspirin (Jia, 2018)
3. Policosanol memiliki efek antiplatelet yang jika digunakan
bersamaan dengan aspirin memberikan efek aditif yaitu dapat
meningkatkan kerja antiplatelet. Penggunaan bersamaan dari dua obat
antiplatelet konvensional tidak umum, dan penggunaan bersamaan
dari kebutuhan policosanol dan aspirin tidak bisa dihindari. Namun,
karena agregasi platelet berkurang secara signifikan, dan peristiwa
pendarahan dialami, hati-hati mungkin dibenarkan ketika mengambil
suplemen policosanol dengan aspirin atau obat antiplatelet lainnya
(Elizabeth, 2009)

II.2 Interaksi aspirin dengan makanan dan minuman


Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsi aspirin,
pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi
meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat
bentuk aktif dapat terikat dengan protein plasma.
1. Makanan dan minuman yang mengandung kafein meningkatkan
bioavailabilitas, tingkat penyerapan dan kadar aspirin dalam plasma.
kafein sitrat 120 mg diberikan dengan dosis aspirin 650 mg tunggal
meningkatkan AUC aspirin sebesar 36%, meningkatkan kadar
plasma maksimumnya hingga 15% dan meningkatkan laju plasma
penyerapan oleh 30%

4
2. Capsicum atau cabai merah memiliki potensi untuk mengurangi
penyerapan aspirin. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
aspirin oral 20 mg / kg menemukan bahwa akut administrasi ekstrak
standar Capsicum annuum 100 mg / kg (setara dengan 10 mg / kg
capsaicin) mengurangi AUC dan kadar serum salisilat maksimum
sebanyak 44% dan 26%, masing-masing. (Elizabeth, 2009)

II.3 Interaksi aspirin dengan obat lain


1. Warfarin dan Aspirin
Kombinasi ini dapat meningkatkan resiko pendarahan karena
mempunyai efek pada fungsi platelet.
2. Asam mefenamat dan Aspirin
Interaksi kedua obat ini dapat menyebabkan efek
kardioprotektif dari aspirin dapat berkurang.Agen ini juga dapat
menyebabkan iritasi lambung.Penggunaan analgesik yang tidak
mempengaruhi efek antiplatelet seperti asetaminofen perlu
dipertimbangkan. Pada pasien yang menerima ibuprofen dan aspirin,
pemberian ibuprofen sedikitnya 8 jam sebelum atau 30 menit setelah
aspirin dilepas segera. Pemberian ibuprofen sedikitnya 1 jam setelah
pemberian aspirin untuk aksi kardioprotektif.
3. Kaptopril dan Aspirin
Secara teoritis, aspirin adalah obat antiplatelet atau obat yang
mencegah penggumpalan darah dan kaptopril adalah obat yang
disebut angiotensin-converting enzyme (ACE inhibitor), yang bekerja
dengan cara mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh
darah. Interaksi ini terjadi karena adanya penghambatan pada sintesis
prostaglandin yang menyebabkan efek hipotensif dari kaptopril
berkurang. Penggunaan kedua obat ini juga diperlukan monitoring
apabila pasien mengalami penyakit lain seperti penyakit ginjal dimana
obat ini dapat memperburuk penyakit ginjal yang telah ada
sebelumnya yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum dan

5
kreatinin, sehingga diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan
resiko tersebut misalnya pemantauan fungsi ginjal pasien secara
berkala atau bahkan penghentian obat pada pasien jika terjadi
penurunan fungsi ginjal yang signifikan.
4. Spironolakton dengan Aspirin
Interaksi terjadi pada proses ekskresi, dimana aspirin
menurunkan sekresi natrium, sehingga natrium dalam darah
meningkat, akibatnya efek spironolakton menurun, tetapi aspirin
dalam dosis kecil tidak mempengaruhi. Aspirin juga menghambat
sekresi aktif canrenone (metabolit aktif spironolakton), sehingga efek
metabolit spironolakton meningkat untuk pemberian dosis berikutnya.
(Kurniajaturiatama, 2003)

6
7
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian
obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat herbal dan senyawa
kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih
obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat secara klinis penting bila
berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat.

III.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang dapat di
pertanggung jawabkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

British National Formulary. 2009. 58th ed., BMJ Group and RPS Publishing,
London.

Fajriansyah, hadijah Tahir, Almi Kombong. 2016. Kajian Drug Relation Problem
(Drps) Kategori Interaksi Obat, Over Dosis Dan Dosis Subterapi Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rsup Universitas Hasanuddin. Akademi
Farmasi Kebangsaan Makassar,RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar,Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.

Jia, Wei., et al.2018. Traditional Chinese medicine: herb-drug interactions with


aspirin. Singapore Med J 2018; 59(5): 230-239

Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw
Hill.

Kurniajaturiatama, Andi., 2013. Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Ruang


Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September-November 2012.
SKRIPSI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.

Rang H.P., Dale M.M., Ritter J.M. and Moore P.K. 2015. The Text Book Of
Pharmacology 8 Th Ed, Elsevier Churchill Livingstone publications. New
Delhi.

Yasin, N.M., Herlina, T.W., dan Endah, K. D. (2005). Kajian Interaksi Obat pada
Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif di RSUP DR.Sardjito Yogyakarta
Tahun 2005. Jurnal Farmasi Indonesia. 4: 15-22.

Williamson, E., Driver, S., Baxter, K. 2009. Stockley’s Herbal Medicines


Interactions. Pharmaceutical Press, USA. P:30-32.

9
Wells, B. G., J. T. Dipiro, T. L. Schwinghammer, & C. V. Dipiro. 2009.
Pharmacotherapy Handbook, 7th Ed, The McGraw-Hill Companies :
United States

10

Anda mungkin juga menyukai