Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN KOOPERATIF

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Aminah Zuhriyah, M.Pd

Disusun oleh :

Yuliana Dwi Wijayanti 20158300097

Santi Yulianti 20158300119

Mia Martadina 20158300

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendekatan Kooperatif”.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta, 24 Oktober 2018

Kelompok XII
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam suatu pembelajaran, terdapat beberapa model yang bisa digunakan baik selama
proses pembelajaran sehari-hari, atau bahkan sebagai selingan untuk membuat
pembelajaran lebih bervariasi dan juga sebagai penelitian. Salah satu model pembelajaran
yang biasa digunakan yaitu pembelajaran kooperatif.
Teori yang melandasi pembelajaran ini adalah teori kontruktivisme. Pada dasarnya
pendekatan kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa secara
individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa
informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam teti Sobari,
2006:15).
Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah
kosntruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kretivitas), sehingga akan menjamin terjadinya
dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai pembelajaran kooperatif.
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi pembelajaran kooperatif?
b. Apa tujuan pembelajaran kooperatif?
c. Apa saja karakteristik pembelajaran kooperatif?
d. Bagaimana langkah pembelajaran kooperatif?
e. Apa saja prinsip pembelajaran kooperatif?
f. Apa saja model-model pembelajaran kooperatif?
3. Tujuan
a. Mengetahui definisi pembelajaran kooperatif,
b. Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif,
c. Mengerti karakteristik pembelajaran kooperatif,
d. Mengerti langkah pembelajaran kooperatif,
e. Mengetahui prinsip pembelajaran kooperatif,
f. Mengetahui model-model pembelajaran kooperatif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu,
banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning
karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning
dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok
dikatakan cooperative learning, sepert dijelaskan Abdulhak bahwa “pembelajaran
cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi
dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa
dengan guru (multi way traffic communication).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002:25). Dalam
sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang digunakan dan
menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1)
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan
menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam berpikir kritis, memecahkanmasalah dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, pembelajaran kooperatif mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran.1
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Struktur tujuan kooperatif tercapai hanya jika peserta didik lain bekerjasama dengan
mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Selain unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan
kepada peserta didik dalam pembelajaran kooperatif, menurut Arends pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu prestasi akademik, penerimaan
akan keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial,2 untuk lebih jelasnya akan
diuraikan di bawah ini:
1. Prestasi akademik
Belajar kooperatif sangat menguntungkan baik bagi peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi maupun kemampuan rendah. Peserta didik berkemampuan lebih
tinggi dapat menjadi tutor bagi peserta didik yang berkemampuan rendah. Dalam
proses ini peserta didik berkemampuan lebih tinggi secara akademik mendapat
keuntungan, karena pengetahuannya dapat lebih mendalam.
2. Penerimaan akan keanekaragaman
Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi peserta didik dari berbagai latar
belakang dan kondisi sosial, untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas
rutin, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dapat belajar
menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan pada peserta didik keterampilan -
keterampilan kerjasama dan sosial. Keterampilan Ini sangat penting karena dibutuhkan
oleh peserta didik pada saat berada dalam masyarakat.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk
dimiliki di dalam organisasi yang saling berganting satu sama lain dan dimana masyarakat
secara budaya semakin beragam.

C. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu : (1)
perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang

1
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Depok : Rajawali Pers, 2018), hal 202 - 206
2
T.G. Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya : UNESA University Pers, 2004), hal. 131
kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. (2)
Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
(3) Perspektif pengembangan kognitif artinya dengan adanya interksi antara angota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai
informasi (Sanjaya, 2006:242).
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
(a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif filaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan dan
lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan matang agar proses pembelajaran
berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui
bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam
pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak
akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivita dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lungdren (1994),
yaitu :

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain : menggunakan kesepakatan,


menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok,
berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara,
menyelesaikan tugas tepat waktunya, mengatasi gangguan, menolong tanpa
memberikan jawaban, menghormati perbedaan individu.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain : menunjukkan penghargaan dan
simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan
mengorganisir, memeriksa ketepatan, menerima tanggung jawab, menggunakan
kesabaran, tetap tenang.
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain : mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan untuk justifikasi, menganjurkan suatu posisi, menetapkan tujuan
berkompromi, mengahadapi masalah khusus.
D. Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
Menyampaikan Tujuan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
dan Memotivasi Siswa pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi
siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
Menyajikan Informasi dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap
ke dalam kelompok- kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan
kelompok Belajar efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.

E. Prinsip Belajar Kooperatif


Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip ketergantungan positif (positive independence), yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentkan oleh kinerja
masing-masing aggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok
akan merasakan saling ketergantungan.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan
kelompok sangat bergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena
itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3. Interkasi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota keompok untuk bertatap muka melakukan
interkasi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk
dapat berpartisipasi aktif dan komunikatif dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwakan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
F. Model-model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip
dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut sebagai
berikut.
1. Model Student Teams Achievment Division (STAD)
Menurut Slavin (2007) model STAD ini merupakan variasi pembelajaran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dala matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek
lainnya mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
heterogen. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa didalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada
saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan
nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa
mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Tahap Keterangan

Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada


Penyampaian tujuan dan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
motivasi
Guru membagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri
Pembagian kelompok
dari 4-5 siswa secara heterogen.
Guru menyampaikan informasi atau materi pembelajaran
Presentasi dari Guru
terlebih dahulu.
Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi
Kegiatan belajar dalam tim
kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan
memberikan kontribusi. Guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan.
Guru memberikan kuis seputar materi yang telah dipelajari
Kuis (Evaluasi)
dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Dalam mengerjakan kuis siswa
mengerjakan secara masing-masing (individual).
Guru memeriksa hasil kerja siswwa dan diberikan angka
Penghargaan prestasi tim
dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok.

2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya
di Universitas Texas.
Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi ke dalam kelompok belajar
kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung
jawab terhadap penugasan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing – masing kelompok yang bertanggung jawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga
orang.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih 4 orang,
b. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda,
c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan sama membentuk kelompok baru
(kelompok ahli),
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai,
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi,
f. Pembahasan,
g. Penutup.
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas tel Aviv,
Israel. Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses
belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan
proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut
(Slavin, 1995). Oleh karena itu group investigation tidak dapat diimplementasikan ke
dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog
interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran).
Langkah – langkah nya sebagai berikut :
Langkah Keterangan
Siswa menelaah sumber informasi, memilih
Mengidentifikasi topik dan
topik, mengategorikan saran, para siswa
mengorganisasikan siswa ke dalam
bergabung dalam kelompok belajar dengan
kelompok
pilihan topik yang sama, guru membantu dan
memfasilitasi dalam memperoleh informasi.
Direncanakan siswa bersama kelompoknya,
Merencanakan tugas belajar
meliputi; apa yang diselidiki, bagaimana
melakukannya, pembagian kerja, untuk tujuan
apa topik ini diinvestigasi.
Siswa mencari informasi, menganalisis data, dan
Melaksanakan investigasi
membuat kesimpulan, para siswa saling
berkontribusi, diskusi, tukar pikiran,
mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide.
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan
Menyiapkan laporan akhir
esensial proyeknya, apa yang akan dilaporkan
dan bagaimana membuat presentasi, membentuk
panitia acara untuk mengoordinasi rencana
presentasi.
Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas,
Mempresentasikan laporan akhir
bagian presentasi harus secara aktif melibatkan
pendengar, pendengar mengevaluasi kejelasan
presentasi menurut kriteria yang telah
ditentukan.
Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap
Evaluasi
topik yang dikerjakan, guru dan siswa
berkolaborasi untuk mengevaluasi
pembelajaran, asesmen diarahkan untuk
mengevaluasi pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kritis.

4. Model Make a Match ( Membuat Pasangan )


Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik
ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik,
dalam suasana yang menyenangkan.
Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin.
Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok
untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sebaliknya berupa jawaban).
b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang.
c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(kartu soal/kartu jawaban).
d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f. Kesimpulan.
5. Model TGT ( Teams Games Tournament )
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan
ini dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga dapat diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (indentitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu
yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angkat
tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan
(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit
untuk anak yang pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal
ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberikan skor bagi
kelompoknya. Permainan ini dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan
sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotaan 5 sampai 6 orang siswa yang
heterogen. Guru menyajika materi, siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-
masing. Dalam kerja kelompok guru memberi LKS kepada setiap kelompok. Tugas
yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya apabila ada
dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka
anggota kelopok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima tahapan, yaitu
tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),
permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team
recognition).
6. Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Shlomo Sharan, 2009) bahwa
terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan
struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut.
a. Strultur dan Konstruk yang Berkaitan
Premis dasar dari pendekatan struktural adalah bahwa ada hubungan kuat antara
yang siswa lakukan dengan yang siswa pelajari, yaitu interaksi di dalam kelas telah
memberi pengaruh besar pada perkembangan siswa pada sisi sosial, kognitif dan
akademisnya. Konstruksi dan pemerolehan pengetahuan, perkembangan bahasa
dan kognisi, dan perkembangan keterampilan sosial merupakan fungsi dari situasi
di mana siswa berinteraksi.
b. Prinsip-prinsip Dasar
Ada empat prinsip dasar yang penting untuk pendekatan struktural
pembelajaran kooperatif, yaitu interaksi serentak, partisipasi sejajar, independensi
positif, dan akuntabilitas perseorangan.
c. Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Kagan membedakan lima tujuan pembentukan kelompok dan memberikan
struktur yang tepat untuk masing-masing. Kelima tujuan pembentukan kelompok
itu adalah: (1) agar dikenal, (2) identitas kelompok, (3) dukungan timbal-balik, (4)
menilai perbedaan, dan (5) mengembangkan sinergi.
d. Kelompok
Kelompok belajar kooperatif memiliki identitas kelompok yang kuat, yaitu
idealnya terdiri dari empat anggota yang berlangsung lama.
e. Tata Kelola
Dalam kelas kooperatif ditekankan adanya interaksi siswa dengan siswa, untuk
itu manajemen melibatkan berbagai keterampilan berbeda. Beberapa dari perhatian
manajemen diperkenalkan bersamaan dengan pengenalan kelompok, termasuk
susunan tempat duduk, tingkat suara, pemberian arahan, distribusi dan
penyimpanan materi kelompok, serta metode pembentukan sikap kelompok.
f. Keterampilan Sosial
The Structured Natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni (1) peran dan gerakan pembuka, (2) pemodelan
dan penguatan, (3) struktur dan penstrukturan, dan (4) refleksi dan waktu
perencanaan.
Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif
STAD JIGSAW INVESTIGASI STRUKTURAL
KELOMPOK
Tujuan Kognitif Informasi Informasi Informasi Informasi
akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inquiry
Tujuan Sosial Kerja kelompok Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan
dan kerja sama dan kerja sama kelompok kelompok dan
kompleks keterampilan
sosial
Struktur Tim Kelompok belajar Kerja kelompok Kelompok belajar Bervariasi,
heterogen dengan dan kerja sama dengan 5-6 berdua, bertiga,
4-5 orang anggota angota homogen kelompok dengan
4-6 anggota
Pemilihan Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Pelajaran
Tugas Utama Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan materi dalam inquiry kompleks tugas-tugas yang
dan saling kelompok “ahli”, diberikan sosial
membantu untuk kemudian dan kognitif
menuntaskan membantu
materi belajarnya anggota
kelompok “asal”
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
essai
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan dan pengetahuan dan
publikasi lain publikasi lain
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002:25). Dalam
sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di
dalam organisasi yang saling berganting satu sama lain dan dimana masyarakat secara
budaya semakin beragam.
Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) model student teams
achievment division, (2) model jigsaw, (3) model investigasi kelompok, (4) model make a
match, (5) model teams games tournament, (6) model struktural.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai