Disusun Oleh:
Anggit Sita Devi Baskoro
1461050039
Pembimbing:
dr. Yvonne N.J. Palijana, Sp.Rad, MARS
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas segala berkat-NYA sehingga
referat yang berjudul “Pemeriksaan Radiologi Pada Trauma Kepala” dapat diselesaikan.
Referat ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi program studi profesi
Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta
membantu, teman-teman, dan kepada yang terhormat konsulen kami, dr.Yvonne N.J.
Palijama, Sp.Rad, MARS selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran serta kritik yang
sifatnya membangun. Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua tenaga medis dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kepala merupakan bagian yang rentan, oleh karena di dalamnya terdapat susunan
saraf pusat yaitu otak dan medula spinalis. Trauma kepala merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada sekelompok usia produktif. Berdasarkan studi
terjadi akibat trauma yang mencederai kepala yang kemungkinan berakibat gangguan
kognitif, fisik, dan psikososial baik sementara atau permanen yang berhubungan dengan
berkurang atau berubahnya derajat kesadaran. Mekanisme dari cedera kepala itu sendiri dapat
berasal dari cedera langsung ke jaringan otak, rudapaksa luar yang mengenai bagian luar
kepala (tengkorak) yang menjalar ke dalam otak, ataupun pergerakan dari jaringan otak di
dalam tengkorak.
Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakan diagnosis sedini mungkin agar
tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang baik.
Tujuan utama dari pemeriksaan imaging pada pasien trauma kepala adalah untuk
mengkonfirmasi adakah cedera intrakranial yang berpotensi mengancam jiwa pasien bila
diagnosa trauma kepala. Penelitian menunjukkan tindakan operasi pada trauma kepala berat
dalam rentang waktu 4 jam pertama setelah kejadian, dapat menyelamatkan kurang lebih
70% pasien. Sebaliknya, tingkat mortalitas dapat naik sampai 90% bila tindakan intervensi
dilakukan lebih dari 4 jam. Penegakan diagnosa trauma kepala diperoleh dengan pemeriksaan
klinis awal yang diteliti dan tentu ditunjang oleh diagnosa imaging.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit kepala menutupi cranium dan meluas dari linea nuchalis superior pada
os. occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis. Ke arah lateral kulit
kepala meluas lewat fascia temporalis ke arcus zygomaticus. Kulit kepala terdiri
dari lima lapis jaringan yang terdiri atas skin (kulit), connective tissue (jaringan
(jaringan ikat spons) dan pericranium. Lapisan tersebut biasa disebut dengan
Masalah yang paling umum pada foto tengkorak polos adalah membedakan
sutura tengkorak dari alur pembuluh darah dan fraktur. Sutura utama adalah
koronal, sagital, dan lambdoid. Sebuah sutura juga berjalan dalam bentuk pelangi
di atas telinga. Pada orang dewasa, sutura berbentuk simetris dan memiliki tepi
yang sklerotik (sangat putih). Alur vaskular biasanya terlihat pada tampilan
lateral dan meluas pada sisi posterior dan superior dari hanya di depan telinga.
Alur vaskular tersebut merupakan gambaran dari Arteri Meningea Media, yang
mana jika terjadi trauma kepala dapat menyebabkan arteri ini pecah, sehingga
Otak dan medulla spinalis diliputi oleh tiga membran atau meningen yang
serebrospinal, dan memperkecil benturan dan getaran. Meningen otak terdiri atas
3 lapisan, yaitu:
a. Dura Mater
Dura mater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat sehingga mampu melindungi jaringan yang ada
bersatu dengan erat, kecuali pada garis-garis tertentu, tempat lapisan ini
terjadi akibat pukulan yang relatif ringan pada sisi kepala yang
b. Arachnoidea Mater
Arachnoidea mater merupakan membran yang halus dan bersifat
impermiabel, yang menutupi otak dan terletak antara pia mater di bagian
dalamnya dan dura mater di bagian luar. Selaput ini dipisahkan dari dura
mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater
c. Pia Mater
mesotelium yang gepeng. Struktur ini melekat erat pada otak, menutupi
girus-girus, dan turun hingga mencapai bagian sulkus yang paling dalam.
Arteri cerebri masuk ke dalam jaringan otak setelah dibungkus oleh pia
mater.
Gambar 3. Meningeal terdiri atas dura mater, arachnoidea mater dan pia mater
II.1.4 Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua bagian
Sistem Saraf Pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari
Cerebrum merupakan bagian terbesar dan teratas dari otak yang terdiri dari
dua bagian, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Otak besar terdiri atas
korteks, ganglia basalis, dan sistem limbik. Kedua hemisfer kiri dan kanan
dihubungkan oleh serabut padat yang disebut dengan corpus calosum. Setiap
hemisfer dibagi atas 4 lobus, yaitu lobus frontalis, lobus oksipitialis, lobus
Cerebellum berada pada bagian bawah dan belakang tengkorak dan melekat
pada otak tengah. Hipotalamus mempunyai beberapa pusat dan Thalamus suatu
Batang otak terletak diujung atas korda spinalis, berhubungan banyak dengan
korda spinalis. Batang otak terdiri atas diensefalon, mesencephalon, pons varoli
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak yang bekerja dalam kaitan
ekspresi perilaku instinktif, emosi dan hasrat-hasrat dan merupakan bagian otak
Otak dikelilingi oleh ruang cairan cerebrospinal (LCS) internal dan eksternal.
ke ventrikel III, ventrikel IV dan kanal sentral spinal cord. Sekitar 650ml cairan
LCS dihasilkan oleh pleksus koroideus dan dialirkan melalui arachnoid vili setiap
harinya. Lesi yang mengakibatkan sumbatan LCS seperti tumor otak dapat
mencegah masuknya sebagian besar zat kecuali CO2, O2, air dan zat-zat lipofilik.
Fungsi utama cairan serebrospinal untuk melinduni otak dalam ruang yang
padat. Apabila terdapat benturan pada kepala tidak terlalu keras, akan
menggerakan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, sehingga tidak ada
mengelilingi otak.
Trauma kepala atau trauma kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
atau gangguan
fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Association of America, trauma
kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang
TBI sering terjadi dari pukulan langsung ke kepala karena kekuatan fisik
eksternal seperti benda tumpul, luka peluru, atau jatuh, cedera pada otak dapat
memar (memar) yang terjadi di lokasi benturan, yang dikenal sebagai lesi coup,
dan memar karena kekuatan benturan menyebabkan otak untuk menyerang sisi
berlawanan tengkorak, yang dikenal sebagai lesi countercoup. Jenis cedera kedua
adalah cedera aksonal difus (DAI) yang dihasilkan dari momentum tiba-tiba atau
dari gerakan kepala yang tidak terbatas, dengan otak tertinggal di belakang
gerakan tengkorak, menghasilkan strain geser, tarik, dan tekan. DAI dianggap
mendasari semua bentuk cedera otak traumatis, termasuk TBI ringan, karena
II.2.3 Klasifikasi
atau sekunder.
Lesi primer terjadi pada saat cedera dan termasuk fraktur tulang tengkorak,
difus).
serebral yaitu sebagian besar merupakan efek sekunder dari trauma kepala,
Cedera otak traumatis diklasifikasikan sebagai penetrasi atau tertutup, dan proses
laserasi atau rusaknya jaringan otak, dan tingkat kematian jauh lebih tinggi
pada jenis cedera kepala ini. Trauma pada tengkorak berasal dari peluru
Cedera kepala tertutup merupakan tipe TBI yang paling umum, dimana
tengkorak tetap relatif utuh. Efek utama cedera kepala terbuka meliputi
kontusi coup dan countercoup. DAI umum terjadi dan dianggap bertanggung
jawab untuk efek neurologis persisten. Meskipun banyak lesi dapat dideteksi
diagnosis pada pasien trauma kepala. Klasifikasi ini berdasarkan nilai kesadaran
1) TBI Ringan
Nilai GCS 13 sampai 15, pada pasien dengan trauma kranial akibat terjatuh.
Pasien sadar, atau dapat terjadi penurunan kesadaran ringan tetapi masih
2) TBI Sedang
tetapi tidak koma, mampu membuka mata dan mampu melokalisir rasa
3) TBI Berat
Nilai GCS 3 sampai 8. Pasien ini dapat terjadi koma, tidak mampu
1. Perdarahan Subgaleal
dura sinus dan vena scalp) yang menyebabkan akumulasi darah dibawah
2. Perdarahan Epidural
Perdarahan epidural adalah perdarahan antara tulang kranial dan duramater,
yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media. Kelainan ini
pada fase awal tidak menunjukkan gejala atau tanda. Baru setetelah
3. Perdarahan Subdural
akibat trauma kepala ringan. Gejala klinis dari perdarahan ini dapat
4. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural, memiliki gambaran berupa kumpulan ekstra-aksial
berbentuk bulan sabit yang dapat melintasi garis sutura, tetapi dibatasi oleh
refleksi dural. Lesi ini lebih mematikan daripada epidural hematoma; tingkat
kematian lebih dari 50%. Perdarahan subdural adalah kelainan yang umum
5. Perdarahan Subarachnoid
Etiologi yang paling sering akibat non traumatik adalah pecahnya aneurisma
hingga dua puluh hari setelah terjadinya ruptur. Gejala yang paling sering
6. Perdarahan Intraventrikular
7. Perdarahan Intraserebral
yang semakin lama semakin banyak dan menimbulkan tekanan pada jaringan
dapat menyebabkan konfusi dan letargi. Gejala klinis biasanya timbul dengan
cepat bergantung pada lokasi perdarahan. Gejala yang paling sering adalah
sakit kepala, nausea, muntah, letargi atau konfusi, kelemahan mendadak atau
kebas pada wajah, tangan atau kaki yang biasanya pada satu sisi, hilangnya
III.1 Pendahuluan
neuroradiologic otak terutama terdiri dari foto polos tengkorak, arteriografi serebral,
teknik ini, untuk sebagian besar, hanya memberikan informasi tidak langsung tentang
proses intrakranial yang dicurigai, tidak sensitif dalam mendeteksi lesi otak yang
merevolusi pemeriksaan radiologis kelainan sistem saraf pusat (SSP) karena untuk
pertama kalinya struktur normal dan abnormal dapat secara langsung divisualisasikan
dengan risiko minimal kepada pasien. Pada akhir 1980-an, menjadi jelas bahwa
vaskular.
Foto polos kepala hanya menunjukkan ada tidaknya patah tulang, dan tidak
mampu menghasilkan visibilitas yang baik pada otak atau adanya darah untuk
intrakranialnya.
III.2.2 CT-Scan
Gambaran yang dihasilkan berbeda seperti foto polos. Pada CT Scan mampu
tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial.
Fraktur pada tengkorak dapat berupa fraktur impresi (depressed fracture), fraktur
linear, dan fraktur diastasis (traumatic suture separation). Fraktur impresi biasanya
disertai kerusakan jaringan otak dan pada foto terlihat sebagai garis atau dua garis
sejajar dengan densitas tinggi pada tulang tengkorak. Fraktur linear harus dibedakan
dari gambaran pembuluh darah normal atau dengan garis sutura interna, yang tidak
bergerigi seperti sutura eksterna. Selain itu, pada foto polos kepala, fraktur ini terlihat
sebagai garis radiolusen. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada pembuluh
darah dan arahnya tidak teratur. Fraktur diastasis lebih sering pada anak-anak dan
Gambar 6. Gambaran Fraktur Impresi (kiri), Fraktur Linear (tengah), dan Fraktur
Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Fraktur dasar tengkorak
CT-Scan Kepala
Pada Gambar 7, memperlihatkan gambaran fraktur tulang temporal petrous kiri, yang
melibatkan telinga tengah (panah kecil). Dapat dilihat juga adanya gambaran sedikit
Perdarahan Epidural
duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteumtengkorak dan tulang yang
subdural. Selain itu, tidak seperti hematoma subdural, hematoma epidural biasanya
tidak melewati sutura. Hematoma epidural sangat sulit dibedakan dengan hematoma
subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk bikonveks yang khas,elips, gambaran
non kontras di wilayah parietalis kanan. Ini biasanya terjadi akibat pecahnya arteri
meningeal media. Sedikit perdarahan juga terlihat di lobus frontal kiri (perdarahan
intraserebral).
Perdarahan Subdural
perpindahan dari pembuluh darah pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar
hipofisis pada foto polos kepala. Munculnya CT scan dan MRI telah menjadi pilihan
diagnosik rutin bahkan untuk perdarahan kecil. Temuan CT scan dalam hematoma
Pada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit, ketika
dari gray matter-white matter junction merupakan tanda penting yang menunjukkan
adanya lesi.
Gambar 9. Gambaran Perdarahan Subdural padaCT
Scan
Jika ditemukan hematoma subdural pada CT scan, penting untuk memeriksa adanya
cedera terkait lainnya, seperti patah tulang tengkorak (Gambar 10), kontusio intra
parenkimal, dan darah pada subaraknoid (Gambar 10). Adanya cedera parenkim pada
pasien dengan hematoma subdural adalah faktor yang paling penting dalam
Gambar 10. Gambaran Perdarahan Subdural dengan Fraktur Tengkorak (Kiri) dan
Perdarahan Subaraknoid
yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang
biasanya hitam mungkin tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas
Ketika CT scan dilakukan beberapa hari atau minggu setelah perdarahan awal, temuan
akan tampak lebih halus. Gambaran putih darah dan bekuan cenderung menurun, dan
tampak sebagai abu-abu. Sebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, CT scan berguna
Perdarahan Intraserebral
timbul hematoma intraparenkim dalam waktu ½-6 jam setelah terjadinya trauma.
Hematoma ini bisa timbul pada area kontralateral trauma. Pada CT scan sesudah
beberapa jam akan tampak daerah hematoma (hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.
Gambar 12 Gambaran perdarahan intraserebral pada
CT Scan Kepala
Perdarahan Intraventrikular
otak. Perdarahan ini selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral (Gambar
gambaran CT scan.
Kepala