Anda di halaman 1dari 37

Mata kuliah : Teknologi Bahan Konstruksi

Pertemuan ke 6
oleh: Yunalia Muntafi, ST., MT.
Mix Design of Concrete

Materi :  Maksud dan tujuan


 Kuat Tekan yang disyaratkan (fc’), Kuat Tekan
yang ditargetkan (fcr’), standar deviasi, nilai
Margin dan fas
 Perhitungan kebutuhan bahan campuran
beton berdasarkan metode SNI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Maksud dan Tujuan
Mahasiswa mampu mengerjakan perhitungan
kebutuhan bahan untuk adukan beton sesuai
mutu yang dikehendaki.
Cara -cara untuk memperoleh campuran adukan beton harus
diperhitungkan dengan teliti dan seksama. Beton yang baik,
adalah beton yang kuat (memperoleh kekuatan pada umur yang
ditentukan sesuai dengan perencanaan), durable/tahan
lama/awet (mempunyai kapasitas daya layan sesuai dengan umur
yang telah direncanakan), kedap air, tahan aus, sedikit mengalami
perubahan volume (kembang susutnya kecil sehingga resiko
terjadinya retak kecil)
Mix Design:

Langkah-langkah perancangan menurut SNI 03-2834-


2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rancangan
Campuran Beton Normal adalah:
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan pada
umur tertentu, (Kekuatan Beton dalam aturan SNI
bukan lagi dalam K, misal K 200 K225 K250 tetapi
dalam MPa misal 16,9 Mpa, 19,3 MPa, 21,7 Mpa atau
20 MPa, 25 MPa, 27,5 Mpa dsb )
2. Menghitung deviasi standar(s),
3. Menghitung nilai tambah (M),
4. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (fcr )
5. Penetapan jenis semen portland,
6. Penetapan jenis agregat,
7. Penetapan nilai faktor air semen, Lampiran III dan IV
8. Penetapan nilai slump, Lampiran V
9. Penetapan besar butir agregat (batu pecah) maksimum,
10. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,
11. Berat semen yang diperlukan
12. Penetapan jenis agregat halus (pasir), tabel 3.2 atau Gambar 3.1
13. Proporsi/perbandingan berat agregat halus (pasir) terhadap agregat
campuran.
14. Berat jenis agregat campuran
15. Perkiraan berat beton
16. Dihitung kebutuhan berat agregat campuran
17. Hitung berat agregat halus (pasir) yang diperlukan, berdasarkan
langkah 13 dan 16
18. Hitung berat agregat kasar (batu pecah) yang diperlukan berdasarkan
hasil langkah 13 dan 16
KUAT TEKAN BETON
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sebelumnya, misal:
Kuat tekan yang disyaratkan f’c = 20 MPa untuk umur 28 hari,
benda uji berbentuk silinder dan jumlah yang di izinkan tidak
memenuhi syarat = 5%
Deviasi Standar (s) didapat dari pengalaman di lapangan selama
produksi beton menurut rumus :
n
 x   xi
n
2
i x
s i 1
dan x  i 1
n 1 n
s : deviasi standar
xi : kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
x : kuat tekan beton rata-rata
n : jumlah data/nilai hasil uji (minimum 30 buah)
Deviasi standar ditentukan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran beton dan volume adukan beton yang dibuat,
makin baik mutu pelaksanaan maka makin kecil nilai deviasi standar.
Penetapan nilai ini juga berdasarkan hasil pengalaman praktek .
 Apabila dalam suatu produksi beton, hanya terdapat 15 sampai
29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah
perkalian deviasi standar yang dihitung berdasarkan data uji
tersebut dengan faktor pengali (k) seperti Tabel 1.
 Sedang bila jumlah data hasil uji kurang dari 15, maka kuat tekan rata-
rata yang ditargetkan fcr diambil tidak kurang dari f’c + 12 MPa.
8
Tabel 1b : Mutu Pelaksanaan, Volume Adukan dan Deviasi Standar
Volume Pekerjaan Deviasi Standar sd (MPa)
Volume Beton Mutu Pekerjaan
Sebutan
(m³) Baik Sekali Baik Dapat Diterima
Kecil < 1000 4,5 < s ≤ 5,5 5,5 < s ≤ 6,5 6,5 < s ≤ 8,5
Sedang 1000 - 3000 3,5 < s ≤ 4,5 4,5 < s ≤ 5,5 5,5 < s ≤ 7,5
Besar > 3000 2,5 < s ≤ 3,5 3,5 < s ≤ 4,5 4,5 < s ≤ 6,5

Tabel 1c : Nilai Deviasi Standar untuk berbagai tingkat


Pengendalian Mutu Pekerjaan

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa)


Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
Nilai Tambah (M) dihitung menurut rumus M = 1,64 . k . sr
M : nilai tambah
1,64 : tetapan statistik yang nilainya tergantung pada prosentase
kegagalan hasil uji sebesar maksimum 5%.
sr : deviasi strandar rencana
k : faktor pengali deviasi standar

Tabel 1a : Faktor Pengali (k) Deviasi Standar

Jumlah Data  30 25 20 15 < 15

Faktor Pengali 1,00 1,03 1,08 1,16 -

Kuat Tekan rata-rata yang ditargetkan : f 'cr  f 'c M


f' cr  f' c 1,64.k.s r
Penetapan Jenis Semen
Jenis semen dapat ditetapkan sesuai kebutuhan, pemilihan jenis
semen bisa berupa semen Jenis I, II, III, IV, atau V

Penetapan Jenis Agregat


Jenis agregat telah ditetapkan atau diketahui
sebelumnya, misal agregat yang
digunakan/tersedia adalah :
-Agregat halus (pasir) alami (pasir kali)
-Agregat kasar berupa batu pecah (kerikil)
FAKTOR AIR SEMEN (fas)
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata
yang ditargetkan didasarkan pada:
 hubungan kuat tekan f’cr dengan fas yang diperoleh dari penelitian,
bila tidak tersedia data hasil penelitian, maka dipergunakan grafik 1 atau
tabel 2 dan grafik 2 (baik benda uji silinder ataupun kubus)
 untuk lingkungan khusus, fas maksimum harus memenuhi SNI 03-
1915-1992 tentang Beton Tahan Sulfat dan SNI 03-2914-1994
tentang Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air.
Tabel 2 : Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan fas = 0,5
Kuat Tekan (MPa)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar pada umur (hari)
benda uji
3 7 28 95
Semen Porland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
tipe I atau Batu pecah 19 27 37 45
Semen Tahan Sulfat Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland Batu pecah 25 33 44 48
tipe III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
90

Kuat Tekan rata-rata (MPa)


70
Kuat Tekan rata-rata (MPa)

Garis awal
gunakan data
80 dari Tabel 2
Semen tipe I

60

70

50

60

40

50
95
ha
r i
30
28 40
ha
r i

20
7h
ari 30

10 3 ha
ri
20

0
10
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Faktor Air Semen (fas)

Grafik 1 : Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Aie Semen


(benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm) 0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Faktor Air Semen (fas)

Grafik 2 : Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (fas)
(benda uji berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
Contoh pada SNI 2000
Grafik 1. Benda uji silinder
14
Tabel 3 : Perkiraan Kebutuhan Air per-meter kubik Beton
Ukuran maksimum Slump (mm)
Jenis Batuan
Agregat (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205

Jumlah Semen minimum Nilai fas


Jenis Pembetonan
maksimum
Jumlah Semen minimum Untuk

per-m³ beton (kg)


Beton di dalam ruang bangunan
Tabel 4 : Persyaratan fas dan

berbagai Pembetonan dan

a. keadaan keliling non-korosif 275 0,60


b. keadaan keliling korosif disebabkan
325 0,52
oleh kondensasi atau uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari hujan dan terik
Lingkungan Khusus

325 0,55
matahari langsung
b. terlindung dari hujan dan terik
275 0,60
matahari langsung
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering
325 0,55
berganti-ganti
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali
tabel 5
dari tanah
Beton yang kontinu berhubungan dengan
tabel 6
air tawar dan air laut
Tabel 5 : fas maksimum untuk Beton yang berhubungan
Air Tanah yang mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat Kandungan Semen
Kadar Dalam Tanah Sulfat minimum
gang- Total SO3 dalam (SO3) (kg/m³)
Tipe Semen fas
guan SO3 campuran dalam Ukuran Agregat
Sulfat (%) air : tanah air tanah maksimum (mm)
= 2:1 (g/l) (g/l) 40 20 10
tipe I dengan atau tanpa
1 < 0,2 < 1,0 < 0,3 280 300 350 0,50
Puzolan (15-40%)
tipe I dengan atau tanpa
290 330 350 0,50
Puzolan (15-40%)
tipe I Puzolan (15-40%)
2 0,2 - 0,5 1,0 - 1,9 0,3 - 1,2
atau 270 310 360 0,55
Semen Portlant Puzolan
tipe II atau tipe V 250 290 340 0,55
tipe I Puzolan (15-40%)
atau 340 380 430 0,45
3 0,5 - 1,0 1,9 - 3,1 1,2 - 2,5
Semen Portlant Puzolan
tipe II atau tipe V 290 330 380 0,50
4 1,0 - 2,0 3,1 - 5,6 2,5 - 5,0 tipe II atau tipe V 330 370 420 0,45
tipe II atau tipe V dan
5 > 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370 420 0,45
lapisan pelindung
Tabel 6 : Ketentuan minimum untuk Beton Bertulang dalam Air
Kandungan Semen
Jenis Kondisi Lingkungan fas minimum (kg/m³)
yang berhubungan Tipe Semen Ukuran maksimum
Beton dengan maksimum Agregat (mm)
40 20
air tawar 0,50 tipe V 280 300
Bertulang tipe I + Puzolan
(15-40%) atau
atau air payau 0,45 340 380
Semen Portland
Prategang Puzolan
air laut 0,45 tipe II atau V 330 370
c. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi
pelaksanaan pekerjaan (tabel 7) agar
diperoleh beton yang mudah
dituangkan/dicor, dipadatkan dan
diratakan.
17
Tabel 7 : Penetapan Nilai Slump
Nilai Slump (mm)
Pemakaian Beton
maksimum minimum
dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 125 50
pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur
90 25
di bawah tanah
pelat, balok, kolom dan dinding 150 75
pengerasan jalan 75 50
pembetonan masal 75 25
d. Besar Butir Agregat Maksimum
Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :
 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan
 1/3 tebal pelat
 3/4 jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-
berkas tulangan
Selain itu, gradasi agregat yang digunakan (agregat halus dan agregat
kasar) harus memenuhi persyaratan gradasi agregat untuk beton.

e. Kadar Air Bebas/Kebutuhan Air


Agregat tak dipecah atau agregat pecah (campuran), digunakan nilai-nilai
pada tabel 3. Untuk agregat campuran (tak dipecah dan dipecah),
dihitung dengan menggunakan rumus
2 1
Wh  Wk
3 3
Wh : perkiraan jumlah air untuk agregat halus (tabel 3)
Wk : perkiraan jumlah air untuk agregat kasal (tabel 3)
f. Gradasi dan Proporsi Agregat Halus dan Agregat Kasar

Agregat yang dipergunakan merupakan campuran dari agregat halus dan


agregat kasar dengan proporsi tertentu dan harus me-menuhi
persyaratan agregat untuk beton.
Gradasi agregat halus dikelompokkan dalam 4 daerah gradasi menurut
kehalusan butir agregat halus dan persyaratan gradasi agregat kasar
tergantung dari ukuran butir maksimum yang dipergunakan.

Persyaratan gradasi agregat gabungan (agregat halus dan agregat kasar)


tergantung ukuran butir maksimum.
Proporsi/prosentase agregat halus terhadap kadar total agregat dalam
campuran beton dicari dengan menggunakan grafik 3, 4 dan 5, yang
tergantung nilai slump, fas, daerah gradasi agregat halus/pasir dan
ukuran butir maksimum agregat.
20

CONTOH:
Susunan butir Agregat Halus masuk daerah Gradasi No. 2,
seperti gambar berikut ini.
Slump : 0 – 10 mm 10 – 30 mm 30 – 60 mm 60 – 180 mm
V–B : > 12 s 6 – 12 s 3–6s 0–3s
80 80

70 70
1

60 1 60
1
1 2
50 50
2
2
2 3
40 3 40
3 4
3 4
4
30 4 30

20 20

10 10
0,2 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8
Faktor Air Semen

Grafik 3 : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan


Untuk ukuran butir maksimum 10 mm
Slump : 0 – 10 mm 10 – 30 mm 30 – 60 mm 60 – 180 mm
V–B : > 12 s 6 – 12 s 3–6s 0–3s
80 80

70 70

60 60

1
50 50
1
1 2
40 1 2 40

2 3
2 3
30 3 4 30
3 4
4
4
20 20

10 10
0,2 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8
Faktor Air Semen

Grafik 4 : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan


Untuk ukuran butir maksimum 20 mm
Slump : 0 – 10 mm 10 – 30 mm 30 – 60 mm 60 – 180 mm
V–B : > 12 s 6 – 12 s 3–6s 0–3s
80 80

70 70

60 60

50 50
1

40 1 40
1 2
1 2
3
30 2 30
2 3 4
3
3 4
20 4 20
4

10 10
0,2 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8
Faktor Air Semen

Grafik 5 : Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang dianjurkan


Untuk ukuran butir maksimum 40 mm
CONTOH:
Susunan butir Agregat Kasar seperti pada tabel soal.
Mencari Persentase Agregat Halus/Pasir (agregat ≤
4,8 mm).
Persentase agregat halus dicari dengan cara sbb. :
• Persentase agregat halus dicari dengan
menggunakan grafik 4 (ukuran butiran
maksimum 20 mm), dengan nilai slump 75 -
150 mm, fas = 0,508 dan agregat halus/Pasir
gradasi 2, diperoleh persentase agregat
halus harga 36,90% - 46,50% .
• Nilai yang digunakan dapat diambil diantara
kedua nilai tersebut, biasanya diambil nilai
rata-rata, dalam hal ini diambil nilai 42%.
• Jumlah Agregat Kasar = (100 – 42)%
= 58 %
g. Berat Jenis Relatif Agregat
Berat jenis relatif agregat ditentukan sbb.
 Berdasarkan data hasil uji (agregat yang akan digunakan untuk
campuran beton) atau bila tidak tersedia data tersebut, dapat
digunakan nilai 2,5 untuk agregat tak dipecah dan 2,6 – 2,7
untuk agregat dipecah.
 Berat jenis agregat gabungan dihitung dengan rumus
P K
bjagr .gab  .bjagr .halus  .bjagr .kasar
100 100
bjagr.halus: bj agregat halus ; P : prosentase agregat halus
bjagr.kasar : bj agregat kasar ; K : prosentase agregat kasar
h. Berat Isi Beton
Berat isi beton dipengaruhi oleh berat jenis agregat gabungan (agregat halus dan agregat kasar)
dan kadar air bebas. Berat isi beton dapat diperoleh dengan menggunakan grafik 6.

2700

2600

Berat jenis relatif


agregat kombinasi
2500 (kondisi SSD)

As u m
si u n 2,9
tuk A
greg
a t Ba
2400 tu Pe
As u m ca h 2,8
si u n
tuk A
g regat
Tak D
i p e ca 2,7
h
2300
2,6

2,5
2200

2,4

2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260
Kadar Air Bebas (kg/m³)

Grafik 6 : Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang telah selesai dipadatkan
Langkah penentuan berat isi beton:

CONTOH 1 :
 Pertama buat kurva baru
sesuai dengan BJ agregat
gabungan dengan
memperhatikan kurva sebelah
atas dan bawahnya yang sudah
ada.
Contoh: BJ agregat gabungan
2,60 sesuai dengan
kurva yang sudah ada),
 Tarik garis vertikal dari nilai
kadar air bebas yang digunakan
sampai memotong kurva baru
bj agregat gabungan tsb. Misal
kadar air bebas = (170 kg/m3)
 kemudian dari titik potong
tersebut, ditarik garis mendatar
sampai memotong sumbu
tegak, dan didapatkan nilai
Berat Isi beton = 2387 kg/m3.
Langkah penentuan berat isi beton:

CONTOH 2 :
 Pertama buat kurva baru
sesuai dengan BJ agregat
gabungan dengan
memperhatikan kurva sebelah
atas dan bawahnya yang sudah
ada.
Contoh: BJ agregat gabungan
2,65 lihat kurva baru warna
merah),
 Tarik garis vertikal dari nilai
kadar air bebas yang digunakan
sampai memotong kurva baru
bj agregat gabungan tsb. Misal
kadar air bebas = (205 kg/m3)
 kemudian dari titik potong
tersebut, ditarik garis mendatar
sampai memotong sumbu
tegak, dan didapatkan nilai
Berat Isi beton = 2375 kg/m3.
Perhitungan Berat Agregat

1). Kadar agregat gabungan = berat isi beton dikurangi jumlah semen
dan kadar air
Contoh: 2375 – 404 – 205 = 1766 kg/m3
2). Kadar agregat halus = persentase agregat halus (misal = 42%) x kadar
agregat gabungan
Contoh: 0,42 . 1766 = 741,72 kg/m3
3). Kadar agregat kasar = kadar agregat gab. – kadar agregat halus
Contoh: 1766 – 741,72 = 1024,28 kg/m3
30
i. Proposi Campuran Beton
Dari hasil perhitungan perencanaan campuran ini, kebutuhan semen,
air, agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil, harus diproporsikan
dalam kg per-m3 adukan beton.

Contoh:
Dari hasil hitungan di atas didapat proporsi campuran beton teoritis
untuk setiap m3 beton, sbb :
 Semen portland = 404 kg
 Air seluruhnya = 205 kg
 Agregat halus/pasir = 741,72 kg
 Agregat Kasar/Kerikil = 1024,28 kg
j. Koreksi Proporsi Campuran
Perencanaan campuran beton didasarkan pada agregat dalam kondisi
SSD, sedangkan umumnya kondisi agregat tidak dalam keadaan SSD.
Kandungan air agregat di lapangan dapat lebih kecil dari kondisi SSD
(agregat lebih kering) yang menyebabkan air yang diberikan untuk
campuran sebagian terserap agregat dan fas menjadi lebih kecil, atau
dapat juga lebih besar dari kondisi SSD (agregat lebih basah) sehingga
menambah air campuran dan fas menjadi lebih besar.

Oleh karena itu, untuk menjaga agar nilai fas tetap, harus dilakukan
koreksi proporsi campuran yang disebabkan kandungan air pada
agregat, dan koreksi paling sedikit dilaksanakan satu kali dalam sehari.
Rumus Koreksi Proporsi Campuran:
 A  A   A  A2 
Air  A   h 1 .B   k .C
 100   100 
 Ah  A1 
Agregat Halus  B .B
 100 
 A  A2 
Agregat Kasar  B k .C
 100 
Keterangan:
A : jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B : jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C : jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah : kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak : kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 : kadar air dalam agregat halus kondisi SSD (%)
A2 : kadar air dalam agregat kasar kondisi SSD (%)
CONTOH KASUS 1:

 Pasir mempunyai kadar air 4,75% dan penyerapan air 3,10%, Pasir
mempunyai nilai kadar air > nilai penyerapan air, berarti terjadi
kelebihan air (yang akan menambah jumlah air campuran), karena itu
air campuran harus dikurangai sebesar :
= (3,10 – 4,75) . 741,72/100 = - 12,24 kg
 Kerikil mempunyai nilai kadar air (1,02%) < nilai penyerapan air
(1,63%), berarti kerikil akan menyerap sebagian air campuran
(mengurangi jumlah air campuran), karena itu air campuran
harus ditambah sebesar
= (1,63 – 1,02) . 1024,28/100 = 6,25 kg
Sehingga Proporsi Campuran seharusnya (per-m3) :
 Semen portland = 404 kg
 Agregat halus/pasir = 741,72 + 12,24 = 753,96 kg
 Agregat Kasar/Kerikil = 1024,28 – 6,25 = 1018,03 kg
 Air = 205 – 12,24 + 6,25 = 199,01 kg
Formulir Perencanaan Campuran Beton
No. Uraian Nilai Tabel/Grafik/Hitungan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan f'c 20 MPa ditetapkan, bagian ca-
(benda uji silinder) cat 5%, k = 1,64
2 Deviasi Standar (s) 5,6 MPa Pengawasan Cukup
3 Nilai tambah (M) 10 MPa 1,64.5,60 = 9,18 MPa
4 Kuat Tekan yang ditargetkan f'cr 30 MPa 20 + 10 = 30 MPa
5 Jenis Semen tipe I ditetapkan
6 Jenis Agregat
- kasar batu pecah
- halus alami
7 Faktor Air Semen
- cara 1a 0,508 grafik 1
- cara 1b 0,572 tabel 2 & grafik 2
- Faktor Air Semen maksimum 0,60 lingkungan/syarat
8 Faktor Air Semen dipakai 0,508
9 Slump 75 - 150 mm ditetapkan
10 Ukuran Agregat maksimum 20 mm ditetapkan
11 Kadar Air bebas 205 kg/m³ tabel 3
12 Jumlah Semen 404 kg/m³ (11)/(7)
13 Jumlah Semen maksimum - tidak ditetapkan
14 Jumlah Semen minimum 325 kg/m³ tabel 4
15 Jumlah Semen dipakai 404 kg/m³ (12)>(14)
16 Faktor Air Semen yg disesuaikan 0,508 tetap
17 Susunan butir Agregat Halus Daerah Gradasi 2 ditetapkan
18 Susunan butir Agregat Kasar diketahui
atau Gabungan masuk zone B - C
19 Persen Agregat Halus 42% grafik 5
20 Berat Jenis relatif Agregat SSD 2,65 diketahui & hitungan
21 Berat Isi Beton 2375 kg/m³ grafik 6
22 Kadar Agregat Gabungan 1766 kg/m³ (21)-(15)-(11)
23 Kadar Agregat Halus 741,72 kg/m³ (19).(22)
24 Kadar Agregat Kasar 1024,28 kg/m³ (22)-(23)
25 Proporsi Campuran
Semen Air Agregat kondis SSD
Jumlah Bahan (teoritis) Halus Kasar
(kg) (kg)
(kg) (kg)
- tiap m³ 404,00 205,00 741,72 1.024,28
- tiap campuran uji 0,12 m³ 48,48 24,60 89,01 122,91
26 Proporsi Campuran Koreksi
- tiap m³ 404,00 199,01 753,96 1.018,03 34
- tiap campuran uji 0,12 m³ 48,48 23,88 90,48 122,16
TUGAS:
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Menurut SNI 03-2834-2000
 Kuat tekan yang disyaratkan f’c = 22,5 (Kelp.1 ,2,3)/25 (kelp.4&5)
MPa untuk umur 28 hari,
benda uji berbentuk silinder dan jumlah yang di izinkan tidak
memenuhi syarat = 5%
 Semen yang dipakai semen portland tipe I, dan nilai fas maksimum
adalah 0,60
 Tinggi Slump disyaratkan 30 – 60 mm
 Ukuran butir agregat maksimum 40 mm
 Susunan butir agregat halus harus termasuk dalam Daerah
Gradasi No. 2
Agregat halus dan kasar sesuai dengan hasil pemeriksaan Laboratorium.
Buatlah mix design untuk campuran beton tsb! Lampirkan form isian
Perencanaan Campuran
Tabel C.1 : Data Gradasi dan Sifat Fisik Agregat
Ukuran Pasir A Pasir B Kerikil
Lubang mata ayakan Bagian lolos ayakan Bagian lolos ayakan Bagian lolos ayakan
(mm) (%) (%) (%)
76 100
38 97
19 45
9,6 100 100 24
4,8 100 100 1
2,4 100 62 0
1,2 100 50
0,6 85 10
0,3 60 0
0,15 30 0
0,075 0 0

Pasir A Pasir B Kerikil


Sifat Agregat
(halus tak dipecah) (kasar tak dipecah) (batu pecah)
Berat Jenis SSD 2,50 2,44 2,66
Penyerapan Air (%) 3,10 4,20 1,63
Kadar Air (%) 6,50 8,80 1,06

Anda mungkin juga menyukai