DOSEN PENGAJAR :
Oleh Kelompok :
UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Semua manusia diciptakan sama dan telah di anugerahi oleh Tuhan Yang Maha
Esa bahwa kita semua memiliki hak yang tidak dapat diambil oleh orang lain, dan
diantara hak-hak tersebut adalah hak untuk memperoleh kehidupan, kebebasan, dan
mencari kebahagiaan. Usaha untuk mempertahankan hak-hak tersebut ialah untuk
mewujudkan kehidupan warga negara yang sejahtera.
Tujuan tindakan afirmatif adalah untuk memberikan suatu cara bagi warga Negara
kita guna mengatasi diskriminasi gender dan ras agar semua orang memperoleh
kesempatan yang sama untuk mengembangkan, melaksanakan, mencapai dan
memberikan sumbangan. Tindakan afirmatif merupakan usaha untuk mengembangkan
suatu pendekatan sistematis untuk membuka pintu bidang pendidikan, ketenagakerjaan,
dan pengembangan peluang bisnis bagi individu-individu yan berpotensi dan kebetulan
menjadi anggota kelompok-kelompok yang telah lama mengalami diskriminatif.
PEMBAHASAN
2. Tingkat Diskriminasi
Menurut Velasques dengan melihat indicator statistic tentang distribusi anggota
kelompok dalam organisasi yang bersangkutan dapat perkirakan tentang terjadinya
diskriminasi pada kelompok tertentu dalam suatu organisasi. Indikator pertama muncul
apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas anggota kelompok tertentu yang
memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa
mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka. Ada 3 perbandingan yang
bisa membuktikan distribusi semacam itu :
1) Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok
yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan oleh
kelompok lain dalam pekerjaan yang sama.
2) Perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat dalam
tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat
yang sama
3) Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan
lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
Namun, argumen ini dihadapkan pada dua keberatan. Pertama, jika argumen ini
benar, pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan dengan
pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, argumen utilitarian harus menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan
bahwa masyarakat secara keseluruhan akan mem[peroleh keuntungan dari keberadaan
bentuk diskriminasi seksual tertentu. Kaum utilitarian menanggapi berbagai kritik
dengan menyatakan bahwa menggunakan faktor selain kualifikasi pekerjaan tidak akan
memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kualifikasi pekerjaan.
Hak
Keadilan
Argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi melanggar prinsip
keadilan. Diskriminasi melanggar prinsip ini dengan cara menutup kesempatan bagi
kaum minoritas untuk menduduki posisi tertentu dalam suatu lembaga dan berarti
mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain.
Praktik Diskriminasi
a. Rekrutmen, Perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi verbal para
pegawai saat ini dalam merekrut karyawan baru cenderung merekrut karyawan dari
kelompok ras dan seksual yang sama yang terdapat dalam perusahaan.
b. Seleksi, kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Kenaikan pangkat, dikatakan diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi
kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari kelompok
minoritas.
d. Kondisi pekerjaan, pemberian gaji akan diskriminatif jika dalam jumlah yang tidak
sama untuk orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya sama.
e. PHK, memecat berdasarkan pertimbangan ras, dan jenis kelamin merupakan
diskriminasi.
4. Tindakan Afirmatif
Untuk menghapus pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melaksanakan pogram tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi
yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum
perempuan dan minoritas.
Inti dari program ini adalah suatu penyelidikan yang mendetail atas semua
klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidika untuk menentukan
apakah jumlah pegawai perempuan dan minoritas dalam klasifikasi kerja tertentu lebih
kecil dibandingkan yang diperkirakan dari tingkat ketersediaan tenaga kerja kelompok
ini di wilayah tempat mereka direkrut. Perusahaan menunjuk seseorang untuk
mengoorinasikan dan melaksanakan program afirmatif, dan melaksanakan program dan
langkah khusus untuk menambah pegawai baru dari kelompok minoritas dan
perempuan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Bagi banyak orang, program tindakan afirmatif yang memberikan pekerjaan
berdasarkan keanggotaan dalam kelompok yang dirugikan tidak sepenuhnya legal.
Namun, yang lain menginterpretasikan ”rekomendasi” secara lebih sempit, yaitu
senioritas tidak dapat diberikan hanya karena seseorang menjadi anggota suatu
kelompok yang dirugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Keadilan kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib
memberikan kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja.
Selanjutnya, program tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu
bentuk ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan
kaum minoritas karena telah merugikan mereka di masa lalu.
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang didasarkan
pada prinsip kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan hanya dari individu yang
sengaja merugikan orang lain, dan hanya memberikan kompensasi kepada individu
yang dirugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial
Hambatan utama yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program
afirmatif, pertama berkaitan dengan persoalan apakah biaya sosial dari program
tindakan afirmatif lebih besar dari keuntungan yang diperoleh. Kedua,
mempertanyakan asumsi bahwa ras merupakan indikator kebutuhan yang tepat.
Tujuan-tujuan tindakan afirmatif, adalah sebagai berikut:
a) Salah satu tujuan pogram tindakan afirmatif adalah mendistribusikan
keuntungan dan beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip keadilan
distributif, dan mampu menghapuskan dominasi ras atau jenis kelamin
tertentu atas kelompok pekerjaan yang penting.
b) untuk menetralkan bias (baik yang disadari ataupun tidak) untuk menjamin
hak yang sama untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan
minoritas.
c) Menetralkan kelemahan kompetitif yang saat ini diteliti yang saat ini
dimiliki oleh kaum perempuan dan minoritas saat mereka bersaing dengan
pria kulit putih, agar mereka memperoleh posisi awal yang sama untuk
bersaing dengan pria kulit putih.
Tujuan dasarnya adalah terciptanya masyarakat yang lebih
adil. Kesempatan yang dimiliki seseorang tidak dibatasi oleh ras atau jenis
kelaminnya. Tujuan ini secara moral sah sejauh usaha untuk memperoleh
kesempatan yang sama secara moral juga masih dianggap sah.
Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman
Kriteria lain selain ras dan jenis kelamin yang perlu dipertimbangkan
saat mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama, jika
hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan akan mengarah pada
perekrutan pegawai yang tidak berkualifikasi dan mungkin menurunkan
produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh penting pada
kehidupan orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting,
katakanlah pada jiwa orang lain, kriteria selain ras dan jenis kelamin harus
diutamakan dan lebih dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif.
Ketiga, para penentang menyatakan bahwa program tindakan afirmatif, jika
dilanjutkan, akan membuat sebuah negara menjadi negara yang lebih
diskriminatif. Jadi, program-program ini harus dihentikan secepat mungkin
setelah apa yang di ingin diperbaiki telah berhasil diperbaiki.
Pedoman berikut ini di usulkan sebagai salah satu cara untuk
memasukkan berbagai pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif
ketika kaum minoritas kurang terwakili dalam suatu perusahaan:
1.Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib direkrut atau
dipromosikan hanya jika mereka telah mencapai tingkat kompetensi
minimum atau mampu mencapai tingkat tersebut dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
2.Jika kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih
rendah (atau sama atau lebih tinggi) dibandingkan yang bukan dari
kelompok minoritas, maka calon tersebut harus lebih diutamakan.
3.Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama
berkualifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan
minoritas jauh lebih berkualifikasi, maka:
a. Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada
kehidupan atau keselamatan orang lain (misalnya profesi dokter
bedah atau pilot) atau jika pelaksanaan pekerjaan tersebut
memiliki pengaruh penting pada efisiensi seluruh perusahaan
(misalnya jabatan sebagai kepala pengawas keuangan), maka
calon dari kelompok bukan minoritas yang jauh lebih baik
berkualifikasi harus lebuh diutamakan; namun
b. Jika pekerjaan tersebut (seperti halnya sebagian besar pekerjaan
“umum” dalam perusahaan) tidak berkaitan langsung dengan
aspek keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting pada
efisiensi perusahaan, maka calon dari kelompok minoritas harus
lebih diutamakan.
4.Preferensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas
hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan
dalam perusahaan tidak proporsional dengan ketersediaan dalam
populasi.
Kontroversi sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan
afirmatif belum berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar semua
prinsip moral. Jika argumen itu benar, program tindakan afirmatif setidaknya
konsisten dengan prinsip moral.