BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefenisikan sebagai berikut : Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.(Slameto, 2003)
Sama halnya dengan pendapat Cronbach yang menyatakan bahwa “ belajar
adalah Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
Artinya belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. “(Sadirman, 2008).
Sedangkan Djamarah berpendapat “belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor”. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.(Sadirman, 2008).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
pengaruh yang lebih relatif permanen pada perubahan individu dan tindakan siswa
yang kompleks atas perubahan tingkah laku baru, pengetahuan, keterampilan
berpikir, yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi lingkungan yang tidak
termasuk kematangan, petumbuhan, atau insting.
Adapun tujuan belajar ditinjau secara umum yaitu (Sadirman, 2008) :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan, pemilikan pengetahuan dan kemampuan
berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat
9
belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan. Sebagai contoh seseorang itu
sedang belajar sambil membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca
menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju
buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik
dengan mental. Kalau sudah demikian maka belajar itu tidak akan optimal. Begitu
juga sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya juga kurang bermanfaat.
Dengan demikian, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik yang bersifat
fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan
aktivitas belajar yang optimal.(Sadirman, 2011).
Menurut Sanjaya (2010), aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan gerak fisik dan mental sekaligus. Sehubungan dengan hal ini, Piaget
menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa
perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir
sendiri harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa
untuk belajar. Aktivitas belajar siswa yang dinilai selama proses belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah sebagai
berikut :
Table 2.1 Aktivitas belajar siswa (Arends, 2008)
No Aspek Aktivitas Model Indikator Aktivitas Model Group
Group Investigation Investigation
1. Menentukan Topik 1. Memperhatikan permasalahan yang
disajikan
2. Menjawab pertanyaan yang diberikan
3. Mengajukan subtopic yang akan
diselidiki
2. Merencanakan 1. Merencanakan prosedur pembelajaran
Kooperatif dalam kelompoknya.
2. Merencanakan pembagian tugas
kelompok
3. Merencanakan tujuan dari topik yang
dipilih
3. Implementasi/melakukan 1. Berkontribusi untuk usaha-usaha yang
eksperimen dilakukan dalam percobaan kelompok
2. Menggunakan alat dan bahan dengan
benar
11
dari hal yang rendah sampai yang paling tinggi. Aspek kognitif dalam taksonomi
Bloom Anderson yang telah direvisi adalah menghapal (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan social. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif
sebagai hasil belajar, yaitu Receiving atau sikap menerima, Responding atau
memberikan respon, Valuing atau nilai, Organization atau organisasi dan
Characterization atau karakterisasi.
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, kemampuan di bidang fisik
gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive.
Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat proses
belajar-mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian setelah
pengajaran diberikan dalam praktek kehidupannya di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris
sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti
bagi kehidupan siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi perilakunya.
Untuk mengetahui hasil belajar, maka perlu dilakukan evaluasi hasil
belajar. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Evaluasi hasil belajar yang
berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan
proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
(Syah, 2012).
untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya dan membantu tiap
kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam
kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.
Model pembelajaran Group Investigation terdiri dari beberapa hal seperti
sintaks, sistem sosial, prinsip rekasi, sistem pendukung, efek instruksional dan
efek pengiring. Sintaks model pembelajaran Group Investigation terdiri dari : 1)
menghadapi situasi yang membingungkan baik direncanakan maupun tidak
direncanakan, 2) memberikan berbagai macam reaksi atas situasi tersebut, 3)
melakukan penelitian yaitu merumuskan studi dari situasi dan
mengorganisasikannya mejadi masalah, pengertian, peran, dan lainnya, 4)
pembelajaran mandiri dan kelompok, 5) menganalisis progress dan proses, 6)
mengulang aktivitas tersebut. Sistem sosial yang berlaku adalah demokratis,
peserta didik diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat dalam diskusi.
Prinsip reaksi dilakukan oleh pendidik dimana mereka mempunyai peran penting
yaitu membimbing dan mencerminkan pengalaman kelompok dalam tiga tahap
yaitu tahap pemecahan masalah, tahap pengelolaan kelas dan tahap pemaknaan
secara perorangan. Sistem pendukung merupakan suasana kelas atau sarana dan
prasarana yang memfasilitasi pembelajaran seperti keaktifan dan motivasi peserta
didik dalam melakukan penyelidikan, sumber belajar, dan infrastruktur dengan
multimedia.
2.1.7.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Sintaks atau langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation, menurut Slavin yaitu :
1. Tahap pertama, secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru
mempresentasikan serangkaian permasalahan atau isu, dan para siswa
mengidentifikasikann dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari,
berdasarkan pada keterkaitan dan latar belakang mereka.
2. Tahap kedua, setelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian mereka
masing-masing, para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik
yang mereka pilih.
18
𝑝=𝑚𝑣
dengan: (2.1 )
𝑝 = momentum (kg m/s)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
2.1.8.2. Impuls
Saat sebuah benda yang memiliki momentum mengalami pengaruh gaya
dari luar yang bekerja dalam selang waktu tertentu sehingga menimbulkan peru-
bahan momentum. Peristiwa ini dinyatakan sebagai impuls.
Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah arah mo-
mentum dalam selang waktu tertentu. Impuls dapat di rumuskan sebagai hasil kali
gaya dengan selang waktu.
Secara matematis impuls dapat dinyatakan oleh persamaan:
𝐼 = 𝐹 ∆𝑡
dengan: (2.2)
𝐼 = impuls (Ns)
F = gaya (N)
∆𝑡 = selang waktu (s)
Selain itu, jika mendapatkan sebuah grafik gaya F terhadap waktu maka da-
pat menentukan besar impuls dari luas daerah di bawah kurva.
21
∆𝑣
Karena 𝑎 = , maka: ∆𝑣
∆𝑡
𝐹=𝑚
∆𝑡
𝐹∆𝑡 = 𝑚 ∆𝑣
𝐹∆𝑡 = 𝑚 (𝑣2 − 𝑣1 )
𝐼 = 𝑝2 − 𝑝1
𝐼 = ∆𝑝 (2.4)
Berdasarkan persamaan di atas, impuls yang bekerja pada suatu benda sama
dengan perubahan momentum yang dimiliki benda tersebut.
m1 m2
m1 m2
F12
F21
𝐹12 = − 𝐹21
(2.5)
𝑝1 + 𝑝2 = 𝑝1′ + 𝑝2′
(2.7)
𝑣1′ − 𝑣2′
𝑒= −
𝑣1 − 𝑣2 (2.8)
dengan:
e = koefisien resitusi ( 0< e < 1 )
𝐸𝑘 1 + 𝐸𝑘 2 = 𝐸𝑘 1′ + 𝐸𝑘 ′2
1 1 1 2 1 2 (2.9)
𝑚1 𝑣1 2 + 𝑚2 𝑣2 2 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2′
2 2 2 2
Sebelum m1= m2
v1 v2
tumbukan
1 2 2
Setelah
v1’= v2 v2’ = v1
tumbukan
1 2
Sebelum m1= m2
v1 v2
tumbukan
2
1 2
v1’= v2’ = v ‘
Setelah
tumbukan
m1= m2 1 2
𝑣1′ = 𝑣2′ = 𝑣 ′
(2.10)
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, jumlah energi kinetik benda-
benda sebelum tumbukan lebih besar dari jumlah energi kinetik setelah tumbukan
sehingga hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku. Hukum kekekalan mo-
mentum untuk dua buah benda yang bertumbukan tidak lenting sama sekali dapat
ditulis sebagai berikut:
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′
(2.11)
25
Dalam hal ini, koefisien resitusi untuk tumbukan tidak lenting sama sekali
sama dengan nol ( e =0 ).
m A v A mB v B m A v A mB v B
' '
(2.13)
m A v A mB v B
' '
(2.14)
2. Peluncuran Roket
Pada peluncuran roket berlaku hukum kekekalan momentum, yaitu pada
saat mesin roket dinyalakan, gas panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran
26
bahan bakar mendapatkan momentum yang arahnya kebawah dan roket akan
mendapatkan momentum yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan
dengan arah buang dari gas panas tersebut.
𝐹 ∆𝑡 = ∆(𝑚. 𝑣𝑟𝑒𝑙 )
∆(𝑚. 𝑣𝑟𝑒𝑙 )
𝐹 =
∆𝑡
∆𝑚
𝐹 = 𝑣
∆𝑡 𝑟𝑒𝑙
(2.15)
dengan :
F = gaya dorong roket (N)
∆𝑚
= banyaknya massa gas yang disemburkan tiap waktu (kg/s)
∆𝑡
𝑣𝑟𝑒𝑙 = kecepatan relatif (partikel-partikel gas yang disemburkan) terhadap roket
(m/s)
27
depan kelas dengan baik. Dalam Group Investigation siswa bukan hanya bekerja
sama-sama, tapi juga membantu merencanakan topik yang akan dipelajari maupun
prosedur investigatif yang digunakan. Guru yang menggunakan pendekatan
Group Investigation biasanya membagi kelasnya menjadi kelompok-kelompok
heterogen yang masing-masing beranggota lima atau enam orang.
Pembelajaran dengan Group Investigation dimulai dengan pembagian
kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topic-topik tertentu
dengan permasalhan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik - topik
itu. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode yang telah mereka rumuskan.
Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistematik keilmuan mulai dari
mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah
berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini
diharapkan terjadi intersujektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah
dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif diharapakan dapat
dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu
kelompok. Sebaiknya di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat
memasukkan assesmen individual atau kelompok.