Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I. Tinjauan Pustaka

Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat


mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Suatu ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan
R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, yang disebut reaksi
esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang
reversibel.

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5.


Senyawa ini merupakan ester dari ethanol dan asam asetat. Berwujud cairan
tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat adalah pelarut polar menengah
yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat dibuat melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol.
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks asam karboksilat bersama etanol dengan katalis asam. Reaksi
esterifikasi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat, tetapi bila
menggunakan katalis, kesetimbangan reaksi akan tercapai lebih cepat. Dari
reaksi asam asetat dan etanol inilah akan menghasilkan etil asetat dengan
persamaan reaksinya :

CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2O


Asam asetat Etanol Etil asetat Air

Asam asetat
Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Asam
asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam sulfat
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Katalis asam sulfat dalam reaksi
esterifikasi adlah katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat
reaksi esterifikasi yang berjalan lambat, tergolong dalam katalisator
homogeny karena membentuk satu fase dengan pereaksi (fase cair). Pemilihan
katalisato asam sulfat ini karena agen pengoksida yang kuat, dapat larut dalam
air pada semua kepekatan, dan konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap
kecepatan reaksi.
Etanol
Etanol (methyl alcohol) dengan rumus molekul C2H5OH adalah zat kimia
yang tidak berwarna, berbentuk cair pada temperatur kamar, mudah menguap
dan sedikit berbau ringan.
Tabel 1 sifat fisika bahan
Sifat fisika Asam asetat Asam sulfat Etanol Etil asetat
Berat 60,05 g/mol 98,94 g/mol 46 g/mol 88,105 g/mol
molekul
Wujud Cairan Cairan Cairan Cairan
Densitas 1,05 g/cc 1,75 g/cc 0,789 g/ml O,897 g/ml
Titik didih 116-118 249 78 77,1
(oC)
Laju reaksi merupakan laju perubahan konsentrasi zat kompenen reaksi setiap
satuan waktu. Terdapat faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti suhu,
luas permukaan sentuh atau ukuran partikel, konsentrasi dan katalis.
Kecepatan reaksi adlah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau
produk terhadap waktu. Hal tersebut sama dengan perubahan posisi (jarak
yang ditempuh) dibagi dengan waktu. Sehingga kecepatan reaksi ditentukan
dengan mengukur kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk, atau
mudah dapat dilakukan dengan menentukan konsentrasi setiap internal waktu
tertentu.

Jumlah pangkat konsentrasi pereaksi yang memberikan garis lurus disebut


orde reaksi. Pada reaski konstanta tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi,
koefisien reaksi tidak ada hubungannta dengan orde reaksi. Dalam
menentukan konstanta kecepatan reaksi terbagi dalam 3 metode yaitu :

a. Analisis Data Metode Diferensial


Dalam metode ini, data tidak dikumpulkan dalam bentuk konsentrasi
terhadap waktu, tetapi dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi
waktuterhadap konsentrasi reaktan. Misalnya, persamaan laju umum yang
melibatkandua reaktan A dan B yaitu k dapat dihitung dari intersep dan
orde reaksi.
b. Analisis Data Metode Integral
Pada metoda integrasi, orde reaksi ditentukan dengan mencocokan data
percobaan dengan persamaan laju reaksi standar setiap orde reaksi.
Setelah mengamati perubahan konsentrasi dengan waktu yang diukur,
harga k dapat dihitung dengan menggunakan persamaan terintegrasi.
Harga k ini berbeda untuk orde reaksi yang berbeda. Metode integrasi
memiliki kelemahan, yaitu orde reaksi yang didapatkan kurang akurat
apabila terjadi reaksi samping (reaksi paralel) dan reaksi reversibel.
 Reaksi Irreversible – Tipe Orde ke-1
A → Produk
𝑑𝐶𝐴
- 𝑟𝐴 = = k . 𝐶𝐴
𝑑𝑡

Rumus yang dapat digunakan dalam bentuk konsentrasi :


𝐶
-In (𝐶 𝐴 ) = kt
𝐴0

Rumus yang digunakan jika orde dalam bentuk konversi :


-In (1 - 𝑋𝐴 ) = kt
 Reaksi Irreversible Bimolekular – Tipe Orde ke-2
A + B → Produk
Perhitungan yang dapat digunakan seperti :
𝑀− 𝑋
In 𝑀 ( 1− 𝑋𝐴 ) = 𝐶𝐴𝑂 (M – 1) kt = (𝐶𝐵0 - 𝐶𝐴0 ) kt M≠1
𝐴

2A → Produk
1 1 1 𝑋𝐴
-𝐶 =𝐶 = kt
𝐶𝐴 𝐴0 𝐴0 1− 𝑋𝐴

A + 2B → Produk
1 1 1 𝑋𝐴
-𝐶 =𝐶 = 2kt M=2
𝐶𝐴 𝐴0 𝐴0 1− 𝑋𝐴

 Reaksi Irreversible – Tipe Orde ke– 3


A + B + D → Produk
 Tipe Orde n
Orde ini dapat digunakan berapa pun selain orde 1, sehingga pecahan
atau decimal dapat digunakan.
𝐶𝐴1−𝑛 - 𝐶𝐴0
1−𝑛
= (n – 1) kt n≠1
 Orde reaksi nol
𝐶𝐴0
𝐶𝐴0 - 𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 𝑋𝐴 = kt untuk t < 𝑘

 Orde untuk Irreversible Reaksi dari 𝑡1 (t paruh waktu)


2

𝛼A + 𝛽B + . . . → Produk
2𝑛−1 −1 1−𝑛
𝑡1 = 𝑘 ′ (𝑛−1) 𝐶𝐴0
2

Metode Arrhenius adalah metode yang mengamati kurva In k versus 1/T


menghasilkan garis lurus pada hampir semua kasus. Umumnya nilai konstanta
kecepatan reaksi dipengaruhi oleh faktor tumbukan, energi aktivasi dan suhu
reaksi yang bisa dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis sesuai
persamaan. Arrhenius Memiliki persamaan :

k = AeEa/RT

= Konstanta laju reaksi, untuk reaksi orde pertama bersatuan det- 1

A = Faktor frekuensi, dinamakan demikian Karena satuannya sam


adengan satuan konstanta laju reaksi

Ea = Energi aktivasi

𝐸
In k = In A - 𝑅𝑇𝑎

Energi aktivasi adlah energi minimum yang dibutuhkan agar A dapat


menghasilkan produk.

II. Tujuan

Percobaan kali ini ingin menentukan orde reaksi dan konstanta kecepatan
reaksi. Mengetahui pengaruh temperatur 65oC terhadap orde reaksi dan
konstanta kecepatan reaksi pada pembuatan etil asetat.
BAB II
METODELOGI
I. Alat dan Bahan
Alat :
a. Beaker glass : 2 buah l. Threeneck : 1 buah
b. Erlenmeyer : 6 buah m. Labu alas bulat : 1 buah
c. Pendingin bola : 1 buah n. Krop : 5 buah
d. Bola hisap : 1 buah o. Selang : 2 buah
e. Pipet volum 10 ml : 1 buah p. Bunsen : 1 buah
f. Termometer : 2 buah q. Pipet serum 5 ml : 1 buah
g. Kaleng : 1 buah r. Klem buret : 1 buah
h. Hot plate : 1 buah s. Klem : 3 buah
i. Magnetic stirrer : 1 buah t. Gelas ukur 100 ml : 2 buah
j. Pengaduk : 2 buah u. Kaki tiga : 1 buah
k. Labu takar 1000 ml : 1 buah v. Corong kaca : 1 buah

Bahan :

a. Asam Asetat murni


b. Etanol
c. Asam Sulfat
d. NaOH
e. Asam Oksalat
f. Indikator PP
II. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
2. Memanaskan etanol sebanyak 57,19 cc pada labu alas bulat hingga suhu
65oC
3. Pada threeneck memanaskan asam asetat sebanyak 184,04 cc dan asam
sulfat hingga mencapai suhu 65oC
4. Lalu masukkan etanol ke dalam campuran asam asetat dan asam sulfat
melalui lubang yang tertutup krop
5. Pasang kondensor pada bagian kanan, thermometer pada bagian tengah,
dan pada bagian kiri ditutup oleh krop
6. Kemudian panaskan kembali pada suhu 65oC, selang 10 menit sampel
diambil 10 ml dengan pipet volume melalui lubang yang ditutup oleh krop
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer hingga suhu kamar
7. Lakukan titrasi untuk mengukur konsentrasi asam asetat sisa menggunakan
larutan NaOH 1 N
8. Lakukan pengecekan pada suhu tetap sebanyak 6 kali atau didapatkan
konsentrasi konstan
III. Prosedur Analisa
A. Membuat 1 L larutan standar NaOH 1 N
1. Menentukan kebutuhan NaOH dengan rumus :
gr 1000
N = BM x val x lar

2. Menimbang dan melarutkan NaOH dalam labu takar 1 L dengan


aquades bebas CO2 sampai batas
3. Aquades bebas CO2 dapat dibuat dengan mendidihkan aquades ± 10
menit
B. Membuat 100 cc larutan standar primer oksalat 1 N
1. Menentukan kebutuhan H2C2O4.2H2O 99,5% dengan rumus :
gram x kadar 1000
N= x val x larutan
BM

2. Menimbang dengan tepat kebutuhan asam oksalat


3. Melarutkan asam oksalat dalam labu takar 1 L dengan aquades
hingga batas
4. Menghitung ulang normalitas larutan standar primer asam oksalat
C. Standarisasi larutan standar NaOH
1. 10 cc larutan standar primer oksalat ditambah 3 tetes indikator PP
dan dititrasi dengan larutan standart NaOH sampai TAT (tak
berwarna – merah muda)
2. Mencatat volume titrasi
3. Mengulangi minimal 3x
4. Menentukan normalitas larutan standar NaOH
D. Analisa Konsentrasi Asam Asetat Sisa (CA)
1. Larutan 10 ml yang terambil dipisahkan di kedua Erlenmeyer untuk
2. 5 ml larutan sampel ditambahkan 3 tetes indikator PP di titrasi
dengan larutan standar NaOH hingga TAT (tidak berwarna – merah
muda) untuk didapatkan kadar asam asetat sisa
3. Catat volume titrasi
4. Ulangi minimal 2x
5. Tentukan Normalitas larutan
IV. Gambar Alat
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam mempelajari kinetika reaksi pembuatan etil asetat dilakuka


penelitian dengan variasi suhu. didapatkan data hasil percobaan kinetika
reaksi etil asetat menggunakan katalisator asam sulfat (H2SO4) dengan
variabel suhu 650C, sebagai berikut :
1. Hasil nilai k dan orde reaksi

Waktu (menit) CA (𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 )

0 5,5
10 3,1850
20 2,7685
30 2,3520
40 1,9355
50 1,6415
60 1,4455
Tabel 1. Data Percobaan Hasil Konsentrasi Tiap Waktu

Pada tabel 1 dapat dibuktikan bahwa semakin lama waktu reaksi


semakin besar konsentrasi yang diperoleh. .Hal ini disebabkan semakin besar
suhu maka gerakan molekul molekul reaktan semakin kuat sehingga
kemungkinan bertumbukannya semakin besar dan kecepatan reaksipun
semakin besar.
Waktu CA
𝑑𝐶𝐴 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝐶𝐴
Slope , (𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Log log A
(menit) (𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 ) 𝑑𝑡 𝑑𝑡

0 5,5 (5 – 0)/(0 – 12,2) = -0,4508 - 0,3460 0,7404


10 3,1850 (4,5 – 0)/(0 – 32,5) = - 0,1385 - 0,8586 0,5031
20 2,7685 (3,5 – 0)/(0 – 85) = - 0,0412 - 1,3851 0,4423
30 2,3520 (3,49 – 0)/(0 – 87,5) = - 0,0399 - 1,3990 0,3714
40 1,9355 (3,19 – 0)/(0 – 97,5) = - 0,0327 - 1,4855 0,2868
50 1,6415 (2,9 – 0)/(0 – 108,5) = - 0,0267 - 1,5735 0,2152
60 1,4455 (1,75 – 1,2)/(30 – 80) = - 0,011 - 1,9586 0,1600
Tabel 2. Data penentunan menggunakan metode diferensial
A = -2,2883; B = 2,5787; r = 0,9645
Intercept : log k = -2,2883
k = 0,0052 liter1,58/(mol1,58 . menit)
Slope : n = 2,5787 = 2,58

Dari perhitungan menggunakan metode differensial dihasilkan nilai


konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,0052 liter1,58/(mol1,58 . menit) dan orde
reaksi 2,58 yang ditunjukan dari data tabel ke 2. Berdasarkan ketentuan yang
disepakati bersama digunakan orde 2,5. Hal ini dikarenakan pada perhitungan
konstanta reaksi dari 5 kelompok mendekati orde 2,5.

Dari perhitungan intergral pada suhu 650C didapatkan konstanta


kecepatan reaksi yang konstan yang memiliki konstanta rata-rata 0,0052
liter1,5/(mol1,5 . menit). Dari kedua metode yang dicoba yaitu metode
difrensial dan metode intergral didapatkan konstanta kecepatan reaksi yang
sama.
2. Hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan suhu
Dari data yang dikumpulkan dari 5 kelompok didaptkan konstanta kevepatan
reaksi diberbagai suhu, dibuktikan pada tabel 3.
Temperature( K) Konstanta kecepatan reaksi
(liter1,5/mol1,5 . menit)
303 0,0004
310 0,0005
323 0,0015
333 0,0030
338 0,0052
Tabel 3. Nilai k pada berbagai suhu pada reaksi orde 2,5

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh suhu reaksi terhadap nilai
konstanta kecepatan reaksi berbanding lurus. Dimana pada setiap kenaikan
suhu nilai konstanta reaksi semakin besar.

3. Menentukan konstanta kecepatan reaksi menggunakan metode archenius


Dari data yang didapat pada tabel 3 bahwa pengaruh sehu terhadap konstanta
kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius.
𝐸𝐴 1
In k = In A - 𝑅𝑇 . 𝑇
1
Dari persamaan tersebut dicari 𝑇 dan nilai In k, ditunjukkan pada tabel 4.

Temperatur (K) 1 K In k
𝑇
303 0,0033 0,0004 - 7,8240
310 0,0032 0,0005 - 7,6009
323 0,0031 0,0015 - 6,5023
333 0,0030 0,0030 - 5,8091
338 0,0030 0,0052 - 5,2591
1
Tabel 4. Data Perhitungan 𝑇 dan In k
1
Setelah ditentukan dan In k menentukan nilai Ea dan A dari persamaan
𝑇

diatas. Sehingga didapatkan nilai A sebesar 180402315,3 dan Ea sebesar


16309,8220. Daoat disimpulkan bahwa pad percobaan kali ini reaksi sangat
dipengaruhi oleh suhu, hal ini dapat dilihat dari nialai energi aktivasi yang
dihasilkan melebih nilai 10 ribu. Apabila nilai Ea yang dihasilkan kurang dari
10 ribu dapat dikatakan reaksi tersebut berpengaruh terhadap pengadukan atau
kecepatan pengadukan.
Dari nilai Ea dan A didapatkan nilai konstanta kecepatan reaksi menggunkan
8208,2647
metode Arrhenius sebesar k = 180402315,3 𝑒 − 𝑇 .
BAB III

KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dibuktikan bahwa semakin besar suhu yang digunakan
semakin cepat perubahan konsentrasi setiap satuan waktu dibuktikan pada suhu 65oC,
orde yang digunakan pada percobaan kali ini menggunakan orde n. Dihasilkan orde
2,58 dan memiliki konstanta kecepatan laju reaksi 0,0052 liter1,58/(mol1,58 . menit)
pada metode diferensial. Sedangkan saat menggunakan orde 2,5 kontanta kecepatan
reaksi yang dihasilkan sebesar 0,0052 liter1,5/(mol1,5.menit) dan energi aktivasi
sebesar 16309,8220.
Lampiran

Perhitungan

I. Kebutuhan bahan untuk percobaan


CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
H2SO4
m 1 mol 3 mol - -
r 1 mol 1 mol 1 mol 1 mol
s - 2 mol 1 mol 1 mol
 Massa etanol = mol x BM
𝑔
= 3 mol x 46 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 138 gram
𝑚
 Volume etanol = 𝜌
138 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑔
0,7893 ⁄𝑐𝑐

= 174,84 cc
100
 Volume etanol 95 % = 174,84 cc x 95

= 184,04 cc
 Massa asam asetat = mol x BM
𝑔
= 1 mol x 60 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 60 gram
𝑚
 Volume asam asetat = 𝜌
60 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑔
1,05 ⁄𝑐𝑐

= 57,14 cc
0,5
 Mol asam sulfat = 1 mol x 100

= 0,005 mol
 Massa asam sulfat = mol x BM
𝑔
= 0,05 mol x 98 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,49 gram
𝑚
 Volume asam sulfat = 𝜌
0,49 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑔
1,84 ⁄𝑐𝑐

= 0,2663 cc
1000
 Konsentrasi asam asetat mula-mula (CA0) = 1 mol x 231,98 𝑐𝑐 = 4,3 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
1000
 Konsentrasi etanol mula-mula (CB0) = 3 mol x 231,98 𝑐𝑐 = 12,9 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙

𝐶𝐴0 12,9 mol⁄l


 M = = =3
𝐶𝐵0 4,3 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙

II. Hasil Percobaan


A. Tabel data hasil percobaan

V rata- Ca
t, menit V (ml) V (ml)
rata (mol/liter)
0 5,5
10 6,0 7,1 6,55 3,1850
20 5,7 5,6 5,65 2,7685
30 4,6 5,0 4,8 2,352
40 3,9 4,0 3,95 1,9355
50 3,4 3,3 3,35 1,6415
60 3,0 2,9 2,95 1,4455
70 2,8 2,7 2,75 1,3475
90 2,3 2,2 2,25 1,1025
100 2,3 2,2 2,25 1,1025
110 1,9 1,9 1,9 0,9310
120 1,9 1,9 1,9 0,9310
B. Perhitungan Penentuan CA tiap 10 menit
1) CA waktu 10 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 6,5 ml = N2 x 5 ml

N2 = 3,1850 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
2) CA waktu 20 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 5,65 ml = N2 x 5 ml

N2 = 2,7685 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
3) CA waktu 30 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 mol⁄𝑙 x 4,8 ml = N2 x 5 ml

N2 = 2,3520 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
4) CA waktu 40 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 3,95 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,9355 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
5) CA waktu 50 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 3,35 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,6415 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
6) CA waktu 60 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 mol⁄𝑙 x 2,95 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,4455 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
7) CA waktu 70 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 2,75 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,3475 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙

8) CA waktu 90 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 2,25 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,1025 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
9) CA waktu 100 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 2,25 ml = N2 x 5 ml

N2 = 1,1025 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
10) CA waktu 110 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 1,9 ml = N2 x 5 ml

N2 = 0,931 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
11) CA waktu 120 menit
N1 V1 = N2 V2
2,45 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 x 1,9 ml = N2 x 5 ml

N2 = 0,931 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
C. Data Percobaan Hasil Perhitungan Diferensial

Waktu CA
𝑑𝐶𝐴 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝐶𝐴
Slope , (𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Log log A
(menit) (𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 ) 𝑑𝑡 𝑑𝑡

0 5,5 (5 – 0)/(0 – 12,2) = -0,4508 - 0,3460 0,7404


10 3,1850 (4,5 – 0)/(0 – 32,5) = - 0,1385 - 0,8586 0,5031
20 2,7685 (3,5 – 0)/(0 – 85) = - 0,0412 - 1,3851 0,4423
30 2,3520 (3,49 – 0)/(0 – 87,5) = - 0,0399 - 1,3990 0,3714
40 1,9355 (3,19 – 0)/(0 – 97,5) = - 0,0327 - 1,4855 0,2868
50 1,6415 (2,9 – 0)/(0 – 108,5) = - 0,0267 - 1,5735 0,2152
60 1,4455 (1,75 – 1,2)/(30 – 80) = - 0,011 - 1,9586 0,1600

D. Perhitungan Mencari Konstanta dari Metode Diferensial


A = -2,2883; B = 2,5787; r = 0,9645
Intercept : log k = -2,2883
k = 0,0052 liter1,58/(mol1,58 . menit)
Slope : n = 2,5787 = 2,58
𝑑𝐶𝐴
k:- = k CA2,58
𝑑𝑡

k = (mol . liter-1)1-2,58 . menit-1


k = mol-1,58 . liter1,58 . menit-1
k = liter1,58/(mol1,58 . menit)
E. Perhitungan Metoder Intergral Orde n
1) Saat CA : 3,1850 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit pertama
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
3,18501 – 2,58 – 5,51 – 2,58 = (2,58 – 1) x k x 10 menit

0,0927 = 15,8 k

k = 0,0059 liter1,58/(mol1,58 . menit)


2) Saat CA : 2,7685 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit kedua
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
2,76851 – 2,58 – 5,51 – 2,58 = (2,58 – 1)x k x 20 menit
0,1325 = 31,6 k
k = 0,0042 liter1,58/(mol1,58 . menit)
3) Saat CA : 2,3520 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit ketiga
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
2,35201 – 2,58 – 5,51 -2,58 = (2,58 – 1) x k x 30 menit
0,1913 = 47,4 k
k = 0,0040 liter1,58/(mol1,58 . menit)
4) Saat CA : 1,9355 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit keempat
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,93551 – 2,58 – 5,51 - 2,58 = (2,58 – 1) x k x 40 menit
0,2846 = 63,2 k
k = 0,0045 liter1,58/(mol1,58 . menit)
5) Saat CA : 1,6415 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit kelima
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,64151 – 2,58 – 5,51 – 2,58 = (2,58 – 1) x k x 50 menit
0,3894 = 79 k
k = 0,0049 liter1,58/(mol1,58 . menit)
6) Saat CA : 1,4455 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit keenam
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,44551 – 2,58 – 5,51 – 2,58 = (2,58 – 1) x k x 60 menit
0,4911 = 94,8 k
k = 0,0052 liter1,58/(mol1,58 . menit)
0,0059+0,0042 + 0,004 +0,0045 + 0,0049 + 0,0052
k rata-rata = 6
1,58 1,58
= 0,0048 liter /(mol . menit)
F. Perhitungan Metoder Intergral Orde n (n=2,5)
1) Saat CA : 3,1850 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit pertama
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
3,18501 – 2,5 – 5,51 – 2,5 = (2,5 – 1) x k x 10 menit
0,0984 = 15 k
k = 0,0066 liter1,5/(mol1,5 . menit)
2) Saat CA : 2,7685 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit kedua
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
2,76851 – 2,5 – 5,51 – 2,5 = (2,5 – 1)x k x 20 menit
0,1396 = 30 k
k = 0,0047 liter1,5/(mol1,5 . menit)
3) Saat CA : 2,3520 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit ketiga
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
2,35201 – 2,5 – 5,51 -2,5 = (2,5 – 1) x k x 30 menit
0,1997 = 45 k
k = 0,0044 liter1,5/(mol1,5 . menit)
4) Saat CA : 1,9355 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit keempat
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,93551 – 2,5 – 5,51 - 2,5 = (2,5 – 1) x k x 40 menit
0,2938 = 60 k
k = 0,0049 liter1,5/(mol1,5 . menit)
5) Saat CA : 1,6415 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit kelima
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,64151 – 2,5 – 5,51 – 2,5 = (2,5 – 1) x k x 50 menit
0,3980 = 75 k
k = 0,0053 liter1,5/(mol1,5 . menit)
6) Saat CA : 1,4455 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 waktu 10 menit keenam
CA1-n – CAO1-n = (n – 1) k t
1,44551 – 2,5 – 5,51 – 2,5 = (2,5 – 1) x k x 60 menit
0,4979 = 90 k
k = 0,0055 liter1,5/(mol1,5 . menit)
0,0066+0,0047 + 0,0044 +0,0049 + 0,0053 + 0,0055
k rata-rata = 6

= 0,0052 liter1,5/(mol1,5 . menit)

G. Perhitungan Menggunakan Metode Arrhenius dari Tabel 4


A : 19,0107
B : - 8208,2647
R2 : - 0,9637
𝐸𝑎
= 8208,2647 → Ea = 8208,2647 x R
𝑅

= 8208,2647 x 1,987
= 16309,8220
In A = 19,0107
A = 180402315,3

Dokumentasi

Gambar 1. Persiapan Bahan Baku


Gambar 2. Rangkaian alat

Gambar 3. Pemasukan katalis kedalam asam asetat

Gambar 4. Rangkaian alat titrasi dan kegiatan titrasi


Gambar 5. Grafik penentuan slope dalam metode diferensial
DAFTAR PUSTAKA

Rosmayanti,M. 2014. Material Safety Sheet (MSDS) Asam Asetat Murni. Politeknik
Kesehatan Yogyakarta. Yogyakarta.

https://id.scribd.com/doc/190234883/LAPORAN-Pembuatan-Etil-Asetat-Melalui-
Reaksi-Esterifikasi.
https://dokumen.tips/documents/sifat-fisika-dan-kimia-asam-sulfat.html
http://eprints.polsri.ac.id/3165/3/BAB%20II.pdf
LAPORAN TEKNIK REAKSI KIMIA

PEMBUATAN ETIL ASETAT

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Fransisca Annatasya (116022)

Oktovina Dwi Kristiana (116039)

Sinta Utama (116042)

Aditya Krisyulianto (116047)

Alus Indah (116048)

Yohanes Ervin W (116055)

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA


SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai