Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang kesehatan. Kesehatan Adalah keadaan sehat, baik secara fisik, Mental,
spiritual maupun sosial.Yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan masyarakat yang selanjutnya di singkat UKM adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, dan kelompok masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan program khusus yang


harus dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sessuai dengan
kurikulum SMK. Program ini dilaksanakan diluar sekolah dalam bentuk
praktik kerja di dunia usaha/industri dengan mempertimbangkan struktur
program kurikulum, kalender pendidikan, dan kesediaan dunia usaha/ industri
untuk dapat menerima PSG ini.

Pendidikan Sistem Ganda dimaksudkan untuk mendekatkan siswa


kepada tuntutan kerja industri, yang sekaligus diharapkan mampu
memberikan umpan balik kepada pihak dunia usaha/ industri, maupun sekolah
sebagai lembaga pelaksana pendidikan formal, sehingga diperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai
kebutuhan pasar kerja di dunia usaha/ industri serta masukan-masukan yang
berarti bagi pengembangan mutu pendidikan khususnya di SMK ABC.

1.2 Tujuan PKL

1
Pendidikan Sistem Ganda dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menerapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan keterampilan yang
dimilikinya agar menghasilkan inovasi atau ide baru untuk memajukan dan
mengembangkan hal dalam bidang kefarmasian.
2. Menghasilkan tenaga yang mempunyai keahlian profesional yaitu tenaga kerja
yang memiliki tingkat pengetahuan keterampilan dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja.
3. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja.
4. Untuk memperoleh lulusan yang memiliki profil kemampuan kefarmasian
yang memadai untuk dunia kerja.
5. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang
sesungguhnya.
6. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis, kewirausahaan
dan produktif.
7. Memiliki tingkat kopetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja.

1.3 Manfaat PKL

1. Menambah pengetahuan kami tentang pelayanan perbekalan farmasi kepada


masyarakat secara langsung.
2. Menambah wawasan saya tentang nama,jenis obat yang beredar di masyarakat.
3. Kami dapat membandingkan antara teori yang didapat sekolah dengan
pendidikan sistem ganda (PSG) yang ada di Apotek.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Apotek

2
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Dalam Ketentuan Umum Undang–Undang Republik
Indonesia Tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa praktik kefarmasian meliputi:
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

 Tugas Apotek
a) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek.
b) Memberikan Perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di Apotek, dan
c) Menjamin kepastian hokum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.

 Fungsi Apotek
Fungsi apotek yaitu :
a) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai.
b) Sebagai Pelayanan Farmasi Klinik, Termasuk di Komunitas.

2.3 Sumber Daya Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat


dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

3
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional


Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan


diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang


undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar
pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku. Dalam
melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus menjalankan
peran yaitu:

a.Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
b.Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c.Komunikator Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola
hasil keputusan.
e. Pengelola Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan
teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan Obat.

2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.73 Tahun 2016 Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan madsud

4
bmencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pengaturan
Standar pelayanan kefarmasian di Apotek bertujuan untuk :

a) Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian

b) Menjamin kepastian hokum bagi tenaga kefarmasian

c) Melindungi pasien dan masyarakat dari pengunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety) Pelayanan Kefarmasian

Di apotek meliputi 2(dua) kegiatan yang bersifat manajerial yang berupa


pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis pakai dan
pelayanan farmasi Klinik.

BAB III PEMBAHASAN

5
3.1 Tempat dan pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai dari 1 oktober


s/d 30 maret diApotek ABCyang bertempat di jl.abcd

3.2 profil dan struktur organisasi Apotek

Pemilik Sarana Apotek


Pemilik Sarana Apotek
SUPIYATI
SUPIYATI

Aoteker pengelola Asisten Apoteker


Aoteker pengelola Asisten Apoteker
apotek
apotek Abriansyah Lubis
Abriansyah Lubis
Hendri Soefyan Pasya
Hendri Soefyan Pasya
s,fram.Apt
s,fram.Apt

3.3 sumber daya kefarmasian

Sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Apotek harus


dikelola oleh seorang apoteker yang professional, yang mremiliki kemampuan
menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan
yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai
pemimpin dalam situasi Multidispiner, kemampuan mengelola SDM secara
efektif.

3.3.1 sumber daya manusia

Sumber daya manusia adalah salah satu factor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik ilustrasi maupun

perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan


perusahaan.

Pelayanan kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker. dapat


dibantu oleh Apoteker pendamping dan / atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi , Surat izin Praktik atau surat izin kerja.

6
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian Apoteker harus memenuhi
kriteria:

1.persyaratan administrasi

a) memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi

b) memiliki surat tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c) memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d) memiliki surat izin Praktik Apoteker (SIPA)

3.3.2 sarana dan prasarana

a) Sarana

sarana harus memiliki apotek terdiri dari, ruang penerimaan

resep, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang konseling,

ruang penyimpanan sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan

serta ruang arsip.

b) Prasarana

Yang harus oleh apotek merupakan peralatan yang memang di butuhkan


dalam proses pelaksanaan pelayanan kefarmasian antara lain rak obat ,
alat peracikan, alat pengemas obat, lemari pendingin, meja dan kursi,
sistem pencatatan mutasi obat, computer dan peralatan lain yang
dibutukan di apotek.

3.4 pelayanan kefarmasian

3.4.1 pengelolaan SDM

Managemen sumber daya manusia SDM merupakan salah satu elemen


terpenting yang memutar roda perusahaan terus berjalan. Meskipun ini tidak

7
berhubungan langsung dengan keuangan atau pendapatan perusahaan, namun secara
tidak langsung dapat berimbas pada kinerja perusahaan.

Hal ini karena pada dasarnya sumberdaya manusialah yang bergerak mengelola
perusahaan.

Dalam jangka panjang, perusahaan melalui managemen sumberdaya manusia akan


diarahkan untuk :

1. memberikan kesempatan sumber daya manusia untuk berkembang menjadi


pribadi yang berkualitas dan memiliki daya saling yang tinggin. Selain untuk
kebaikan perusaan juga untuk kebaikan perorangan itu sendiri.

2. Memperkuat produk unggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan


system produk, distribusi dab pelayanan didakam kefarmasian.

3. Dapat membantu peralatan produksi yang maju dan canggih.

3.4 pelayanan kefarmasian

Suatu pelayanan langsung dan tanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan madsud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

3.4.1 pengelolaan sediaan farmasi,Alat kesehatan ,dan Bahan Medis Habis pakai

Menurut PERMENKES No.73 Tahun 2016, Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undang yang berlaku meliputi perencaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan.

3.4.2.1 Perencanaan

Perencanaan untuk pengadaan barang dapat dikatakan baik bila pembelian


memenuhi beberapa ketentuan antara lain:

Komposisi produk sesuai dengan kebutuhan,pembelian mampu melayani jenis obat


yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian mampu melayani jenis obat yang
diperlukan pasien dan jumlah pembelian untuk keperluan rutin sebulan telah
menunjukan keseimbangan dengan penjualan secara proposional.

8
Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi atau obat
yang ada diapotek menjadi lebih efektif dan efisien serta disesuaikan dengan
angggaran.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun laporan:

a) pemilihan pemasok, yang perlu diperhatikan antara lain :

Servise, meliputi ketepatan waktu, barang yang dikirim, ada tidaknya


diskon/bonus, layanan obat ED dan tanggal waktu penagihan.

Kualitas obat, perbekalan farmasi lain.

Ketersediaan obat yang dibutuhkan.

Harga

b) ketersediaan barang/ perbekalan farmasi

beberapa hal yang harus diperhatikan : sisa stok, rata-rata pemakaian dan
waktu tunggu pemesan, pemilihan metode perencanaan, Adapun metode
perencanaan yaitu :

memperkirakan penggunaan obat berdasarkan pemakaian sebelumnya


sebagai dasar perencanaan yang akan datang.

3.4.2.2 pengadaan

untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan


farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undang.

3.4.2.3 penerimaan

a) obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada


wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-

9
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadarluwarsa.

b) semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehinga terjamin keamanan dan stabilitasinya.

c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperlihatkan bentuk


sediaan dari kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

d) Pengeluaran obat memakai sistem First Expired First Out (FEFO)

Dan First In First Out ( FIFO).

3.4.2.4 Penyimpanan

a) Obat/Bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadarluarsa

b) Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjaminkeamanan dan stabilitasinya.

c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk


sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

d) Pengeluaran obat memakai sistem First Expired First Out(FEFO) dan


First in First Out (FIFO).

3.4.2.5 pemusnahan dan penarikan

selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) diApotek ABCtidak pernah


dilakukan pemusnahan. Apabila ada obat kadarluwarsa atau rusak diberi
dikumpulkan dan disimpen ditempat aman.

Penarikan : biasanya pihak PBF yang menarik barang titipan / konsinasi


barang yang tidak laku,mendekati kadarluwarsa dan yang sudah
kadarluwarsa.

10
3.4.2.6 pengendalian

pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis atau jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan atau pengeluaran, hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kedarluarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan kartu stok baik
secara manual mau pun elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nam obat, tanggal kadarluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.

3.4.2.7 pencatatan dan laporan

1. Pencatatan

dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainya disesuaikan dengan kebutuhan

2. Laporan

Selama Praktek Kerja Lapangan di apotek ABCbelum pernah


mengetahui laporan obat psikrotopika dan obat-obat lain.

3.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik

Berdasarkan PERMENKES No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar


pelayanan kefarmasian klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan sediaan farmasi, Alat kesehatan, Bahan Medis Habis
Pakai dengan madsud mencapai hal yang pasti untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien yang meliputi :

1) Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan


pertimbangan klinik.

a) Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan Berat badan.

11
b) Nama dokter , nomor Surat Izin Praktik (SIP),alamat, nomor telpon
dan paraf.

c) Tanggal penulisan resep.

Kajian kesesuaian farmasetika meliputi :

a) Bentuk dan kekuatan sediaan.

b) Stabilitas

c) Kompatibilitas ( ketercampuran obat).

Pertimbangan meliputi :

a) Ketepatan indikasi dan dosis obat.

b) Aturan, cara dan penggunaan obat.

c) Duplikasi dan/atau polifarmasi

d) Reaksi obat yang tidak diinginkan.

e) Kontra indikasi

f) Interaksi

Jika ditemukan adanya ketidak sesuaian dari hasil


pengkajian maka apoteker harus menghubungi dokter
penulis resep.

3.4.3.1 Pengkajian dan pelayanan Resep

Pengkajian Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


pengkajian Resep, penyiapan Sediaan farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis
Habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan serta
pemberrian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat ( medication error).

pengkajian Resep adalah hasil evakuasi dengan cara membandingkan literatur

3.4.3.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyimpanan penyerahan dan pemberian

12
Informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal

sebagai berikut :

a) menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep dengan menghitung


kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep, mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat,
tanggal kadarluwarsa dan keadaan fisik obat.

b) Melakukan peracikan obat bila diperlukan.

c) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk


oral, warna biru untuk obat luar dan suntik, menempel label “Kocok
Dahulu” pada sediaan suspense dan emulsi.

d) Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat yang mengurangi penggunaan
obat yang salah.

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :

a) sebelum obat diserahkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan


mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara pengunaan serta
jenis dan jumlah obat ( kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep ).

b) Memanggil nama dan nomor pasien.

c) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.

d) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.

e) Memberikan pengunaan informasi obat dan hal-hal yang terkait


dengan obat antara lain memanfaatkan obat. Makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek sampan, dengan
cara penyimpanan obat lain-lain.

f) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara


yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil.

g) Memastikan yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

13
h) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
apoteker (bila diperlukan).

3.4.3.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh


apoteker dalam pemberian informasi obat yang tidak memihak, dievakuasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat.

Kegiatan pelayanan informasi obat yang biasa dilakukan di apotek diantara


meliputi :

a) Menjawab pertanyaan lisan maupun tulisan.

b) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.

c) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada mahasiswa farmasi yang


sedang praktik profesi.

d) Melakukan penelitian penggunaan obat.

e) Melakukan program jaminan mutu.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan informasi


obat:

a) Topik pertanyaan

b) Tanggal dan waktu PIO diberikan.

c) Metode PIO lisan, tertulis, lewat telpon.

d) Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien Hamil/menyusun, data laboratorium).

e) Uraian pernyataan.

f) Referensi.

14
g) Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelpon) dan data apoteker
yang memberikan PIO.

3.4.3.4 konseling

Apoteker harus memberikan konseling,mengenai sediaan farmasi,pengobatan


dan perbekalan kesehatan lainya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti :


cardiovascular,diabetes,TBC,asthma,dan penyakit kronis lainya,apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.

3.4.3.5 pelayanan kefarmasian dirumah

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan


kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnyaa untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainya.

Jenis pelayanan kefarmasian dirumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:

1. Penilaian/ pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan


pengobatan.

2. Identifikasi kepatuhan pasien.

3. Pendampingan pengelolaan obat asma, penyimpanan insulin

4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan umum.

5. Monitoring pelaksaan, efektifikasi dan keamanan penggunaan obat berdasarkan


catatan pengobatan pasien.

6. Dokumentasi pelaksaan pelayanan kefarmasian dirumah dengan menggunakan


formulir 8 sebagian terlampir.

3.4.3.6 Pemantauan terapi obat

15
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien :

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3. Adanya multidiagnosis.

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang


merugikan.

3.4.3.7 monitoring efek samping obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang


merugikan atau tidak dihadapkan pada dosis normal yang di gunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi modifikasi fungsi
fisiologis.

Kegiatan :

a) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami


efek samping obat.

b) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan


menggunakan formulir yang terlampir.

16
BAb IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Peraktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Apotek ABC ABC, saya
dapat menyimpulkan bahwa :

1. Apotek telah melakukan pengelolaan apotek hampir sama dengan teori dan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Golongan obat yang ada di Apotek ABCmeliputi obat generik, obat paten,
obat bebas, obat bebas terbatas.
3. Layanan meracik di Apotek ABCABCtelah memenuhi standar yang baik,
karena sudah memenuhi standar meracik.
4. Penyimpanan dan penyusunan semua obat di Apotek ABCdiurutkan
berdasarkan farmakologi, alfabetis, dan jenis sediaan.
5. Selain melayani resep dokter, Apotek ABCjuga melayani resep BPJS.
6. Semua resep di Apotek ABC di letakan di tempat penyimpanan resep dan
disimpan berurut menurut tanggal..
7. Apotek ABCtelah memberikan kesempatan kepada kami melaksanakan PKL
dengan berfikir kritis dan sabar membimbing kami sampai kami selesai
melaksanakan PKL tersebut.
4.2 saran

Adapun saran setelah melakukan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Abadi

Jaya yaitu :

- Masih banyak obat-obat yang kurang lengkap

17
- Peletakan obat masih kurang rapi

- Kebersihanya perlu ditingkatnya karna masih banyak debu-debu dalam etalase.

18

Anda mungkin juga menyukai