Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pembahasan fiqih muamalat adalah hubungan antara

manusia dengan manusia lainya yang berkaitan dengan benda

Ma<l . Hakikat dari hubungan tersebut adalah berkaitan dengan

hak dan kewajiban antara manusia yang satu dengan manusia

yang lain. Hak dan kewajiban dua orang yang melakukan

transaksi diatur sedemikian rupa dalam fiqih muamalat, agar

setiap hak sampai kepada pemiliknya, dan tidak ada orang yang

mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dengan demikan,

hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya terjalin

dengan baik dan harmonis, karena tidak ada pihak-pihak yang

merugikan dan dirugikan.


Dalam Islam semua hal yang manfaat yang Allah ciptakan

adalah untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, semuanya

dibolehkan. Tidak ada yang haram kecuali apa yang Allah larang

secara logis dan eksplisit (nas adalah ayat al-Quran atau sunnah

yang jelas, otentik dan ekspilisit baik perkataan atau perbuatan


Ahmad Wardi Muslisch, Fiqh Muamalah, (Jakarta; Amzah, 2010), 3.

1
2

Nabi Muhammad Saw. Dua sumber utama hukum Islam ‘Sang

Pembuat hukum’1, Allah Swt. Para ulama menetapakan prinsip

dasar pembolehan berdasarkan ayat al-Quran yang jelas. Di

antara firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 292:


‫جيِمَعاَ هثل استْوتوىَ إذول اللسماَذء فوسلواهلن سبع وسوا ت‬
‫ت ووههوو‬ ‫هو الذذيِ خلوق لوهكم ماَ ذف املور ذ ذ‬
‫و و ه و م و وو‬ ‫مو‬ ‫ض و ع‬ ‫م‬ ‫و و مو‬ ‫هو‬

‫بذهكلل وشميتء وعلذيِمَمم‬


Artinya : “ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di

bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu

dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala

sesuatu.”
Prinsip dasar pembolehan tidak hanya terbatas pada hal

atau benda, tapi termasuk seluruh kegiatan dan tingkah laku

manusia yang tidak berhubungan dengan ibadah. Kegiatan ini

mungkin diistilahkan dengan ‘kebiasaan manusia’ atau ‘urusan

sehari-hari’. Prinsip ini berarti bahwa semuanya dibolehkan tanpa

adanya batasan tetapi dengan pengecualian. Sejumlah kecil hal

yang dilarang oleh Allah.3


Dewasa ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan

berbagai sarana pembayaran, mulai dari cara yang paling

1 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, Terj. Tim Kuadran (Bandung: Jabal, 2007), 30.

2 Departemen Agama RI, Al Qur’an Terjemahnya , (Surabaya: Penerbit Mahkota,


1971). 13.

3 Qordhawi, Halal dan Haram, 32.


3

tradisional, sampai dengan cara yang paling modern sekalipun.

Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan cara yang paling

efisien dan efektif untuk melakukan transaksi pembayaran yaitu

dengan menggunakan “uang”.4


Dalam perjalananya penggunaanya uang juga mengalami

berbagai hambatan, terutama jika penggunaanya dalam jumlah

besar. Hambatanya yang pertama adalah resiko membawa uang

tunai terutama dalam jumlah besar. Di samping resiko

membutuhkan tempat, juga resiko keamanan, seperti kehilangan

dan perampokan. Oleh karena itu dicarilah sarana penggati uang

tunai sebagai sarana pembayaran yang dapat meminimalkan

segala resiko di atas dengan tidak mengurangi fungsi uang tunai

itu sendiri.
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini banyak

mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan mempengaruhi

peradaban manusia dalam bisnis, sistem keuangan dan

perekonomian kontemporer dengan menggunakan ATM dan kartu

kredit dan sistem yang lain untuk memudahkan dalam transaksi

jual beli dan transaksi yang lain.5


Salah satunya hasil kemajuan teknologi yang mungkin

bisa ketahui saat ini adalah kartu kerdit, yang membuat semua
4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 169.

5 Ismail Nawawi, Hukum Perjanjian dalam Presepektif Islam, (Surabaya: Putra


Media Nusantara, 2010), 231.
4

orang merasakan kemudahan dalam bertransaksi dan aman.

Kenyamanan dalam bertransaksi dengan kartu kredit mebuat

mereka tidak perlu lagi membawa uang tunai dengan banyak di

dompet, karena dengan kartu kredit mereka bertransakasi hanya

cukup menggesekan sebuah kartu lalu memasuakan nomor pin,

maka barang atau jasa yang digunakan sudah dapat dipakai dan

dinikmati dalam waktu itu juga.


Berdasarkan data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, jumlah

kartu kredit Juni 2011 sebesar 126,47 juta dengan jumlah

transaksi 152,31 kali. Sementara nilai transaksi Rp131,494 triliun.


6
penggunaan kartu kredit di Indonesia masih relatif baru yaitu

sekitar tahun delapan puluhan. Keluarnya Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988, tanggal 20 Desember

telah mengubah peta penyebaran kartu kredit di Indonesia.7


Dari data tersebut dapat dipastikan perbankan syariah

pun ingin memenculkan kartu kredit, tentunya kartu kredit

perbankan syariah adalah kartu kredit yang berbasis syariah dan

bebas dari unsur riba. Kartu kredit sendiri mempunyai dua jenis

yaitu ”Charge Card” dan ”Revolving Credit Card”. Dua kartu

6 Nur Farida Ahnia, “Berapa Pengguna Kartu Kredit di Indonesia?”, dalam


http://bisnis.vivanews.com/news/read/262391-berapa-pengguna-kartu-kredit-di-
indonesia-, 8 November 2011

7 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, 171.


5

kredit ini mempunyai fungsi yang sama sebagai alat transkasi

dalam jual beli, namun dalam pelunasaan dana yang ditarik oleh

Card holder (pemilik kartu) sangat berbeda.


Untuk Charge Card diharuskannya menutup total dana

yang ditarik secara lengkap dalam waktu tertentu yang

diperkenankan, atau sebagian dari dana tersebut. Sedangkan

Revolving Credit Card Pemilik kartu ini diberikan pilihan cara

menutupi semua tagihannya secara lengkap dalam jangka waktu

yang ditoleransi atau sebagian dari jumlah tagihannya dan

sisanya diberikan dengan cara ditunda, dan dapat diikutkan pada

tagihan berikutnya.8
Kartu kredit berbasis ”Syariah” , adalah kartu kredit jenis

Charge Card, Syariah Charge Card sendiri mempunyai landasan

hukum dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

yaitu Fatwa Nomor: 42/DSN-MUI/V/2004 tentang Syariah Charge

Card dan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang

bank umum yang melaksankan kegiatan berdasarkan prinsip

syariah Pasal 36 huruf m menyatakan bank dapat melakukan

kegiatan usaha kartu kredit, Charge Card berdasarkan prinsip

syariah.

8 PUSKAFI (Pusat Kajian Fiqih dan Ilmu-Ilmu Keislaman), dalam


http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/200/hukum-menggunakan-kartu-
kredit/ 21 Agustus 2009
6

Syariah Charge Card sendiri adalah fasilitas kartu talangan

yang digunakan oleh pemegang kartu (h}amil al-bit}haqah)

sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-

tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang

memberikan talangan (mus}dhir al-bit}haqah) pada waktu yang

telah ditentukan.9
Adapun akad-akad yang digunakan pada Syariah Charge

Card sesuai dengan fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia adalah:


1. Untuk transaksi pemegang kartu (h}amil al-bit}haqah)

melalui merchat (qobil al-bit}haqah/penerima kartu), akad

yang digunakan adalah akad ka>falah wa al-ijara>h;


2. Untuk transaksi pengambilan uang tunai digunakan

akad al-qardh wa al-ijarah.10


a. Akad kafalah, bank sebagai penjamin bagi pemegang

kartu (Card Holder) terhadap merchat atas semua

kewajiban bayar yang timbul antara pemegang kartu

dengan merchat , hubungan bank kontrak antara bank dan

card holder adalah hubungan pertanggungan apabila

seorang berkata aku tanggung, atau aku jamin, atau aku

tanggulangi, atau aku sebagai penanggung untukmu, atau

penjamin, atau hakmu padaku, atau aku berkewajiban ,

9 Muslisch, Fiqh Muamalah, 601.

10 Fatwa Dewan Syariah Nasinonal, Nomor: 42/DSN-MUI/V/2004 Tentang Syariah


Charge Card,
7

atau kepadaku, ucapan itu semuanya sebagai pernyataan

kafalah. Apabila kafalah sudah dinyatakan berlangsung,

maka ia mengikat kepada hutang dalam penyelesaian

maupun penundaanya atau perkreditanya.11


b. Qordh bank sebagai pemberi pinjaman kepada

pemegang kartu atau seluruh transaksi penarikan tunai

dengan menggunakan kartu dan transaksi pinjaman dana,

pinjaman ini tidak ada tambahan ketika dalam akadnya,

apabila tambahan itu disyaratkan dalam akad maka

hukumnya haram menurut kesepakatan ulama.12


c. Ijarah bank adalah penyedia jasa sistem pembayaran

dan pelayanan terhadap pemegang kartu dikenakan anual

membership fee. Menurut pengartian syara al-Ijarah ialah

suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian, penggantian ini adalah bagian dari upah

penyedia jasa.13
Tetapi para ulama di komite fiqih berbeda pendapat

mengenai kehalalan dari akad dari sistem kartu kredit tersebut:


1. Pendapat pertama

11 Sayyid Sabiq, Trj. Kamaluddin, Fiqih Sunnah, ( Bandung: Alma’arif, 1987),


176.

12 Faisal bin Abdul Aziz Al Mubarak, Terj. Qadir Hassan Nailul Authar Jilid 4,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993), 1784.

13 Sabbiq, Fiqih Sunnah, 7.


8

Berpandangan bahwa sistem kartu mengandung,

ta>ukil dan ka>falah serta qardhul hasan dalam bank Islam14.


2. Pendapat kedua
Akad yang terkandung dalam akad kartu perbankan

adalah akad ha>walah atau akad wa>kalah dengan memakai

biaya .
3. Pendapat ketiga
Sistem kartu perbankan tersebut tercermin dalam akad

wa>kalah dan wa>kalah dengan biaya.15


Ada beberapa dalil yang di cantumkan oleh Dewan Syariah

Nasional untuk menetapakan Fatwa Syariah Charge Card adalah

dari al-Quran, Hadist, kaidah-kaidah Fiqih, dan beberapa

pendapat para Fuqoha. Salah satu dalil al-Quran yang dianggap

oleh DSN dapat mengungatkan munculnya fatwa ini adalah surat

Al-Ma’idah ayat 1:
‫ويِاَأويِتيوهاَ الذذيِون وءاومنهوا أوموفهوا ذباَلمعههقوذد‬

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman penuhilah aqad-aqad

itu16”....

14 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Terj. Aidil Novia, Banking Card Syariah
dan Debit dalam Prespektif Fiqih, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2006), 178.

15 Ibid, 180-181.

16 Departemen Agama RI, Al Quran Terjemah, 156


9

Seiring perkembangan jaman, keperluan adanya kaidah

fikih untuk memperkuat kekuatan pada fatwa ini, DSN Majelis

Ulama Indonesia mencantumkan kaidah ini


َ‫صهل ذف المهموعاَوملوذة اوذلوباَوحذة إذلو أومن يِوهدول ودلذميِمَهل وعولىَ ومتذرميذوها‬
‫اولو م‬
”Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah (boleh)

kecuali ada dalil yang mengharamkannya17”.


Ini menjadi alasan bagi setiap bentuk transaksi

perdagangan dan ekonomi menjadi halal kecuali jelas ada alasan

yang melarangnya18. Termasuk sebagai pertimbangan fatwa DSN

untuk mengeluarkan fatwa Syariah Charge Card, tapi munculnya

fatwa ini tidak selalu harus ditaati oleh masyarakat , selalu ada

pro dan kontra atas keluarnya fatwa ini antara lain pada

ketentuan denda dalam fatwa ini, ketetuan denda yang di

tetapkan dalam fatwa ini adalah denda ketelambatan (Late

Charge) dan denda karena melapaui pagu (Overlimit Charge).


Berikut ini adalah isi dari tentang ketetapan denda yang di

tetapkan pada Fatwa Nomor 42/DSN-MUI/V/2004:

Ketetuan Denda:

1. Denda keterlambatan (late charge)

17 Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Oprasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 744.

18 Masyhudi Muqorobin , “Qowaid Fiqhiyah sebagai landasan prilaku ekonomi


umat islam: suatu kajian teoritik”, Dalam
http://organonatman.blogspot.com/2009/10/qawaid-fiqhiyyah-sebagai-
landasan.html.
10

Penerbit kartu boleh mengenakan denda keterlambatan

pembayaran yang akan diakui sebagai dana sosial.


2. Denda karena melampaui pagu (overlimit charge)
Penerbit kartu boleh mengenakan denda karena

pemegang kartu melapaui pagu yang diberikan (overlimit

charge) dengan atau tanpa persetujuan penerbit kartu dan

akan diakui sebagai dana sosial19

Dalam buku banking card syariah dan debit dalam

prespektif fiqih, syarat tersebut dianggap batal, dan implikasinya

terhadap kesahihan akad sendiri masih menjadi perdebatan20.

Sedangkan berdasarkan hasil seminar Al-Barakah ke-12,

ulama kontemporer memperbolehkan adanya syarat late charge

ketika card holder terlambat dalam melakukan pembayaran

sebagai konpensasi atas kedzaliman yang dilakukan

(keterlambatan pembayaran), namun demikan late charge tidak

boleh dimiliki oleh issuer akan tetapi diakui sebagai dana sosial.21
Namun apakah fatwa DSN (dewan syariah nasional)

tentang Syariah Charge Card dalam penetapanya

menggunakan konsep H{i<lah? Dalam hukum secara teknis

19 Fatwa Dewan Syariah Nasinonal, Nomor: 42/DSN-MUI/V/2004 Tentang Syariah


Charge Card,

20 Abdul Wahab Ibrahim, Terj. Aidil Novia, Banking Card Syariah dan Debit dalam
Prespektif Fiqih, 144.

21 Ismail, Hukum Perjanjian, 242-243.


11

kata h}i>lah dipergunakan sebagai suatu saluran legal atau

medium ekstra legal. Pengertian H{i<lah (h{i<yal al-

syar’iyah) hampir berdekatan maknanya dalam dengan kata

legal fiction dalam tradisi hukum barat.

H{i<lah (H{i<yal Al-Syar’iyah) menurut Ibnu Qoyim Al

Jauziyah adalah mencari-cari jalan dengan cara licik untuk

menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya tujuanya adalah

melakukan sesuatu yang diharamkan.22

Sedangkan H{i>lah menurut Ensiklopedi fiqih Umar Bin Khatab

adalah:

‫اوملذميِمَتلوةه ذهوي توتمقذدميه وعومهل اللظاَذهر املووواوز ذلبموطاَل هحمكم وشمرذعلي ووومتويِملذذه ذمون اللظاَذهر إذول هحمكم‬
‫آوخور‬
“H}i<lah adalah menampilkan suatu perbuatan yang

kalau dilihat dari luarnya adalah boleh untuk membatalkan

hukum Syara’ dan mengubahnya kepada hukum yang lainnya”.23


Sedangkan H{i<lah menurut Ensiklopedi hukum Islam

adalah pekerjaan yang dibolehkan, namun terkandung maksud

pelaku untuk menghindarkan diri dari suatu kewajiban syara’

yang lebih penting dari pada amalan yang dilakukannya

22 Ibnu Qoyim Al Jauziyah, Panduan Hukum Islam I’lamul Muwaqi’in, Terj. Asep
Saefullah, (jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 502.

23 Muhamada Rawwas Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqh Umar Bin Khatab, Terj. Abdul
Mujib As, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 153.
12

tersebut. H{i>lah, menurut Imam asy-Syatibi bisa juga berawal

dari perbuatan yang dilarang untuk membatalkan hukum

wajib.24
H{i<lah di kalangan ulama masih diperdebatkan

kesahihannya dalam suatu perbuatan terutama pada bidang

transaksi muamalah, Karena itu skripsi ini meneliti tentang

penerapan H{i<lah pada Syariah charge card serta bagaimana

konsep H{i<lah menurut pandangan ulama.


B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Banyaknya permaslahan yang berada dalam latar belakang

diatas memerlukan pengerucutan masalah agar titik fokus

persoalan yang akan dibahas tidak samar, maka dari itu

beberapa permaslahan yang ada pada penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut.


1. Konsep kartu kredit menurut Islam.
2. Kartu kredit menurut Fatwa DSN Majelis Ulama

Indonesia.
3. Konsep Syariah Charge Card DSN Majelis Ulama

Indonesia.
4. Konsep H{i<lah pada Syariah Charge Card.
5. H{i<lah menurut pandangan beberapa Fuqaha>’.
6. Analisis hukum Islam terhadap penerapan konsep

H{i<lah pada Syariah Charge Card .

24 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve,
1996), 555
13

Agar pembahasan masalah bisa terfokus, maka

diperlukanya batasan masalah dalam penelitian. Batasan

penilitin pada pembahasan ini adalah:


1. Dasar hukum penetapan fatwa DSN tentang Syariah

Charge Card
2. Analisis hukum Islam terhadap penerapan konsep

H{i<lah pada Syariah Charge Card


C. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum penetapan fatwa DSN tentang

Syariah Charge Card?


2. Bagaimana penerapan H{i<lah pada fatwa DSN tentang

Syariah Charge Card?


D.Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang

kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar

masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian

yang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi

dari kajian/penelitian yang telah ada. 25


Masalah Syariah Charge Card sendiri sudah banyak dikaji

oleh skripsi sebelumnya, tetapi dalam hal ini ada perbedaan

permasalahan dan kasusnya:


Skripsi yang ditulis oleh Lailiya Rachmaliana pada tahun 2011 yang

berjudul “ Penerapan Klausa Baku Pada Proses Penerbitan Kartu

Kredit Bank BNI Syariah Hasana Card (Anlisis Hukum Islam Dan

25 Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Cetakan
III, Januari 2011), 9.
14

Undang-Undang Perlindungan Konsumen)”26 Dalam penelitian

ini penulis mencoba mengurai tentang penyimpangan BNI

Hasana card dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen,

nomor 8 tahun 1999 yang perancangan perjanjian bakunya

dibuat sepihak oleh bank, serta menijau asas-asas perjanjianya

dari segi hukum Islam. Yang dianggap tidak ada kebebasan

untuk membuat perjanjianya antara pelaku usaha dan

konsumen, baik dari segi yang diperjanjikan dan menentukan

persyaratan lain termasuk pada penyelesain apabila terjadi

sengketa.
Skripsi yang ditulis oleh Ida Mayanti pada tahun 2009

berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Transfer Balance

Pada Pembiayaan BNI Hasanah Card di BNI Syariah Cabang

Surabaya”27 , Dalam penelitian ini jasa transfer balance oleh BNI

Syariah merupakan jasa penyediaan uang yang nantinya untuk

menutupi tagihan kartu kredit nasabahnya di bank konvensional,

ini merupakan fasilitas pada produk pembiayaan BNI Hasanah

Card. Pembiayaan terhadap jasa transfer balance merupakan

26 Lailiya Rachmaliana, “Penerapan Klausa Baku pada Proses Penerbitan Kartu


Kredit Bank BNI Syariah Hasanah Card (Anlisis Hukum Islam Dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen)” Skripsi pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2011.

27 Ida Mayanti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Transfer Balance Pada
Pembiayaan BNI Hasanah Card di BNI Syariah Cabang Surabaya” Skripsi pada
jurusan Muamlah Fakultas Syariah, 2009.
15

suatu proses administrasi yang dilakukan oleh BNI Syariah

dalam pemberian pembiayaan, agar pihak bank percaya akan

kemampuan nasabahnya. Dalam proses memperoleh

pembiayaan nasabah harus memenuhi persyaratan-persyaratan

serta melalui proses-proses yang telah dintetukan.


Skripsi yang ditulis oleh Ninang Herawati Pua-upa pada

tahun 2008 berjudul, “Studi Komparasi Tentang Oprasionalisasi

Akad Pada Gold Dirham Card dan Green Dirham Card Syariah di

Bank Danamon Cabang Surabaya (Persepektif hukum Islam)”28,

pada Gold Dirham Card dan Green Dirham Card yang

dikemukakan adalah tentang oprasional akad dan persamaan

dan perbedaan antara Gold Dirham Card dan Green Dirham

Card.
E. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan yang ada diatas tadi, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:


1. Mengetahui dasar hukum DSN Majelis Ulama Indonesia

dalam menetapkan fatwa tentang Syariah Charge Card.


2. Menganilisis penerapan H{i<lah pada Fatwa DSN Nomor

42/DSN-MUI/V/2004 tentang Syariah Charge Card


F. Kegunaan Hasil Penelitian

28 Ninang Herawati Pua-Upa, “Studi komparasi tentang oprasionalisasi akad pada


Gold Dirham Card dan Green Dirham Card Syariah di Bank Danamon cabang
Surabaya (persepektif hukum Islam)”, Skripsi pada jurusan Muamalah Fakultas
Syariah, 2008.
16

Dalam sebuah penelitian selalu ada hasil, dan hasil itu

diharapkan dapat bermanfaat dan berguna, kegunaan hasil

penelitian sebagai berikut:


1. Kegunaan secara teoritis, dapat dijadikan suatu upaya

penambahan khazanah ilmu pengetahuan, dan dapat

dijadikan hipotesa penelitian berikutnya yang kajiannya

relevan dengan penelitian ini.


2. Kegunaaan secara praktis sebagai bahan untuk program

penerapan dalam suatu transaksi muamalah yang akan

dirumuskan melalui suatu fatwa atau pun pendapat hukum.

G.Definisi Oprasional
Untuk menghidari suatu pemaknaan dalam judul ini, perlu

adanya penjelasan dan batasan agar tidak terjadi pemahaman

yang keliru dengan judul , Anilisis terhadap Penerapan H{i<lah

pada Fatwa DSN tentang Syariah Charge Card sebagai berikut:


1. H{i<lah adalah adalah mencari-cari jalan dengan cara

licik untuk menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya

tujuanya adalah melakukan sesuatu yang diharamkan.29

Dalam fatwa ini disinyalir adanya penerapan H{i<lah.


2. DSN (Dewan Syariah Nasional) tugas pokok DSN adalah

mengkaji, menggali, dan merumuskan nilai dan prinsip

29 Ibnu Qoyim Al Jauziyah, Panduan Hukum Islam I’lamul Muwaqi’in, (jakarta:


Pustaka Azzam, 2007), 502.
17

syariah dalam bentuk Fatwa untuk dijadikan pedoman dalam

kegiatan transaksi pada lembaga keuangan syariah.30


3. Syariah Charge Card merupakan fasilitas kartu talangan

yang dipergunakan oleh pemegang kartu sebagai alat bayar

atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu

yang harus dibayar lunas kepada pihak yang memberikan

talangan pada waktu yang telah ditetapkan.31


Jadi maksud dari Analisis Terhadap Penerapan H{i<lah

pada Fatwa DSN Tentang Syariah Charge Card adalah

menganalisis dasar hukum DSN apakah dalam penetapan

Fatwanya menggunkan Konsep Hilah, yang H{i<lah sendiri

masih menjadi perdebatan para ahli fiqih.


H.Metode Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian

diatas kajian ini lebih memfokuskan pada pengambilan dasar

hukum terhadapa fatwa Syariah Charge Card yang ditetapkan

oleh DSN. Maka penelitian yang lebih relevan pada kajian ini

adalah pendekatan Qualitative Research.


Dalam kajian penilitian tentang “Anilisis Terhadap

Penerapan H{i<lah Pada Fatwa DSN Tentang Syariah Charge

30 Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem
Hukum Nasional Di Indonesia, (Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,
2010), 8.

31 Duscik Ceolah, Fatwa Dewan Syariah Nasional NO.42/DSN-MUI/v/2004 tentang


Syariah Charge Card dalam pandangan yurisprudensi, Dalam
http://duscikceolah.wordpress.com/, 4 Agustus 2009.
18

Card”, memerlukan tahap pengkajian tentang fatwa ini

sehingga permasalahan dapat di pecahkan secara detail.


Agar penulisan ini dapat tersusun dengan benar dan tepat,

maka penulis perlu mengemukakan metode penelitan yang

dikaji antara lain:

1. Data yang dikumpulkan


Agar dalam pengkajian skripsi ini nantinya dapat

dipertanggung jawabakan dan relevan dengan permasalahan

yang diangkat, maka penulis memerlukan data sebagai berikut:


a. Data yang bersumber pada fatwa DSN mengenai

Syariah Charge Card.


b. Data yang menyangkut tentang penerapan H{i<lah

pada fatwa Syariah Charge Card.


c. Data tentang pengambilan Istimbat hukum pada

penetapan fatwa Syariah Charge Card.


2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah darimana data dapat diperoleh 32. Dalam sebuah

penelitian ada dua data yang dianalisis yaitu data primer dan

data sekunder, adapun sumber data itu adalah:


1. Sumber data primer
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Syariah

Charge Card
b. Ibnu Qoyim Al Jauziyah Kitab I’lamul Muwaqi’in

32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2006), 129.
19

c. As-syatibi kitab Al-Muawafaqat Fi Ushul asy-

syar’iyah
2. Sumber data sekunder
Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka

dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-

peraturan dan catatan harian lainnya.33


Adapun dokumen serta buku-buku sebagai berikut:
a. Fiqih Muamalah Ahmad Wardih Musclih
b. Hukum Perjanjian Dalam Islam Ismail Nawawi
c. Banking Cards Syariah (Kartu Kredit dan Debit

Dalam Prespektif Fiqih) Abdul Wahab Abu Sulaiman.


d. Ensiklopedi Hukum Islam Abdul Aziz Dahlan.
e. Ensiklopedi Fiqih Umar Bin Khatab Muhamad

Rawwas Qal’ahji.
3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan Teknik

dokumenter, yaitu penghimpunan data-data yang ada di

buku-buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar dan sumber-

sumber tertulis lain yang mempunyai relevansi dengan

permasalahan dan penelitian sebagai data yang kemudian

dianalisis untuk diambil kesimpulan.

4. Teknik Pengolahan Data


Langkah-langkah dalam pengelolahan data adalah sebagai

berikut:

33 Ibid., 115
20

a. Editing: yaitu pemeriksaan kembali secara cermat

dari segi kelengkapan, keterbatasan, kejelasan makna,

kesesuaian keselarasan satu sama lain, relevansi dan

keseragaman data, sebagai sumber data yang

diperlukan dalam penulisan ini.


b. Organizing: yaitu menyusun dan

mensistematikakan seluruh data-data yang terkait agar

dapat diperoleh tinjauan fatwa Dewan Syariah Nasional

terhadap penerapan H{i<lah Pada Syariah Charge Card.


c. Conclusing: yaitu melakukan analisa atau tindak

lanjut dari pengorganisasian data dengan menggunakan

kaidah atau dalil yang ada pada Fatwa Syariah Charge

Card, sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang

pada akhirnya kesimpulan tersebut menjadi jawaban

atas rumusan masalah.


5. Teknik anaslisis data
Metode yang digunakan adalah Metode analisis

deskriptif, yaitu suatu metode yang menggambarkan dan

menafsirkan data yang telah terkumpul, data deskriptif sering

hanya dianalisis menurut isinya karena itu analisis macam ini

juga disebut analisis isi (content analysis).34 Analisis data ini

34 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2010), 40.
21

berkaitan dengan fatwa |Dewan Syariah Nasional tentang

Syariah Charge Card.


Dalam proses menyimpulkan, penulis menggunakan pola

pikir deduktif yakni, yakni memaparkan masalah-masalah

bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan khusus. |

Dalam penelitan ini, memaparkan tentang pengambilan dasar

hukum DSN dalam istimbat hukum pada fatwa DSN tentang

Syariah Charge Card. Guna untuk menganalisis apakah DSN

Majelis Ulama Indonesia menerapakan konsep H{i<lah yang

oleh beberapa ulam masih di perselisihkan.


I. Sitematika pembahasan
Penulisan penelitan ini terinci dengan sitematika

pembahasan yang tersusun pada lima bab yaitu:


Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi

tentang, latar belakang, identifikasi dan batasan masalah,

rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, definisi

oprasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.


Bab kedua, memuat study teoritis yang membicarakan

pengertian H{i<lah menurut pandangan beberapa ahli fiqih dan

dan membahas secara umum tentang kartu Charge Card.


Bab ketiga, memuat pembahasan fatwa Dewan |Syariah

Nasional tentang Syariah Charge Card, bab ini membahas

tentang dalil-dalil dan akad yang dilakukan oleh Dewan |Syariah

Nasional dalam penetapan fatwa Syariah Charge Card.


22

Bab keempat, menganilasis fatwa Dewan Syariah Nasional

tentang Syariah Charge Card, bab ini untuk menganalisa fatwa

ini untuk mencari penerapan H{i<lah pada fatwa tersebut.


Bab kelima, berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan

saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai