Dokter Pembimbing :
dr. Gunadi Petrus, Sp.B-KBD
Disusun Oleh :
Dede Andrianus
11 2017 275
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal : 1-4-2019 , Jam: 03.00 WIB
Keluhan Utama:
Luka di kepala akibat kecelakaan 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Pasien mengatakan sempat terbentur ke aspal dan ke kaca mobil , tetapi pasien tidak
merasakan pusing , mual muntah , setelah kecelakaan pasien sadar , tidak pingsan ,
dan tidak ada perdarahan dari telinga hidung maupun mulut. terdapat skin loss pada
bagian kepala atas dengan dasar otot kurang lebih 15 cm dan mengalami hematom
pada daerah pantat bagian kiri kurang lebih 5 cm, tidak ada perdarahan aktif , Tidak
terdapat kesulitan juga dalam bergerak pada ekstremitas atas maupun bawah. Tidak
terdapat sesak nafas.
Primary survey
Airway : Adekuat dan tidak ada kelainan
Breathing : RR : 18 x /menit, teratur
Circulation : TD : 130/80 mmHg, N : 91x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup,
akral hangat, capilary refill < 2, Suhu : 37,00C , resp 20x/menit
Disability : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm
Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir: Di rumah (-) Rumah Bersalin (-) R.S. Bersalin (+)
Ditolong oleh: Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-)
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x sehari
Jumlah/hari : tidak diketahui
Variasi/hari : bervariasi tiap makan
Nafsu makan : baik
Riwayat Keluarga
Riwayat dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit bawaan.
Kulit
Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam (-)
Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis (-)
Kepala
Trauma(+) Sakit Kepala (+) Nyeri pada sinus (-)
Bengkak (-)
Mata
Merah (-) Trauma (-) Kuning/icterus (-)
Sekret (-) Nyeri (-) Ketajaman penglihatan(-)
Telinga
Nyeri (-) Gangguan pendengaran (-)
Sekret (-) Tinitus (-)
Hidung
Rhinnorhea (-) Trauma (-) Epistaksis (-)
Nyeri (-) Tersumbat (-) Benda asing/foreign body (-)
Sekret (-) Gangguan penciuman(-)
Mulut
Bibir (-) Lidah (-)
Gusi (-) Mukosa (-)
Tenggorokan
Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara (-)
Leher
Benjolan (-) Nyeri leher (-)
Abdomen (Lambung/Usus)
Mual (-) Tinja berdarah (-) Konstipasi (-)
Diare (-) Benjolan (-) Nyeri kolik (-)
Nyeri epigastrium (-) Muntah (-) Tinja berwarna dempul (-)
Katamenia
Leukore (-) Perdarahan (-) Lain – lain (-)
Ekstremitas
Bengkak(+)Deformitas (-)
Nyeri(+) Sianosis (-)
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran:compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg HR = 91x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C
Kepala
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung :tidak ada kelainan
Tenggorokan: tidak ada kelainan
STATUS LOKALIS
Regio capitis
Look : Terdapat vulnus laceratum dan skin loss pada regio os parietalis , darah (+),
hematom (+)
Feel : Terdapat nyeri tekan pada luka, luka ukuran 15 cm x 10 cm , tepi luka tidak
teratur
Move : -
Regio gluteus
Move : -
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg HR = 91x/menit RR = 20x/menit T = 37.0C
Regio kapitis
Look : Terdapat luka Vulnus laceratum dan skin loss pada regio parietalis , darah (+),
hematom (+)
Feel : Terdapat nyeri tekan pada luka, luka ukuran 15 cm x 10 cm , tepi luka tidak
teratur
Move : -
Regio gluteus
Move : -
VII. DIAGNOSIS KERJA :
Trauma capitis + vulnus laceratum
Dasar Diagnosis:
Adanya riwayat trauma pada kepala pasien dan pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya vulnus laceratum dan skinloss , perdarahan tidak aktif, tidak adanya krepitasi,
ukuran luka 15 cm x10 cm, tepi luka dengan batas tidak tegas.
IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Terfacef 1x2
- Ketese 3x1
- Esofer 1x1
Non medikamentosa
- Konsul bedah
1. debridement
Edukasi
- Istirahat yang cukup
- Luka tidak boleh kena air / basah
- Kebutuhan gizi yang cukup
- Minum obat dengan teratur
X. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Laporan Operasi
1. supine , general anestesi , asepsis dan antisepsis
2. potong rambut dan sel mati
3. dilakukan nekrotomi
4. dilakukan debridement
5. rapikan tepi luka
6. jahit situasi
9. rawat luka
BAB I
PENDAHULUAN
Cidera kepala atau trauma kapitis adalah cidera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis.1
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adalah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa vulnus laseratum adalah luka
robek yang tidak beraturan yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul sering diikuti
alat dalam seperti patah tulang.
2.2 Anatomi
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan
akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada
anak-anak atau penderita dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga
membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya.2
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak atau kranium terdiri dari kalvarium dan basis kranii, di regio
temporal tulang tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk
tidak rata dan tidak teratur sehingga cedera pada kepala dapat menyebabkan kerusakan
pada bagian dasar otak yang bergerak akibat cedera akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas tiga fosa yaitu anterior, media dan posterior. Fosa anterior
adalah tempat lobus frontalis, fosa media tempat lobus temporalis dan fosa posterior
adalah ruang bagi batang otak bawah dan serebelum.1,2
1. Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan
bertanduk.
2. Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk setelah
mengalami proses di ferensiasi .
b.Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen elastin, dan
retikulum yang tertanam dalam substansi dasar.Matrik kulit mengandung pembuluh
pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis.Disekitar pembuluh
darah yang kecil terdapat limfosit.Limfosit sel masuk dan leukosit yang melindungi
tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing.Serabut-serabut kolagen,
elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.
1. Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak
di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk
mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.
2. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan
sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang
mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-
berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
C .Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
1. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
2. Unsur putih serabut saraf.
3. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya
di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus
besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf,
juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf.
2.3 Fisiologi
1. Tekanan Intrakranial
Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat mengakibatkan kenaikan
tekanan intrakranial yang selanjutnya akan mengganggu fungsi otak yang akhirnya
berdampak buruk terhadap kesudahan penderita. Dan tekanan intrakranial yang tinggi
dapat menimbulkan konsekuensi yang mengganggu fungsi otak dan tentunya
mempengaruhi pula kesembuhan penderita. Jadi, kenaikan tekanan intrakranial (TIK)
tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak tetapi justru sering
merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136
mmH2O), TIK lebih tinggi dari 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40
mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala,
semakin buruk prognosisnya.2
2.4 Mekanisme dan Patofisiologi
Cidera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung ataupun tidak langsung
pada kepala. Kelainan dapat berupa cidera otak fokal atau difus dengan atau tanpa
fraktur tulang tengkorak. Cidera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematome
epidural, subdural dan intraserebral. Cidera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi
saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus.1
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak di tempat benturan yang disebut “coup” atau ditempat yang berseberangan
dengan benturan (countre coup).1
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat
menyebabkan herniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak
tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian meninggal.1
Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera
kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena
berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah
ke otak yang menurun, misalnya akibat syok. Karena itu, pada cedera kepala harus
dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak
terganggu sehingga oksigenisasi cukup.1
Patofisiologi vulnus laseratum
Menurut Price (2006:p.36), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda
tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada
umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau
inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini
ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di
sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya.Reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan
kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di
mikrosekulasi fungsional.Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak
di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada
tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2. American Collage of Surgeons, Advance Trauma Life Suport For Doctors, 7th
Edition. United States of America, 2004.
3. Netter FH, Machado CA. Atlas of Human Anatomy. Version 3. Icon Learning
System LLC, 2003.
4. Gunawan, Billy Indra, Trauma Kepala dalam Neurologi II. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Palembang.
7. Bajamal AH. Perawatan Cidera Kepala Pra Dan Intra Rumah Sakit. In : Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Bedah Saraf. 2005