Anda di halaman 1dari 19

CASE TRAUMA

Dokter Pembimbing :
dr. Gunadi Petrus, Sp.B-KBD

Disusun Oleh :
Dede Andrianus
11 2017 275

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT BAYUKARTA, KARAWANG
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn Kholid Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir: 07-05-1979 Bangsa :Indonesia
Status Perkawinan : Menikah Agama :Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : d-3

Alamat : Karawang Tanggal Masuk RS : 1-4-2019

II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal : 1-4-2019 , Jam: 03.00 WIB

Keluhan Utama:
Luka di kepala akibat kecelakaan 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan:
Pasien mengatakan sempat terbentur ke aspal dan ke kaca mobil , tetapi pasien tidak
merasakan pusing , mual muntah , setelah kecelakaan pasien sadar , tidak pingsan ,
dan tidak ada perdarahan dari telinga hidung maupun mulut. terdapat skin loss pada
bagian kepala atas dengan dasar otot kurang lebih 15 cm dan mengalami hematom
pada daerah pantat bagian kiri kurang lebih 5 cm, tidak ada perdarahan aktif , Tidak
terdapat kesulitan juga dalam bergerak pada ekstremitas atas maupun bawah. Tidak
terdapat sesak nafas.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien kecelakaan mobil tunggal di daerah surya cipta karena menghindari
kucing , pasien mengaku mobil terbalik dan kepala pasien terbentur oleh aspal dan
kaca mobil , pasien langsung di bawa ke RS Bayukarta setelah kecelakaan,

Primary survey
Airway : Adekuat dan tidak ada kelainan
Breathing : RR : 18 x /menit, teratur
Circulation : TD : 130/80 mmHg, N : 91x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup,
akral hangat, capilary refill < 2, Suhu : 37,00C , resp 20x/menit
Disability : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm
Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir: Di rumah (-) Rumah Bersalin (-) R.S. Bersalin (+)
Ditolong oleh: Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-)

Kehidupan Berkeluarga dan Perkawinan


Adakah kesulitan:
- Pekerjaan: tidak ada
- Keuangan: tidak ada
- Keluarga: tidak ada

Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x sehari
Jumlah/hari : tidak diketahui
Variasi/hari : bervariasi tiap makan
Nafsu makan : baik

Penyakit Dahulu ( Tahun, diisi bila ya ( + ), bila tidak ( - ))


Wasir/hemorroid (-) Appendisitis (-) Penyakit jantung bawaan (-)
Batu ginjal / Saluran kemih (-)Tumor (-) Perdarahan Otak (-)
Burut (Hernia) (-) Penyakit prostat (-) Gastritis (-)
Typhoid (-) Diare Kronis (-) Hipertensi (-)
Batu empedu (-) Diabetes mellitus (-)Penyakit pembuluh darah (-)
Tifus abdominalis (-) Kelainan kongenital(-) ISK
(-)
Ulkus Ventrikuli (-) Colitis (-) Volvulus (-)
Tuberkulosis (-) Tetanus (-) Abses Hati (-)
Invaginasi (-) Hepatitis (-)Patah tulang (-)
Penyakit degeneratif (-) Fistel (-)
Luka bakar (-) Struma, tiroid (-)
Lain Lain: (-) Operasi................................ Kecelakaan

Riwayat Keluarga
Riwayat dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit bawaan.

Adakah kerabat yang menderita :


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Artritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √
Ginjal √
Lambung √

II. ANAMNESIS SISTEM


Catat keluhan tambahan positif disamping judul - judul yang bersangkutan
Harap diisi: Bila ya (+), bila tidak (-)

Kulit
Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam (-)
Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis (-)

Kepala
Trauma(+) Sakit Kepala (+) Nyeri pada sinus (-)
Bengkak (-)

Mata
Merah (-) Trauma (-) Kuning/icterus (-)
Sekret (-) Nyeri (-) Ketajaman penglihatan(-)

Telinga
Nyeri (-) Gangguan pendengaran (-)
Sekret (-) Tinitus (-)

Hidung
Rhinnorhea (-) Trauma (-) Epistaksis (-)
Nyeri (-) Tersumbat (-) Benda asing/foreign body (-)
Sekret (-) Gangguan penciuman(-)

Mulut
Bibir (-) Lidah (-)
Gusi (-) Mukosa (-)

Tenggorokan
Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara (-)

Leher
Benjolan (-) Nyeri leher (-)

Thorax (Cord dan Pulmo)


Sesak napas (-) Nyeri dada (-) Batuk darah (-)
Batuk (-) Mengi (-) Berdebar-debar (-)

Abdomen (Lambung/Usus)
Mual (-) Tinja berdarah (-) Konstipasi (-)
Diare (-) Benjolan (-) Nyeri kolik (-)
Nyeri epigastrium (-) Muntah (-) Tinja berwarna dempul (-)

Saluran kemih/Alat kelamin


Disuria (-) Hematuria (-) Kolik (-)
Hesistancy (-) Nokturia (-) Retensio urin (-)
Kencing batu (-) Urgency

Katamenia
Leukore (-) Perdarahan (-) Lain – lain (-)

Saraf dan otot


Riwayat Trauma (-) Nyeri (-) Bengkak (-)

Ekstremitas
Bengkak(+)Deformitas (-)
Nyeri(+) Sianosis (-)
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran:compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg HR = 91x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C

Kepala
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung :tidak ada kelainan
Tenggorokan: tidak ada kelainan

Ekstremitas (lengan & tungkai)


Lengan kanan : tidak terjadi apa-apa
Lengan kiri : tidak terjadi apa-apa
Tungkai kanan : tidak terjadi apa-apa
Tungkai kiri : tidak terjadi apa-apa

STATUS LOKALIS
Regio capitis

Look : Terdapat vulnus laceratum dan skin loss pada regio os parietalis , darah (+),
hematom (+)

Feel : Terdapat nyeri tekan pada luka, luka ukuran 15 cm x 10 cm , tepi luka tidak
teratur

Move : -

Regio gluteus

Look : Terdapat vulnus ekskoriatum pada regio gluteus sinistra ,

Feel : Terdapat nyeri tekan , luka ukuran kurang lebih 5cm

Move : -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil dari ct scan tidak ditemukan kelainan apapun.
V. RINGKASAN (RESUME)
Pasien berusia 39 tahun datang dengan keluhan luka dikepala akibat kecelakaan
1 jam SMRS

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg HR = 91x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C

Regio kapitis

Look : Terdapat luka Vulnus laceratum dan skin loss pada regio parietalis , darah (+),
hematom (+)

Feel : Terdapat nyeri tekan pada luka, luka ukuran 15 cm x 10 cm , tepi luka tidak
teratur

Move : -

Regio gluteus

Look : Terdapat ekskoriasi pada regio gluteus sinistra ,

Feel : Terdapat nyeri tekan , luka ukuran kurang lebih 5cm

Move : -
VII. DIAGNOSIS KERJA :
Trauma capitis + vulnus laceratum

Dasar Diagnosis:
Adanya riwayat trauma pada kepala pasien dan pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya vulnus laceratum dan skinloss , perdarahan tidak aktif, tidak adanya krepitasi,
ukuran luka 15 cm x10 cm, tepi luka dengan batas tidak tegas.

IX. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa
- Terfacef 1x2
- Ketese 3x1
- Esofer 1x1

Non medikamentosa
- Konsul bedah
1. debridement
Edukasi
- Istirahat yang cukup
- Luka tidak boleh kena air / basah
- Kebutuhan gizi yang cukup
- Minum obat dengan teratur
X. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Laporan Operasi
1. supine , general anestesi , asepsis dan antisepsis
2. potong rambut dan sel mati
3. dilakukan nekrotomi
4. dilakukan debridement
5. rapikan tepi luka
6. jahit situasi
9. rawat luka
BAB I
PENDAHULUAN

Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan


pembangunan, frekuensi trauma kepala disertai vulnus laceratum cenderung makin
meningkat. Trauma kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat
trauma, mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat
dalam suatu kecelakaan. Kasus trauma kepala terutama melibatkan kelompok usia
produktif, yaitu antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki
dibandingkan perempuan. Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan disusul
dengan kasus jatuh terutama pada kelompok usia anak-anak.
Trauma kepala adalah cedera pada kepala yang dapat melibatkan seluruh
struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling “ringan”,
tulang tengkorak, duramater, vaskuler otak, sampai jaringan otaknya sendiri; baik
berupa luka yang tertutup, maupun trauma tembus.
Untuk rujukan penderita cedera kepala, perlu dicantumkan informasi penting
seperti: umur penderita, waktu, mekanisme cedera, status respiratorik dan
kardiovaskuler, pemeriksaan minineurologis (GCS) terutama nilai respon motorik dan
reaksi cahaya pupil, adanya cedera penyerta, dan hasil CT Scan.
Pada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum dan
kesadaran, sehingga tindakan resusitasi, anmnesa dan pemeriksaan fisik umum dan
neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan trauma kepala harus
segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
Vulnus Laseratum sendiri merupakan luka terbuka yang terdiri dari akibat
kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Vulnus
laseratum juga bisa diakibatkan salah satunya yaitu kecelakaan lalu lintas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trauma Kapitis Dan Vulnus laceratum

Cidera kepala atau trauma kapitis adalah cidera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis.1
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adalah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa vulnus laseratum adalah luka
robek yang tidak beraturan yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul sering diikuti
alat dalam seperti patah tulang.

2.2 Anatomi

1. Kulit Kepala (Scalp)


Kulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut SCALP yaitu:2
a. Skin atau kulit
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan
langsung dengan tengkorak
d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar
e. Perikarnium

Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan
akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada
anak-anak atau penderita dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga
membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya.2

2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak atau kranium terdiri dari kalvarium dan basis kranii, di regio
temporal tulang tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk
tidak rata dan tidak teratur sehingga cedera pada kepala dapat menyebabkan kerusakan
pada bagian dasar otak yang bergerak akibat cedera akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas tiga fosa yaitu anterior, media dan posterior. Fosa anterior
adalah tempat lobus frontalis, fosa media tempat lobus temporalis dan fosa posterior
adalah ruang bagi batang otak bawah dan serebelum.1,2

Gambar 1. Tulang tengkorak1


3. Kulit.
Price 2005 menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan
epidermis, dermis, lemak subkutan.Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benang pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur.Kulit juga merupakan tempat
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung saraf yang saling
bertautan”
a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :

1. Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan
bertanduk.
2. Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk setelah
mengalami proses di ferensiasi .

b.Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen elastin, dan
retikulum yang tertanam dalam substansi dasar.Matrik kulit mengandung pembuluh
pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis.Disekitar pembuluh
darah yang kecil terdapat limfosit.Limfosit sel masuk dan leukosit yang melindungi
tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing.Serabut-serabut kolagen,
elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.
1. Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak
di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk
mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.
2. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan
sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang
mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-
berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
C .Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
1. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
2. Unsur putih serabut saraf.
3. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya
di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus
besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf,
juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf.
2.3 Fisiologi

1. Tekanan Intrakranial
Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat mengakibatkan kenaikan
tekanan intrakranial yang selanjutnya akan mengganggu fungsi otak yang akhirnya
berdampak buruk terhadap kesudahan penderita. Dan tekanan intrakranial yang tinggi
dapat menimbulkan konsekuensi yang mengganggu fungsi otak dan tentunya
mempengaruhi pula kesembuhan penderita. Jadi, kenaikan tekanan intrakranial (TIK)
tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak tetapi justru sering
merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136
mmH2O), TIK lebih tinggi dari 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40
mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala,
semakin buruk prognosisnya.2
2.4 Mekanisme dan Patofisiologi

Cidera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung ataupun tidak langsung
pada kepala. Kelainan dapat berupa cidera otak fokal atau difus dengan atau tanpa
fraktur tulang tengkorak. Cidera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematome
epidural, subdural dan intraserebral. Cidera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi
saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus.1
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak di tempat benturan yang disebut “coup” atau ditempat yang berseberangan
dengan benturan (countre coup).1
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat
menyebabkan herniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak
tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian meninggal.1
Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera
kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena
berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah
ke otak yang menurun, misalnya akibat syok. Karena itu, pada cedera kepala harus
dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak
terganggu sehingga oksigenisasi cukup.1
Patofisiologi vulnus laseratum
Menurut Price (2006:p.36), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda
tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada
umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau
inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini
ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di
sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya.Reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan
kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di
mikrosekulasi fungsional.Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak
di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada
tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.

2.5 Glasgow Coma Scale (GCS)2,3

Respon Mata ≥1 tahun 0-1 tahun


4 Membuka mata Membuka mata
spontan spontan
3 Membuka mata oleh Membuka mata oleh
perintah teriakan
2 Membuka mata oleh Membuka mata oleh
nyeri nyeri
1 Tidak membuka mata Tidak membuka mata

Respon Motorik ≥1 tahun 0-1 tahun


6 Mengikut perintah Belum dapat dinilai
5 Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri
4 Menghindari nyeri Menghindari nyeri
3 Fleksi abnormal Fleksi abnormal
(decortisasi) (decortisasi)
2 Ektensi abnormal Ektensi abnormal
(deserebrasi) (deserebrasi
1 Tidak ada respon Tidak ada respon

Respon Verbal >5tahun 2-5 tahun 0-2 tahun


5 Orientasi baik Menyebutkan Menangis kuat
dan mampu kata-kata yang
berkomunikasi sesuai
4 Disorientasi tapi Menyebutkan Menangis lemah
mampu kata-kata yang
berkomunikasi tidak sesuai
3 Menyebutkan Menangis dan Kadang-kadang
kata-kata yang menjerit menangis/
tidak sesuai menjerit lemah
(kasar, jorok)
2 Mengeluarkan Mengeluarkan Mengeluarkan
suara suara lemah suara lemah
1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon
Nilai tertinggi dari pemeriksaan GCS adalah 15 dan terendah adalah 3. Berdasarkan
nilai GCS trauma kapitis dapat dibagi atas :
Kategori GCS Gambaran klinik Skening Otak
Trauma kapitis 13-15 Pingsan ≤ 10 Normal
ringan menit, defisit
neurologis (-)
Trauma kapitis 9-12 Pingsan > 10 Abnormal
sedang menit s/d ≤ 6
jam, defisit
neurologis (+)
Trauma kapitis 3-8 Pingsan > 6 jam, Abnormal
berat defisit neurologis
(+)

2.6 Klasifikasi Trauma Kapitis4

Secara klimis, trauma dibagi atas:


1. Commutio Cerebri (gegar otak)
2. Contusio Cerebri (memar otak)
3. Hematome Epidural
4. Hematome Subdural
5. Perdarahan Subarakhnoid
6. Fraktur Cranii
7. Fraktur Basis Cranii
ALGORITME TRAUMA KEPALA7
Tipe Penyembuhan luka
terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
a. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang
terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
b. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak
mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas
dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks
dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
c. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi
luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir.

2.7 Pemeriksaan penunjang 5,6,7

1. Foto Rontgen polos


Pada trauma kapitis perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna vertebralis
servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi akibat benturan. Bila lesi terdapat di daerah
oksipital, buatkan foto anterior-posterior dan bila lesi pada kulit terdapat di daerah
frontal buatkan foto posterior-anterior. Bila lesi terdapat pada daerah temporal,
pariental atau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisi kiri dan dibuat foto lateral
dari kanan ke kiri. Kalau diduga ada fraktur basis kranii, maka dibuatkan foto basis
kranii dengan kepala menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus pada garis
antar angulus mandibularis (tulang rahang bawah). Foto kolumna vertebralis
servikalis dibuat anterior-posterior dan lateral untuk melihat adanya fraktur atau
dislokasi. Pada foto polos tengkorak mungkin dapat ditemukan garis fraktur atau
fraktur impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi mungkin menimbulkan
impressions digitae.

2. Compute Tomografik Scan (CT-Scan)


CT-Scan diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat melihat ke dalam rongga tengkorak. Potongan-potongan
melintang tengkorak bersama isinya tergambar dalam foto dengan jelas.43 Indikasi
pemeriksaan CT-Scan pada penderita trauma kapitis : c.1. GCS < 15 atau terdapat
penurunan kesadaran c.2. Trauma kapitis ringan yang disertai dengan fraktur tulang
tengkorak c.3. Adanya tanda klinis fraktur basis kranii c.4. Adanya kejang c.5.
Adanya tanda neurologis fokal c.6. Sakit kepala yang menetap.

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI dapat memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih
jelas.
Beberapa keuntungan MRI dibandingkan dengan CT-Scan yaitu : lebih baik
dalam menilai cedera sub-akut, termasuk kontusio, shearing injury, dan sub dural
hematoma, lebih baik dalam menilai dan melokalisir luasnya kontusio dan
hematoma secara lebih akurat karena mampu melakukan pencitraan dari beberapa
posisi, dan lebih baik dalam pencitraan cedera batang otak. Sedangkan kerugian
MRI dibandingkan dengan CT-Scan yaitu: membutuhkan waktu pemeriksaan lama
sehingga membutuhkan alat monitoring khusus pada pasien trauma kapitis berat,
kurang sensitif dalam menilai perdarahan akut, kurang baik dalam penilaian fraktur,
perdarahan subarachnoid dan pneumosefalus minimal dapat terlewatkan.

BAB III
KESIMPULAN

Trauma kepala bisa menyebabkan kematian tetapi juga penderita bisa


mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi
dan beratnya kerusakan otak yang terjadi.
Kerusakan otak seringkali menyebabkan kelainan fungsi yang menetap, yang
bervariasi tergantung kepada kerusakan yang terjadi, apakah terbatas (terlokalisir) atau
lebih menyebar (difus). Kelainan fungsi juga tergantung kepada bagian otak mana yang
terkena.
Gejala yang terlokalisir bisa merupakan perubahan dalam gerakan, sensasi,
berbicara, penglihatan, dan pendengaran. Berbagai fungsi otal dapat dijalankan ole
beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan
fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakann.
Vulnus laseratum pada kecelakaan pasien ini dapat sembuh dengan secondary
healing luka di biarkan karena mengalami skinloss . untuk rasa nyeri pada luka
diberikan obat anti nyeri dan anti biotic.

DAFTAR PUSTAKA

1. Utama, Herry SY, Diagnosis and Treatment of Head Injury.


(www.herryyudha.com/2012/07/cidera-kepala-diagnosa-dan.html)

2. American Collage of Surgeons, Advance Trauma Life Suport For Doctors, 7th
Edition. United States of America, 2004.

3. Netter FH, Machado CA. Atlas of Human Anatomy. Version 3. Icon Learning
System LLC, 2003.

4. Gunawan, Billy Indra, Trauma Kepala dalam Neurologi II. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Palembang.

5. Iskandar J, Cedera Kepala, PT Dhiana Populer. Kelompok Gramedia, Jakarta, 2007.

6. Sidharta P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2005.

7. Bajamal AH. Perawatan Cidera Kepala Pra Dan Intra Rumah Sakit. In : Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Bedah Saraf. 2005

Anda mungkin juga menyukai