Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli,dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru
akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari.
Dengan demikian,akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya.Sebaliknya,pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.Akad salam biasanya digunakan
untuk pemesanan barang tertentu.
Ba’i as salam,atau biasa disebut dengan salam,merupakan pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi dimuka,sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian
hari.Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun salam
paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,dalam hal ini
transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank ,sedangkan transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.Penerapan transaksi salam dalam dunia
perbankan masih sangat minim,bahkan sebagian besar bank Syariah tidak menawarkan
skema transaksi ini.Hal ini dapat dipahami karena persepsi masyarakat yang sangat kuat
bahwa bank,termasuk bank syariah,merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika
mengalami kendala liquiditas.Dengan demikian,ketentuan salam yang mensyaratkan
pembayaran dimuka,merupakan suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.
Kendati demikian,skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia
seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor
pertanian.Secara khusus,jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan
akses pendanaan petani,penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih
menguntungkan dibanding skema lainnya.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan akad Salam?
2. Apa saja sumber hukum dari akad salam?
3. Apakah rukun dari akad salam?
4. Apakah jenis dari akad salam?
5. Kapan berakhirnya akad salam?
6. Bagaimanakah pengawasan syariah terhadap transaksi akad salam dan salam paralel?
7. Bagaimanakah alur transaksi salam?
8. Apa saja cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi salam
2. Untuk mengetahui dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad salam
3. Untuk mengetahui rukun-rukun akad salam
4. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam
5. Untuk mengetahui penyebab berakhirnya akad salam
6. Untuk mengetahui pengawasan syariah terhadap akad salam dan salam paralel
7. Untuk mengetahui alur transaksi akad salam
8. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akad Salam


Salam berasal dari kata As Salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij (barang-barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang
diperjualbelikan tidak ada di tempat “mendesak”, dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat
membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.

Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran
dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefiniskan mendefinisikan salam sebagai akad jual beli pesanan dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat – syarat tertentu. Untuk menghindari risiko yang merugikan,
pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.

Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pembayaran modal saham dapat berupa uang tunai,
barang atau manfaat, tetapi tidak boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan
piutang pembeli dari pihak lain. Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam
adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk menghasilkan
barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.

Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakati
di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas
produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.

Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang
telah disepakati sebelumnya, seperti sudah dibahas sebelumnya, maka pembeli boleh
melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.

3
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka pembeli akan
mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga, karena harga sudah
disepakati dalam akad dan tidak dapat diubah. Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi,
penjual tidak dapat meminta tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan, karena kalau diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan ada unsur riba.

Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara pararel : pembeli – penjual – pemasok yang disebut sebagai
salam pararel. Risiko yang muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim
barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, risiko lain barang yang
dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli sehingga
perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus mencari pembeli lain yang
berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban kepada pembeli dan pemasok.

2.2 Jenis Akad Salam


1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

2. Salam pararel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok atau pihak ketiga lainnya.
Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada
pihak lain untuk menyediakan barang tersebut.
Salam pararel dibolehkan asalkan akad salam tidak tergantung pada akad
pertama yaitu akad anatar penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara
pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan.
Selain itu, akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan
penjual. Beberapa ulama temporer melarang transaksi salam pararel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus – menerus, karena
dapat menjurus kepada riba.

2.3 Sumber Hukum Akad Salam

1. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk

4
waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….”(Q.S
2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)

2. Al-Hadis
“Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.
Bukhari Muslim)
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan

untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

2.4 Rukun dan Ketentuan Akad Salam


Rukun salam ada tiga, yaitu:
1. Pelaku, terdiri atas penjual(muslim illaihi) dan pembeli(al muslam)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam (ra’su
maalis salam)
3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan sayri’ah, terdiri:


1. Pelaku adalah cakap hokum dan baligh
2. Objek akad
a. Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
1) Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
2) Modal salam bebrbentuk uang tunai
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau pelunasan
piutang.
b. Ketentuan syariah barang salam , yaitu:
1) Barang tersebut harus dapat dibedakan mempunyai spesifikasi dan karakteristik yang
jelas sehingga tidak ada gharar.
2) Barang tersebut harus dapat dikuantifikasikan.
3) Waktu penyerahan barang harus jelas.
4) Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.

5
5) Apabila barang tidak ada pada waktu yang ditentukan amaka akad menjadi fasakh/
rusakdan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai barang yang dipesan
tersedia atau membatalkan akad.
6) Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati maka
pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak.
7) Apabila barang yang dikirimmemiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak
boleh meminta tambahan pembayaran
8) Apabila barang yang dikirim kualitasnya rendah, pembeli boleh memilih atau
menolaknya.
9) Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempoasalan diketahui oleh kedua belah pihak.
10) Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara
syariah.
11) Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
12) Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
3. Ijab kabul
Ijab kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho diantara pelaku-pelaku akad baik
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara kmunikasi
modern.

2.5 Berakhirnya Akad Salam


Dari penjelasan diatas, hal-hal yang dpat membatalkan kontrak adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tudaks esuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barangyangdikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau
membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitsnya tidak sesuai akd tetapi pembeli menerimanya.
5. Barang diterima.

2.6 Keuntungan Dan Manfaat Akad Salam


Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan manfaat
yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak bisa
dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli bisa
sama-sama mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan menggunakan akad salam. Pembeli
(biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:

6
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang di butuhkan dan pada
waktu yang ia inginkan.
2. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila
dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada barang tersebut.
Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli,
diantaranya:
1. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang
halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar
bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang
pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa ada kewajibanapapun.
2. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena
biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup
lama.

2.7 Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)


Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam. Standar tersebut
berisikan tentang pengakuan dan pengukuran,baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan pengukuran
salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam, penerimaan
barang pesanan salam, denda yang diterima oleh pembeli dari penjual yang mampu, tetapi
sengaja menunda-nunda penyelelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan
barang pesanan pada periode pelaporan.
·

AKUNTANSI UNTUK PEMBELI


Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam disajikan sebagai piutang
salam.
2. Pengukuran modal usaha salam

7
Modal salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang dibayarkan
Jurnal :
(D) Piutang salam xxx
(K) Kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar, selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
1. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
(D) Piutang Salam xxx
(D) Kerugian xxx
(K) Aset non kas xxx

2. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat


Jurnal :
(D) Piutang Salam xxx
(K) Aset non kas xxx
(K) Keuntungan xxx

3. Penerimaan barang pesanan


a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang
disepakati.
Jurnal :
(D) Aset salam xxx
(K) Piutang salam xxx

b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.


a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi
dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang diterima
diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
(D) Aset Salam xxx

8
( K) Piutang salam xxx

b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nlai barang
pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai
dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
(D) Persediaan-Aset Salam xxx (diukur pada nilai wajar)
(D) Kerugian Salam xxx
(K) Piutang Salam xxx

c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman,maka:
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad, dan jurnal atas
bagian barang pesanann yang diterima ;
Jurnal :
(D) Aset Salam xxx (sebesar jumlah yang diterima)
(K) Piutang Salam xxx
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi.
jurnal :
(D) Aset lain-lain-Piutang xxx
(K) Piutang Salam xxx
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai
piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual.
Jurnal :
(D) Kas xxx
(D) Aset lainnya xxx
(K) Piutang Salam xxx
d) Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam
maka selisihnya menjadi hak penjual.

9
Jurnal :
(D) Kas xxx
(K) Utang Penjual xxx
(K) Piutang Salam xxx

4. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Jurnal :
(D) Dana Kebajikan-Kas xxx
(K) Kebajikan-Pendptan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku bagi penjual
yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena Force majeur.

5. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi .Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain.
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.
· AKUNTANSI UNTUK PENJUAL
1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan sebagai kewajiban salam.
2. Pengukuran kewajiban salam.
Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima.
Jurnal:

10
(D) Kas xxx
(K) Utang Salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar.
Jurnal :
(D) Aset non Kas (nilai wajar) xxx
(K) Utang Salam xxx
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli.
Jurnal :
(D) Utang Salam xxx
(K) Penjualan xxx
4. Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
(D) Aset Salam xxx
(K) Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih
kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
(D) Utang Salam xxx
(D) Kerugian Salam xxx
(K) Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir
lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
(D) Utang Salam xxx
(K) Aset Salam xxx
(K) Keuntungan Salam xxx

5. Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh melalui transaksi


salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam.

11
7. Pengungkapan l
a. Piutang salam kepada produsen ( dalam salam paralel ) yang memiliki hubungan
istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan,dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.

Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitsnya dan pembeli memilih untuk
membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal salam yang sudah
diserahkannya. Pembatalan diungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang
mengakibatkan pengembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga berupa
pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan pengembalian sebagian modal
salam.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

12
· Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka.Para fuqaha menamainya al mahawi’ij(barang-barang
mendesak) karenaia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat.”Mendesak”,dilihat dari sisi penjua,ia sangat membutuhkan
barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan uang
tersebut.
Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan pembayaran
dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.PSAK
103,mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman dikmudian hari oeh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

3.2. SARAN
Makalah ini memberikan penjelasan mengenai akad salam dan penerapan
akuntansinya sesuai dengan PSAK no 103.Ada beberapa penjelasan mengenai akad
salam,namun penyajian materi masih sangatlah jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penyusun
menyarankan untuk mencari referensi-referensi lainnya agar kita mampu mengetahui teori-
teori akad salam dan mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Sri,Wasilah.2009.Akuntansi Syariah Di Indonesia.Jakarta : Salemba Empat.
Yaya Rizal,dkk.2009.Akuntansi Perbankan Syariah.Jakarta: Salemba Empat.
http://firexas-quran.blogspot.com/2014/03/surat-al-baqarah-ayat-281-286.html

13

Anda mungkin juga menyukai