Anda di halaman 1dari 8

Klasifikasi tanaman binahong (A.

cordifolia)

Nama Tanaman : Binahong

Nama Latin : Anredera cordifolia

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Subkelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Basellaceae

Genus : Anredera

Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

Mus, 2008 (dalam Octavia, 2009)

Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)

Binahong atau (Anredera cordifolia (Ten.) Stennis) merupakan tanaman yang


memiliki nama genus Anredera dan tergolong Famili Basellaceae (Walters, 1989 dalam
Rahmawati dkk, 2012). Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang
dikenal dengan nama asli dheng san chi, sedangkan di dunia intrnasional binahong
dikenal dengan nama hearthleaf madeiravine (Suseno, 2013).Di Indonesia tanaman ini
dikenal sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas
jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh.Terutama
untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai
pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu
proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Manoi, 2009 dalam Rahmawati dkk,
2012).

Dengan demikian, tanaman binahong atau di Indonesia dikenal sebagai gendola


adalah tanaman yang tumbuh menjalar yang dapat berfungsi sebagai tanaman hias
sekaligus tanaman obat yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengungkap khasiat yang
dikandungnya.

Golongan Senyawa Fenolat

Senyawa fenolat adalah salah satu golongan fitokimia bioaktif yang tersebar luas
dalam dunia tumbuhan (Strube et al., 1993). Secara kimia, senyawa fenolat dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok utama: polifenol dan fenol sederhana. Polifenol
dapat dibagi lebih lanjut menjadi dua golongan : flavonoid (flavon, flavonol, flavanon,
flavanol, isoflavon, antosianidin dan kalkon) dan tanin (polimer asam fenolat, katekin atau
isokatekin). Fenol sederhana dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok: asam fenolat (asam
sinamat atau asam benzoat dan turunan-turunannya) dan kumarin (Luthria, 2006).
Identifikasi Senyawa Fenolik
Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati pada
dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam
proses industri. Metode metabolit pengempaaan digunakan pada senyawa katecin daun
gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa sawit.
Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan
kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses
metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil,
maka metode-metode dan proses industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa
metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas
sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud
tersebut.
Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan
sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut
organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, di mana pelarut polar akan lebih
mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut
dalam pelarut non polar.
Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam
suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui
kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif
golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka
diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi pendahuluan senyawa
metabolit sekunder sebagai berikut:
Sebanyak 4 gram sampel segar dirajang halus dan dididihkan dengan 25 ml etanol
selama lebih kurang 25 menit, disaring dalam keadaan panas, kemudian pearut diuapkan
sampai kering. Ekstrak dikocok kuat dengan kloroform lalu ditambahkan air suling,
biarkan sampai terbentuk dua lapisan, yakni lapisan kloroform dan lapisan air. Beberapa
tetes ditempatkan dalam tabung reaksi ditambahkan besi (III) klorida, timbul warna hijau
sampai ungu menandakan positif mengandung fenolik.
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan
seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi
menggunakan pelarut organik polar seperti metanol.
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan
antara lain :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan
pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dengan pelarut organik dan ekstraksi
senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan
pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut
metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa
organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.

2. Perkolasi
Merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan
membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya
akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang
digunakan.
3. Solketasi
Solketasi menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di hemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
4. Destilasi uap
Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu
yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada
umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.
5. Pengempaan
Metode ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi CPO dari buah
kelapa sawit dab isolasi katecin dari daun gambir. Dimana dalam proses tidak
menggunakan pelarut.
Hasil yang diperoleh berupa ekstrak yang mana seluruh spade senyawa bahan
alam yang terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstak ini.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan
komponen – komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan
untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan mengggunakan kolom kromatografi
dan sebagai fas diam dapat digunakn silika gel dan eluan yang digunakan berdasarkan
hasil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaran eluen pada kolom
kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT.
Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak polar seperti
heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar
lainnya masing – masing pelarut.
Selanjutnya suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi
berdasarkan kimia, fisika, dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari isolasi yang
menggunakan metode standar tidak semua senyawa akan secara utuh seperti yang
terdapat dalam tumbuhan tesebut, karena sebagian senyawa ada yang terlarut dan
terpecah dalam proses isolasi dan hasil terjadi seperti putusnya ikatan glikosida
membentuk aglikon dan gula dengan adanya air.
Identifikasi senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur senyawa
ditemukan merupakan pekerjaan yang sangat menentukan dalam proses mengenal,
mengetahui dan pada akhirnya menetapkan rumus molekul yang sebenarnya dari
senyawa tersebut.
Di antara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat
dilakukan dengan metode standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa kimia
dan termasuk derivat – derivatnya antara lain:

1. Metode Spektroskopi

Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam penentuan struktur
senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada khususnya.
Metode tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan yang
berbeda, yaitu :
a. Spektroskopi UV

Merupakan metode yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari senyawa
organik dan membedakan senyawa aromatic atau senyawa ikatan rangkap yang
berkonjugasi denga senyawa alifatik rantai jenuh.
b. Spektroskopi IR
Metode yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam
senyawa organik, yang mana gugus fungsi dari senyawa organik akan dapat ditentukan
berdasarkan ikatan tiap atom dan merupakan bilangan frekuensi yang spesifik.
c. Nuklir Magnetik Resunansi Proton

Metode ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang mempunyai proton atau
tanpa proton. Disamping itu akan dikenal atom – atom lainnya yang berkaitan dengan
proton.

d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13

Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis atom karbon
pada senyawa terebut.
e. Spektroskopi Massa

Mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya fragmentasi ion
molekul yang menghasilkan pecahan – pecahan spesifik untuk suatu senyawa
berdasarkan m / z dari masing – masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen
– fragmen denga terjadinya pemutuan ikatan apabila disusun kembali akan dapat
menentukan kerangka struktur senyawa yang diperiksa.

2. Kromatografi
Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa metabolit
sekunder dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam
menentukan struktur senyawa.
Berbagai jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain:

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) : Merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk
menentukan kemurnian senyawa yang ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa
dari ekstrak kasar metabolit sekunder. Cara ini sangat sederhana dan merupakan suatu
pendeteksian awal dari hasil isolasi.
b. Kromatografi Kolom : Digunakan untuk pemisahan campuran bebrapa senyawa yang
diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka
fraksi – fraksi senyawa akan menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi.

c. Kromatografi Gas : Pemisahan campuran senyawa yang cukup stabil pada pemanasan,
karena sampel yang digunakan akan dirubah menjadi fasa gas dan dengan adanya
perbedaan keterikatan senyawa pada fasa padat yang digunakan terhadap senyawa
organik sehingga terjadi pemisahan masing – masing senyawa dari campurannya.

d. Kromatografi Cair : Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid


Chromatography ) dan lebih dari 75 % dari pemakaian HPLC menggunakan fasa padat
ODS (Oktadesil Sifane) atau C – 18 sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa
senyawa dapat diganti kepolarannnya pada saat digunakan dan kondisi seperti itu dikenal
sebagai fasa gradien. Pada kondisi gradien, senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih
lemah oleh fasa padat dan akan dielusi dengan pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa
polar akan diadsorpsi lebih kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai
polaritas luas, pemisahan harus dilakukan dengan merubah kepolaran pelarut yang
digunakan. Efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan pengaturan dan penggunaan
pelarut sebagai pembantu dalam pemakaian HPLC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Keragaman Hayati
    Keragaman Hayati
    Dokumen1 halaman
    Keragaman Hayati
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Anatomi-Bibir Kosmetologi
    Anatomi-Bibir Kosmetologi
    Dokumen14 halaman
    Anatomi-Bibir Kosmetologi
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Suppos
    Kata Pengantar Suppos
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Suppos
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Anatomi-Bibir Kosmetologi-2
    Anatomi-Bibir Kosmetologi-2
    Dokumen14 halaman
    Anatomi-Bibir Kosmetologi-2
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI
    ANATOMI
    Dokumen7 halaman
    ANATOMI
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Autoimun
    Autoimun
    Dokumen12 halaman
    Autoimun
    Niken dwi Ambarruri
    0% (1)
  • Prospek Klinis Interaksi Obat
    Prospek Klinis Interaksi Obat
    Dokumen11 halaman
    Prospek Klinis Interaksi Obat
    Niken dwi Ambarruri
    100% (1)
  • Prospek Klinis Interaksi Obat
    Prospek Klinis Interaksi Obat
    Dokumen33 halaman
    Prospek Klinis Interaksi Obat
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Cpob Suppos
    Cpob Suppos
    Dokumen26 halaman
    Cpob Suppos
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Interaksi Obat
    Interaksi Obat
    Dokumen18 halaman
    Interaksi Obat
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen7 halaman
    1 PB
    FAISAL ULM
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Resume Hayati
    Resume Hayati
    Dokumen3 halaman
    Resume Hayati
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • 71-Article Text-303-1-10-20170919 PDF
    71-Article Text-303-1-10-20170919 PDF
    Dokumen4 halaman
    71-Article Text-303-1-10-20170919 PDF
    Iv An
    Belum ada peringkat
  • Bab I 3
    Bab I 3
    Dokumen25 halaman
    Bab I 3
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Jeruk
    Makalah Jeruk
    Dokumen5 halaman
    Makalah Jeruk
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kunyit
    Makalah Kunyit
    Dokumen8 halaman
    Makalah Kunyit
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Cpotb
    Cpotb
    Dokumen9 halaman
    Cpotb
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Anggur
    Makalah Anggur
    Dokumen5 halaman
    Makalah Anggur
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • BPTP Papua Matoa PDF
    BPTP Papua Matoa PDF
    Dokumen19 halaman
    BPTP Papua Matoa PDF
    Ngurah Angga
    Belum ada peringkat
  • Makalah Lidah Buaya
    Makalah Lidah Buaya
    Dokumen3 halaman
    Makalah Lidah Buaya
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Manfaat Buah Naga
    MAKALAH Manfaat Buah Naga
    Dokumen12 halaman
    MAKALAH Manfaat Buah Naga
    yusnaini kumalasari
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Rambut
    Anatomi Rambut
    Dokumen7 halaman
    Anatomi Rambut
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Kimia Organik KEL.2
    Kimia Organik KEL.2
    Dokumen22 halaman
    Kimia Organik KEL.2
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3. SWAMEDIKASI
    Kelompok 3. SWAMEDIKASI
    Dokumen12 halaman
    Kelompok 3. SWAMEDIKASI
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Obat Generik
    Obat Generik
    Dokumen7 halaman
    Obat Generik
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Kimia Organik KEL.2
    Kimia Organik KEL.2
    Dokumen22 halaman
    Kimia Organik KEL.2
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Diaklin
    Diaklin
    Dokumen14 halaman
    Diaklin
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat
  • Swamed
    Swamed
    Dokumen17 halaman
    Swamed
    Niken dwi Ambarruri
    Belum ada peringkat