Anda di halaman 1dari 18

“PENAMAAN OBAT, BENTUK SEDIAAN OBAT, dan TEKNIK

PEMBERIAN OBAT”

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

Jl.Kusuma Bangsa No.7A

1
1. Penamaan Obat
1.1 Nama Obat

1.1.1 Abana

Abana adalah tonik jantung yang melindungi jantung, penjaga


terhadap masalah sirkulasi dan bangsal dari ketakutan dan
kecemasan, yang sering menyebabkan neurosis jantung.
Cloud Nine Acai Berry hanya mencakup bubuk Acai kelas tertinggi
yang tersedia. Hal ini dilihat dan dirasakan dalam cara kita formula
Acai pembersihan yang kuat dapat membantu Anda untuk
menurunkan berat badan dan merasa hebat sepanjang hari. Cloud9
Acai akan membantu Anda untuk membersihkan tubuh Anda dari
limbah yang tidak diinginkan dan mencegah masa depan
membangun dari terjadi. Ini adalah makanan kesehatan nomor satu
di dunia, dan sekarang tersedia dalam suplemen terkonsentrasi
super, dosis tinggi meskipun berry Acai dan ekstrak Acai sangat
efektif untuk menurunkan berat badan ada manfaat kesehatan yang
positif yang dapat dinikmati oleh siapa pun. berry memiliki banyak
manfaat lainnya juga (Hardi Rahardika : 2006)

1.1.2 Accupril
Accupril berada dalam kelompok obat yang disebut inhibitor ACE.
ACE singkatan angiostensin converting enzyme. Accupril
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
gagal jantung. Accupril juga dapat digunakan untuk tujuan selain
yang tercantum dalam paduan (Sutriyono : 2003)

1.1.3 Accutance

Accutane (isotretinoin) adalah obat yang dipakai untuk


pengobatan yang parah, menodai jerawat kistik yang belum
dibersihkan di respon pada obat-obat ringan seperti antibiotik. Ia
bekerja pada kelenjar minyak dalam kulit, menyusut mereka dan
mengurangi output mereka. Accutane berasal dari vitamin A dan

2
ditemukan dalam jumlah kecil secara alami dalam tubuh
( levenox : 2007)

1.1.4 Aceon

Aceon (perindopril) berada dalam kelompok obat yang disebut


inhibitor ACE. ACE singkatan angiotensin converting enzyme.
Aceon digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan untuk mencegah serangan jantung pada orang
dengan penyakit arteri koroner.Aceon juga dapat digunakan untuk
tujuan selain yang tercantum dalam panduan pengobatan
(Sutiyoso : 2004)

1.1.5 Aciphex
Aciphex (RABEPRAZOLE) adalah obat oral yang digunakan
untuk pengobatan kondisi yang disebabkan oleh asam. Hal ini di
kelas obat yang disebut inhibitor pompa proton atau PPI yang
menghambat produksi asam oleh perut. Rabeprazole, seperti PPI
yang lain, blok enzim di dinding perut yang membuat dan
mengeluarkan asam ke dalam perut. Dengan menghalangi enzim,
sekresi asam ke dalam perut sudah menurun, dan ini
memungkinkan borok di perut dan kerongkongan untuk
menyembuhkan.Jerawat-n-Pimple Cream adalah formulasi yang
unik dari tumbuhan seperti, miju-miju dan Shalmali, yang memiliki
sifat anti-inflamasi dan pendinginan yang membantu dalam
mengurangi jerawat. Saurashtri, sebuah zat yang baik dan
antiseptik, bermanfaat untuk mengobati infeksi, jerawat dan
jerawat, dan lidah buaya, yang memiliki sifat melembabkan dan
menyejukkan juga hadir (Azuma : 2009)

1.1.6 Acomplia

Acomplia (Rimonabant) adalah yang pertama dalam kelas baru


yang disebut agen terapeutik cannabinoid-1 Reseptor Blockers

3
(CB1).Acomplia digunakan dalam pengobatan obesitas dan
kondisi terkait ( Sarirejo Ahmad : 2005 )

1.1.7 Acticin

Acticin (permetrin Topical) adalah agen scabicidal topikal untuk


pengobatan infestasi sarcoptes (kudis) scabiei ( Samarto : 2006)

1.1.8 Met Actoplus

Met Actoplus adalah kombinasi dari dua obat oral diabetes yang
membantu mengontrol kadar gula darah.Met Actoplus adalah untuk
orang dengan diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan suntikan
insulin setiap hari. Obat ini bukan untuk mengobati diabetes tipe
1.Actoplus Met juga dapat digunakan untuk tujuan selain yang
tercantum dalam panduan pengobatan ( Syafudin : 2001)

1.1.9 Aricept

Aricept (Donepezil) adalah inhibitor cholinesterase. Ini bekerja


dengan meningkatkan jumlah zat tertentu (asetilkolin) di otak,
yang dapat membantu mengurangi gejala demensia pada pasien
dengan penyakit AlzheimermArimidex (Anastrozole) digunakan
untuk mengobati kanker payudara pada wanita yang telah melalui
"perubahan hidup" (menopause). Anastrozole bekerja dengan
menurunkan kadar hormon estrogen untuk membantu mengecilkan
tumor dan memperlambat pertumbuhan mereka ( Bagus setyo :
2007)

1.2 Nama Resmi Obat


Nama resmi obat adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi.
Nama resmi suatu obat dibuat dan disetujui oleh lembaga resmi
pemerintah yang bertanggung jawab. Di Indonesia lembaga yang
bertanggung jawab adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
Depkes RI. Nama resmi obat lebih dikenal dengan sebutan nama generic
obat atau obat generic. Setiap jenis obat hanya mempunyai 1 nama generic

4
yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan nama kimianya.
Contohnya adalah obat-obat yang dikenal dengan ibuprofen, asetominofen
atau morfin (Gunawan : 2010)
1.3 Nama Generik
Nama generik adalah nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO
(World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan-
sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal
(misal : Amoxicillin, Metformin) (Anief.2012)
1.4 Nama Paten
Nama Paten adalah nama resmi obat yang telah di patenkan, dan
dilindungi hak ciptanya. Obat dengan nama paten hanya diproduksi oleh
satu pabrik farmasi yang telah melakukan riset dan uji klinis tentang obat
yang diproduksinya. Biasanya obat dengan nama paten harganya sangat
mahal, karena meliputi biaya riset, promosi, produksi dan biaya-biaya lain.
Selama masih dalam masa paten, perusahaan farmasi lain tidak boleh
memproduksi obat dengan kandungan yang sama. Berdasarkan UU No 14
tahun 2001, tentang Paten, masa hak paten berlaku 20 tahun (pasal 8 ayat
1) dan bisa juga 10 tahun (pasal 9). Setelah masa paten habis barulah obat
tersebut boleh diproduksi oleh perusahaan farmasi lain dengan nama
generic (Gan Sulistia : 2009)
1.5 Pengelompokkan Obat
Menurut ketersediaannya di pasaran, obat dapat dikelompokkan menjadi :
1) Obat over-the-counter (OTC, obat bebas)
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas oleh siapapun
tanpa menggunakan resep dokter. Tanda atau logo pada kemasan obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan tepi hitam. Contoh obat golongan
ini adalah paracetamol. Pada formularium obat di Indonesia, kelompok
ini diberi kode grup B. Ingat bahwa obat bebas pun dapat
mengakibatkan toksisitas atau overdosis, sehingga konsumen tetap
perlu membaca instruksi pada kemasan obat sebelum
mengkonsumsinya (Katzung G Betram : 2009)
2) Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat-obatan yang sebenarnya ditujukan
untuk pemberian dengan resep dokter, tetapi obat ini masih dapat

5
dibeli bebas tanpa resep dokter. Label obat semacam ini biasanya
mengandung tanda peringatan khusus. Obat-obatan ini memiliki logo
berupa lingkaran biru dengan tepi hitam. Contoh obat-obatan
golongan ini adalah obat influenza. Dalam sistem formularium
Indonesia, obat golongan ini ditandai sebagai grup G (Katzung G
Betram : 2009)
3) Obat resep dan psikotropika
Obat resep adalah obat-obatan yang dapat dibeli hanya dengan resep
dokter. Obat golongan ini tidak dapat dibeli bebas oleh karena
pembatasan tertentu, misalnya dari aspek kontraindikasi, efek samping,
peringatan dan perhatian, atau dosis maksimal (batas keamanan yang
sempit). Contoh obat golongan ini adalah antibiotik dan asam
mefenamat.
Sedangkan psikotropika adalah obat-obatan alami ataupun buatan non-
narkotik yang memiliki aktivitas dan selektivitas efek terhadap sistem
saraf pusat, terhadap efek perilaku dan status mental. Misalnya
diazepam, fenobarbital, dan beberapa anggota golongan
benzodiazepine lainnya. Dalam sistem formularium Indonesia, kedua
golongan obat ini termasuk dalam grup W (Katzung G Betram : 2009
4) Narkotika
Narkotika berasal dari tumbuhan dan sumber lainnya, baik alamiah
maupun buatan, dan dapat mempengaruhi kesadaran, persepsi nyeri,
sensorik, DAN dapat menyebabkan ketergantungan. Contohnya
alprazolam, codein, morfin, dan petidin. Dalam sistem formularium
Indonesia, obat ini termasuk golongan O (Katzung G Betram : 2009)

2 Bentuk Sediaan Obat


2.1 Bentuk Padat
1) Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
bahan tambahan.
Macam-macam tablet :

6
a. Tablet Kempa : Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi,
bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan.
b. Tablet Cetak : Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada
massa lembab dalam lubang cetakan.
c. Tablet Trikurat : Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya
silindris. Sudah jarang ditemukan.
d. Tablet Hipodermik : Dibuat dari bahan yang mudah larut atau
melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi
hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet Sublingual : Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).
Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
f. Tablet Bukal : Digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan
gusi.
g. Tablet Efervescen : Tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam
wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket
tertulis “tidak untuk langsung ditelan”
h. Tablet Kunyah : Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan
sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan
rasa pahit, atau tidak enak.
Bentuk-bentuk tablet:
1. Tablet berbentuk pipih
2. Tablet Berbentuk bulat
3. Tablet berbentuk persegi
4. Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk
membagi tablet)
 Keuntungan :
1. Praktis :
Waktu: peresepan dan pelayanan diapotek cepat
Lebih mudah dibawa dan disimpan
2. Mudah ditelan
 Kekurangan:
1. Menyulitkan terapi individual
2. Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai
(Setiawati dkk. 2009)
2) Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Macam serbuk :

7
a. Serbuk terbagi (pulveres) merupakan bahan atau campuran yang
homogen dari bahan-bahan yang diserbukkan dan relatif kering.
b. Serbuk tak terbagi (pulvis) adalah serbuk yang dibuat untuk
pemakaian dalam maupun pemakaian luar.
 Keuntungan :
1. Dokter leluasa dalam memilih dosis sesuai keadaan pasien.
2. Lebih stabil, terutama untuk obat yang rusak oleh air.
3. Penyerapan lebih sempurna dibanding sediaan padat lain.
4. Cocok untuk anak-anak dan dewasa yang sukar menelan kapsul
atau tablet.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau
kapsul dapat dibuat bentuk serbuk.
 Kelemahan :
1. Rasa yang tidak enak tidak tertutup seperti rasa pahit, sepat,
lengket di lidah (dapat diatasi dengan corigen saporis).
2. Pada penyimpanan bisa menjadi lembab.
(Setiawati dkk. 2009)
3) Pil (Pilulae)
Pil merupakan sediaan yang berbentuk bulat seperti seperti kelereng
yang mengandung satu atau lebih bahan obat dan dimaksudkan untuk
pemakaian oral.
 Keuntungan:
1. Mudah digunakan atau ditelan.
2. Mampu menutupi rasa yang tidak enak.
3. Relatif stabil dibandingkan larutan.
4. Sangat baik untuk sediaan yang dikehendaki penyerapannya
lambat
 Kerugian:
1. Kurang cocok untuk obat yang diharapkan memberi reaksi yang
cepat.
2. Waktu absorbsi yang lama.
(Setiawati dkk. 2009)
4) Kapsul
 Keuntungan
1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak.
2. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.
3. Lebih enak dipandang.
4. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income
fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang
lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam
kapsul yang lebih besar.

8
5. Mudah ditelan
 Kerugian :
1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena
pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap
lembab).
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan
cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi.
(Setiawati dkk. 2009)
5) Suppositoria.
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh.
 Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral,
karena gangguan cerna, pingsan dan sebagainya.
2. Dapat diberikan pada anak bayi, lansia yang susah menelan.
3. Bisa menghindari first fast efek dihati.
 Kerugian :
1. Daerah absorpsinya lebih kecil.
2. Absorpsi hanya melalui difusi pasif.
3. Pemakaian kurang praktis.
4. Tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rectum.
(Setiawati dkk. 2009)
2.2 Bentuk Semi Padat
1) Krim
Sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah
dicuci. Krim cocok untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak
jaringan yang baru terbentuk. Contoh : salep.
 Keuntungan :
1. Aplikasi mudah.
2. Mendinginkan kulit.
3. Mudah dibersihkan
 Kerugian :
1. Tidak stabil terutama bila kena asam organik ( As salisilat, As
Benzonat, Asam tanat ) dan panas.
2. Mudah mengering karena cairan menguap.
(Saepullbahri.2011)
2) Pasta

9
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep)
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi). Biasanya
dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau
sabun.
 Keuntungan:
1. Mengikat cairan sekret (eksudat).
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. sehingga
mengurangi rasa gatal local.
3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan
lebih lama.
 Kekurangan:
1. Lebih keras dari pada unguentum sehingga sukar dioleskan dan
kadang nyeri.
2. Sukar dibersihkan. Contoh : pasta lassari (anti septik), pasta
dentrifrika (penyegar gigi)
(Saepullbahri.2011)
3) Gel (Jelly)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Adapun
bahan – bahan yang diformulasikan untuk membuat Gel (Lubicating
Jelly) yaitu meliputi Methocel 90 H.C. 4000 , Carbopol 934 ,
Propylene Glycol , Methyl Paraben , Sodium Hydroxide,qs ad , dan
Purified Water.
 Keuntungan :
1. Efek pendinginan pada kulit saat digunakan.
2. Penampilan sediaan yang jernih dan elegan.
3. Elastis.
4. Daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan
pori tidak terganggu.
5. Mudah dicuci dengan air.
6. Pelepasan obatnya baik.
7. Kemampuan penyebarannya pada kulit baik
 Kekurangan :
1. Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperature.
2. Gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat.

10
3. Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.
(Saepullbahri.2011)
2.3 Bentuk Cair
1) Solutiones (Larutan)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu
larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
 Keuntungan:
1. Lebih mudah diserap sehingga dapat segera bekerja.
2. Karena zat aktif terlarut secara homogen maka konsentrasi obat yang
diinginkan dapat tepat.
3. Kurang stabil terutama pada penyimpanan
 Kerugian:
1. Bersifat menyenangkan untuk dibawa atau diangkut dan disimpan,
lebih berat.
2. Stabilitas dalam bentuk cair kurang baik dibandingkan dalam bentuk
sediaan tablet, kapsul, pil, terutama apabila zat aktif atau bahan
mudah terhidrolisis.
3. Larutan/air merupakan media ideal mikroorganisme untuk
berkembang-biak sehingga diperlukan penambahan pengawet yang
lebih banyak dibanding sediaan tablet, pil, krim, dan lain-lain.
4. Ketepatan dosis tergantung kemampuan pasien dalam menakar obat.
5. Rasa obat yang tidak menyenangkan akan terasa lebih tidak enak
apabila dalam bentuk larutan, terutama jika tidak dibantu dengan
pemanis dan pengaroma.
(Anief.2012)
2) Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral
(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada
kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik,
suspensi sirup kering.
 Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,
kapsul. terutama untuk anak-anak.
2. Memiliki homogenitas yang cukup tinggi.

11
3. Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak
dengan permukaan saluran cerna tinggi.
4. Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat.
5. Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
 Kerugian :
1. Memiliki kestabilan yang rendah.
2. Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk.
3. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang.
4. Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan.
5. Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
6. Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan
meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat
penyimpanan
(Anief.2012)

3) Guttae (Obat Tetes)


Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan.
Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam),
Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae
Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
 Keuntungan :
1. Kemudahan penanganan
2. Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif
dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga
meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi
peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.
 Kerugian :
1. Kapasitas volume yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas,
maka jika terdapat larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal
cavitu lalu masuk ke jalur-blok GI menghasilkan absorpsi sistemik
yang tidak diinginkan.
4) Injection (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan

12
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya
yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak
dapat menerima pengobatan melalui mulut.
Macam-macam injeksi :
a) Injeksi Intracutan (IC)

Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan


langsung ke kulit.
Tujuan :
 Melaksanakan uji coba obat tertentu ( skin test ).
 Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit
tertentu misalnya pada tuberculin test
b) Injeksi Subcutan
Injeksi subcutan adalah memasukan obat ke dalam jaringan
lemak tepat dibawah kulit ( WHO 1998 ).
c) Injeksi IntraMuscular (IM)
Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan
langsung kedalam otot.

Lokasi :
 Otot vastus lateralis
 Otot ventrogluteal
 Otot deltoid
 Dorsa gluteus
 Sepertiga sias atas
d) Injeksi IntraVena
Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan langsung
kedalam pembuluh darah vena.

Lokasi :
Pada vena yang nampak jelas, lurus, jauh dari tulang
e) Injeksi Bolus Intravena
Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan langsung
kedalam pembuluh darah vena yaitu melalui bolus.
Prinsipnya sama dengan intra vena yaitu obat dimasukan ke
dalam pembuluh vena.

13
 Keuntungan :
1. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit
tertentu (jantung berhenti).
2. Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan
secara oral atau obat yang dirusak oleh sekresi asam lambung.
3. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi
oral (sakit jiwa atau tidak sadar).
4. Memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat,
karena pasien harus kembali melakukan pengobatan.
5. Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek.
6. Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk
mengoreksi gangguan serius cairan dan keseimbangan elektrolit.
 Kerugian :
1. Membutuhkan seorang ahli dan memakan waktu yang lama.
2. sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik dengan rasa
nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari.
3. Sukar sekali untuk menghilangkan atau merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik.
4. Mahal
5. Harus steril.
(Anief.2012)
5) Syrup
Merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa,
kecuali disebutkan lain kadar sakarosanya antara 64%r sampai 66%.
 Kerugian :
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tungggal, pada umumnya
campuran atau kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-
kadang sebetulnya tidak dibutuhkan pasien tersebut.
3. Tidak sesuai bahan obat yang rasanya tidak enak misal sangat
pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya
dibentuk tablet effervescent) .
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya
dibuat suspensi atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter
anak karena mengandung alkohol, suspensi stabilitasnya lebih
rendah tergantung formulasi dan suspending egent yang
digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily,
biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi juga

14
lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent
yang digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah
dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan
formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan
hanya beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan
kemasan yang khusus pula.
(Anief.2012)
6) Infus
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.
 Keuntungan : Pemberian infus intravena adalah menghasilkan
kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain
dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.
 Kerugiannya : Obat yang diberikan sekali lewat intravena maka
obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat
dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan
cara dimuntahkan.( Anief.2012)
7) Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
 Keuntungan : Mudah ditelan dibandingkan tablet atau kapsul,
Rasanya enak, Larutan jernih, tidak perlu dikocok lagi.
 Kerugian : Tidak baik untuk kesehatan anak. Karena mengandung
bahan yang mudah menguap, Harus disimpan dalam botol bertutup
kedap dan jauh dari sumber api.
(Anief.2012)
2.4 Bentuk Gas
Terdiri dari :
1) Inhalasi
 Keuntungan : Penggunaan terapi inhalasi ini adalah cara kerjanya
yang langsung ke organ sasaran, dalam hal ini paru-paru, Jangka
waktu kerjanya lebih singkat/cepat, Dosis obat yang digunakan
lebih kecil sehingga dapat mengurangi efek samping obat yang
berlebihan.
2) Aerosol
Yaitu terdispersi dalam gas
 Keuntungan : Mudah digunakan & sedikit kontak dengan tangan,
Bahaya kontaminasi tidak ada (dimasuki udara & penguapan

15
selama tidak digunakan), karena wadah tertutup-kedap, Efektif
untuk penanganan gangguan pernapasan, Takaran yang
dikehendaki dapat diatur, bentuk semprotan dapat diatur, Iritasi
yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi.
 Kerugian : MDI ( Metered Dose Inhaler) biasanya
mengandungbahan obat terdispersi & masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya, Efikasi klinik biasanya
tergantung kemampuan pasien menggunakan MDI dengan baik &
benar.( Alkhairaboea.2011)
3 Teknik Pemberian Obat
3.1 Teknik Peroral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah,
mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi. Keuntungan nya adalah tidak diperlukan
latihan khusus, nyaman (penyimpanan,muda dibawa) Non-invasiv, lebih
aman dan ekonomis. Kerugian nya adalah “drug delivery” tidak pasti,
sangat tergantung “kepatuhan pasien”, banyak obat rusak dalam saluran
cerna,exposes drugs to first pass effect, banyak faktor dapat
mempengaruhi bioavaibilitas obat.( Katzung G Betram.2009)
3.2 Pemberian obat Via Jaringan intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan
kulit dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat
yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini
dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada
daerah lengan tangan bagian ventral.( Katzung G Betram.2009)
3.3 Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara memberikan obat melalui vena secara langsung, di antaranya vena
mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher),vena langsung frontalis/temporalis (kepala), yang
bertujuan agar reaksi cepat dan masuk pada pembuluh darah.
Keuntungannya adalah cepat mencapai konsentrasi dan dosis tepat Mudah
mentitrasi dosis. Kerugiannya adalah konsentrasi awal tinggi, toksik
Invasiv, risiko infeksi dan Memerlukan tenaga ahli.( Katzung G
Betram.2009)

16
3.4 Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah) / Drip
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam
darah.( Katzung G Betram.2009)
3.5 Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Merupakan cara memberikan obat dengan meggunakan selang yang
langsung dimasukkan ke intravena.( Katzung G Betram.2009)
3.6 Pemberian Obat per Intramuskular
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal
(dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas
(deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih cepat.( Katzung G
Betram.2009)
3.7 Pemberian Obat via Anus/Rektum
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.( Katzung G Betram.2009)

3.8 Pemberian Obat per Vagina


Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati
saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan
suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local.( Katzung G
Betram.2009)
3.9 Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan
bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi.( Katzung G Betram.2009)
3.10 Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat
tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan
cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata.( Katzung G Betram.2009)

17
3.11 Pemberian Obat Pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat
tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga
khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat
antibiotik.( Katzung G Betram.2009)
3.12 Pemberian Obat Pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat
dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau
nasofaring.( Katzung G Betram.2009).

18

Anda mungkin juga menyukai