PENDAHULUAN
1
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun
2015 menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di
antaranya berakhir dengan kematian ibu , artinya dalam sehari terdapat 2 ibu
meninggal . Kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat , dan pasca
kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus
kematian ibu sekitar 75% dari total kasus kematian ibu adalah pendarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak
aman . Untuk kasus di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan
dan Informasi Kemenkes penyebab utama kematian ibu sampai tahun 2015 adalah
hipertensi pada kehamilan (30.3% ) dan pendarahan (27.1% ) (WHO, 2014;
KEMENKES ,2015).
2
kejadian kematian pada ibu khususnya ibu selama kehamilan . (Dinkes Lampung ,
2017)
3
dalam kehamilan ini. Penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan masih
menjadi perdebatan namun diperkirakan faktor penyebab yang penting adalah
adanya implantasi plasenta yang invasif dan abnormal pada rahim, adanya
reaksi imunologis yang keliru terhadap adanya janin, serta adanya faktor
genetik yang diturunkan. Teori lain menyebutkan adanya kekurangan asupan
beberapa zat gizi dan adanya gangguan dalam pembentukan prostaglandin,
maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan dari pembuluh darah.
4
1.2 Rumusan Masalah
5
1.4.2 Manfaat Praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
7
mengalami hipertensi selama hamil, setengah sampai dua pertiganya
didiagnosis mengalami preeklampsi atau eklampsi (Bobak, 2005)
2.1.3 Etiologi
8
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(disebut juga radikal bebas).
9
sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat
gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan
insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan
bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat
mengurangi risiko preeclampsia.
6. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih
dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih dalam batas
normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana
ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta
besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada
kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel
endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-
gejala pada preeklampsia pada ibu .
a. Hipertensi kronik
10
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan.
b. Pre Eklampsia
d. Eklampsia
e. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang
timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria .
Hipertensi Hipertensi
Gambaran Klinis Preeklampsia
Kronik Gestasional
11
Saatnya Muncul Kehamilan Biasanya Kehamilan <20
2.1.5
Faktor Risiko hipertensi pada ibu hamil
1. Faktor maternal
a. Usia maternal
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia
tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
12
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam
C, 2007)
<20 tahun dan > 35 tahun sedangkan risiko rendah bila umur ibu 20
puluhan.
b. Paritas (Primigravida)
13
c. Riwayat keluarga
d. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan
2007).
14
diabetes melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung
koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya
timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan FA, 2012).
f. Obesitas
g. Gangguan ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu
2012).
2. Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan
terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua,
15
3. Genetik
4. Kebiasaan Merokok
16
dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari.
5. Konsumsi Asin/Garam.
17
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400
mg/hari.
7. Penggunaan Jelantah.
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak
yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun
beragam, secara kimia isi kandungannya sebetulnya tidak jauh
berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam
lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin,
cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut
lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan berbeda
adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ
yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang
didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. Minyak
kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak
zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya
adalah ALTJ.
18
Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa
menjadi rusak karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas.
Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai
tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak
tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang diketahui
dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila
dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai
untuk menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah
rusak.
9. Stres.
19
1.1.6 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori
20
Gambar 2.1 Remodeling pembuluh darah pada kehamilan normal dan hipertensi
dalam kehamilan (Powe CE, et al., 2014)
sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
selanjutnya.
21
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
kehamilan
3.
22
rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi
23
hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya
preeklampsia.
24
dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat
dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
(Manuaba, 2007) :
a. Preeklampsi
Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan berupa
lebih protein dalam urin 24 jam atau 30 mg/dl (+1 dipstik) secara
25
Tabel 2. Derajat Preeklampsi
Derajat Preeklampsi
Ringan Berat
ml/24 jam
serebral
7. Trombositopenia
26
terjadinya proteinuria pada preeklampsi. Kadar kreatinin plasma
b. Eklampsia
hiperrefleksia.
menahun
a. Hipertensi kronik
27
sekunder. Pada hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui
secara pasti atau idiopatik. Hipertensi jenis ini terjadi 90-95% dari
(Manuaba, 2007).
b. Superimposed preeclampsia
3. Hipertensi gestasional
28
saat postpartum. Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan
2.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Dilakukan anamnesis pada pasien/keluarganya mengenai
visus, rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada, mual muntah dan
2. Pemeriksaan Fisik
Evaluasi tekanan darah dilakukan dengan cara meminta
sebelumnya tidak boleh minum kopi dan obat dan tidak minum
29
obat-obat stimulant adrenergik serta istirahat sedikitnya 5
menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah (POGI, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam kasus hipertensi
sebagai komplikasi kehamilan adalah proteinuria, untuk diagnosis dini
preeklampsi yang merupakan akibat dari hipertensi kehamilan.
2006)..
30
Gambar 2.2 Alur Penilaian Klinik Hipertensi Dalam Kehamilan
(Prawirohardjo S, 2006)
2.1.8 Penatalaksanaan
31
respon tidak membaik setelah 10 menit. Selain itu labetolol
2. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam
32
3. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau
2.1.9 Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam
2013).
(Cunningham G, 2013).
33
2. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1
kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali
urinalisis serta golongan darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar
3. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah
(Cunningham G, 2013).
34
4. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian
5. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel
2013).
35
Penelitian yang dilakukan oleh Yudhaputra Setiadhi , Shirley E. S.
Kawengian dan Nelly Mayulu tentang Analisis faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada kehamilan di Kota Manado tentang adakah
pengaruh antara faktor riwayat keturunan hipertensi keluarga dengan kejadian
kejadian hipertensi pada kehamilan . Yudha menyebutkan bahwa dari hasil
penelitian tidak mempengaruhi angka kejadian hipertensi pada kehamilan .
Penelitian yang dilakukan oleh Aviana dkk dengan judul Faktor Resiko
Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan , bahwa variabel graviditas
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi dalam
kehamilan(p=0,077). Sedangkan variabel usia maternal (OR=2,774; p = 0,004)
dan indeks massa tubuh (OR = 2,602; p = 0,005) menunjukkan bahwa ada
hubungan dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan. Hasil analisis
multivariat menunjukan bahwa variabel usia maternal) merupakan faktor risiko
paling dominan (p=0,003) terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Kesimpulan
dalam penelitian bahwa terdapat hubungan antara usia maternal dan indeks
massa tubuh dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dan tidak ada
hubungan antara graviditas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
(Rohmani , 2015)
Jurnal penelitian Sri Rejeki dan Nikmatul Hayati yang berjudul perilaku
patuh perawatan ibu primigravida dengan kejadian preeklamsia berat eklamsi
di RSUD Soewondo kendal 2006 dengan menggunakan analisa Xa diperoleh
hasil ada hubungan faktor usia kehamilan ibu, riwayat preeklamsia
sebelumnya, riwayat penyakit ginjal dan hipertensi dengan kejadian hipertensi
dengan kejadian preeklamsia berat. Selain itu ada hubungan yang signifikan
antara kepatuhan ibu hamil primigravida dalam melaksanakan nasehat yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dengan kejadian preeklamsia berat (Po: 0,001)
(Rejeki, 2006).
36
hamil (p=0,002), terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil dengan nilai p=0,000 dan terdapat hubungan antara riwayat
hipertensi dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai
p=0,002 .Kesimpulan : faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil yaitu umur, paritas dan riwayat hipertensi (preeklamsi-
eklamsi) . (Rajamuda , 2014)
1. Faktor Maternal :
- Umur
- Paritas
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Hipertensi
- IMT Faktor
Obesitas Resiko
2. Faktor Kehamilan Terjadinya
- molahilatidosa, hydrops Hipertensi
fetalis dan kehamilan
ganda
3. Faktor Genetik
4. Pola Hidup
5. Stres
6. Sosial Ekonomi
37
2.11 Kerangka Konsep
Umur Kejadian
Paritas Hipertensi Pada
Ibu Obesitas Kehamilan
Hamil Riwayat Kehamilan
Riwayat Penyakit
38
39