PENDAHULUAN
Komplikasi yang paling sering pada fraktur sekitar siku adalah hilangnya
fungsi gerak. Hal ini dapat terjadi akibat penanganan fraktur yang buruk,
pembentukan jaringan parut setelah penanganan bedah, malunion berkembangnya
miositis ossifikans, atau terbentuknya kalus yang berlebihan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a. Stiffness Elbow Joint
Stiffness joint atau kekakuan sendi adalah akibat dari oedem dan fibrasi
pada kapsul ligament dan otot sekitar sendi atau perlengketan dari jaringan lunak
satu sama lain. Keadaan ini bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama
dan sendi di pertahankan dalam posisi ligament terpendek (Brader H, 2006).
Elbow adalah persendian antara tulang radius, ulna dan humerus.
3. FrakturSuprakondiler Humeru
kurangnya aktifitas pada sendi siku yang disebabkan karena nyeri, sendi siku yang
immobile akan menyebabkan statis pada vena dan spasme sehingga menyebabkan
gerak.
Kekakuan sendi biasanya terjadi setelah fraktur. Kekakuan sendi ini timbul
karena terdapat oedema dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot disekitar sendi
perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke tulang yang mendasari
2
(Thomas, 2011).
2.3 Patofisiologi
3
muncul leukosit di sepanjang pinggiran lumen, kemudian menyebar melalui
dinding pembuluh darah ke jaringan, di bawah stimulus zat kimia yang keluar dari
jarinagn yang rusak, yang pada akhirnya akan menimbulkan pembengkakan
(Kisner, 2007).
Berdasarkan arah pergeserannya, fraktur humerus dibagi menjadi :
1. Fraktur sepertiga proksimal humerus
Fraktur yang mengenai proksimal metafisis sampai insersi m.
pectoralis mayor diklasifikasikan sebagai fraktur leher humerus.
Fraktur di atas insersi
pectoralis mayor menyebabkan fragmen proksimal abduksi dan
eksorotasi rotator cuff serta distal fragmen bergeser ke arah medial.
Fraktur antara insersi m. pectoralis mayor dan deltoid umumnya
terlihat adduksi pada akhir distal dari proksimal fragmen dengan
pergeseran lateral dan proksimal dari distal fragmen.
2. Fraktur sepertiga tengah dan distal humerus
Jika fraktur terjadi di distal dari insersi deltoid pada sepertiga tengah
korpus humerus, pergeseran ke medial dari fragmen distal dan abduksi
dari fragmen
proksimal akan terjadi.
a. Nyeri
b. Kaku sendi
4
5/26/2018 laporan kasus fraktur humerus - slidepdf.com
Dengan adanya immobilisasi yang terlalu lama maka kontraksi otot akan
sangat minimal hal ini akan menurunkan jumlah suplai darah ke sel, jaringan otot
pada sekitar siku. Sehingga nutrisi dan oksigen yang disalurkan tidak memadahi
untuk proses kontraksi otot dan volume otot menjadi menurun. Terapi latihan
berupa statik kontraksi sangat bagus untuk menurunkan kelemahan otot ini.
a. Laboratorium
b. Radiologi
2.6 Penatalaksanaan
1. Orthopedi :
Metode penanganan : gips atau bidai posterior, pin perkutaneus dengan gips atau
bidai, reduksi terbuka danfiksasi interna
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-fraktur-humerus
2. Rehabilitasi :
Metode : Fisioterapi
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kekakuan sendi siku akibat dislokasi
nerve injury yaitu kelumpuhan saraf radialis (drop hand) karena saraf terluka akibat
terulur berlebihan. Serta kemungkinan munculnya kontraktur dan turunya volume otot
2.8 Prognosis
Pada kasus kekakuan sendi siku mempunyai prognosis gerak dan fungsi
yang baik jika pasien secepat mungkin dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan yang tepat oleh tim medis dan penanganan oleh fisioterapi untuk
mendapatkan terapi latihan sehingga oedema, nyeri, penurunan LGS dan
penurunan kekuatan otot yang biasanya muncul dalam kasus ini segera dapat
diatasi serta kontraktur dan kekakuan sendi dapat dicegah. Prognosis gerak dan
fungsi akan buruk apabila disertai komplikasi atau faktor penyulit dan tidak
mendapatkan fisioterapi.
6
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama : Nn. A
Umur : 23 thn
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli rehabilitasi medik dengan keluhan kaku pada siku kiri.
Keluhan ini telah dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Kaku pada siku
kiri dirasakan pasien setelah mengalami jatuh dari motor akibat tergelincir batu di
depan teras rumah pasien. Posisi jatuh ke arah kiri dengan tangan saat jatuh adalah
menekuk sebagai tumpuan. Saat itu pasien tidak menggunakan helm.Setelah jatuh
pasien langsung dipijat ke tukang pijat. Dua hari setelah kejadian pasien
mengeluhkan siku kiri bertambah bengkak,nyeri dan sulit digerakan menekuk dan
meluruskan namun tidak membatasi pasien dalam aktivitas dan bekerja. Keluhan
lain pasien merasakan nyeri yang hilang timbul pada siku kirinya tapi tidak
mengganggu aktivitas pasien. Selain itu pasien juga mengeluhkan kesemutan pada
jari kelingking tangan kiri pasien. Pada tanggal 14 November 2018 pasien
7
memeriksakan diri ke rumah sakit karena keluhan yang semakin memberat dan
telah dilakukan operasi pada siku kirinya tanggal 16 November 2018.
Tidak ada
Pemeriksaan fisik
Status Generalis
GCS : E4M6V5 = 15
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,0°C
BB : 48 kg
TB : 152 cm
Thorax :
8
Inspeksi : Bentuk dan besar dada normal, tampak
simetris, pergerakan simetris, retraksi supra
sternum (-), retraksi supraclavicula (-),
retraksi infraclavicula (-), retraksi intercosta
(-)
Palpasi : Gerakan napas simetris D=S
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung: Inspeksi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Palpasi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 Tunggal, Reguler. Mur-mur (-),
Gallop (-), Suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Penonjolan organ (-), bekas operasi (-), pelebaran vena (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (-), organomegali (-), asites (-)
Perkusi : Timpani dikeempat kuadran, acites (-)
Auskultasi : Bising usus (+), metalik sound (-)
Ekstremitas
Ekstremitas superior : Akral hangat, pucat (-/-),tremor (-/-)
CRT < 2 detik,
9
Pemeriksaan Fisiatrik
Range of Motion
Ekstremitas superior:
Regio Shoulder :
Range of Motion :
Sinistra (derajat) Dextra (derajat)
Abduksi 180 180
Adduksi 45 45
Fleksi 160 180
Extensi 40 50
Rotasi Internal 90 90
Rotasi Eksternal 90 90
Regio Elbow :
Range of Motion :
Sinistra (derajat) Dextra (derajat)
Fleksi 80 140
Extensi 35 0
Pronasi 50 80
Supinasi 50 80
10
Fleksi ibu jari 45 45
Ekstensi ibu jari 15 15
Abduksi ibu jari 80 80
Adduksi ibu jari 0 0
Oposisi ibu jari Tepat Tepat
Ekstremitas inferior:
Regio Hip
Range of Motion :
Sinistra (derajat) Dextra (derajat)
Abduksi 40 40
Adduksi 20 20
Fleksi 100 100
Extensi 30 30
Rotasi Internal 40 40
Rotasi Eksternal 50 50
Regio Knee
Range of Motion :
Sinistra (derajat) Dextra (derajat)
Fleksi 150 150
Extensi 0 0
11
Fleksi
Metatarsophalangeal joint 40 40
Ekstensi
Interphalangeal joint Fleksi 15 15
Interphalangeal joint Ekstensi 0 0
Pemeriksaan neurologis
Nervus Kranialis
N. I : Tidak diperiksa
N. II : visus 6/6, lapang pandang normal
N. III : refleks cahaya (+/+), bentuk pupil dan besar pupil normal,
isokor (3mm/3mm)
N. IV : pergerakan bola mata ke medial normal
N. V : mengunyah, membuka mulut normal
N. VI : pergerakan bola mata ke lateral normal
N. VII : senyum melihatkan gigi (+) menutup mata, mengerutkan dahi
normal
N. VIII : pendengaran dan keseimbangan normal
N. IX : tidak dievaluasi
N. X : menelan (+)
N. XI : memalingkan wajah (+)
N. XII : deviasi lidah (-)
12
d. Refleks Patella : normal
e. Refleks Achilles : normal
Pemeriksaan Refleks Patologis
a. Refleks Tromner : negatif
b. Refleks Hoffman : negatif
c. Refleks Gordon : negatif
d. Refleks Gonda : negatif
e. Refleks Oppenheim : negatif
f. Refleks Babinski : negatif
g. Refleks Chaddock : negatif
h. Refleks Schaeffer : negatif
i. Refleks Rosolimo : negatif
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Kaku kuduk : Pemeriksaan tidak dilakukan
b. Kernig sign : Pemeriksaan tidak dilakukan
c. Lasegue sign : Pemeriksaan tidak dilakukan
d. Brudzinski 1 : Pemeriksaan tidak dilakukan
Pemeriksaan Sensoris
Eksteroseptif :
a. Light touch : normal
b. Superficial Pain : normal
c. Temperatur : pemeriksaan tidak dilakukan
Look
13
Feel
Teraba hangat (+ ), Krepitasi ( - ), nyeri tekan (-), akral hangat, oedem (+)
Movement
Bowels
0 = incontinent (or needs to be given enemata)
2
1 = occasional accident (once/week)
2 = continent
Bladder 2
0 = incontinent, or catheterized and unable to manage
provided)
Toileting 2
0 = dependent
14
2 = independent (food provided within reach)
Transfer 3
3 = independent
Mobility 3
0 = immobile
Stairs 2
0 = unable
15
Pemeriksaan Penunjang
X-Ray Elbow Sinistra AP dan Lateral
Post ORIF
Diagnosis
Diagnosis Fungsional
Impairment
16
1. Deformitas dan oedem pada sendi elbow
2. Keterbatasan pada ruang gerak sendi (ekstensi, fleksi, supinasi dan
pronasi)
3. Nyeri pada gerakan fleksi dan ekstensi elbow sinistra
Disability
1. Nyeri saat mengangkat beban
2. Tidak bisa menyisir rambut dengan tangan kiri
3. Tidak bisa menarik resleting baju belakang dengan tangan kiri
Handicap ( tidak ada )
Goals
2. Mengembalikan dan mempertahankan luas gerak sendi pada elbow sinistra dan
Planning
Terapi : Fisioterapi
Program :
Monitoring
17
c. Meningkatnya kekuatan otot
Edukasi
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, 2002; Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29, Buku Kedokteran EGC,
hal.
111, 701, 772, 1622, 2067.
Brader H. Konin JG. Wiksten DL. Isear Jr JA. 2006. Special Tests For
Orthopedic Examination: 3nd ed. America: Slack Incorporated.
Sobbota. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
20