Dokter Pembimbing :
dr. Ade Sigit, Sp.B
Disusun Oleh :
Dede Andrianus
11 2017 275
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal : 4-3-2019 , Jam: 05.00 WIB
Keluhan Utama:
Benjolan daerah payudara kanan 2 tahun SMRS
Keluhan Tambahan:
Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kanan kurang lebih 2 tahun SMRS
, benjolan makin membesar , dan kadang-kadang terasa nyeri .
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x sehari
Jumlah/hari : tidak diketahui
Variasi/hari : bervariasi tiap makan
Nafsu makan : baik
Riwayat Keluarga
Riwayat dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit bawaan.
Kulit
Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam (-)
Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis (-)
Kepala
Trauma(-) Sakit Kepala (-) Nyeri pada sinus (-)
Bengkak (-)
Mata
Merah (-) Trauma (-) Kuning/icterus (-)
Sekret (-) Nyeri (-) Ketajaman penglihatan(-)
Telinga
Nyeri (-) Gangguan pendengaran (-)
Sekret (-) Tinitus (-)
Hidung
Rhinnorhea (-) Trauma (-) Epistaksis (-)
Nyeri (-) Tersumbat (-) Benda asing/foreign body (-)
Sekret (-) Gangguan penciuman(-)
Mulut
Bibir (-) Lidah (-)
Gusi (-) Mukosa (-)
Tenggorokan
Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara (-)
Leher
Benjolan (-) Nyeri leher (-)
Abdomen (Lambung/Usus)
Mual (-) Tinja berdarah (-) Konstipasi (-)
Diare (-) Benjolan (-) Nyeri kolik (-)
Nyeri epigastrium (-) Muntah (-) Tinja berwarna dempul (-)
Katamenia
Leukore (-) Perdarahan (-) Lain – lain (-)
Ekstremitas
Bengkak(-)Deformitas (-)
Nyeri(-) Sianosis (-)
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran:compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg HR = 80x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C
Kepala
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung :tidak ada kelainan
Tenggorokan: tidak ada kelainan
STATUS LOKALIS
Regio Mamae dextra
Saat pasien berdiri atau mengedan :
Inspeksi : Tampak benjolan sebesar kelereng dengan ukuran ± 2 cm x 2 cm di
daerah mammae dextra, warna sama dengan kulit sekitarnya. Tidak tampak bekas
luka
Auskultasi : suara nafas vesikuler , tidak ada suara nafas tambahan seperti
wheezing maupun rhonki
Perkusi : dalam batas normal
Palpasi : Teraba benjolan pada mammae dextra seperti kelereng dengan
ukuran ± 2 cm x 2 cm,diarah jam 1 , konsistensi kenyal, batas atas tegas, nyeri tekan
(-)
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 12.0 g/dl
Hematokrit : 35,8 %
Eritrosit : 5.10 juta/uL
Trombosit : 397 mm3
Hemostasis
Masa perdarahan : 4.00 menit
Masa pembekuan : 8.00 menit
Kimia Klinik:
GDS : 85 mg/dL
Ureum : 20,5 mg/dL
Creatinin : 0,58 mg/dL
Hasil radiologi : gambaran radiografi thoraks dalam batas normal
V. RINGKASAN (RESUME)
Pasien berusia 24 tahun datang dengan keluhan benjolan di payudara kanan
sejak 2 tahun SMRS
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg HR = 80x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C
IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Rencana operasi eksisi konsul ke spesialis penyakit dalam dan anestesi
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 x 1 gr
Ketorolac 2x30 mg
X. PROGNOSIS
ad vitam : bonam
ad functionam : bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
Anatomi Payudara
Mammae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak,
pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Parenkim epitelial
dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran
tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada puting susu. Tiap lobus
dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup.
Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mammae (Schwartz’s, 2006).1
2.2.2 Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor yang biasa terjadi pada populasi wanita. Biasa
terjadi pada wanita berumur 20-30 tahun. Teraba sebagai massa kenyal, lobulasi,
berbatas tegas, sangat mobil. Pada wanita postmenopausal, fibroadenoma dapat
berinvolusi, hyalinisasi atau mengkalsifikasi dan pada mamografi kalsifikasinya tebal
atau gambaran seperti popcorn . Fibrodenoma biasanya tumbuh dengan diamater 1-2 cm
dan stabil, walaupun dapat berkembang lebih besar. Fibroadenoma kecil (1 cm atau
kurang) dianggap normal, walaupun fibroadenoma yang lebih besar (hingga 3 cm)
dianggap kelainan (disorder) dan giant fibroadenoma (lebih dari 3 cm) dianggap
penyakit (disease).2
2.2.3 Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak berhubungan
dengan FAM. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau tanpa struktur
stroma. Secara klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation adenoma terjadi
selama kehamilan dan laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon gestational, dan
diferensiasi sekresi saat analisis PA. Sekali lagi biopsi adalah diagnostik dan terapi .2
2.2.7 Kista
Jika gambaran kista dapat diduga melalui pemeriksaan klinis ataupun gambaran
sonografi, maka FNA merupakan tindakan diagnostik dan terapi. Kista dapat
diklasifikasikan sebagai simplex dan komplex berdasarkan gamabran sonografinya.
Kista simplex berupa struktur bulat, berbatas tegas, berdinding halus yang hipoechoic,
tanpa internal echo. Kista komplex memiliki septasi sentral, batas yang tidak tegas, atau
internal echo. Kista asimptomatik, simpleks ditemukan secara insidentil saat evaluasi.
Kista simplex yang besar, nyeri dan gambaran radologis yang tidak jelas harus
diaspirasi. Kista komplex harus diaspirasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Area
abnormal harus diidentifikasi dengan jelas jika sewaktu-waktu biopsi eksisional
diperlukan setelah aspirasi kista. Indikasi untuk biopsi eksisi setelah aspirasi kista bila
ditemukan cairan kemerahan yang banyak, residual massa post ispirasi, atau
reakumulasi kista pada tempat yang sama setelah 2-3 kali aspirasi. Sehingga,
pemeriksaan lanjuttan harus dilakukan 4-6 minggu post aspirasi. Analisis sitologi pada
cairan jernih berwarna kemerahan tidak diperlukan; namun jika penampakan cairan
tidak biasa, hars dilakukan analisis sitologi (Doherty G.M et all).5
Tabel. ANDI Classification of Benign Breast Disorder
Normal Disorder Disease
Early reproductive Lobular Fibroadenoma. Giant
years (15-25 tahun development. fibroadenoma.
Stromal Adolescent Gigantomastia.
development. hypertrophy.
Nipple eversion. Nipple eversion. Subareolar abscess.
Mammary duct
fistula.
Later reproductive Cyclical changes of Cyclical mastalgia. Incapacitating
years (25-40 tahun) menstruation. mastalgia.
Epithelial Nodularity.
hyperplasia of Bloody nipple
pregnancy. discharge.
Involution age (35- Lobular involution. Macrocytes.
55 tahun) Duct involution Sclerosing lesions.
- Dilation Duct ectasis. Periductal mastitis.
- Sclerosis Nipple retraction.
Epithelial turnover Epithelial Epithelial
hyperplasia hyperplasia with
atypia.
4. Hormonal
WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan insidens
Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi injeksi seperti depot-
medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan beberapa penelitian,
didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan esterogen sebagai terapi penganti
hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT) pada wanita perimenopause dan
post menopause sedikit meningkatkan resiko Ca mammae. Resiko meningkat jika
pada wanita yang menerima Estrogen Hormon Replacement Therapy tersebut
sebelumnya pernah menderita kelainan benigna pada mammae-nya
5. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak
dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dapat meningkatkan
resiko Ca mammae dua kali lipat.
Stage Grouping
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1* M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N berapapun M0
T berapapun N3 M0
Stage IV T berapapun N berapapun M1
Histopatologic grade
GX: Grade cannot be assessed
G1: Well-differentiated
G2: Moderately differentiated
G3: Poorly differentiated
G4: Undifferentiated
(Harris J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, 2000., Morris J.P, Wood W.C,
2000).
1. Penyakit Paget
Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh carcinoma
ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi eczematoid,
krusta, bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada palpasi
dan erosi atau krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka kejadiannya
adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul bersama-sama
dengan Ca ductal atau invasive. Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas dan kadang
berdarah. Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla mammae. Penyakit paget
harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih pada stadium 1.
3. Carcinoma Medullare
Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari ductus yang
besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang lunak. Biasanya
mobile dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit sering tertarik
diatas massa sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat progresifitas
lambat, walaupun tumor dapat membesar dengan cepat, sekunder terhadap perdarahan
atau nekrosis. Hanya kurang dari 20 % kasus Ca medullare ini yang timbul bilateral dan
kurang dari 10 % yang mengandung esterogen dan progesteron reseptor. Carcinoma ini
mempunyai 5 year survival rate lebih baik dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif.
Prognosis terpenting pada Ca medullare adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.
4. Comedo carcinoma
Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari semua Ca
mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti pasta yang
dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat, dapat meluas
dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang pada sepertiga
pasien dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate 5 dan 10
tahunnya masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang adekuat. Secara
makroskopis, tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna keabu-abuan.
7. Tubular carcinoma
Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang
digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.
Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit
fibrokistik mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival rate-
nya mendekati 100 %.8
2.3.5 Diagnosis
2.3.5.1 Inspeksi
Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan
bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla mammae,
eritema (Schwartz’s, 2006).5
B. Radiologi
X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi
adanya metastase ke paru-paru
Mammografi
Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau
tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang
secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.
Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata
ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder
berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi
papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan
adanya metastasis ke kelenjar.
USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae yang
klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur
tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing.
Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mammae dengan
mencari dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat
lain, antara lain ke KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).
Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk
mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang
dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh
modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer
adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.
B. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis.
Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan
terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB
merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak
diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-
sel ganas sebagai akibat trauma operasi (Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y, 2006)
C. Segmental Mastectomy
Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:
Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak
dianjurkan untuk Ca mammae
Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor untuk
meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung
tumor dan kulit yang menutupinya (quadranectomy).
Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-pasien
dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2 cm). Mastectomy
segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena tanpa radiasi resiko
kekambuhannya tinggi (Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y, 2006).
D. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi utama
pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause terapi hormonal
berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause terapinya
berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi
tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi ablasi,
efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen (Schwartz’s,
2006).
E. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada Ca
mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca mammae
yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya diberikan
kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut
yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini
muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron,
penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan
lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan
penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi
dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen
dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya
mengurangi risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan
risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun
merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
Kanker yang didukung oleh estrogen
Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun
setelah terdiagnosis
Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40
tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam
jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan
pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan
pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran
untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang
lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon
steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan
pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.9,10
F. Neoadjuvant chemoterapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi. Dengan
adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif pada Ca
mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan tumor yang
besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat tumor Tindakan
bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast Conserving Treatment yaitu
tindakan bedah dengan hanya mengangkat tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi
kuratif.
G. Sentinel lymph nodes biopsy
Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel kanker
yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah prosedur
diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat metastasis
Ca mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak perlu lagi
mengangkat kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla (Jatoi I, Kaufmann
M, Petit J.Y, 2006).
H. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan lumpectomy atau
partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang tersisa yang
terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar tumor, jumlah
KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum tindakan bedah
untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah untuk diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada kedua
mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak digunakan untuk
Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang berada diluar tubuh
yang dikenal dengan nama external-beam radiation therapy. Terapi radiasi juga dapat
diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor (internal radiation therapy)
(Schwartz’s, 2006).11
2.3.8 Prognosis
5-year survival rate untuk stadium I yaitu 94%, untuk stadium IIa yaitu 85%, untuk
stadium IIb yaitu 70%, sedangkan untuk stadium IIIa yaitu 52%, stadium IIIb yaitu 48%
dan untuk stadium IV yaitu 18% .11
DAFTAR PUSTAKA
1. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et
all, ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins. p 40.
2. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson
R, Ellis I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich
Medical Media. p 4, 5-6, 12, 20
3. Greenall M.J, Wood W.C. 2000. Cancer of the Breast. In: Morris J.P, Wood W.C,
ed. Oxford Textbook of Surgery. Second edition. Oxford University Press. p 107
4. Henry M.M, Thompson J.N. 2007. Breast Disease. Clinical Surgery. Second
edition. Elsevier. p 453
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G, ed.
Atlas of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 19-21
6. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Surgery for Breast Carcinoma. In: Schroder
G, ed. Atlas of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 67, 81-82
7. Kirby I.B. 2006. The Breast. In: Brunicardi F.C et all, ed. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eight edition. New York: McGraw-Hill Books Company.
8. Schnitt S.J, Connolly J.L. 2000. Pathology of Benign Breast Disorders. In: Harris
J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, ed. Disease of the Breast. Second
edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 15
9. Schnitt S.J, Connolly J.L. 2000. Staging of Breast Cancer. In: Harris J.R, Lippman
M.E, Morrow M, Osborne K, ed. Disease of the Breast. Second edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 34
10. Skandalakis et all. 2000. Breast. Skandalakis Surgical Anatomy. Second edition.
New York: Springer Science and Business Media Inc.
11. Zollinger R.M. 2003. Additional Procedures. In: Zollinger Sr, ed. Zollinger Atlas of
Surgical Operation. Eight edition. New York: McGraw-Hill Books Company