Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Sunset Policy dan Tax Amnesty, Tujuan, Sasaran dan Ketentuan


Pelaksanaanya

Oleh:

Abyyu Imam Taufiq (120104170002)

Sheilla Agustya Subadiyo Putri (120104170058

Silsy Amaranta Andita Putri (120104170064)

Muhammad Malik Hasan (120104170076)

Nabilah Syifa Hidayat (1201041700

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 10 Desember 2018

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii
Bab I ........................................................................................................................................................ 1
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
Bab II ...................................................................................................................................................... 3
Landasan Teori........................................................................................................................................ 3
2.1 Sunset Policy........................................................................................................................... 3
2.1.1 Sumber hukum dari Sunset Policy .................................................................................. 4
2.1.2 Lingkup Pemberian Fasilitas Penghapusan Sanksi Administrasi ..................................... 6
2.2 Tax Amnesty ......................................................................................................................... 11
2.2.1 Sumber Hukum Tax Amnesty ........................................................................................ 11
2.2.2 Tujuan Umum Tax Amnesty .......................................................................................... 13
2.2.3 Tujuan dan Sistem Tax Amnesty di Indonesia............................................................... 14
2.2.4 Fasilitas Tax Amnesty .................................................................................................... 15
2.2.5 Tarif Uang Tebusan dalam Tax Amnesty ....................................................................... 17
Bab III ................................................................................................................................................... 24
Studi Kasus ........................................................................................................................................... 24
3.2 Tax Amnesty ......................................................................................................................... 26
BAB IV ................................................................................................................................................. 29
Analisis ................................................................................................................................................. 29
4.1 Sunset Policy......................................................................................................................... 29
4.2 Tax Amnesty ......................................................................................................................... 29
BAB V .................................................................................................................................................. 31
Kesimpulan ........................................................................................................................................... 31
5.1 Sunset Policy......................................................................................................................... 31
5.2 Tax Amnesty ......................................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 32

ii
Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penghasilan yang utama di sebagian besar negara negara di dunia,
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana
pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang. Dari pendapatan pajak yang di himpun tersebut maka akan digunakan untuk
perbelanjaan negara seperti pengeluaran untuk biaya pendidikan, rumah sakit, pembayaran
gaji pegawai negeri dan lain lain.
Namun dalam keadaan nyatanya masih banyak masyarakat yang tidak mengerti atau bahkan
tidak mematuhi aturan untuk membayar pajak. Seperti bebrapa kasus tentang pengusaha yang
memiliki aset yang berada di luar negeri namun tidak melaporkan aset tersebut kepada negara
yang menyebabkan berkurangnya potensi pendapatan negara.

Adapun Pemerintah melakukan program yang dapat menarik simpati agar para wajib pajak
mau untuk menyetorkan pajaknya maupun juga untuk melaporkan asetnya. Ada 2 program
yang dapat menaikan insentif para wajib pajak untuk kembali menaati peraturan perpajakan
yang pertama adalah Sunset Policy. Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas
perpajakan, dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang
diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007).

Dan yang kedua adalah Tax Amnesty yaitu penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak.

Dengan ditulisnya makalah ini kami bertujuan untuk membahas kedua program tersebut
mengenai sumber hukum dan cara penerapannya di Indonesia serta contoh kasus Mengenai
Program Sunset Policy dan Tax Amnesty yang pernah di terapkan di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sunset Policy?
2. Darimanakah Sumber hukum Sunset Policy Berasal?
3. Apa sajakah yang menjadi ruang lingkup Sunset Policy
4. Persyaratan apa saja agar WP di berikan penghapusan sanksi Administrasi?
5. Apa yang di maksud Tax Amnesty?
6. Darimanakah Sumber-sumber hukum Tax Amnesty
7. Fasilitas apa saja yang di berikan kepada wajib pajak saat melaksanakan Tax Amnesty?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami Pengertian dari sunset policy
2. Melihat sumber-sumber hukum dari Sunset Policy
3. Mengidentifikasi ruang lingkup dari Sunset Policy
4. Mengetahui persyaratan untuk mendapatkan fasilitas Tax Amnesty
5. Memahami pengertian Tax Amnesty
6. Melihat sumber-sumber hukum dari Tax Amnesty
7. Mengetahui fasilitas apa saja yang di berikan kepada WP saat melaksanakan Tax
Amnesty

2
Bab II

Landasan Teori
2.1 Sunset Policy
Dengan memperhatikan pasal 4 undang – undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan
umum dan tatacara perpajakan menyebutkan bahwa Wajib Pajak mempunyai kewajiban
untuk mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya. Walaupun telah di cantumkan sebagai suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan, kenyataannya masih ada wajib pajak yang tidak sepenuhnya melaksanakan
kewajiban tersebut. Dengan tetap memperhatikan sistem pemungutan pajak yang berlaku di
Indonesia, yaitu self assesement system yang memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak terutang
di mungkinkan wajib pajak untuk memperbaiki atau membetulkan surat pemberitahuan (SPT)
apabila ternyata tidak sepenuhnya melaksanakan kewajiban yang disyaratkan seperti yang
telah di jelaskan sepenuhnya, yaitu :

1. Benar diartikan benar dalam perhitungan termasuk kebenaran dalam penerapan


ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan, dalam penulisan dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
2. Lengkap diartikan menurut seluruh unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak
dan unsur- unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.
3. Jelas diartikan melaporkan asal usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam SPT.

Masalah pembetulan SPT tahunan Pajak Penghasilan telah di atur dalam pasal 8 ayat 1
undang-undang no. 28 tahun 2008 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan.
Terjadinya kekeliruan dalam pengisian SPT oleh wajib pajak terhadap wajib pajak tersebut
masih berhak untuk membetulkan SPT atas kemauannya sendiri, dengan Syarat Direktur
Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.

Ada kekhusususan dalam pembentukan SPT ini yang pengaturannya disisipkan 1 pasal dalam
undang-undang ketentuan umum dan tatacara perpajakan, yaitu pada pasal 37a yang memuat:

1. Wajib pajak yang menyampaikan pembetulan surat pemberitahuan tahunan pajak


penghasilan sebelum tahun pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus

3
di bayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 tahun
setelah berlakunya undang-undang ini, dapat di berikan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan.
2. Wajib pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama 1 tahun setelah berlakunya undang-
undang KUP di berikan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau
kurang di bayar untuk tahun pajak sebelum diperoleh NPWP dan tidak di lakukan
pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa
surat pemberitahuaan yang di sampaikan wajib pajak tidak benar atau menyatakan
lebih bayar.

Sebagai implementasi kebijakan perpajakan tersebut dikenal dengan sunset policy dengan
diterbitkannya aturan pelaksanaan yang tertuang dalam peraturan menteri keuangan no.
66/PMK.03/2008 tanggal 29 april 2008 yang pemberlakuaanya sejak tanggal di tetapkan dan
mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 januari 2008. Berikut disampaikan
aturan menteri keuangan yang dimaksud di pedomani bagi wajib pajak yang memanfaatkan
fasilitas sunset policy hanya untuk tahun 2008, dan selanjutnya diterbitkan surat edaran no.
SE 34/PJ/PJ 2008 tentang penegasan pelaksanaan pasal 37a undang-undang ketentuan umum
dan tatacara perpajakan.

2.1.1 Sumber hukum dari Sunset Policy

Pasal 37A yang menjadi dasar hukum sunset policy sebenarnya mengatur bahwa : Pertama,
jika Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan (SPT PPh) sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih
harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu satu tahun
setelah berlakunya Undang-undang ini, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran
pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dengan kata lain, Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan SPT PPh sebelum Tahun
Pajak 2007 yang mengakibatkan jumlah yang masih harus dibayar menjadi lebih besar
seharusnya dikenakan sanksi bunga sebesar 2% per bulan dihitung sejak saat penyampaian
SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (2)

4
Undang-Undang KUP. Sanksi bunga tersebut seharusnya diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP) seseuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf c Undang-Undang KUP. Hanya saja
atas sanksi bunga tersebut dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-Undang KUP,
tetapi tanpa permohonan Wajib Pajak dan juga tanpa diterbitkan STP. Fasilitas Pasal 37A
Undang-Undang KUP adalah pengurangan atau penghapusan sanksi bunga, tetapi dalam
Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 diatur bahwa hanya diberikan
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan
pembayaran pajak. Tidak lagi disebutkan diberikan pengurangan sanksi berupa bunga. Pasal
33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 mereduksi redaksi Pasal 37A
Undang-Undang KUP. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi, walaupun dalam
pelaksanaannya memang hanya diberikan penghapusan sanksi bunga, tetapi sebuah peraturan
pemerintah tidak seharusnya menghilangkan ketentuan sebuah undang-undang.

Kedua, bila Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama satu tahun setalah berlakunya Undang-
Undang ini diberikan penghapusan sanksi adminstrasi atas pajak yang tidak atau kurang
dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan
pemeriksaan pajak kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar.

Kalau menyimak isi dari ketentuan pasal 37A Undang-Undang KUP tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa penghapusan sanksi pajak sebenarnya adalah Tax Amnesty. Atau
minimal tax amnesty sebagian, tepatnya tax amnesty sanksi bunganya saja. Isu tax amnesty
(sebagian) ini yang menurut saya kurang tersosialisasi, atau minimal kalah populer dengan
istilah sunset policy. Jadi isi pasal 37A (materiil) adalah tax amnesty (sebagian) tapi saat
mulai dan berakhirnya disebut sunset policy (formil). Seharusnya isu tax amnesty juga lebih
diutamakan untuk disosialisasikan.

Jika ditelisik istilah sunset policy muncul dalam beberapa peraturan sebagai berikut:

5
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 33/Pj/2008 Tentang Tata Cara
Pemberian NPWP, Penerimaan Dan Pengolahan SPT Tahunan PPh, Penghapusan Sanksi
Administrasi, Penghentian Pemeriksaan, Dan Pengadministrasian Laporan Terkait Dengan
Pelaksanaan Pasal 37A Undang-Undang KUP, menyebutkan bahwa "....yang Mengatur
Fasilitas Penghapusan Sanksi Administrasi Sebagai Pelaksanaan Pasal 37a Undang-Undang
Kup Yang Selanjutnya Disebut Dengan Fasilitas Sunset Policy...";

2. Pengumuman Dirjen Pajak Nomor PENG - 01/PJ/2008 Tentang Fasilitas Penghapusan


Sanksi Pajak (Sunset Policy 2008);

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-126/PJ/2008 Tentang Pembentukan Tim


Sunset Policy 2008;

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-56/PJ./2008 Tentang Kampanye Sunset
Policy;

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-66/PJ/2008 Tentang Pelayanan Kepada
Wajib Pajak Sehubungan Dengan Akan Berakhirnya Program Sunset Policy;

6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-10/PJ/2009 Tentang Pelayanan Kepada
Wajib Pajak Sehubungan Dengan Akan Berakhirnya Program Sunset Policy Dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh).

Penyebutan ketentuan Pasal 37A Undang-undang KUP dengan sunset policy menyamarkan
hakekat yang sebenarnya merupakan tax amnesty (sebagian). Rupanya hal tersebut yang
menyebabkan masih banyaknya peserta diklat di Pusdiklat Pajak yang menganggap arti
sunset policy adalah penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi.

2.1.2 Lingkup Pemberian Fasilitas Penghapusan Sanksi Administrasi

6
Sebagai konsep dasar undang-undang perpajakan yang mengatur masalah sunset policy yaitu
self asessment system, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan undang-undang perpajakan. Sebagai konsekuensi pemberian kepercayaaan tersebut,
wajib pajak wajib menyampaikan surat pemberitahuan berikut keterangan dan atau dokumen
yang harus dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap, dan jelas. Dengan demikian
kebijakan sunset policy ini yang dikenal dengan sunset policy yang memberikan kesempatan
kepada pihak :

1. Wajib pajak yang telah memiliki NPWP sebelum tanggal 1 Januari 2008 untuk
membetulkan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak 2006 dan atau tahun-tahun pajak
sebelumnya.
2. Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam tahun
2008 untuk menyampaikan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2007 atau
sebelumnya.

Untuk memperoleh fasilitas penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas


keterlambatan pembayaran pajak yang tidak atau kurang bayar. Dalam menetapkan SPT
tahunan PPh yang mana akan disampaikan atau dibetulkan, diserahkan sepenuhnya kepada
wajib pajak.

Ketentuan Sunset Policy berdasarkan pasal 37 A undang-undang ketentuan umum dan


tatacara perpajakan bersifat khusus dan hanya berlaku untuk jangka waktu terbatas sehingga
beberapa ketentuan umum yang diatur dalam undang-undang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan tidak berlaku. Ketentuan umum yang tidak berlaku sehubungan dengan Sunset
Policy terkait dengan :

1. Pembatasan jangka waktu pembetulan SPT Tahunan PPh paling lama 2 tahun sejak
berakhirnya bagian tahun pajak atau tahun pajak
2. Persyaratan belum dilakukan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam pasal 8 Ayat 1
Undang-undang Ketentuan Umum Dan Tatacara perpajakan.

Dalam pelaksanaan Sunset Policy wajib pajak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
Seluruh penghasilan termasuk harta dan kewajiban dalam SPT Tahunan PPh wajib pajak
badan atau wajib pajak orang pribadi. Data atau informasi yang telah diungkapkan dalam
SPT Tahunan PPh Wajib pajak Badan atau wajib pajak orang pribadi yang telah disampaikan

7
atau dibetulkan oleh wajib pajak sehubungan dengan pelaksanaan Sunset Policy tidak dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan. Wajib Pajak yang memiliki NPWP
sebelum tanggal 1 Januari 2008 yang memanfaatkan SASunset Policy dapat disimpulkan :

1. Wajib pajak lama yang menyampaikan SPT Tahunan PPh wajib pajak badan atau
wajib pajak orang pribadi atau tahun-tahun pajak sebelumnya dalam kurun waktu
mulai tanggal 1 Juli 2008 sampai dengan 31 Desember 2008 yang menyatakan telah
bayar, diberikan fasilitas Sunset Policy.

2. Wajib pajak lama yang menyampaikan SPT Tahunan PPh wajib pajak badan atau
wajib pajak orang pribadi atau tahun-tahun pajak sebelumnya dalam kurun waktu
mulai tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 30 Juni 2008 yang menyatakan telah
bayar, diberikan fasilitas Sunset Policy.

3. Wajib pajak lama yang menyampaikan SPT Tahunan PPh wajib pajak badan atau
wajib pajak orang pribadi atau tahun-tahun pajak sebelumnya dalam kurun waktu
mulai tanggal 1 Juli 2008 sampai dengan 31 Desember 2008 yang menyatakan telah
bayar, diberikan fasilitas Sunset Policy atas pembetulan yang pertama kali. Namun,
apabila pembetulan SPT tahunan PPh dilakukan terhadap SPT tahunan PPh (SPT
lama) yang telah disampaikan dalam kurun waktu mulai tanggal 1 Juli 2008 Sampai
Dengan 31 Desember 2008, penvetulan SPT tahunan PPh tersebut tidak memperoleh
fasilitas sunset Policy.

Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam tahun 2008 (wajib
pajak baru) yang memanfaatkan fasilitas sunset policy sebagai berikut :

1. Wajib pajak baru yang menyampaikan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2007 atau
tahun pajak 2007 dan sebelumnya dalam kurun waktu mulai tanggal 1 Januari 2008
sampai dengan 31 Maret 2009 diberikan Sunset Polilcy.
2. Wajib pajak baru yang membetulkan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2007 atau
tahun pajak 2007 dan sebelumnya dalam kurun waktu mulai tanggal 1 Januari 2008
sampai dengan 30 Juni 2008 diberikan Sunset Policy.
3. Wajib pajak baru yang membetulkan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2007 atau
tahun pajak 2007 dan sebelumnya dalam kurun waktu mulai tanggal 1 Januari 2008

8
sampai dengan 30 Juni 2008 diberikan Sunset Policy atas pembetulan yang pertama
kali. Namun, apabila pembetulan SPT tahunan PPh dilakukan terhadap SPT tahunan
PPh (SPT lama) yang telah disampaikan dalam kurun waktu mulai tanggal 1 Juni
2008 Sampai dengan 31 Desember 2008, pembetulan SPT tahunan PPh tersebut tidak
memperoleh fasilitas Sunset Policy.

Sebagai lingkup wajib pajak yang memanfaatkan fasilitas Sunset Policy ini meliputi :

1. Wajib pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh
nomor pokok wajib pajak dalam tahun 2008 dan menyampaikan surat pemberitahuan
tahunan wajib pajak orang pribadi untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya diberikan
penghapusan sanksi termasuk dalam lungkup penyampaian surat pemberitahuan
tahunan pajak, penghasilan wajib pajak orang pribadi meliputi penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan yang terkait dengan pembayarn :
a. Pajak penghasilan pasal 29
b. Pajakk penghasilan pasal 4 ayat 2
c. Pajak penghasilan pasal 15
Sebagaimana dimaksd dalam undang-undang pajak penghasilan pasal 4 ayat 2
dan pajak penghasilan pasal 15 adalah pajak penghasilan yang dibayar ssendiri
dan dilaporkan dalam SPT tahunan pajak penghasilan.
2. Wajib pajak yang diberikan penghapusan sanksi administrasi, yaitu wajib pajak orang
pribadi yang memenuhi persyaratan :
a. Secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak dalam tahun 2008
b. Tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, penyidikan,
penuntutan,atau pemeriksaan di pengadilan atas tindak pidana di bidang
peerpajakan
c. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak 2007 dan
sebelumnya terhitung sejak memenuhi persyaratan subyektif dan objektif
paling lambat tanggal 31 Maret 2009
d. Melunasi seluruh pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari
penyampaian Surat Peberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf c, sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan.
3. Wajib Pajak yang dalam tahun 2008 menyampaikan pembetulan, yaitu :

9
a. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
sebelum Tahun Pajak 2007
b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak PenghasilanWaji Pajak Badan sebelum
TahunPajak 2007; yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih besar, diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga
atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaraan pajak.
4. Termasuk didalam lingkup pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan meliputi surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang terkait
dengan pembayaran:
a. Pajak Penghasilan Pasal 29
b. Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2
c. Pajak Penghasilan 15
Sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Pajak Penghasilan pada huruf
“b” dan huruf “c”, ysitu Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri dan
dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Persyaratan WP Diberikan Penghapusan Sanksi Akibat Pembetulan SPT

WP Pribadi atau badan di berikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga apabila
memenuhi :

 Telah memiliki NPWP sebelum tanggal 1 januari 2008


 Surat Pemberitahuan Tahunan PPh yang di betulkan belum di terbitkan Surat
Ketetapan Pajak
 Surat Pemberitahuan Tahunan PPh yang di betulkan belum dilakukan pemeriksaan
atau dalam hal sedang di lakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak belum
menyampaikan hasil pemeriksaan
 Telah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, tetapi pemeriksaan bukti permulaan
tersebut tidak di lanjutkan dengan tindakan penyidikan karena tidak di temukan
adanya bukti permulaan tentang tindak pidana di bidang perpajakan
 Tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, penuntutan atau
pemeriksaan di pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan
 Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2008 dan sebelumnya
paling lambat tanggal 31 Desember 2008.

10
2.2 Tax Amnesty
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya dibayar
dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam UU
No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Dalam undang-undang ini juga disebutkan,
wajib pajak hanya perlu mengungkap harta dan membayar tebusan pajak sebagai pajak
pengampunan atas harta yang selama ini tidak pernah dilaporkan.

Jadi, Tax Amnesty adalah sarana bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dari pajak
serta kepatuhan wajib pajak. Selain itu Tax amnesty merupakan kebijakan yang sering
diterapkan banyak negara, tak terkecuali Indonesia.

2.2.1 Sumber Hukum Tax Amnesty

Adapun sumber sumber hukum yang mengatur tentang Tax Amnesty

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak adalah peraturan


perpajakan yang mengatur tentang Pengampunan Pajak yang mulai berlaku sejak tanggal 1
Juli 2016.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak terdiri dari 13 Bab dan
25 Pasal.

Susunan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak adalah


sebagai berikut :

 Bab I Tentang Ketentuan umum, terdiri dari Pasal 1.


 Bab II Tentang Asas dan Tujuan, terdiri dari Pasal 2.
 Bab III Tentang Subjek dan Objek Pengampunan Pajak, terdiri dari Pasal 3.
 Bab IV Tentang Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan, terdiri dari Pasal 4
sampai Pasal 7.
 Bab V Tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan, Penerbitan Surat
Keterangan, dan Pengampuan Atas Kewajiban Perpajakan, terdiri dari Pasal 8 sampai
Pasal 11.

11
 Bab VI Tentang Kewajiban Investasi Atas Harta Yang Diungkapkan Dan Pelaporan,
terdiri dari Pasal 12 dan Pasal 13.
 Bab VII Tentang Perlakuan Perpajakan, terdiri dari Pasal 14 sampai dengan Pasal 17.
 Bab VIII Tentang Perlakuan Atas Harta Yang Belum atau Kurang Diungkap, terdiri
dari Pasal 18.
 Bab IX Tentang Upaya Hukum, terdiri dari Pasal 19.
 Bab X Tentang Manajemen Data dan Informasi, terdiri dari Pasal 20 sampai dengan
Pasal 22.
 Bab XI Tentang Ketentuan Pidana, terdiri dari Pasal 23.
 Bab XII Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengampunan Pajak, terdiri dari Pasal 24.
 Bab XIII Tentang Ketentuan Penutup, terdiri dari Pasal 25.

Rangkuman/Ringkasan Pasal-Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang


Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut :

Pasal 1 Tentang Pengertian dari :

1. Pengampunan Pajak.
2. Wajib Pajak.
3. Harta.
4. Utang.
5. Tahun Pajak.
6. Tunggakan Pajak.
7. Uang Tebusan.
8. Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
9. Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak yang selanjutnya disebut Surat
Pernyataan.
10. Menteri.
11. Surat Keterangan Pengampunan Pajak yang selanjutnya disebut Surat Keterangan.
12. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Terakhir yang selanjutnya disebut
SPT PPh Terakhir.
13. Manajemen Data dan Informasi.
14. Bank Persepsi.
15. Tahun Pajak Terakhir.
 Pasal 2 Tentang Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak.

12
 Pasal 3 Tentang Siapa Subjek dan Objek Pengampunan Pajak serta siapa yang tidak
diperbolehkan mengajukan permohonan Pengampunan Pajak.
 Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 Tentang Tarif dan cara menghitung uang tebusan
bagi Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Pengampunan Pajak.
 Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 11 Tentang Tata cara penyampaian surat
pernyataan, penerbitan surat keterangan, dan pengampunan atas kewajiban perpajakan
bagi Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Pengampunan Pajak.
 Pasal 12 dan Pasal 13 Tentang Kewajiban investasi atas harta diungkapkan dan
pelaporan bagi Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Pengampunan Pajak.
 Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17 Tentang Perlakuan Perpajakan bagi Wajib
Pajak yang mengajukan permohonan Pengampunan Pajak.
 Pasal 18 Tentang Perlakuan Perpajakan atas harta yang belum atau kurang diungkap
oleh Wajib Pajak yang telah memperoleh Surat Keterangan Pengampunan Pajak tetapi
kemudian ditemukan adanya data dan/atau informasi mengenai Harta yang belum atau
kurang diungkapkan dalam Surat Pernyataan.
 Pasal 19 Tentang Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak yang telah
memperoleh pengampunan pajak.
 Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 22 Tentang Manajemen data dan informasi yang
berkaitan dengan Wajib Pajak yang memperoleh pengampunan Pajak.
 Pasal 23 Tentang Ketentuan pidana yang berkaitan dengan Wajib Pajak yang telah
memperoleh pengampunan pajak.
 Pasal 24 Tentang Ketentuan pelaksanaan pengampunan pajak akan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
 Pasal 25 Tentang Saat mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak.

2.2.2 Tujuan Umum Tax Amnesty

Di dunia, ada beberapa negara yang pernah menerapkan tax amnesty selain Indonesia di
antaranya Australia, Belgia, Kanada, Jerman, Yunani, Italia, Portugal, Rusia, Afrika Selatan,
Spanyol, dan Amerika Serikat.

13
Tax Amnesty dilakukan untuk menarik “uang” dari para wajib pajak yang disinyalir
menyimpan secara rahasia di negara-negara bebas pajak.

Dengan tersimpannya “uang” di negara-negara bebas pajak tersebut, hilang pula potensi
penerimaan negara dari pajak. Oleh karena itu, untuk menarik hati para wajib pajak,
pemerintah menerapkan program tax amnesty dengan harapan para wajib pajak yang
menyimpang “uang” mereka di luar negeri dapat mengalihkan simpanannya ke dalam negeri.

Dengan demikian, pemasukan negara dari pajak dapat meningkat dan dapat berkontribusi
secara siginfikan terhadap pembangunan ekonomi dalam negeri.

2.2.3 Tujuan dan Sistem Tax Amnesty di Indonesia

Ada tiga tujuan yang menjadi target pelaksanaan tax amnesty di Indonesia. Pertama,
meningkatkan likuiditas domestic, penurunan suku bunga dan investasi dan perbaikan nilai
tukar rupiah melalui pengalihan harta. Kedua, mempercepat reformasi perpajakan dan ketiga,
meningkatkan penerimaan negara dari pajak.

Tax amnesty (pengampunan pajak) di Indonesia dilakukan melalui tiga periode. Periode
pertama tax amnesty berlangsung dari 28 Juni 2016-30 September 2016, dilanjutkan periode
kedua yang mulai dari 1 Oktober 2016-31 Desember 2016. Periode ketiga dan terakhir dari
kebijakan ini berlangsung pada 1 Januari 2017-31 Maret 2017. Tax amnesty adalah
kesempatan bagi wajib pajak untuk membayar pajak dengan jumlah tertentu termasuk
penghapusan bunga dan dendanya tanpa takut akan dipidana.

Pemerintah memberikan beberapa kemudahan kepada wajib pajak yang ingin mengikuti
program tax amnesty. Kemudahan-kemudahan yang diberikan berupa tarif pajak yang rendah
dan beberapa fasilitas seperti:

1. Dihapuskannya sanksi administratif,

2. Ditiadakannya pemeriksaan pajak untuk penindakan dengan tujuan pidana,

3. Penghapusan segala pajak-pajak yang terutang.

4. Penghentian pemeriksaan pajak bagi yang sedang diperiksa.

5. Tidak dikenakannya PPh Final untuk pengalihan harta berupa saham, bangunan, atau
tanah.

14
Khusus bagi wajib pajak yang menyimpan hartanya di negara lain, mereka harus merepatriasi
hartanya atau menyalurkan hartanya yang selama ini tersimpan di luar untuk diinvestasikan di
Indonesia selama tiga tahun.

Investasi tersebut dapat berbentuk obligasi BUMN, investasi keuangan pada bank dalam
negeri, obligasi perusahaan-perusahaan dalam negeri, kerjasama dengan pemerintah atau
badan usaha sebagai investasi pada pembangunan infrastruktur, obligasi lembaga pembiayaan
pemerintah, dan investasi lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Intinya, mereka diwajibkan untuk investasi pada saluran-saluran sah yang telah disediakan
pemerintah. Selain itu, setelah surat keterangan atas harta-harta itu terbit, wajib pajak selama
3 tahun tidak diperbolehkan menginvestasikan kembali hartanya ke luar negeri.

2.2.4 Fasilitas Tax Amnesty

WP yang telah memperoleh Surat Keterangan memperoleh fasilitas Pengampunan Pajak


berupa: Pertama, penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan,
untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak,
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir.

Kedua, penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk
kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai
dengan akhir Tahun Pajak Terakhir.

Ketiga, tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian
Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir.

Keempat, penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan


Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan
pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
atas kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang berkaitan
dengan kewajiban PPh, dan PPN atau PPnBM

Syarat Wajib Pajak bila ingin Mengajukan Tax Amnesty

15
Syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak apabila hendak mengajukan pengampunan pajak
atau tax amnesty adalah sebagai berikut :

a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

b. membayar Uang Tebusan;

c. melunasi seluruh Tunggakan Pajak;

d. melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya
tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan dan/atau penyidikan;

e. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan

f. mencabut permohonan:

• pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

• pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan


Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak
yang terutang;

• pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar;

• keberatan;

• pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;

• banding;

• gugatan; dan/atau

• peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan


dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

Cara mendaftar sebagai peserta Tax Amnesty

Bagi Anda yang ingin mendaftarkan diri sebagai peserta tax amnesty berikut ini adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan:

16
• Wajib Pajak datang ke kantor pelayanan pajak dan mengisi formulir permohonan tax
amnesty, jangan lupa untuk membawa beberapa dokumen seperti KTP, dan NPWP.

• Setelah itu Wajib Pajak mengisi surat pernyataan harta dan membayar uang tebusan ke
bank yang telah ditunjuk atau bank persepsi.

• Lalu Wajib Pajak kembali ke kantor pajak untuk menyerahkan bukti bayar uang tebusan
beserta surat pernyataan harta, dari sana nanti WP akan mendapatkan tanda terima surat
pernyataan

• Kemudian Wajib Pajak akan mendapatkan Surat Keterangan (SK) dari kementerian yang
menyebutkan bahwa Anda telah resmi mengikuti pengampunan pajak, SK tersebut akan
diterima selama 10 hari sejak Anda menyerahkan SP ke kantor pelayanan pajak.

2.2.5 Tarif Uang Tebusan dalam Tax Amnesty

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tax Amnesty atau


Pengampunan Pajak mengatur Tarif uang tebusan yang harus dibayar ke kas negara atas harta
yang diungkapkan dalam Surat Permohonan Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut :

Wajib Pajak yang Peredaran Usahanya diatas Rp. 4, 8 Milyar

 Untuk Harta yang berada didalam negeri dan Repatriasi

 2%, untuk periode pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga,
sejak UU mulai berlaku.

 3%, untuk periode penyampaian surat pernyataan pada bulan keempat sampai 31
Desember 2016.

 5%, untuk periode penyampaian surat pernyataan sejak 1 Januari 2017 sampai 31
Maret 2017.
 Untuk Harta yang ada di luar wilayah NKRI yang tidak dialihkan ke RI
 4%, untuk periode pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga.
 6%, periode penyampaian surat pernyataan pada bulan keempat sampai 31 Desember
2016.
 10%, untuk periode penyampaian surat pernyataan sejak 1 Januari 2017 sampai 31
Maret 2017.
Wajib Pajak yang Peredaran Brutonya sampai dengan Rp. 4,8 Milyar (UMKM)

17
 0,5% bagi wajib pajak yang menungkapkan nilai harta sampai dengan Rp 10 miliar
dalam surat pernyataan.

 2% bagi wajib pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih dari Rp 10 miliar untuk
periode bulan pertama sejak UU ini berlaku sampai tanggal 31 Maret 2017.

Cara Menghitung Uang Tebusan dalam Tax Amnesty

Cara perhitungan uang tebusan diatur dalam Pasal 8 PMK 118. Yaitu tarif dikalikan harta
bersih. Menghitung harta bersih adalah harta tambahan dikurangi utang terkait perolehan
harta tambahan dan belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) PPh terakhir.

Harta bersih yakni harta berupa kas dilaporkan sesuai nilai nominal. Harta selain kas
dilaporkan sesuai harga wajar menurut perhitungan Wajib Pajak sendiri, dan jika dalam mata
uang asing, harus dikonversi ke rupiah dengan kurs Menteri Keuangan pada akhir tahun pajak
terakhir.

Sedangkan menghitung besaran nilai utang yang berkaitan secara langsung dengan perolehan
harta tambahan dapat dikurangkan paling banyak 75 persen dari harta tambahan untuk WP
Badan, dan bagi WP Orang Pribadi, utang yang dapat dikurangkan paling banyak 50 persen.

Istilah dalam Perhitungan Tax Amnesty

Ada beberapa istilah yang perlu diperhatikan sebelum kita mulai menghitung uang tebusan
agar tidak terjadi kesalahan persepsi, karena bahasa undang undang biasanya memiliki
maksud yang berbeda dengan bahasa keseharian yang kita gunakan, berikut ini istilah yang
ada dalam formulir pernyataan harta untuk pengampunan pajak :

 Harta : Yang dimaksud dalam UU Tax Amnesti sebagai harta adalah seluruh "aset" yang
anda miliki termasuk Uang, Tabungan, Barang Bergerak, Barang Tidak Bergerak, dan
semua yang anda miliki yang dapat dinilai dengan uang seperti Stok Barang Dagangan,
Perlengkapan Kantor dan barang lain sejenisnya.
 Utang : Yang dimaksud dengan Utang dalam UU Tax Amnesty adalah semua kewajiban
yang terjadi karena kepemililikan harta pada nomer 1 contohnya : Hutang di FIF Karena
membeli mobil, Hutang di BPR Karena membeli tanah, dan anda harus bisa
membuktikan koneksi antara Harta dan Utang, bila tidak maka tidak boleh dijadikan
pengurang / tidak bisa digunakan dalam perhitungan.
 Tambahan Harta : Tambahan Harta adalah dasar pengenaan tarif (Objek Amnesti Pajak).
Untuk menghitung tambahan harta, maka Harta - Hutang, namun demikian ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi :
 Hutang hanya boleh dibebankan maksimal 50 % dari harta untuk WP Orang Pribadi,
dan 75 % untuk WP Badan

18
 Hutang harus memiliki koneksi dengan Harta.

Contoh perhitungan Tax Amnesty

Cara Menghitung Tax Amnesty Harta Repatriasi

Untuk menghitung berapa uang tebusan yang harus dibayar dalam hal Harta Repatriasi ada
contoh kasus dan cara perhitungan sebagai berikut :

Wajib Pajak X mengikuti program Tax Amnesty bermaksud mengalihkan sebagian hartanya
dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, namun dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun
2015 (SPT PPh Terakhir) Wajib Pajak tersebut hanya melaporkan harta yang berada di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan rincian sebagai berikut :

 Nilai Harta : Rp. 15.000.000.000


 Nilai Utang : Rp. 5.000.000.000
 Nilai harta Bersih : Rp. 10.000.000.000

Dalam Surat Pernyataan yang disampaikan pada periode bulan pertama sampai dengan akhir
bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang Tax Amnesty mulai berlaku (1 Juli 2016 s.d 30
September 2016) diungkap bahwa :
 Total nilai Harta Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp. 50.000.000.000
terdiri atas Nilai Harta dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp. 15.000.000.000 dan nilai
harta yang belum dilaporkan dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp. 35.000.000.000 dengan
rincian Nilai Harta yang berada diluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
akan dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebesar Rp.
12.000.000.000 dan nilai Harta yang berada diluar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang tidak dialihkan ke dalam negeri adalah sebesar Rp. 23.000.000.000
 Total nilai Utang Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp.
14.000.000.000 terdiri atas Nilai Utang dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp.
5.000.000.000 dan nilai Utang yang belum dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir sebesar
Rp. 9.000.000.000 terdiri atas Nilai Utang yang berkaitan dengan Harta yang berada di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang akan dialihkan kedalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebesar Rp. 3.000.000.000 dan Nilai Utang
yang berkaitan dengan Harta yang berada diluar wilayah Negara Kesatuan Republik

19
Indonesia yang tidak dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebesar Rp. 6.000.000.000
 Nilai Harta Bersih pada saat penyampaian Surat Pernyataan yang berkaitan dengan harta
yang akan dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah :
Rp. 12.000.000.000 - Rp. 3.000.000.000 = Rp. 9.000.000.000
 Nilai Harta Bersih yang berkaitan dengan Harta diluar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang tidak dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah
Rp. 23.000.000.000 - Rp. 6.000.000.000 = 17.000.000.000

Dengan demikian dasar pengenaan Uang Tebusan untuk :


 Harta yang akan dialihkan kedalam wilayah NKRI sebesar :
Rp.9.000.000.000 - 0 = Rp. 9.000.000.000
 Harta yang tidak dialihkan kedalam wilayah NKRI sebesar :
Rp. 17.000.000.000 - 0 = Rp. 17.000.000.000

Perhitungan Uang Tebusan Tax Amnesty

Tarif pada periode penyampaian Surat Pernyataan bulan pertama sampai dengan akhir bulan
ketiga terhitung sejak Undang-Undang tersebut mulai berlaku adalah :
 2% (Dua Persen) untuk Harta yang akan dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan
 4% (Empat Persen) untuk Harta yang tidak akan dialihkan kedalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sehingga perhitungan Uang Tebusan adalah sebagai berikut :

 Untuk Harta yang akan dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2% x Rp. 9.000.000.000 = Rp. 180.000.000
 Untuk Harta yang tidak dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
;
4% x Rp. 17.000.000.000 = Rp. 680.000.000

Dengan demikian Total Uang Tebusan Tax Amnesty yang harus dibayarkan oleh WP X
tersebut adalah Rp. 180.000.000 + Rp. 680.000.000 = Rp. 860.000.000

20
Menghitung Uang Tebusan Atas Harta Dalam Negeri

Tuan Ahmad mempunyai harta yang berada di dalam negeri dan belum dilaporkan
sepenuhnya dalam SPT Tahunan Orang Pribadi PPh 2015. Dalam SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi 2015 Tuan Ahmad melaporkan harta dan hutang sebagai berikut:

Harta Rp 19.000.000.000,-

Hutang Rp 11.000.000.000,-

Nilai harta dan hutang yang seharusnya dilaporkan oleh Tuan Ahmad(nilai harta dan utang
pada 31 Desember 2015) adalah:

Harta Rp 29.000.000.000,-

Hutang Rp 11.000.000.000,-

Dalam Surat Pernyataan yang disampaikan pada periode bulan pertama sampai dengan akhir
bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang Tax Amnesty mulai berlaku (1 Juli 2016 s.d 30
September 2016) diungkap bahwa :
 Total nilai Harta Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp. 29.000.000.000
terdiri atas Nilai Harta dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp. 19.000.000.000 dan nilai
harta yang belum dilaporkan dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp. 10.000.000.000 dengan
rincian Nilai Harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebesar Rp. 10.000.000.000
 Total nilai Utang Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp.
11.000.000.000 terdiri atas Nilai Utang dalam SPT PPh terakhir sebesar Rp.
11.000.000.000 dan tidak ada Utang yang belum dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.
Hutang tesebut terdiri atas Nilai Utang yang berkaitan dengan Harta yang berada di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebesar Rp. 11.000.000.000.
 Nilai Harta Bersih pada saat penyampaian Surat Pernyataan Harta yang berkaitan dengan
harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah :
Rp. 29.000.000.000 - Rp. 11.000.000.000 = Rp. 18.000.000.00

21
Dengan demikian dasar pengenaan Uang Tebusan untuk :
 Harta yangberada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebesar :
Rp.18.000.000.000 - Rp.8.000.000.000 = Rp. 10.000.000.000

Perhitungan Uang Tebusan Tax Amnesty

Tuan Ahmad bermaksud memanfaatkan pengampunan pajak. Uang tebusan yang harus
dibayar Tuan Ahmad adalah sebagai berikut:
a.

Nilai harta bersih yang seharusnya dilaporkan Tuan Ahmad

Harta Rp29.000.000.000,-
Hutang Rp11.000.000.000,-
Nilai Harta Bersih Rp18.000.000.000,-

b. Nilai harta bersih yang telah dilaporkan Tuan Ahmad di SPT Tahunan PPh 2015

Harta Rp19.000.000.000,-
Hutang Rp11.000.000.000,-
Nilai Harta Bersih Rp 8.000.000.000,-

c. Sehingga Dasar Penghitungan Uang Tebusan Amnesti Pajak adalah:


Nilai harta bersih yang seharusnya dilaporkan Rp18.000.000.000,-
Nilai harta bersih yang sudah dilaporkan(SPT) Rp 8.000.000.000,-
Dasar Penghitungan Uang Tebusan Rp10.000.000.000,-

d. Maka Uang tebusan dihitung sebagai berikut:

Jika Tuan Juli - September Oktober - Januari - Maret


Ahmad 2016 Nopember 2016 2017
menyampaika
n Surat 2% x 3% x 5% x

22
Pernyataan Rp10.000.000.000, Rp10.000.000.000, Rp10.000.000.000,
Harta untuk -= -= -=
pengampunan Rp200.000.000,- Rp300.000.000,- Rp500.000.000,-
pajak pada

23
Bab III

Studi Kasus
3.1 Sunset Policy
SURYA.co.id | MALANG - Gebrakan yang diluncurkan Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) Kota Malang kembali menuai sukses. Usai dilaunching oleh Walikota Malang,
HM Anton pada 17 Agustus lalu, program Sunset Policy yang merupakan inovasi ke-30
Dispenda sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat, langsung menjadi
‘primadona’ bagi para Wajib Pajak (WP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkotaan.

Dari target Rp 1 Miliar yang dicanangkan, pengajuan terkumpul mencapai Rp 1,591 Miliar
dari 1213 objek pajak pada hari penutupan, Senin (31/10/2016) pukul 15.00 WIB. Hal ini
tentu menjadi indikator sekaligus parameter nyata bahwa program yang dilandasi Peraturan
Walikota Malang Nomor 7 Tahun 2016 ini disambut antusias oleh warga masyarakat.
“Hal ini menunjukkan betapa tinggi animo masyarakat dalam memanfaatkan program Sunset
Policy, sekaligus mengindikasikan inovasi baru kami diterima secara positif oleh para Wajib
Pajak,” ujar Kepala Dispenda Kota Malang, Ir H Ade Herawanto MT.

Betapa tidak, dengan memanfaatkan program Sunset Policy maka para WP mendapat
kemudahan berupa penghapusan sanksi administrasi alias denda untuk keterlambatan
pembayaran PBB Perkotaan yang belum terbayar mulai tahun 1994 sampai tahun 2012.
Selain itu, Sunset Policy juga dilaksanakan dalam rangka mengurai piutang PBB yang
merupakan ‘warisan’ dari pemerintah pusat, dengan jumlah sekitar Rp 95 Miliar.
“Kembali pada semangat Sunset Policy berarti juga untuk mengurai piutang limpahan pusat,”
sambung pria yang dikenal sebagai musisi dan tokoh olahraga nasional ini.
Dalam upaya mengurai piutang limpahan pusat, selain menggeber Sunset Policy, saat ini
Dispenda Kota Malang juga melaksanakan cleansing guna memverifikasi Nomor Objek
Pajak (NOP), sehingga nantinya bisa mendapatkan data paling update dan faktual.

Selain menambah pemasukan pajak daerah secara riil, Sunset Policy juga terbukti
meningkatkan potensi pendapatan PBB di masa yang akan datang, karena kebijakan ini
menstimulir para pemilik aset untuk memanfaatkan masa keringanan pajak. Implikasinya,
aset yang selama ini seperti tak bertuan menjadi diketahui pemiliknya.

24
Ditambah lagi, Sunset Policy ini juga memberi kesadaran baru pada masyarakat supaya
mereka tidak perlu menutupi atau merahasiakan kepemilikan asetnya dari jangkauan instansi
pajak. Karena pada akhirnya, jumlah pembayaran akan terakumulasi berikut dendanya.

“Dengan begitu, jika selama ini masih banyak WP yang tidak terpantau alamat dan objek
pajaknya, maka sekarang dapat terlacak sehingga di tahun-tahun berikutnya mereka akan
menjadi WP yang aktif dan taat pajak,” seru Ade.
Menilik respon menggembirakan pada pelaksanaan Sunset Policy tahun ini, maka Dispenda
Kota Malang telah ancang-ancang melanjutkan program Sunset Policy Jilid II pada tahun
2017.

Terlebih, program Sunset Policy merupakan pengejawantahan misi besar Pemkot Malang
yakni ‘Peduli Wong Cilik,’ sebab realitas yang ada di lapangan banyak masyarakat kecil alias
kalangan bawah yang menunggak PBB sejak tahun 90’an dan kesulitan membayar denda.

“Dengan semangat Peduli Wong Cilik, kami berharap program ini dimanfaatkan sebaik-
baiknya oleh masyarakat serta ke depannya semakin meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk memenuhi kewajiban perpajakan daerah,” lanjut Sam Ade d’Kross, sapaan akrabnya.

Jika sebelumnya hanya menyasar PBB Perkotaan, rencananya tahun depan Sunset Policy
akan menyasar ke sektor agraria lokal. Saat ini Dispenda tengah merancang program
pengurangan besaran PBB bagi petani atau pemilik lahan pertanian. Dengan begitu,
diharapkan kebijakan ini bakal mendorong pelaku sektor agraris mempertahankan fungsi
lahan. Dalam catatan Pemkot Malang, tahun ini tinggal tersisa 846 hektare (ha) lahan
pertanian, dengan 68 diantaranya merupakan aset Pemkot Malang dan 778 lainnya milik
petani.

“Sangat disayangkan jika jumlah lahan pertanian tersebut terus menyusut. Karena itulah,
Sunset Policy yang kedua kami gagas sebagai upaya untuk menekan alih fungsi lahan. Kami
akan beri insentif dan keringanan PBB,” lanjut Ade yang pernah menjabat Kabag Humas
Pemkot Malang.

25
Kepala Dinas Pertanian Kota Malang, Ir Hadi Santoso menyambut positif wacana tersebut.
Hadi menegaskan pentingnya kebijakan populis sebagai upaya preventif dari usaha alih
fungsi lahan pertanian lokal.

“Karena upaya prioritas Pemkot Malang saat ini adalah mempertahankan lahan pertanian
yang tersisa, maka kami juga menyambut positif rencana sinergi dengan Dispenda guna
mengurangi resistensi alih fungsi lahan, salah satunya dengan mengurangi beban PBB lahan
pertanian” tutur Soni, sapaan akrabnya.

Konsekuensinya, diperlukan pakta integritas antar stakeholder lahan untuk menunjang


program pengurangan pajak atau penghapusan sanksi administrasi nantinya. Hal ini demi
mencegah kemungkinan-kemungkinan lahan pertanian atau sawah yang sudah mendapat
keringanan bakal dijual oleh pemiliknya.

“Jika Dispenda dapat melakukan pemilahan dan juga penyesuaian kembali PBB terkait, tentu
nantinya dapat tepat sasaran dan menuai respon positif pula dari para petani. Sebagai
pelaksana teknis, kami siap bekerjasama mensukseskan program ini,” tandas Soni optimis.

Kini antara Dispenda dengan Disperta terus melakukan koordinasi intensif, termasuk
berkonsultasi langsung dengan Walikota HM Anton guna mematangkan wacana Sunset
Policy Jilid II. Sesuai rencana, Sunset Policy Jilid II bakal digeber mulai Januari hingga April
2017.

3.2 Tax Amnesty


TRIBUNSTYLE.COM, JAKARTA - Masalah pajak Google di Indonesia akhirnya menemui
titik tengah. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menawarkan penyelesaian pajak atau tax
settlement pada raksasa mesin pencari tersebut. Angka kesepakatan dikatakan berkisar 73 juta
dollar AS atau setara Rp 988 miliar. Kisaran itu tak akan melebihi angka yang dipatok, tapi
bisa jadi kurang.

"Dipertimbangkan sebagai pengampunan pajak bagi Google," kata Kepala Kanwil Jakarta
DJP Khusus, Muhammad Haniv, sebagaimana dilaporkan WSJ dan dihimpun KompasTekno,
Jumat (25/11/2016).

Sebelumnya, pada September lalu, pemerintah mengatakan Google berutang pajak dan denda
hingga Rp 5 triliun. Angka kesepakatan Rp 988 miliar tentu jauh di bawah patokan awal.

26
Haniv menjelaskan, asal-usul Rp 988 miliar itu dikarenakan pemerintah sepakat mengampuni
denda pajak Google sebesar Rp 4 triliun.

Jika merujuk pada pajak asli Google, perusahaan Mountain View itu cuma berutang sekitar
Rp 1 triliun. Angka Rp 4 triliun sendiri merupakan denda tunggakan pajak Google sejak 2011
hingga 2015 lalu.

Haniv menargetkan permasalahan pajak Google bisa diselesaikan sebelum akhir 2016.
Google belum berkomentar soal kesepakatan yang sudah diumbar Haniv.
Sebelumnya, Google Indonesia menegaskan telah menjalankan kewajiban sebagai
perusahaan yang beroperasi di Tanah Air sesuai porsinya.

Menurut Google, unit usaha di Indonesia hanya sebagai event organizer promosi di bawah
pengawasan Google Asia Pasifik yang berkantor pusat di Singapura. Kantor di Singapura-lah
yang menangani semua kontrak dari pengiklan di Indonesia. Google sesumbar selama ini
rutin membayar pajak unit Indonesia dan menambahkan 8 persen dari yang dibukukan
sebagai laba unit.

Diketahui, transaksi bisnis periklanan digital di Indonesia pada tahun 2015 saja mencapai 850
juta dollar AS atau sekitar Rp 11,6 triliun. Pemerintah mengatakan 70 persen dari angka itu
adalah kontribusi Google dan Facebook. Pemerintah berharap jika permasalahan
dengan Google selesai, penagihan pajak ke perusahaan asing lain seperti Facebook dan
Twitter bisa lebih mudah.

Masalah pajak Google tak cuma terjadi di Indonesia, namun juga beberapa negara Eropa. Di
Inggris, pada Januari lalu Google sepakat membayar tax settlement sebesar 130 juta
poundsterling. Bagi sebagian orang, jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan
pendapatan Google di negeri itu yang mencapai miliaran poundsterling selama 10 tahun.

Apabila, Google tak kunjung bertindak kooperatif maka pemerintah akan menggunakan
aturan hukum yang berlaku. Bahkan, Kemenkeu bakal membawa Google ke peradilan pajak.
"Ditjen pajak akan menggunakan pasal yang ada, kita punya wadah untuk mendiskusikan hal
itu. Kalau sepakat atau tidak sepakat, ada peradilan pajak," imbuhnya.

Kasus ini sontak menjadi perhatian berbagai kalangan. Mulai dari badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), pengusaha e-commerce, anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) RI, hingga Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).

Ketua Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah harus terus mengejar pajak Google
karena mereka melakukan aktivitas di Indonesia. Menurutnya, sangat tidak adil kalau selama
ini Google tidak bayar pajak sedangkan WNI diwajibkan bayar pajak.

"Sangat tidak adil, kita WNI diwajibkan bayar pajak. Mereka yang di luar cari duit di
kampung kita masa engga bayar pajak. Sangat merugikan dan itu diskriminasi, itu melanggar
UU," ujarnya di Menara Bidakara, Kamis (6/10).

27
Tercatat, nilai pasar iklan di Indonesia mencapai Rp 11 triliun pada 2015. Dari nilai tersebut,
diperkirakan dana yang masuk ke perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS)
mencapai Rp 5,5 triliun.

28
BAB IV

Analisis
4.1 Sunset Policy
Dari Studi kasus diatas dapat diketahui bahwa dengan diadakannya program sunset policy
masyarakat sangat antusias dalam memanfaatkan program tersebut dikarenakan dengan
program sunset policy ini Wajib Pajak dapat membayar pajaknya tanpa harus dikenai sanksi
administrasi atau denda atas keterlambatan pembayaraan PBB perkotaan yang belum
terbayar mulai tahun 1994 sampai tahun 2012.

Sunset Policy juga terbukti meningkatkan potensi pendapatan PBB di masa yang akan
datang, karena kebijakan ini menstimulir para pemilik aset untuk memanfaatkan masa
keringanan pajak. Implikasinya, aset yang selama ini seperti tak bertuan menjadi diketahui
pemiliknya. Ditambah lagi, Sunset Policy ini juga memberi kesadaran baru pada masyarakat
supaya mereka tidak perlu menutupi atau merahasiakan kepemilikan asetnya dari jangkauan
instansi pajak. Karena pada akhirnya, jumlah pembayaran akan terakumulasi berikut
dendanya.

4.2 Tax Amnesty


Dari study kasus diatas dapat dianalisa, penerimaan Google mencapai Rp 5,5 triliun dan
mendapat keuntungan 30 persen jadi profit Google tahun lalu mencapai Rp 1,65 triliun.
Kemudian, Google termasuk badan usaha tetap (BUT) yang dikenakan pajak badan usaha
sebesar 25 persen. Jadi, tunggakan pajak Google diperkirakan mencapai Rp 412,5 miliar.
Dari keuntungannya, diambil pajaknya 25 persen. Jadi lima kali tak lapor dikalikan lima saja
Rp 2,06 triliun.
Aktivitas bisnis Google memang tampak transparan, dilakukan secara elektronik dan
memerlukan skema khusus dalam perhitungan rugi-laba. Menurut Menkeu Sri
Mulyani aktivitas elektronik tersebut adalah objek pajak, sehingga wajib membayar pajak di
Indonesia dan memberlakukan kesetaraan pajak. Turut diakui bahwa masih ada “masalah
pajak” berkaitan dengan transaksi elektronik, namun hal tersebut juga dialami oleh banyak
negara. Harapannya kasus ini menjadi pelajaran untuk semua pemain OTT multinasional di
Indonesia. Tak hanya dimanfaatkan sebagai ladang keuntungan saja, namun Indonesia turut

29
mendapatkan untung dari potensi konsumen yang diberikan, 100 juta pengguna internet aktif
yang masih terus bertumbuh.

30
BAB V

Kesimpulan
5.1 Sunset Policy
Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang berlaku hanya pada
tahun 2008, dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang
diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007).
Berdasarkan studi kasus serta analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa Dengan
diberlakukannya sunset policy pemasukan pajak dapat meningkat dengan signifkan
dikarenakan Wajib Pajak akan membayar pajak, hal ini disebabkan dengan adanya sunset
policy ini Wajib Pajak bisa mendapatkan berbagai macam keringanan yang salah satunya
adalah penghapusan sanksi administrasi sehingga akan menstimulus Wajib Pajak yang masih
belum membayar pajak supaya segera membayar pajaknya pada waktu diberlakukannya
sunset policy.

5.2 Tax Amnesty


Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap
Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pelaksanaan program tax amnesty ini sendiri berlangsung selama 10 bulan mulai dari Juli
2016 hingga April 2017 serentak di seluruh Indonesia (UU No 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak).

Berdasarkan studi kasus diatas kami memperkirakan bahwa Penerimaan Google mencapai Rp
5,5 triliun dan mendapat keuntungan 30 persen jadi profit Google tahun lalu mencapai Rp
1,65 triliun.

Kemudian, Google termasuk badan usaha tetap (BUT) yang dikenakan pajak badan usaha
sebesar 25 persen. Jadi, tunggakan pajak Google diperkirakan mencapai Rp 412,5 miliar.
Dari keuntungannya, diambil pajaknya 25 persen. Jadi lima kali tak lapor dikalikan lima saja
Rp 2,06 triliun.

31
Daftar Pustaka
 http://suryamalang.tribunnews.com/2016/11/02/resmi-ditutup-sunset-policy-gaet-rp-
15-miliar-lebih
 Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Jakarta, Salemba Empat.
 https://dailysocial.id/post/isu-perpajakan-google-indonesia-berbuntut-panjang
 https://www.slideshare.net/stephaniejessey/analisa-tax-amnesty-karya-ilmiah-
stephanie-s1-akuntansi-a-fakultas-ekonomi-universitas-negeri-jakarta
 https://accounting.binus.ac.id/2016/08/31/cara-menghitung-uang-tebusan-tax-amnesty/
 https://pengampunanpajak.com/2016/07/15/undang-undang-pengampunan-pajak-atau-
uu-tax-amnesty/
 https://pengampunanpajak.com/2017/09/20/14222/
 https://www.lembagapajak.com/2016/06/tarif-tax-amnesty.html
 https://m.merdeka.com/uang/kisah-panjang-kasus-google-hingga-akhirnya-bersedia-
bayar-pajak-splitnews-2.html
 https://www.google.com/amp/style.tribunnews.com/amp/2016/11/29/tax-amnesty-
google-pemerintah-indonesia-beri-ampunan-pajak-4-triliun-ke-mesin-pencari-terbesar

32

Anda mungkin juga menyukai