OLEH:
A11- B
DENPASAR
2018/2019
PERTEMUANN KE-12
Pada tanggal 9 November 2018 kelompok kami melakukan pengkajian pada salah satu
warga di Desa Kesiman Kebonkuri, tentang persepsi sehat sakit menurut di desa tersebut.
Perawat 1 : “Selamat pagi bapak, mohon maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan kami
dari mahasiswa STIKes Wira Medika Bali, perkenalkan nama saya widhi dan ini
teman-teman saya”.
Perawat 1 :“Begini bapak, tujuan kami disini untukk melakukan pengkajian tentang persepsi
sehat sakit”.
Perawat 1 : “Nanti waktu yang saya butuhkan kira-kira sekitar 40 menit bapak,nanti saya
dan teman-teman saya akan memberikan bapak pertanyaan yang berhubugan
dengan persepsi bapak tentang sehat sakit. Sebelum kami mulai mengkaji apakah
ada yang ingin ibu tanyakan?”.
Pasien : “Menurut saya, sehat itu apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh atau
Panca Maha Bhuta yang berhubungan dengan Aksara Panca Brahma yaitu Sang,
Bang, Ang, Ing. Serta cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang dan dapat
berfungsi dengan baik. Menurut kebudayaan disini system tubuh itu dikendalikan
dengan cairan humoral yang terdiri dari tiga unsur yang disebut Tri Doshsa”.
Perawat 2 : “Apa saja yang terkandung dalam Tri Dosha tersebut pak ?”.
Pasien : “ Dalam Tri Dosha itu terdapat tiga unsur yaitu yang pertama ada unsur vatta
yang berarti unsur udara, kemudian yang kedua ada unsur pitta yang berarti unsur
api, dan yang ketiga ada unsur kapha yaitu unsur air”.
Perawat 2 : “Jadi persepsi sehat yang dapat saya simpulkan dari pendapat bapak yaitu
apabila semua sistem dan pembentuk tubuh , serta cairan tubuh berada dalam
keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan baik iya pak?”.
Perawat 3 : “Baikk bapak, saya ingin bertanya lagi, bagaimana persepsi bapak tentang
keadaan sakit pak?”.
Pasien : “Menurut saya keadaan sakit yaitu apabila seseorang menderita penyakit
menahun, atau gangguan kesehatan yang lainnya yang menyebabkan aktivitas
seseorang terganggu seperti tidak bisa sekolah, bekerja, dan tidak dapat
melakukan kegiatan sehari-hari”.
Perawat 3 : “Kalau salah satu dari keluarga bapak ada yang sakit, bapak terlebih dahulu
memilih pengobatan ke dukun atau ke rumah sakit?”.
Pasien : “Misalnya jika sakit tidak parah seperti; demam, sakit kepala biasanya saya
mengobatinya dengan membeli obat ke apotek tanpa resep dari dokter. Tetapi
jika sakit yang saya dan kluarga saya parah biasanya kami berobat kedokter. Jika
tak kunjung sembuh biasanya kami juga berobat kedukun atau dalam istilah bali
namanya balian”.
Perawat 4 : “Jadi pengobatan yang bapak lakukan jika bapak dan keluarga bapak lakukan
antara ke dukun dan ke rumah sakit 50:50 ya pak?”.
Perawat 4 : “Apakah bapak percaya berobat dengan kedukun atau balian tersebut pak?.”
Pasien : “Menurut saya sah-sah saja berobat ke balian karena di Bali tersebut banyak
yang mempercayai bahwa suatu penyakit dapat disebabkan oleh orang yang iri
atau jahil”.
Perawat 5 : “Selain obat dari resep dokter, apakah ada obat tradisional yang bapak percayai
untuk menghilangkan suatu penyakit?”.
Pasien : “Tentu ada dik, Karena di Bali banyak sekali tanaman obat yang bisa dioah
menjadi obat tradisional”.
Perawat 6 : “Pada saat sakit demam, rematik, dan keseleo itu apa yang bapak gunakan untuk
mengobatinya pak?”.
Pasien : “Biasanya bapak jika demam baapak menggunakan daun dapdap, binahong, jika
rematik bapak biasanya membuat olahan dari beras dan kencur, dan keseleo bapak
menggunakan cendana”.
Perawat 7 : “Bagaimana cara bapak untuk mengolah daun dapdap dan binahong untuk
menjadi obat?”.
Pasien : “Biasanya bapak mengolah daun dapdap dan daun binahong dengan mencuci
daun tersebut dengann air mengalir hingga bersih, setelah itu bapak meremas-
remas daun tersebut, dan jika sudah selasai di remas-remas langsung taruh di dahi
dan perut”.
Perawat 7 : “Oh begitu pak, kalau cara mengolah cendana untuk mengobati keseleo,
bagaimana caranya bapak?”.
Pasien : “Caranya Bapak mengolah cendana tersebut dengan cara menggosok kayu
cendana dengan alat tradisional yang berbentuk bulat yang terbuat dari tanah liat.
Biasanya ceendana itu digosokan di alat tradisional tersebut dengan sedikit
menggunakan air, lalu di gosok sehingga berubah warna menjadi kecoklatan. Dan
untuk cara mengobatinya cukup mudah dengan cara. Biasanya ceendana itu
digosokan di alat tradisional tersebut dengan sedikit menggunakan air, lalu di
gosok sehingga berubah warna menjadi kecoklatan. Dan untuk cara mengobatinya
cukup mudah dengan cara. Biasanya ceendana itu digosokan di alat tradisional
tersebut dengan sedikit menggunakan air, lalu di gosok sehingga berubah warna
menjadi kecoklatan. Dan untuk cara mengobatinya cukup mudah dengan cara
mengoleskan ke bagian yag keseleo”.
Pasien 8 : “Oh begitu pak, saya tertarik untuk mengetahui cara untuk mengobati rematik
dengan menggunakan campuran beras dan kencur. Bagaimanakah caranya
bapak?”.
Pasien : “Begini dik, biasaya budaya disini itu campuran beras dan kencur itu diberi
nama boreh, boreh ini biasanya dipakai oleh orang tua-tua dari zaman dulu
sampai sekarang untuk mengobati sakit pada kaki atau sering juga disebut
rematik. Cara membuatnya dengan mengunyah beras dan kencur sampai halus,
lalu dioleskan pada bagian kaki yang sakit”.
Perawat 8 : “Oh, apakah manjur dengan menggunakan obat tradisional tersebut pak?”.
Pasien : “Kalau menurut bapak sangat manjur dik, karena bapak sudah sering
menggunakan obat tradisionall tersebut”.
Perawat 8 : “Baik terimakasih atas informasi yang telah bapak berikan, mohon maaf telah
mengganggu waktunya”..
Perawat 1 : “Baik pak, karena kami sudah selesai melakukan pengkajian, kami pamit pulang.
Sekalilagi terimakasih atas waktu dan informasinya pak, selamat pagi”.