Anda di halaman 1dari 71

i

TAR 322-3
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
Semester Ganjil Tahun Akademik 2015/2016

Tugas Studi Literatur:


CORE AND FACADE BEARING WALL

Dosen Kelas : Nancy Yusnita, S.T., M.T.

Oleh
DEVIANI SUSANTO 2013420009 / D
VANIA SHEILA 2013420095 / D
SHANDA ANASTASIA 2013420143 / D

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2015
ii

KATA PENGANTAR

Dengan selesainya penyususunan dan pembuatan studi literatur dan analisa,


penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
anugrah.-Nya sehingga studi literatur ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Studi Literatur yang membahas akan struktur core and facade bearing wall
diajukan sebagai persyaratan pengumpulan tugas akhir Mata Kuliah Struktur
Konstruksi Bangunan Tingkat Tinggi Semester Ganjil 2015/2016.
Dalam pelaksanaan penyusunan studi literatur ditemukan beberapa kendala,
antara lain masalah kendala waktu dalam penyusunan, sumber yang tidak memadai
untuk penulis mendapat informasi dan menarik kesimpulan.
Pada kesempatan ini penulisan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat waktu, antara lain.
Nancy Yusnita, S.T., M.T. selaku dosen Mata Kuliah Struktur Konstruksi
Bangunan Tingkat Tinggi Universitas Katolik Parahnyangan, Segenap Dosen Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Teman-teman di kelas
D Struktur Konstruksi Bangunan Tingkat Tinggi Fakultas Teknik Katolik
Parahyangan, dan keluarga.
Penulis menyadari bahwa studi literatur dan analisa ini masih terdapat
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan sikap terbuka dan hati yang
lapang bersedia menerima kritik, saran, dan masukan dari pihak pembaca semata-
mata demi kesempurnaan studi literatur ini.
Diharapkan dari hasil studi literatur ini dapat membantu dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, studi litaratur ini dapat memberikan sumbangsih
bagi pengembangan keilmuan.
Demikian prakata ini dibuat dengan diakhiri "seluruh ilmu tidak lebih dari
penyempurnaan pemikiran sehari-hari".

Bandung, 15 Oktober 2015

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB 1 DEFINISI................................................................................................... 5

1.1 Pendahuluan...................................................................................................5

1.2 Garis Besar Perencanaan Bangunan Tinggi...................................................5

1.3 Pengertian Umum Core and Facade Bearing Wall........................................ 8

BAB 2 ELEMEN STRUKTUR..............................................................................9

2.1 Elemen struktural dasar dari suatu bangunan:...............................................9

2.2 Struktur Dinding Pendukung (Bearing Wall).................................................9

2.3 Struktur Core................................................................................................10

2.4 Core and Facade Bearing Wall.....................................................................13

BAB 3 SISTEM PENYALURAN BEBAN DAN GAYA....................................14

3.1 Persyaratan Struktur dalam Penyaluran Beban............................................14

3.2 Penyaluran Beban Bangunan Secara Umum............................................... 15

3.3 Penyaluran Beban Bearing Wall (Dinding Penahan)...................................17

3.4 Penerapan Penyaluran Beban pada Contoh Bangunan................................19

3.5 Posisi Titik Pembebanan..............................................................................21

3.6 Gaya Lateral pada Bangunan.......................................................................21

3.7 Beban yang Mempengaruhi Bangunan Tinggi............................................ 24

BAB 4 VARIAN STRUKTUR.............................................................................32

4.1 Core..............................................................................................................32

4.2 Bearing Wall................................................................................................ 37

BAB 5 REFERENSI BANGUNAN.....................................................................39

5.1 Core..............................................................................................................39

5.2 Shear Wall....................................................................................................43

3
5.3 Core And Facade Bearing Wall....................................................................43

BAB 6 ANALISA OBYEK PILIHAN.................................................................45

6.1 Rancangan Bangunan...................................................................................45

6.2 Elemen Struktur Bangunan..........................................................................50

6.3 Penyaluran Beban Bangunan....................................................................... 51

6.4 Konstruksi Bangunan...................................................................................53

6.5 Analisa Integrasi Sistem Struktur-Konstruksi Dengan Sistem Arsitektur .. 54

6.6 Integrasi sistem struktur dengan aspek utilitas dan aspek kenyamanan......59

BAB 7 DIMENSIONERING............................................................................... 62

7.1 Rumus Perhitungan Perkiraan Dimensi Elemen Struktur Kolom................62

7.2 Analisa Dimensi Perkiraan dengan Dimensi Struktur Bangunan................63

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................69

8.1 Kesimpulan..................................................................................................69

8.2 Saran............................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................71

4
BAB 1
DEFINISI

1.1 Pendahuluan
Struktur bangunan umum dipilih karena efisiensi penggunaan tapak yang
minimal, sedangkan didapatkan penggunaan fungsi yang besar dengan
menambahkan fungsi secara vertial, tetapi dengan tinggi bangunan yang makin
meningkat sehingga maka pada bangunan berakibat:
a) Gaya lateral meningkat
b) Dengan ketinggian tertentu goyangan (sway) meningkat, sehingga dibutuhkan
pengendalian kekakuan bangunan selain kekakuan bahan struktur.
c) Tingkat kekakuan bangunan karena sistem struktur
d) Efisiensi sistem-sistem tertentu berkaitan dengan persyaratan ruang untuk
mendapatkan kekakuan maksimum dan berat/beban minimum
Sehingga dibutuhkan pengembangan sistem-sistem baru, misalnya:
a) Bahan struktur berkekuatan tinggi  baja, beton khusus.
b) Aksi komposit pada elemen struktural.
c) Teknik-teknik pengikat baru  pengelasan, pembautan.
d) Perkiraan tingkah laku struktur menyeluruh dengan menggunakan komputer.
e) Pengunaan bahan konstruksi yang ringan.
f) Teknik konstruksi yang baru.

1.2 Garis Besar Perencanaan Bangunan Tinggi


Sebelum merancang suatu bangunan tertingkat tinggi, dibutuhkan perencanaan
dari berbagai macam segi, faktor, ataupun aspek. Berikut ini faktr-faktor yang perlu
diperhatikan:

1.2.1 Segi ekonomik


Harus mempertimbangkan biaya pembangunan dan pengoperasian bangunan,
karena semakin tinggi bangunan, maka dibutuhkan raungan yang lebih luas untuk
mewadahi struktur, sistem mekanik, elevator dan lain-lain sehingga luasan ruang
yang dapat digunakan menyempit, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas

5
bangunan meningkat. Juga semakin tinggi suatau bangunan, maka dibutuhkan
fasilitas pelengkap yang lebih berkualitas dan canggih.

1.2.2 Kondisi tanah


a) Pemilihan macam bangunan adalah sangat ditentukan oleh jenis geologi
sitenya, karena itu kondisi tanah harus diketahui sebelum menentukan sistem
strukturnya. Pada site tertentu, kemampuan daya dukung tanah kurang baik
sehingga dibutuhkan tiang pancang (pile) atau pondasi caisson. Untuk keadaan
demikian, bangunan berat dengan beton akan Sangay mal dibanding konstruksi
baja ringan.
b) Pada setiap kasus, 3 variabel struktur bangunan adalah: superstruktur, sub
struktur, dan tanah.

1.2.3 Rasio tinggi dan lebar bangunan


a) Bila rasio tinggi dan lebar bangunan meningkat , maka tingkat kekakuan
bangunan meningkat. Kekakuan tersebut bergantung pada usuran dan jumlah
trafe (bay), sistem struktur, dan kekakuan bagian-bagian/penyampung
bangunan.
b) Sistem yang harus dipilih adalah secara ekonomis mampu mewadahi pengaruh
lateral dan sesuai ukuran trafenya.

1.2.4 Proses pembangunan dan fabrikasi


a) Perencanaan prosedur pembangunan dan fabrikasi menghasilkan faktor-faktor
penting berkaitan dengan pemilihan sistem struktur, yang mungkin erat
kaitannya dengan metode konstruksi prefabrikasi. Sistem-sistem tersebut
dipilih karena dapat menghemat biaya tenaga pelaksanaan dan waktu untuk
pembangunannya, sehingga diusahakan sesedikit mungkin jumlah bagian-
bagian struktur untuk mempersingkat waktu pelaksanaan.
b) Bentuk-bentuk yang rumit dihindari, pengelasan componen di lapangan
dikurangi dan lain-lain.

6
1.2.5 Sistem mekanik

Sistem mekanik yang meliputi HVAC (heat, ventilating, AC), elevator, listrik,
pemipaan dan sistem pembuangan dapat mencapai 1/3 dari harga bangunan.
Dan sistem suplai energi dapat terkonsentrasi di core mekanik.
1.2.6 Penanggulangan kebakaran
a) Masalah kebakaran merupakan bagian terpenting pada bangunan tinggi, karena:

Ketinggian bangunan menyebabkan tangga-tangga mobil pemadam
kebakaran tidak dapat menjangkau, sehingga diperlukan pengamanan dari
dalam bangunan.

Pengamanan secara menyeluruh tidak dapat dilakukan dalam waktu
singkat.
b) Bagian yang paling bahaya selain panasnya api kebakaran yaitu: efek asap dan
gas-gas beracun.
c) Sistem konstruksi bangunan harus mampu memberikan:

Kesempurnaan struktur untuk jangka waktu yang cukup lama dengan
memanfaatkan bahan-bahan tahan api, yang tidak mudah terbakar ataupun
tidak menghasilkan asap/gas beracun.

Pembatasan api untuk menangkal meluasnya api ke berbagai area.

Sistem jalur darurat yang mencukupi.

Sistem deteksi api dan asap yang efektif.

Penggunaan sprinkler-sprinkler dan ventilasi bagi asap dan udara panas.

1.2.7 Peraturan setempat


a) Peraturan daerah yang mengatur zona-zona kegiatan dalam kota yang dapat
mempengaruhi pemilihan sistem dan konstruksi.
b) Misal: pembatasan ketinggian bangunan, garis rooi horizontal dan vertical,
tinggi antar lantai yang seminim mungkin dan lain-lain.

1.2.8 Kemampuan penanganan dan pembiayaan bagi bahan-bahan utama konstruksi


a) Biaya pengiriman pada lokasi, yang bagi bahan-bahan umum lebih murah,
tetapi untuk pengiriman bahan-bahan prefabrikasi menjadi lebih mahal.

7
b) Kemampuan penanganan/pelaksanaan dengan bahan-bahan yang baru,
mutahir/teknologi tinggi.
c) Keseluruhan pemikiran terhadap persoalan yang timbul perlu dipertimbangkan
lagi berkaitan dengan masalah pembiayaan.

1.3 Pengertian Umum Core and Facade Bearing Wall


Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah
struktur inti. Hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung
pada kemampuan bentangan dari struktur lantai. Inti ini memuat sistem-sistem
transportasi mekanis dan vertikal seta menambah kekuatan bangunan.
Core Inti
Struktur
Façade bearing wall Dinding pendukung pada fasad

Elemen vertikal planar membentuk dinding eksterior mengelilingi struktur


core, yang memungkinkan bentuk ruang interior terbuka. Hal ini tergantung dari
kapasitas rentang (span) dari struktur lantainya. Bagian core dapat mewadahi
mekanikal dan sistem transportasi vertikal, yang menambah kekakuan bangunan.
Pada dasarnya core maupun façade bearing wall tersusun dari shear wall
dengan peletakan dan sistem yang berbeda beda. Shear wall sendiri merupakan
dinding samping yang berfungsi sebagai pengaku yang menerus sampai ke pondasi
dan juga merupakan dinding inti untuk memperkaku seluruh bangunan untuk
menahan gaya lateral.
Biasanya digunakan pada bangunan tinggi untuk mencegah terjadinya torsi
akibat gaya angin. Atau digunakan pula pada bangunan tinggi yang berbentuk slab
maupun bangunan tinggi berbentuk tower untuk memperkokoh sistem bangunan
terhadap gaya lateral.

8
BAB 2 ELEMEN STRUKTUR

2.1 Elemen struktural dasar dari suatu bangunan:


a) Elemen linier

Kolom (Mampu menahan gaya aksial dan rotasi)

Balok (Mampu menahan gaya aksial dan rotasi)

b) Elemen bidang

Dinding : baik masif, berlubang-lubang, maupun ber-rangka, harus mampu
menahan gaya aksial dan rotasi.

Pelat lantai (slab) : baik masif, ber-rusuk-rusuk, maupun didukung oleh
rangka/balok-balok lantai harus mampu mendukung gaya-gaya yang
mengenai maupun tegak lupus pada bidang tersebut.
c) Elemen ruang

Core : mengikat bangunan menjadi satu kesatuan dan bekerja sebagai satu
unit.

2.2 Struktur Dinding Pendukung (Bearing Wall)


Dengan pengembangan teknologi baru penggunaan rekayasa batu bata dan
panel-panel prefabrikasi beton menyebabkan konsep ekonomis dinding pendukung
memungkinkan untuk bangunan tinggi sampai tingkat menengah antara 10 – 20
lantai. Secara umum struktur dinding pendukung disusun oleh dinding-dinding linier,
maka dengan penataan posisi dinding pendukung di dapat 3 kelompok dasar yaitu:
a) Sistem dinding melintang (cross-wall)
Terdiri atas dinding-dinding linier yan gbertemu tegak lurus dengan panjang
bangunan, sehingga tidak berpengaruh pada pengolahan façade utama dari
bangunan.
b) Sistem dinding memanjang (long-wall)
Terdiri atas dinding-dinding linier yang parallel dengan panjang bangunan,
sehingga dapat membentuk façade utama bangunan.
c) Sistem 2 arah (two-way)
Terdiri atas dinding-dinding yang mendukung pada ke dua arah, yaitu
memanjang dan melintang.

9
Gambar 1.macam jenis bearing wall

2.3 Struktur Core

Ukuran transportasi vertikal


Berdasarkan Bangunan digunakan core
untuk mewadahi
Fungsi sistem distribusi energi

Sistem shear wall  stabilitas lateral pada bangunan

2.3.1 Pembagian macam core


a) Bentuk core dibagi menjadi:

Core terbuka

Core tertutup

Core tunggal

Core kombinasi dengan dinding linier

b) Jumlah core dibagi menjadi:



tunggal

ganda/banyak

c) Letak/lokasi core:

internal

perimeter

eksternal

10
d) Penataan core:

simetri

asimetri

e) Bentuk bangunan sebagai dasar dari bentuk core:



langsung

tidak langsung

f) Bahan core:

baja

beton

kombinasi baja beton

2.3.2 Material core


a) Core rangka baja:

Dapat memenuhi prinsip rangka “vierendeel” menahan stabilitas lateral.

Sistem rangka vierendeel agak lebih fleksibel, sehingga layak digunakan pada
bangunan betingkat rendah (low-rise).

Batang pengukuh (bracing) diagonal rangka vierendeel (rangka truss vertikal)
digunakan untuk mempertinggi tingkat kekakuan (stiffness) bangunan-
bangunan yang lebih tinggi.

Keuntungan core rangka baja: waktu perakitan bagian-bagian prefabrikasi yang
relatif cepat.
b) Core beton:

Membatasi ruang karena harus mendukung beban.

Tidak dibutuhkan pemikiran tambahan untuk mencegah bahaya kebakaran.

Rendahnya tingkat ke-liat-an (ductility) terdapat pada bahan beton ini sebagai
kekurangannya dalam menghadapi beban gempa.

2.3.3 Fugsi Core


Fungsi core dalam bangunan tingkat tinggi :

Court

Atrium

Lift lobby

11

Stairs

Escalator

Capsule lift

Ducts

Fire escape

Elevator shafts (elevator cars & equipments inside them)

Elevator lobby

Staircase

Fire protected lobbies

AHU

Toilets

Ancillary rooms (pantry, space for cleaning materials)

Mechanical vertical services rises ducts (electrical power & lighting
distribution, water distribution, sewerage pipes).

Electrical vertical service riser

Gambar 2. Core digunakan pada struktur transportasi vertikal (tangga dan lift)

12
2.3.4 Elemen-elemen bangunan tingkat tinggi

Court/atrium

Lift lobby

Stairs

Escalator

Capsule lift

Core

Gambar 3. Core digunakan pada bangunan sebagai


ruang lift

2.4 Core and Facade Bearing Wall


 Merupakan elemen dua bidang datar vertikal yang mengelilingi core.
 Digunakan untuk ruang-ruang yang luas bebas → tergantung kemampuan
bentangan lantai.
 Core tengah sebagai transportasi sekaligus menambah kekakuan.
SHEAR WALL

Gambar 4. Core pada bagian tengah, bearing wall pada bagian samping

13
BAB 3 SISTEM PENYALURAN BEBAN DAN GAYA

3.1 Persyaratan Struktur dalam Penyaluran Beban


Suatu bangunan harus mampu menahan gaya lateral maupun horizontal dari
beban disekitarnya, karena bangunan yang bertingkat tinggi memiliki beban
horisontal yang makin tinggi dan gaya lateral yang makin tinggi pada bagian
puncakny, oleh karena itu haruslah ada persyaratan struktur agar bisa menahan gaya
tersebut:
a) Merupakan elemen padat yang kaku, yang lebih mengutamakan
pengembangan vertikal.
b) Menahan beban lateral dan menahan dengan kuat pada bidang dasar/tanah.
c) Dapat mengumpulkan beban beban bidang-bidang horisontal di atas muka
tanah dan kemudian menyalurkan ke pondasi.
d) Mementingkan pengumpulan beban bidang-bidang horisontal yang
tersusun/saling menumpang, yang secara vertikal mengalir ke dasar bangunan.
e) Dibentuk oleh berbagai sistem pengumpulan beban, penyaluran beban, dan
kesimbangan lateral.
f) Digunakan untuk penyampaian/penyaluran sistem-sistem beban/gaya
mekanisme: form aktif, vektor aktif, bulk aktif, surface aktif.
g) Karena kemungkinan pengembangan tinggi dan beban horisontal, maka
keseimbangan horisontal merupakan komponen utama dalam perancangannya.
Pada ketinggian bangunan tertentu, masalah pembebanan horisontal menjadi
faktor penentu untuk rancangan.
h) Sistem pengumpulan beban saling berpengaruh dengan bentuk organisasi
kegiatan pada denah bangunan, sehingga tercapai kemungkinan pengurangan
elemen vertikal penyaluran beban dalam jumlah dan kelompok/bagian.

14
3.2 Penyaluran Beban Bangunan Secara Umum
a) Sistem gabungan/komposit penyaluran beban pada struktur vertikal.

Gambar 5. penyaluran beban vertikal

Sistem bentang Sistem bentang Sistem bentang Sistem bentang


bebas (free-span) (bay) dan bebas (free-span) tidak simetri
dengan pendukung kantilever dan kantilever
di tengah

Gambar 6. Penyaluran beban lantai

Beban perlantai Beban-beban Beban disalurkan Beban disalurkan


disalurkan sebagian disalurkan ke titik- ke titik antara tidak seimbang ke
ke bagian tengah titik di tengah (intermediate) tittik pengumpul
dan sebagian ke sistem bentang pengumpul beban,
dinding tepi pengumpul beban yang ke duanya
mengumpulkan
beban dari bagian
tepid an tengah
bangunan
15
b) Prinsip dasar sistem penyaluran beban pada struktur vertikal:

Sistem bentang Sistem kantilever Sistem bentang


(bay system) (cantilever system) bebas (free-span
system)

Pengumpulan
beban horizontal
dan penyaluran
beban vertikal

Gambar 7. Prinsip penyaluran beban vertikal

Titik-titik Titik-titik Titik-titik


pengumpulan beban pengumpulan beban pengumpulan beban
disalurkan merata dibagian tengah pada bagian tepi

Bentang dua
arah (2-way
span direction)

Bentang satu
arah (1-way
span direction)

Gambar 8. Penyaluran beban lantai

Beban lantai per unit Beban lantai Beban lantai


area terkumpul dan disalurkan ke shaft di disalurkan ke tepi
disalurkan ke tanah tengah bangunan dan luar bangunan dan 16
pada setiap titik disalurkan ke tanah disalurkan ke tanah
memusat
c) Sistem penerima beban kolom diatas muka tanah

Gambar 9. Balok penerima beban

Keterangan:
A. Balok sprandel di bawah pelat lantai
B. Balok sprandel di atas pelat lantai
C. Balok sprandel pada 2 lantai
D. Panel ganda (multi-panel) berbentuk rangka sebagai balok sprandel

3.3 Penyaluran Beban Bearing Wall (Dinding Penahan)


Pengaruh struktur dinding pendukung oleh pembebanannya tergantung dari
jenis bahandan jenis interaksi antara bidang lantai horizontal dan bidang dinding
vertikal. Pada konstruksi batu bata dan sistem prefabrikasi beton terjadi struktur
lantai yang bersendi pada dinding menerus. Sedangkan pada bangunan cetak di
tempat (cast-in-place) pelat-pelat lantai dan dinding merupakan kesatuan menerus.
Pada struktur dinding pendukung, beban vertikal disalurkan langsung ke
struktur lantai. Rentang lantai berkisar antara 4 – 8 meter, bergantung kemampuan
dukung dan kekakuan lateral dari sistem lantai.
Gaya-gaya horizontal disalurkan ke struktur lantai (sebagai diafragma
horizontal) ke dinding geser (shear wall) parallel terhadap aksi gaya. Dinding geser
ini mendukung beban yang diterima oleh tinggi oleh tingginya kekakuan sebagai
balok yang tebal, mewadahi beban geser dan lenturan melawan runtuh.

17
Pada bangunan beton cast-in-place kestabilan didukung oleh gaya portal sistem
lantai dan dinding yang monolitik yang bekerja sebagai kotak terhadap pengaruh
lentur.

Gambar 10. Bidang dinding penahan

Sangat jarang terwujud bentuk dinding geser yang massif (bebas perlubangan)
karena selalu dibutuhkan perlubangan pada bidang tersebut yang hal ini merupakan
titik perlemahan. Perlubangan tersebut digunakan sebagai jendela/pintu/koridor/jalur
fasilitas-fasilitas yang bersifat mekanik dan elektrik/listrik dan lain-lain.

Gambar 11. Perlubangan pada dinding penahan

18
3.4 Penerapan Penyaluran Beban pada Contoh Bangunan
3.4.1 Bentuk tipikal tower yang dikembangkan dari denah 4 persegi

Pengumpulan
beban


Dalam sistem
bentang (bay)


Dalam sistem
kantilever


Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)

3.4.2 Bentuk tower dikembangkan dari bentuk denah bundar:

Pengumpulan
beban

Dalam sistem
bentang (bay)

Dalam sistem
kantilever

Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)

19
3.4.3 Bentuk pelat tipikal sebagai pengembangan denah persegi:

Pengumpulan
beban

Dalam sistem
bentang (bay)

Dalam sistem
kantilever

Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)

3.4.4 Bentuk pelat sebagai pengembangan denah lantai lengkung:

Pengumpulan
beban

Dalam sistem
bentang (bay)

Dalam sistem
kantilever

Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)

20
3.5 Posisi Titik Pembebanan
Lokasi titik-titik pengumpulan beban kaitannya dengan unit bentang (bay)

Gambar 12. Ttitik penerima beban

Posisi beban unit bentang pertitik pada pengumpulan beban

Gambar 13. Area penerima beban

12 unit  12 kolom 12 unit  16 kolom 12 unit  20 kolom 12 unit  31 kolom

3.6 Gaya Lateral pada Bangunan


3.6.1 Beban kritis dan defleksi pada sistem struktur vertikal
Beban-beban yang menentukan dalam perancangan sistem struktur vertikal
merupakan hasil dari beban hidup wajib (super-imposing): beban mati, beban hidup
dan angin. Kombinasi tersebut membentuk gaya miring (slant). Semakin kecil sudut
gaya miring, semakin besar kesulitan penyaluran gaya tersebut ke tanah/dasar
bangunan.

21
Gambar 14, Momen pada bangunan tinggi

Gaya Momen Momen lentur Gaya geser


kompresif/tekan putar(filting) (bending) (shear)

Mekanisme dukung beban lateral:


Dengan peningkatan tinggi bangunan
maka tekanan angin per-unit area
meningkat juga. Akibatnya pada struktur
menjadi lebih banyak (predominant)
dalam kaitannya dengan penyebab beban
vertikal. Struktur vertikal dipertegang
oleh angin (beban).
Gambar 15. Mekanisme beban lateral

Sistem stabilisasi beban lateral


karena pengaruh angin pada struktur
bentang (bay-type):
a) Dinding geser (sistem surface-aktif)
b) Pengait/pengaku angin (wind-
bracing) – (sistem vektor-aktif)
c) Rangka angin (wind-frame) –
(sistem bulk-aktif)
d) Diafragma rangka (sistem surface
aktif) Gambar 16. Stabilisasi beban lateral

22
3.6.2 Sistem yang lengkap dan tambahan pada penyaluran beban angin

Gambar 17. Sistem penyaluran beban angin

3.6.3 Kelengkapan pengikat angin dalam perancangan denah lantai:

Elemen struktur
untuk pengikat angin
(wind-bracing):

a) Dinding-dinding
core sirkulasi

b) Dinding-dinding
luar atau partisi

Gambar 18. Letak dinding penahan

23
3.6.4 Ketahanan terhadap pengaruh angin pada arah melintang dan memanjang
Berkaitan dengan denah lantai dan bidang-bidang penutup/dinding.
a) Melalui core sirkulasi

Gambar 19. Core

b) Melalui dinding luar

Gambar 20. Bearing wall

c) Melalui rangka

Gambar 21. Rangka bangunan

3.7 Beban yang Mempengaruhi Bangunan Tinggi


Beban yang berpengaruh pada bangunan tinggi, terdapat 2 macam beban:
a) Geofisika (dipengaruhi ukuran, bentuk, masa, bahan)

Beban grafitasi:
▪ pemakaian (kantor, pabrik, tempat tinggal, umum)
▪ beban mati
▪ konstruksi

24

Beban seismologi

Beban meteorologi

▪ Air, bumi (settlement, pressure)


▪ Angin (tenang, kencang)
▪ Salju, debu, hujan
b) Buatan manusia

Terikat tekanan:
▪ Menahan volume
 Pembebanan yang lama
 Perubahan temperatur (ekspansi, kontraksi)
 Perubahan kelembaban (kembang, kempio)
▪ Prestress (pra tegang)
▪ Ketidak sesuaian
▪ Sisa
 Produksi
 Berdirinya bangunan
 Pengelasan
c) Dinamik
▪ Secara acak
 Angin kencang
 Perubahan pemakaian
 Pukulan
▪ Relatif tenang (perpindahan manusia)
▪ Vibrasi (getaran)
 Elevator
 Kendaraan
 Mesin-mesin

25
3.7.1 Beban statik dan dinamik
Beban yang bersumber dari buatan manusia berasal dari pergerakan manusia
dan peralatan, gaya-gaya terikat pada struktur selama proses manufaktur dan
pembangunan. Beban diklasifikasikan dua kategori, yaitu statik dan dinamik:
a) Beban statik adalah merupakan bagian permanen dari struktur
b) Beban dinamik adalah beban-beban yang temprorer terhadap ruang atau struktur.

a) Beban mati merupakan beban statik yang ditimbulkan oleh beban setiap elemen
pada struktur, yaitu: berat elemen pendukung beban pada bangunan, lantai,
penyelesaian plafon, dinding partisi permanen, penyelesaian facade bangunan,
tangki penyimpanan air, sistem distribusi secara mekanik dan lain-lain. Estimasi
beban mati 15 – 20 % dari keseluruhan beban.
b) Beban hidup lebih bervariasi dan tidak dapat dipastikan, karena perubahannya
selain karena waktu juga sebagai fungsi dari lokasi/penempatan. Beban ini
disebut juga sebagai beban pemakai yang termasuk berat orang, perabotan, partisi
bongkar pasang, buku-buku, almari, peralatan mekanik dan industri, kendaraan
dan semua beban semi permanen atau temporer
Bagian-bagian struktural dan rentangan antara lantai dengan bagian struktural
harus dirancang untuk mendukung beban yang terdistribusi secara seragam ataupun
yang terkonsentrasi, yang menghasilkan tegangan yang lebih besar.
Kapasitas beban pada bangunan berkurang karena umur abngunan, yan
gdiakibatkan oleh beban angin, getaran, perubahan temperatur, pergeseran,
perubahan-perubahan menerus karena pengaruh lingkungan.
Sedangkan beton dan bata misalnya, makin lama akan meningkat kapasitas beban
atau dukungannya. Dari sudut struktural, pemilihan sistem struktur yang sesuai
tergantung atas 3 faktor, yaitu:
a) Beban yang akan didukung
b) Perlengkapan bahan-bahan bangunan
c) Aksi struktural: beban dialirkan melalui bagian-bagian bangunan ke tanah

26
3.7.2 Beban konstruksi:
Pada umumnya bgian-bagianstruktural dirancangan untuk menanggulangi
beban hidup dan mati, namun adakalanya dirancang jauh melebihi. Hal tersebut
dibutuhkan untuk memenuhi pembebanan saat pelaksanaan pembangunan, misalnya
adanya penimbunan bahan-bahan yang berat, pemindahan dan sebagainya. Pada
beton ”precast”, saat-saat kritisnya adalah saat cetakan panel berat tersebut diangkat
dari pencetaknya. Panel tersebut harus juga tahan terhadap proses pengangkutan-
pembangunan-kejutan-regangan saat-saat pemasangannya

3.7.3 Beban hujan, es dan salju:


Air merupakan bahan yang cukup berat dan harus diperhitungkan, terutama pada
bentuk atap datar saat terjadi penyumbatan saluran drainasinya. Saat air menimbun maka
lantai atap tersebut dapat melengkung. Proses ini diseebut “ponding” atau mengolam
(seperti kolam) yang menyebabkan runtuhnya atap tersebut.

3.7.4 Beban angin:


Bangunan struktur batu yang memiliki bidang pembukaan yang sempit, jarak
antar kolomnya sempit, bagian-bagiannya masif, bidang-bidang partisinya berat
sehingga bangunan tersebut sangat berat, masalah beban angin bukan hal yang berat.
Namur pengenalan bangunan rangka baja yang ringan sehingga berat tidak lagi
menjadi factor pembatas ketinggian bangunan, maka era bangunan tinggi tersebut
mendapatkan masalah-masalah baru. Untuk mengurangi beban mati dan mencipta
ruang-ruang yang besar dan lebih fleksibel, balok dengan bentang yang lebih lebar,
partisi-partisi yang dapat dipindah-pindahkan dan lain-lain telah dikembangkan. Hal-
hal tersebut telah banyak mengurangi tingkat kekakuan bangunan (“rigidity”)
sehingga beban lateral berupa goyangan menjadi pokok perhatian bagi kekuatan
bangunan tersebut.
Pengaruh angin pada bangunan hádala dinamik yang dipengaruhi oleh factor
lingkungan seperti kekasaran dan bentuk area dalam skala besar, bentuk, kelangsingan
dan tekstur wajah bengunan dan penataan bangunan-bangunan yang berdekatan.
Beban angin dapat ditinjau atas:
 Kecepatan angin

27
 Topologi sebagai faktor pokok tekanan angin
 Tekanan angin
 Turbulence (putaran angin)
 Arah angin
 Toleransi manusia

3.7.5 Beban seismik:


Terutama timbul oleh adanya geseran lapisan bumi yang disebut gempa. Beban
gempa ini sangat berpengaruh dan bahkan merusak struktur bangunan, karena
gerakan yang timbul adalah vertikal dan horisontal secara bersamaan. Akselerasinya
diukur sebagai penetrasi akselerasi grafitasi yang merupakan dasar perancangan
bangunan tahan gempa. Untuk melindungi pemakai bangunan, maka bangunan harus
tahan dan tidak runtuh karena gempa.
Tingkah laku bangunan saat terjadi gempa:

Gambar 22. Gaya beban gempa

Persyaratan tambahan:
a) Pondasi ”pile” atau ”caisson” yang dihubungkan dengan pengikat, dengan
kemampuan terhadap tekanan/tegangan beban horisontal sebersar 10 % beban
pile terbesar.

28
b) Distribusi beban geser horisontal ke elemen sistem penahan gaya lateral harus
proporsional terhadap kekakuan elemen-elemen tersebut.
c) Momen torsi horiosntal (puntiran) yang timbul kerana perbedaan titik pusat masa
bangunan dan titik pusat kekakuan bangunan, maka elemen penahan geser harus
tahan terhadap momen torsi sebesar yang berpengaruh pada lantai (geser) dengan
titik pusat 5 % dimensi bangunan maksimal pada lantai tersebut.
d) Putaran yang disebabkan oleh angin dan gempa harus dapat ditahan oleh
bangunan. Kemampuan rangka ruang menahan momen paling tidak 25 % dari
syarat gaya seismik dari struktur keseluruhan.
e) Dan lain-lain

3.7.6 Beban tekanan tanah dan air:


Bagian struktur bangunan di bawah muka tanah mendukung beban yang
berbeda dengan bagian yang ada diatas muka tanah. Sub struktur mendukung
tekanan lateral dari tanah dan air tanah yang tegak lurus terhadap dinding substruktur
dan lantainya. Tekanan air tanah pada setiap titik setara dengan berat satuan zat cair
yang dikalikan dengan jarak muka air tanah kedalam substruktur.

Gambar 23. Gaya pada permukaan luar basement

3.7.7 Beban karena menahan perubahan volume material:


Yaitu memuai dan menyusut karena pengaruh temperatur. Bangunan tinggi yang
lebih ringan dengan bentuk-bentuk arsitektural ”exposed” menyebabkan kekakuan
bangunannya berkurang dan mudah sekali terpengaruh gerakan dan beban induksi

29
temperatur. Fasade struktur yang ”exposed” yang punya perbedaan suhu terhadap
suhu interior bangunan yang dikontrol, menyebabkan gerakan vertikal pada bidang
tepi bangunan, yaitu terjadinya kontraksi (menyusut) bila suhu menurun dan
ekspansi (memuai) saat temperatur naik.
Gerakan horisontal pada struktur lantai disebabkan oleh struktur atap yang
’exposed”, dengan adanya perbedaan suhu disekitar tepi bangunan yaitu bagian yang
exposed terhadap radiasi matahari dan bagian yang terlindung.
Posisi kolom terhadap facade bangunan menghasilkan tingkat exposed yang
beragam, yaitu:

Gambar 24. Penggunaan profil baja pada struktur beton

Keterangan:
a) di dalam
b) pada garis dinding
c) sebagian exposed
d) exposed seluruhnya

a) bengkoknya kolom (”bending”)


b) gerakan karena perbedaan kolom-kolom exterior dan interior
c) gerakan karena perbedaan kolom-kolom eksterior
d) gaya perubahan bentuk pada lantai
e) gerakan karena perbedaan atap dan lantai di bawahnya

30
Gambar 25. Retakan karena perbedaan suhu

Perbedaan susut dan muai antara bidang atap exposed dan lantai dibawahnya
dapat meretakkan struktur dinding pendukung batu bata atau terjadi kolom yang
membengkok (bending) pada bangunan rangka kaku (rigid)

Gambar 26. Pemuaian pada bangunan

31
BAB 4 VARIAN STRUKTUR

4.1 Core

Dinding geser yang diletakkan di dalam bangunan, misalnya mengelilingi core


yang berfungsi sebagai area service , shaft, dan tangga darurat yang menyerupai
bentuk kotak atau bentuk lain yang kaku sebagai tipe dari struktur.

4.1.1 Varian Jenis Core


4.1.1.1 Bentuk core:
a) Core terbuka

32
b) Core tertutup

c) Core tunggal

d) Core kombinasi dengan dinding linier

4.1.1.2 Letak/lokasi core:


a) Central Core

Gambar 27. Central Core


33
Keuntungan :
- Ruang untuk jendela dapat
dimanfaatkan sebagai kantor sewa
- Bangunan mendapatkan pencahayaan
alami yang lebih efektif
- Mempermudah akses di dalam ruangan dan jarak dari inti ke tepi bangunan
dapat dimanfaatkan dengan efisien
- Pembangian wilayah dapat lebih disederhanakan

- Interior pusat membatasi kedalaman kantor


- Membutuhkan akses di koridor dan akses keamanannya.

b) Single Core ( ada 2 yaitu : off center core dan exterior core )
Off center core

Gambar 28. Single Core

Keuntungan :
- Ruang untuk jendela dan keamanan bangunan dapat
dengan leluasa digunakan tanpa terikat inti di tengah.
- Fleksibilitas dalam mengatur wilayah ruang lebih baik
- Memungkinkan untuk menyatukan wilayah menjadi
1 ruang besar ketika dibutuhkan
Kerugian :
- Beberapa masalah mengenai akses koridor mungkin terjadi
- Kurang sesuai apabila menggunakan ruang ruang pada area ujung

34
- Koridor panjang untuk akses diperlukan
- Fleksibilitas distribusi penyewaan ruang kurang karena ada beberapa area
yang menjadi kurang efektif.

c) Exterior core
Keuntungan :
- Seluruh area pada lantai bangunann dapat
dimanfaatkan untuk disewakan ke tenan
- Struktur inti tidak mempersulit fleksibilitas
denah bangunan
- Fleksibilitas maksimal dalam distribusi
wilayah maupun layout plan
Kerugian :
- Jika tenan penyewa sedang ramai, maka Gambar 29. Exterior Core
akses ke inti membutuhkan koridor panjang
yang otomatis akan mengurangi fleksibilitas pembagian wilayah
- Struktur inti akan memakan tempat pada fasad sehingga ruangan yang ada di
belakang core tidak akan mendapat pencahayaan alami.

d) Double core
Keuntungan :
- Dua struktur inti dapat diletakkan di sisi panas
bangunan ( timur dan barat ) sehingga dapat
terbentuk area buffer dan meminimalisasi
penggunaan AC
- Bukaan jendela dapat mengalir dari
utara ke selatan
- Lift , tangga maupun toilet dapat secara
otomatis
- mendapat ventilasi karena letak core di luar
Gambar 30. Double Core
- Memudahkan fleksibilitas pembagian
wilayah pada bangunan

35
Kerugian :
- Jika bangunan yang menggunakan sistem ini kecil , maka biaya yang
dikenakan akan menjadi lebih besar

4.1.1.3 Penataan core:


a) simetri
b) asimetri

Gambar 31. Penataan Core

4.1.2 Material
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai core
4.1.2.1 Baja
a. Dapat memenuhi prinsip rangka “vierendeel” menahan stabilitas lateral.
b. Sistem rangka vierendeel agak lebih fleksibel, sehingga layak digunakan
pada bangunan betingkat rendah (low-rise).
c. Batang pengukuh (bracing) diagonal rangka vierendeel (rangka truss vertikal)
digunakan untuk mempertinggi tingkat kekakuan (stiffness) bangunan-
bangunan yang lebih tinggi.
d. Keuntungan core rangka baja: waktu perakitan bagian-bagian prefabrikasi
yang relatif cepat.

36
4.1.2.2 Beton
a. Membatasi ruang karena harus mendukung beban.
b. Tidak dibutuhkan pemikiran tambahan untuk mencegah bahaya kebakaran.
c. Rendahnya tingkat ke-liat-an (ductility) terdapat pada bahan beton ini sebagai
kekurangannya dalam menghadapi beban gempa.
e) Kombinasi baja beton

4.2 Bearing Wall


Dengan pengembangan teknologi baru penggunaan rekayasa batu bata dan panel-
panel prefabrikasi beton menyebabkan konsep ekonomis dinding pendukung
memungkinkan untuk bangunan tinggi sampai tingkat menengah antara 10 – 20 lantai.

Gambar 32. Bearing wall

Secara umum struktur dinding pendukung disusun oleh dinding-dinding linier,


maka dengan penataan posisi dinding pendukung di dapat 3 kelompok dasar yaitu:
a) Sistem dinding melintang (cross-wall)
Terdiri atas dinding-dinding linier yan gbertemu tegak lurus dengan panjang
bangunan, sehingga tidak berpengaruh pada pengolahan façade utama dari
bangunan.
b) Sistem dinding memanjang (long-wall)
Terdiri atas dinding-dinding linier yang parallel dengan panjang bangunan,
sehingga dapat membentuk façade utama bangunan.
c) Sistem 2 arah (two-way)
Terdiri atas dinding-dinding yang mendukung pada ke dua arah, yaitu
memanjang dan melintang.

37
Letak shear wall ketika menjadi
pendukung pada fasad tidak harus
selalu full menutupi selubung
bangunan. Namun bisa di letakkan di
beberapa sisi karena memang
sifatkanya sebagai struktur pendukung.
Untuk bangunan yang memiliki
bentuk tidak simetris atau bangunan yang
di analisis akan terjadi torsi yg relatif
besar pada strukturnya maka core wall ini
sangat baik digunakan, dan juga pada
bangunan yang didesain memiliki lift, Gambar 33. Bearing wall pada bagian
samping bangunan
servis duck, shaft, maka struktur
core wall lebih dominan akan dipakai. Penempatan struktur core wall ini dalam
konstruksi bangunan biasanya ditempatkan pada posisi tengah bangunan, tetapi
terkadang dapat juga di posisi pinggir bangunan maupun diluar struktur bangunan
tergantung dari rencana fungsi utilitas bangunan core wall itu sendiri.
Kelebihan memakai core wall sebagai suatu struktur yaitu dapat memikul
gaya puntir (torsi), yang timbul akibat adanya eksentrisitas beban ataupun
eksentrisitas struktur. Untuk core wall beton bertulang diizinkan menggabungkan
fungsi daya dukung dengan suatu ruang tertutup, dimana kekakuan lateral yang lebih
tinggi dapat diperoleh. Di samping itu core wall dapat dibuat asimetris dan dapat
ditempatkan di dalam ataupun di luar bangunan.

Gambar 34. Bearing wall menjadi fasad

38
BAB 5 REFERENSI BANGUNAN

5.1 Core
5.1.1 Capital Gate Tower, Abu Dhabi
Location
Abu Dhabi
Completion
2011
Height
165 m (540 ft)
Stories
36
Primary Use
Hotel / Office

Owner/Developer
ADNEC Group
Design Architect
RMJM
Structural Engineer
RMJM
MEP
RMJM
Project Manager
Mace Ltd; ADNEC Group
Gambar 35. Capital gate
Contractor
Al Habtoor Engineering
Enterprises

First of its Kind

There are several innovations within the project’s design, including the dramatic
18-degree westward lean, which has earned it the title of “world’s furthest leaning man-
made tower” from the Guinness book of world records. It is the first building in the
world to use a pre-cambered core with a built-in lean of 350 millimeters that has been

39
engineered to straighten with the addition of the upper floors. It is also the first building
in the world to use vertical post-tensioning of the core to counter movement and support
stresses created by the building’s overhang.

The construction also adopted a variety of leading-


edge approaches to create the desired result:
• Four hundred and ninety foundation piles were
driven 20 to 30 meters underground to support the
structure and counter stresses. The piles, which
were initially in compression during construction
to support the lower floors of the building, are now
in tension as the stresses caused by the overhang
have been applied.
• The vertical and horizontal cross-sections of the
tower are all unique.
• There is an asymmetric shape – no two rooms are
the same. Every one of the 12,500 panes of glass on
the façade is a different size, although each
Gambar 36. Capital gate section
pane is triangular.

• Floor plates change shape and orientation to


create the distinctive “overhang” moving from
“curved triangular” to “curved rectangular,” while
increasing in overall size and migrating from east to
west as they progress up the tower.
• Capital Gate is one of the few buildings in the
world that use a diagrid structure; it also features two
diagrid systems, an external diagrid defining the
tower’s shape and an internal diagrid linked to
the central core by eight unique pin-jointed
structural members.

40
• All 8,250 steel diagrid members are different thicknesses, length and orientation.

5.1.2 Burj Khalifa

Burj Khalifa known as Burj Dubai before its inauguration, is a megatall


skyscraper in Dubai,United Arab Emirates. It is the tallest artificial structure in the
world, standing at 829.8 m (2,722 ft).

Construction of Burj Khalifa began in 2004, with the exterior completed in


2009. The primary structure is reinforced concrete. The building opened in 2010, as
part of the new development called Downtown Dubai. It is designed to be the
centerpiece of large-scale, mixed-use development. The decision to build the
building is reportedly based on the government's decision to diversify from an oil-
based economy, and for Dubai to gain international recognition. The building was
named in honor of the ruler of Abu Dhabi and president of the United Arab Emirates,
Khalifa bin Zayed Al Nahyan; Abu Dhabi and the UAE government lent Dubai
money to pay its debts. The building broke numerous height records.

Burj Khalifa was designed by Skidmore, Owings and Merrill (SOM), who also
designed the Willis Tower and the One World Trade Center, with Hyder Consulting
chosen to be the supervising engineer with NORR Group Consultants International
Limited chosen to supervise the architecture of the project. The design of Burj
Khalifa is derived from patterning systems embodied in Islamic architecture,
incorporating cultural and historical elements particular to the region such as the
spiral minaret. The Y-shaped plan is designed for residential and hotel usage. A
buttressed core structural system is used to support the height of the building, and the
cladding system is designed to withstand Dubai's summer temperatures. A total of 57
elevators and 8 escalators are installed, with the elevators having a capacity of 12 to
14 people per cabin.

41
Structural system using structural core with
spirally “Y” shaped plan. This design helps to
reduces the wind forces on the tower, as well as
to keep the structure simple and foster
constructability. The structural system can be
described as a “buttressed core” and consist of
high performance concrete wall construction.

Each of the wings buttress the others via a


six – sided central core, or hexagonal hub. This
central core provides the torsional resistance of
the structure, similar to a closed pipe or axle.

Gambar 37. Burj Khalifa

Gambar 40. Denah burj Khalifa


Gambar 38. Denah burj Khalifa

Gambar 39. Core pada burj khalifa

42
5.2 Shear Wall
5.2.1 Majestic Building Wellington , New Zealand

The Majestic Centre, designed by Jack


Manning of Manning Mitchell in association
with Kendon McGrail of Jasmax Architects and
completed in 1991, is the tallest building
in Wellington, New Zealand. The building,
located on 100 Willis Street is 116 metres high
and has 29 storeys, making it the ninth
tallest skyscraper building in New Zealand,
along with the ASB Bank Centre in Auckland. It
was, at the time of its completion, one of the
three tallest buildings in the country, the two
other contenders (ANZ Centre and ASB Tower
in Auckland) being built in the same year. It is

mainly used as office space. Gambar 41. Majesctic Building

The site was originally occupied by the Majestic Cabaret, which operated from
1929 to 1984 and was a key venue for ballroom events in Wellington. By the time of
its closure in 1984, the Cabaret was deemed to be an earthquake risk, and demolition
began in 1987 to make way for its namesake high-rise building.

5.3 Core And Facade Bearing Wall


5.3.1 RWE Tower , Germany

The RWE Tower in Essen is the highest building in the Ruhr area, and one of
the highest buildings in Germany. It is used by RWE AG. As it shows the cultural
and industrial change of the region, it is an important landmark in Essen. The
skyscraper was designed by Ingenhoven Architects.

43
Official Name RWE Tower
Other Names Amiens Tower, RWEGas Tower
Structure Type Building
Status Completed
Country Germany
City Dortmund
Street Address Platz von Amiens
Building Function office
Structural Material concrete
Construction Start 2003
Completion 2005

When compared to other prismatic forms, the cylindrical shape is ideal in


terms of the relationship between exterior surface and interior volume. It also
optimize aerodynamics, energy needs, surface distribution and choice of
prefabricated elements.

The structure itself is composite structure that grow in thiw tower building. Frame
structure shows on the interior. Shear wall also support with coumn beam frame. The
function of core is used for stair, lobby and elevator, switch room and store.

CORE STRUCTURE

Gambar 42. Denah Bangunan


44
BAB 6 ANALISA OBYEK PILIHAN

6.1 Rancangan Bangunan


6.1.1 Pengenalan
Arsitek : Skidmore, Owings & Meriill (SOM)
Klien : National Commercial Bank Jeddah,
Saudi Arabia
Selesai pembangunan : November 1983
2
Luas tapak : 11.700 m
2
Luas lantai dasar : 2.300 m
2
Total luas lantai : 56.300 m

Gambar 43. National Commercial Bank Jeddah


6.1.2 Konsep
Bangunan ini berbentuk segitiga, dilihat dari awal perancangannya, bentuk
persegi tidak sesuai dengan iklim yang ada di jeddah untuk mendirikan bangunan
tinggi, oleh karena itu dibuatlah bangunan berbetuk segitiga yang terbuat dari
0
perputaran persegi panjang yang diputar hingga 300 , kemudian dihubungkanlah
bangunan pendukung (service, tangga, lift) pada bagian sampingnya dengan
menggunakan struktur core.

Gambar 44. Konsep massa bangunan

45
6.1.3 Site
Bangunan ini selesai dibangun pada
bulan November 1983, bangunan ini terletak
di ujung daerah al-Manqabah Lagoon, dan
dibatasi oleh jalan King Abdul Aziz pada
bagian timur dan jalan Coniche pada bagian
barat. Akses sirkulasi utama adalah melalui
jalan King Abdul Azis.

Gambar 45. Block plan bangunan

6.1.4 Fungsi bangunan


2
Lantai ruang dalam yang dapat digunakan mencapai 56.300m , dan bangunan
tersebut dapat menampung 2.000 pegawai. Serta bangunan tersebut memiliki fungsi
ruang sebagai berikut:
a) Grand hall bank pada lantai dasar (beroperasi setiap hari).
b) Ruang brankas dan keamanan pada bagian basement
c) Kantor management regional
d) Kantor management general
e) Lounge, dining rooms
f) Kantor direktur

6.1.5 Deskripsi
27 lantai menara segitiga ini
terletak di sebelah bangunan parkir 6
lantai yang memiliki denah lingkaran.
Ruang lift dan service diletakan pada
bangunan terpisah namun dijadikan
sebagai ruang penghubung antara
bangunan parkir dan bangunan utama.
Struktur utama bangunan dilakukan Gambar 46. Skylight bangunan pada lantai dasar
perulangan pada seluruh lantainya,

46
khususnya dibuat secara tipikal setiap segmen, tipikal segen terdiri dari 7 lantai,
setiap segmen pada kedua sisinya terdapat area perkantoran, dilengkapi dengan
dinding pengisi kaca serta mengarah pada inner court dalam bangunan.
Taman dalam yang ditumpuk, dikombinasi dengan eketerior tanpa jendela yang
memungkinkan untuk menghindari cahaya matahari langsung, namun mampu
memungkinkan masuknya pencahayaan alami secara tidak langsung ke dalam
bangunan.
Pada tiap lantainya terdapat segitiga void yang menerus dari lantai dasar
sampai lantai paling atas. Pada lantai dasar segitiga void difungsikan sebagai loby
utama bank. Segitiga void ini ditopang oleh tiga kolom dan ditutup oleh atap skylight
yang memungkinkan masuknya pencahayaan alami.

6.1.6 Gambar Pra-rencana

Gambar 47. Site Plan

47
Gambar 49. Denah lantai dasar Gambar 48. Denah lantai 1

Gambar 50. Denah tipikal kantor 1

Gambar 51. Denah mezanine

48
Gambar 54. Denah tipikal kantor 2
Gambar 53. Denah lantai VIP

Gambar 52. Potongan Bangunan

49
6.2 Elemen Struktur Bangunan

BANGUNAN
TOWER UTAMA
CORE : fungsi
sebagai sirkulasi
vertical (lift)
BEARING WALL :
mencakup fungsi
utama bangunan
(bank,kantor
administrasi,kantor BANGUNAN
PARKIR

Gambar 55. Penggunaan struktur pada bangunan

BANGUNA
N PARKIR

CORE

Penghubung core dan tower

Gambar 56. Peletakan masa

50
6.3 Penyaluran Beban Bangunan
6.3.1 Penyaluran Beban Gravitasional

Gambar 58. Penyaluran beban lantai 1

Gambar 57. Penyaluran beban lantai tipikal

51
Gambar 59. Penyaluran beban keseluruhan

6.3.2 Penyaluran Beban Lateral

Mekanisme dukung beban lateral:


Dengan peningkatan tinggi bangunan maka tekanan angin per-unit area
meningkat juga. Akibatnya pada struktur menjadi lebih banyak (predominant) dalam
kaitannya dengan penyebab beban vertikal. Struktur vertikal dipertegang oleh angin
(beban).

52
Bangunan Commercial bank setinggi 27 lantai dengan didukung struktur core di
bagian samping serta bangunan parkir dalam massa terpisah di sampingnya.

CORE

BANGUNAN
PARKIR
TOWER

Gambar 60. Posisi masa bangunan

6.4 Konstruksi Bangunan


6.4.1 Area tapak dan bangunan
a) Total luas tapak : 11.700 m2
b) Total luas lantai dasar : 2.300 m2
c) Total area keseluruhan : 56.300 m2, ditambah area parkir 15.000 m2
(basement,lt.dasar,lt.atas)

6.4.2 Material konstruksi dan teknologi



System struktur utama dan metode dasar pembangunan
Struktur baja dengan jarak antar bentang 15 kaki atau 4,572 meter.

Material baja difabrikasi di Jepang, marble difabrikasi di Italy.

Peralatan mekanikal dan listrik di USA.

Custom furniture difabrikasi di Prancis.

Lift difabrikasi di Jerman.

6.4.3 Deskripsi material


a) Pondasi
53
 Piles and slurry wall.
b) Elemen struktur dasar
 Struktur baja dan dek baja seluler.
 Concrete floor pile (plat beton).
 Precast wall panel (dinding panel precast).
c) Atap
 IRMA (Inverted Roof Membrane Assembly) system.
 Area atap juga difungsikan untuk area helipad.

6.5 Analisa Integrasi Sistem Struktur-Konstruksi Dengan Sistem Arsitektur


6.5.1 Selubung Bangunan (Fasad)
Material fasad bangunan dan finishing exterior

TOWER
– Roman
Travertine
dengan

GARAGE –
natural
sand,
aggregates

54
Selubung bangunan terkait dengan fasad yang mengelilingi bangunan serta
beberapa material interior bangunan yang berpengaruh terhadap artikulasi struktur .

Dinding fasad berupa dinding


penahan dengan material beton
precast. Dinding panel sengaja
di desain polos seperti blok
khas bangunan daerah timur.
Hal ini juga untuk memberikan
unsur lokalitas pada bangunan
supaya dapat

Triangular waffled slab.


Finishing pada dinding
menggunakan roman
travertine with honed
finish. Lalu pada eksterior
kaca menggunakan gray
tinted insulating glass.

Material fasad menggunakan


natural sand, aggregates
and cement / rubbed finish.
Banguanan garasi yang
terpisah disatukan dengan
sebuah koridor di lantai dasar
yang berhubungan langsung

55
Pada plafon mezzanine dan
beberapa lantai lainnya
menggunakan panel akustik

Lantai pada lobby bank


menggunakan teraso dengan
motif segitiga hijau dan garis

Pada lobby bank, plafon


menggunakan beton
istimewa dengan bentuk
triangular waffled.
Skylight berbentuk kerucut.
Kolom utama pada lobby
bank menerus sampai ke atas

Pada lantai eksekutif, plafon


menggunakan plasteran yang
di modifikasi naik turun
sehingga membuat interior
ruangan menjadi lebih
dinamis.
Material lantai menggunakan

56
Pada lantai lantai tertentu
seperti ruang makan, plafon
menggunakan panel akustik.

Sedangkan untuk material


penutup lantai menggunakan
panel karpet berwarna gelap.

Pada area drop off,


menggunakan kanopi yang
terbuat dari beton dengan
waffled ceiling berbentuk
kotak.
Kolom penyangga kanopi juga
terbuat dari beton dengan

Pada area balkon, cukup


terbuka sehingga dapat
melihat pemandangan
kota yang cantik.

Railing pada balkon


menggunan besi hollow dan

57
Sejumlah 1500 staff bank didistribusikan ke dalam bangunan melalui
pembagian departemen. Ruang interior yang direncakan berdasarkan modul 60cm
dan diatur agar kantor swasta tidak diletakkan di area dinding exterior yang tertutup,
namun diletakkan pada bagian dinding yang memiliki kaca bening, bagian ini
dipisahkan dari area kerja. Perabot pada kantor khas dipilih dari standar perabot
perkantoran dan dipilih warna yang dingin dan terang memanfaatkan panel karpet
bermotif warna hijau, dinding aksen biru, putih dank rem, serta mebel kayu ek gelap.
Sistem lingkungan telah dirancang untuk merespon lingkungan ekstrim di
Jeddah, menyediakan efisiensi energy tingkat tinggi tanpa mengorbankan desain
arsitektur. Bentuk dasar bangunan adalah dinding eksterior tanpa jendela dengan
halaman teras yang ditumpuk sehingga memberikan selubung bangunan yang
melindungi dari panas dan sinar matahari langsung namun masih memungkinkan
cahaya matahari masuk ke dalam bangunan.
Dinding eksterior sendiri telah terinsulasi dan memiliki warna yang cerah
dengan pantulan matahari tingkat tinggi untuk membatasi penyerapan panas serta
memnimalkan energy dari AC pendingin.

6.5.2 Bagian dalam Bangunan (interior)


Penggunaan material pada bagian dalam bangunan

Material lantai marbel, white pentelicon

Material lantai keramik


executive green verde sandenis
Gambar 61. Interior hall utama

58
Material lantai
marbel, white
pentelicon

Gambar 62. Executive floor, The chairman’s office

6.6 Integrasi sistem struktur dengan aspek utilitas dan aspek kenyamanan
Ada 5 sistem mekanis utama yang dibahas dan variable sistem volume udara
muncul sebagai sistem yang mampu menyediakan tingkat tertinggi kenyamanan
penghuni dengan biaya energy yang terendah juga serta dilengkapi dengan teknologi
yang dapat di andalkan dan fleksibel. Bangunan ini diantisipasi untuk mengonsumsi
hingga 55000 Btu / ft2 / yr. jauh di bawah seharusnya bangunan kantor konvensional
apalagi di area iklim seperti ini.

6.6.1 Integrasi Dengan Sistem Mekanikal Elektrikal


Sistem listrik di suplai oleh 3 turbin generator emergensi dengan kemampuan
masing – masingnya 600kW. Sistem mampu mengoperasikan hingga 60 % dari total
beban yang ditanggung bangunan meskipun terjadi kegagalan listrik.
Sistem distribusi elektrikal merespon terhadap lingkungan kantor berteknologi
canggih dengan menyediakan sistem distribusi utilitas di bawah lantai untuk sumber
listrik dan komunikasi. Sebagai tambahan, sistem ini dapat mendukung komunikasi
data hingga 3 saluran bank dan memampukan terminal computer di setiap spot untuk
merespon teknologi yang super cepat dari ruang kantor untuk saat ini maupun masa
depan.

59
6.6.2 Integrasi Dengan Sistem Penghawaan
Selain menggunakan penghawaan alami berupa halaman teras yang disusun,
bangunan utama juga menggunakan bantuan pendingin ruangan.
Sistem pendingin ruangan menyediakan pusat pendingin utama di penthouse
dan memiliki 750 ton chillers sebanyak 3 buah. Kipas angina di setiap lantai saling
terhubung untuk memberikan fleksibilitas dana mengoperasikannya dan untuk
mendistribusikan kapasitas ketika terjadi kerusakan pada alat.

6.6.3 Integrasi Dengan Sistem Pencahayaan


Sistem pencahayaan utama ada pada halaman teras yang menggunakan dinding
– dinding kaca dan skylight yang ada di tengah bangunan.
Sistem pencahayaan buatan merespon ketersediaan cahaya alami. Courtyard
menyediakan area penyangga termal untuk kaca yang ditembus oleh lubang segitiga
di bagian atas untuk mencegah penumpukan panas.
Namun selain pencahayaan alami, saat malam juga diperlukan pencahayaan
buatan seperti lampu. Lampu pada lantai tipikal terdiri dari 2’x2’ deep celled
parabolic fluorescent yang terletak di setiap panel plafon.

6.6.4 Sistem Manajemen Bangunan


Sistem ini memonitor lingkungan luar dan dalam bangunan dan mengatur
sistem lingkungan untuk merespon sesuai dengan tingkat kenyamanan pengunjung
dan efisiensi energy. Sistem keamanan lengkap dengan alarm kebakaran, jalur
evakuasi dan komunikasi suara disediakan untuk memastikan keamanan pengguna
bangunan.
Sistem ini juga memberikan sistem pengendali jarak jauh untuk pendingin
ruangan dan beberapa elektrikal lainnya. Hal ini untuk memaksimalkan penggunaan
energy dan mengontrol sistem keamanan yang ada. Sistem manajemen bangunan ini
terintegrasi dengan sistem keamanan. Semua fungsi penting yang kritikal di monitor
di kantor sekuriti pusat. Program pembenahan bangunan pun juga termasuk dalam
control sistem ini.

60
6.6.5 Sistem Air Bersih
Terdapat reservoir air besar yang mampu mensuplai air sampai 5 hari dan
difungsikan penuh di bangunan. Tangki penyimanan juga difungsikan untuk
reservoir sistem proteksi terhadap kebakaran.

6.6.6 Sistem Air Minum


Air minum di suplai dari air local sekitar dan menggunakan filter osmosis
terbalik untuk meningkatkan kualitas air minum.

6.6.7 Sistem Pembuangan Air Kotor


Air hasil pembuangan dari lavatory dan fungsi servis lainnya digunakan untuk
irigasi pada landscape dan cooling tower water make up.

6.6.8 Sistem Proteksi terhadap Kebakaran


Tersedia alat penyemprot air otomatis beserta komando control untuk
menyalakannya, smoke exhaust fan system¸elevator, jalur evakuasi, dan komunikasi
emergensi.

61
BAB 7 DIMENSIONERING

7.1 Rumus Perhitungan Perkiraan Dimensi Elemen Struktur Kolom


Untuk mempermudah pekerjaan seorang arsitek, maka dilakukan asumsi dalam
mengukur ukuran dimensi struktur unutk digambarkan pada lembar kerja, oleh
karena itu terdapat beberapa rumusan yang digunakan unutk menganalis struktur dari
bangunanan National Bank ini.

7.1.1 Rumus perhitungan perkiraan dimensi elemen struktur kolom

Prinsip utama = Keterangan :

= Tegangan pada material (kg/m2)

= Beban (kg)

= Penampang material

Rumus praktikal = ( × )×
= ×

Keterangan
2)
A = dimensi melintang kolom (cm 2
( 1 × 2 ) = total luasan dari lantai beban yang didukung oleh kolom (m )

= beban bangunan (kg) (1200-1500kg)


= jumlah lantai yagn didukung
2
= tegangan ijin beton (kg/m ) (dikali 1/3 untuk safety factor)
< 8 lantai k225, > 8 lantai k300, k450

7.1.2 Rumus perhitungan perkiraan dimensi elemen struktur pembalokan


Rumus balok induk beton

1 1

=( )

P
10 12

1 1

=( )
2 3 T
62
Rumus balok anak beton

14
=( )
P

1 1

T
23
=( )

7.1.3 Rumus plat lantai


Rumus tebal plat lantai beton
1
=
35

7.1.4 Rumus perhitungan perkiraan dimensi elemen struktur bearing wall


Rumus dimensi bearing wall

= ( 1 2)
L

Keterangan T
T = tebal dinding (cm)
( 1 × 2 ) = total luasan dari lantai beban yang didukung oleh kolom (m2)

= beban bangunan (kg) (1200-1500kg)


= jumlah lantai yang didukung
L = panjang bearing wall
2
= tegangan ijin beton (kg/m ) (dikali 1/3 untuk safety factor)
< 8 lantai k225, > 8 lantai k300, k450

7.2 Analisa Dimensi Perkiraan dengan Dimensi Struktur Bangunan


Pada bangunan ini dilakukan analisa dimensi struktur bangunan, dengan menghitung
menggunaka rumus praktis dan membandingkan dimensinya yang sebenarnya
dengan mengukur secara skalatis pada bidang gambar kerja.

63
7.2.1 Analisa luasan pembebanan

1. +236,5 m
2 2
5. + 54,3 m
2. +211,2 m
2 2
6. + 24,5 m
3. +211,2 m
2 2
7. + 54,3 m
2
4. +1.020,9 8. + 54,3 m
7.2.2 Analisa struktur kolom 2
9. + 14,5 m
Bangunan Pendukung
2
10. + 54,3 m
Bangunan utama

2,49 M

Pada perhitungan menggunakan rumus praktik dengan penggunaan beton


dengan kekuatan 450, didapatkan ukuran kolom dengan diameter 2,49 m, sedangkan
pada lembar kerja yang ada pada denah digunakan ukuran kolom 1,2 m.
Perbedaan yang sangat jauh antara hasil perhitungan dengan gambar kerja
sebesar 1,29 m (hampir setengah), dimungkinkan karena penggunaan material kolom
ditambah dengan pemberian strukuut baja didalamnya, sehingga menambah
kekuatan kolom dan berdampak pada pengecilan diameter luasan bidang kolom.

64
7.2.3 Analisa struktur balok

Asumsi jalur pembalokan pada bangunan utama

T 62,5 cm T 54 cm

P 125 cm P 107 cm

Perhitungan dimensi balok dengan menggunakan rumus praktikal didapatkan


ukuran balok utama sebesar 62,5/125 cm, sedangkan balok anak didapatkan hasil
ukuran sebesar 54/107 cm. Pada gambar potongan yang didapatkan, diukur
menggunakan cara skalatis didapatkan ukuran 170/170cm untuk balok utama, dan
100/150cm.
Dalam perhitungan dan kondisi pada gambar kerja tidak sesuai, dengan
dimensi jauh lebih besar di gambar daripada perhitungan, hal itu mungkin ditentukan
oleh beberapa aspek, misalkan karena jumlah dalam menahan bebas dihitung sangat
besar, sehingga dimensi balok menjadi sangat besar.

7.2.4 Analisa plat lantai


1
15 = 0,42 = 42
35

65
Pada lembar kerja didapatkan tebal plat lantai sebesar 45 cm, sehingga tebal
plat sesuai dengan hasil penggunaan rumus praktikal.

7.2.5 Analisa struktur bearing wall (dinding penahan)


Perhitungan tebal bearing, dibagi pada 2 bagian yaitu pada bangunan utama
(segitiga) dan bangunan pendukung disampingnya (persegi panjang).

7.2.5.1 Bangunan utama (segitiga)

Pada hasil perhitungan tebal menggunakan rumus praktikal, maka didapatkan


tebal bearing wall setebal 1,5m. Sedangkan pada lembar kerja yang terliat pada
denah, bearing wall pada sisi segitiga berukuran setebal 95 cm.
Perbedaan antara perhitungan kasar dengan penerapan pada bangunan
dimungkinkan dengan tingginya kualitas beton yang dipakai atau penggunaan
struktur tulangan baja dengan dimensi besar atau peletakan tulangan baja yang rapat,
sehingga penerapan pada bangunannya didapatkan dinding penahan yang lebih kecil.

66
7.2.5.2 Bangunan pendukung (persegi panjang)

Pada perhitungan, bagian dinding penahan bagian dalam (core) diambil tebal
paling tebal sehingga didapatkan tebal core 11,9 cm, sedangkan pada dinding penahan
samping terpendek bila dihitung menurut penopangan beban didapatkan tebal 4,6 cm,
dan pada sisi terlebar didapatkan perhitungan tebal dinding 15,4 cm. Diukur dari

67
lembar kerja, didapatkan tebal dinding penahan dalam setebal 25 cm, dan dinding
penahan luar 45cm.
Perbedaan ukuran, dimana pada bagian lembar kerja didapatkan ukuran yang
lebih tebal, bisa jadi karena adanya pemikiran faktor lain yang memepengaruhi
ketebalan dinding penahan, dimungkinkan dari adanya beban tinggi dalam
penggunaan lift, serta area tunggu yang dimuati oleh orang dengan jumlah yang
banyak sehingga dibuthuhkan penebalan struktur penahan untuk dapat menahan
beban yang aman.
Perbedaan ukuran pada dinding penahan pada bagian luar, dimana pada
lembar kerja didapatkan tebal hingga 3 kali lipat dari perhitungan, penebalan pada
dinding dimungkinkan terjadi untuk menahan gaya lateral dari samping, sehingga
dibutuhkan kekuatan optimal yang cukup untuk menahan gaya tersebut, atau karena
faktor alam pada tapak bangunan yang mungkin adanya hembusan angin yang cukup
kuat, sehingga dibutuhkan ketebalan struktur yang memadai. Bisa juga disebabkan
karena dimensi bangunan yang cukup ramping dengan luas alas sebesar 14,5 x 28 m,
dengan tinggi 126 meter, maka untuk memadai kekuatan bangunan agar tidak terlalu
lemah maka dibutuhkan kekuatan dinding dengan penggunaan profil baja, karena
ukuran profil baja tertentu maka ketebalan dinding beton disesuaikan dengan profil
baja yang ada.

68
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Struktur inti dan dinding pendukung fasad biasanya menggunakan material beton.
Hal ini menyebabkan terbatasnya ketinggian lantai yang memungkinkan untuk
dibangun. Selain masalah ketinggian lantai, fleksibilitas dan ketahanan struktur terhadap
gaya lateral kurang memadai. Perilaku struktur dengan material beton dalam
menghadapi gaya lateral dapat diatas dengan perkuatan pada pondasi dan tentunya pada
struktur utama core dan dinding pendukung pada fasad. Maka dari itu material beton
dapat dikombinasi dengan tulangan baja untuk memperkuat fleksibilitas gaya tarik pada
struktur. Penggunaan bearing wall juga mempermudah maintenance karena material
beton yang perawatannya tidak terlalu susah untuk dibersihkan dibandingkan
penggunaan material kaca misalnya yang membutuhkan maintenance rutin.
Adanya penggunaan core secara terpisah memudahkan fungsi-fungsi tertentu
dalam bangunan, misalnya fungsi servis dan sirkulasi vertical dan utilitas. Selain itu,
core juga berfungsi dalam memperkuat struktur bangunan itu sendiri. Penggunaan
façade bearing wall juga mempengaruhi estetika fasad bangunan yang kurang dapat
bervariasi. Ditunjukkan adanya keterbatasan dalam mengolah fasad bangunan,
karena bearing wall cenderung tertutup dan tidak dapat menggunakan material kaca
terlalu banyak.
Jika dikaitkan dengan studi kasus bangunan National Commercial Bank di
Jeddah, Saudi Arabia, integrasi antara struktur dan bentuk bangunan segitiga sudah
sesuai dan menambah kekuatan struktur. Namun, adanya bentuk bangunan segitiga
menimbulkan ruang-ruang yang tidak terpakai dan kurang efisien sehingga
kebutuhan ruang kurang maksimal.
Dari segi fasad bangunan, National Commercial Bank sudah melakukan
eksplorasi desain yang efektif melalui adanya permainan denah lantai yang dicoak
berbeda-beda setiap lantainya. Sehingga hal ini mempengaruhi fasad bangunan yang
menjadi bervariasi. Hal ini juga memungkinkan pergerakan angin masuk melalui
adanya balkon yang dicoak pada fasad bangunan.
Ada beberapa ruang-ruang yang tidak memperoleh pencahayaan alami, karena
solid nya dinding pendukung pada fasad. Namun, hal ini sudah diatasi dengan sistem

69
utilitas yang bekerja secara maksimal namun tetap hemat energi dan ramah
lingkungan.

8.2 Saran
Sebaiknya, ada salah satu sisi fasad bearing wall yang tidak full solid namun
diberikan perlubangan untuk memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan alami.

Penggunaan innercourt dalam bangunan tinggi secara horizontal hanya


berdampak pada ruang-ruang tertentu dan kurang maksimal karena mengurangi luas
lantai di atasnya. Sebaiknya, innercourt diletakkan secara vertical di bagian void
tengah bangunan.

Alasan pencoakan pada bangunan di dalam konsep beralasan untuk


memasukkan cahaya ke dalam bangunan. Sebenarnya, ada upaya lain dalam
memasukkan cahaya dalam bangunan dengan pemberian perlubangan pada setiap
sisi bangunan tanpa mengurangi kekuatan struktur. Dengan syarat perlubangan yang
dilakukan kurang lebih sama dengan 30% dari luas bearing wall keseluruhan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Abel, Council on Tall Buildings and Urban Habitat. (2000). Retrieved from
http://technicalpapers.ctbuh.org.
Ali, M. M., & Awal, M. R. (n.d.). Report on High Rise. Dept. of Architecture
Primeasia University, Dhaka.
Juwana, J. S. (2004). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santelli, S. (1989). 1989 Technical Review. The Aga Khan Award for Architecture.
Schueller, W. (1989). High-Rise Building Stryctures. (T. Surjaman, Ed., & J. Hakim,
Trans.) Bandung: PT Eresco.
Shrivastava, T., Rai, P. A., & Bajpai, P. K. (2015). Effectiveness of Shear Wall-
Frame Structur Subjected to Wind Loading in Multi-Storey Building.
International Journal of Computational Engineering Research (IJCR),
05(02), 20-28.

71

Anda mungkin juga menyukai