Anda di halaman 1dari 65

Daftar Isi

Identitas Pemilik................................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................1
BAB 1
PENDAHULUAN................................................................................................................... 2
A. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................2
B. PENCAPAIAN PEMBELAJARAN ..............................................................................3
BAB 2
PENYAJIAN ........................................................................................................................ 11
A. Uraian Materi ..............................................................................................................8
Uraian I : Perdarahan dalam kehamilan...................................................................8
URAIAN MATERI II: INFEKSI MATERNAL ............................................................16
URAIAN III: PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN ...............................................17
Uraian IV: Persalinan Berisiko.................................................................................21
URAIAN MATERI V: KELUARGA BERENCANA ...................................................24
URAIAN MATERI VI: GANGGUAN MENSTRUASI ................................................25
URAIAN MATERI VII: INFEKSI RADANG PANGGUL ...........................................25
URAIAN MATERI VIII: INFERTILITAS....................................................................26
URAIAN MATERI IX: KLIMAKTERIUM...................................................................28
URAIAN MATERI X: TRAUMA MELAHIRKAN .......................................................29
URAIAN MATERI XI: Keganasan sel (Kanker payudara).......................................31
B. PRAKTIKUM .............................................................................................................32
Praktikum I: Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) ..................32
Praktikum II: Papsmear ...........................................................................................35
Praktikum II: Penyuluhan Alat Kontrasepsi .............................................................37
Praktikum III: Pemasangan kontrasepsi dalam Rahim ...........................................45
Praktikum IV: Konseling Infertil ...............................................................................53
PENUTUP ........................................................................................................................... 62
A.Tugas Individu/Kelompok............................................................................................. 62
B.Kasus Pemicu The Seven Jump .................................................................................. 62
C. SASARAN BELAJAR ISS .....................................................................................62
D. Materi resume jurnal (5 tahun terakhir tahun dan jumlah 1 jurnal internasional
setiap mahasisswa)...........................................................................................................63

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Maternitas II
2. Beban SKS : 3 SKS (2SKS Teori dan 1 SKS Praktikum)
3. Tujuan Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami
tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip secara teoritis serta melaksanakan
keterampilan klinis yang berfokus pada aspek peningkatan kesehatan reproduksi
perempuan usia subur, ibu hamil, melahirkan, nifas, diantara dua masa kehamilan
dan bayi baru lahir dalam kondisi berisiko dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan reproduksi dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan serta memperhatikan aspek legal
dan etis di tatanan klinik maupun komunitas.

4. Deskripsi Modul
Dalam modul blok ini, mahasiswa akan mempelajari tentang: 1) Asuhan
keperawatan wanita usia subur (usia reproduksi), pasangan usia subur, wanita dalam
masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai
usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 2) pendidikan kesehatan pada
wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan usia subur, wanita dalam masa
childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28
hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 3) integrasi hasil penelitian yang
bergubungan dengan wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan usia subur,
wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) dan
bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga; 4) simulasi
pengelolaan asuhan keperawatan pada wanita usia subur (usia reproduksi) pasangan
usia subur, wanita dalam masa childbearing (hamil, melahirkan, dan setelah
melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari dalam kondisi berisiko beserta keluarga.
Dalam modul praktikum mahasiswa akan mempelajari tentang:1)
Pemeriksaan PAP smear dan IVA; 2) Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari); 3)
Penyuluhan alat kontrasepsi; 4)Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim;
5)Pemberian injeksi kontrasepsi; 6) Konseling infertil; 7) Persiapan alat tatalaksana
Abortus.
5. PROFESIONAL PROFIL

2
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa memahami
dan mampu mengaplikasikan keperawatan maternitas dalam keperawatan dalam
berbagai tatanan pelayanan baik di rumah sakit maupun di komunitas pada tahap
pendidikan profesi.

B. PENCAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Jadwal Perkuliahan

No Hari/tanggal PT Waktu Kompetensi Metode


1 Kamis/ 28 Kuliah Introduksi
Feb 2019
Media penyuluhan Kontrasepsi dan
konselin infertil (Poster, leaflet,
booklet, selebaran, papan
pengumuman)

Alat abortus (mencari dan menempel


gambar alat abortus)

Telaah jurnal (trend dan issue,


evidence based kep. maternitas dan
manajemen kasus)

Tugas kelompok

Pembagian sasbel ISS

13.30-15.40 1,2 dan 3 The Seven jump step 1-5


1
2 Jumat/1 Kekerasan TCL Kelas mini( semua tutor)
13.30-15.40 pada
Maret 2019 2
perempuan
TCL: Hipertensi pada kehamilan dan
sistem pelayanan kesehatan untuk
pasien dengan gangguan sistem
3 reproduksi (rujukan, PMO, Gakin,
Jamkesmas)

Ns. Darmawati, M.Kep., Sp. Mat


3 Senin /4 The Seven jump step 7 (a)
4 13.30-15.40 1
Maret 2019
4 The Seven jump step 7 (b)
5 13.30-15.40 2 dan 3
Selasa/ 5
Maret 2019 Konsultasi ISS
6 15.40-17.50 4-11 Transfer Knowledge
15 dan 16 Konsultasi telaah jurnal (sesuaikan
dengan jadwal tutor masing-masing)

3
No Hari/tanggal PT Waktu Kompetensi Metode
5 Rabu/ 6 - Askep Presentasi iss (a)
Maret 2019 tentang
persalinan
7 13.30-15.40 berisiko
8 15.40-17.50 - KB
- Ganguan
Mesntruasi
- Askep infertil
6 Jumat/ 8 - Askep Presentasi ISS (b)
Maret 2019 klimakterium
- Askep
9 13.30-15.40 trauma
10 15.40-17.50
melehirkan
- askep kanker
payudara
7 Jumat/ 15 15- 13.30-15.40 Persentasi jurnal
Maret 2019 16

Lab Mandiri
8 Senin /18 Ujian Tulis
13.30-18.00
Maret 2019 Responsi
9 Selasa 19 OSPE
13.30-18.00
Maret 2019

3. Jadwal Praktikum
Sesi 1 (13.30 Sesi 2
No Hari/tanggal – 15.45) (15.45– 18.00)
Senin /11 Kasus 1 kelp. 1 (Ns. Aida ) Kasus 1 kelp. 5 (Ns. Mariatul)
Maret 2019 Kasus 2 kelp. 2 (Ns. Imelda) Kasus 2 kelp. 6 (Ns. Sri Intan)
Kasus 3 kelp. 3 (Ns.Darmawati ) Kasus 4 kelp. 7 (Ns. Nova)
1
Kasus 4 kelp. 4 (Ns. Sufriani)
Selasa/ 12 Kasus 2 kelp. 5 (Ns. Sri Intan) Kasus 2 kelp. 1 (Ns.Nova)
Maret 2019 Kasus 3 kelp. 6 (Ns. Darmawati) Kasus 3 kelp. 2 (Ns. Aida)
2 Kasus 4 kelp. 7 (Ns. Nova) Kasus 4 kelp. 3 (Ns. Sufriani)
Kasus 1 kelp. 4 (Ns. Mariatul)
Rabu/13 Maret Kasus 3 kelp. 1 (Ns. Aida) Kasus 3 kelp. 5 (Ns. Darmawati)
2019 Kasus 4 kelp. 2 (Ns. Sufriani) Kasus 4 kelp. 6 (Ns. Sri Intan)
3
Kasus 1 kelp. 3 (Ns. Mariatul) Kasus 1 kelp. 7 (Ns. Imelda)
Kasus 2 kelp. 4 (Ns. Imelda)
Kamis/ 14 Kasus 4 kelp. 5 (Ns. Nova) Kasus 4 kelp. 1 (Ns. Sri Intan)
Maret 2019 Kasus 1 kelp. 6 (Ns. Mariatul) Kasus 1 kelp. 2 (Ns. Imelda)
4 Kasus 2 kelp. 7 (Ns. Aida) Kasus 2 kelp. 3 (Ns. Sufriani)
Kasus 3 kelp. 4 (Ns. Darmawati)

1. Materi praktikum
No Materi praktikum (kasus) Tutor

4
1 Pemeriksaan PAP Smear dan IVA Ns. Mariatul/ Ns. Aida/ Imelda
2 Memberikan penyuluhan alat kontrasepsi dan Ns. Imelda / Ns. Nova /Ns. Sri intan
memberikan injeksi kontrasepsi
3 Memasang alat kontrasepsi dalam rahim Ns. Darmawati / Ns. Aida
4 Persiapan alat dan bahan untuk tindakan abortus Ns. Nova / Ns. Sufriani/ Ns. Sri
dan Melakukan konseling infertil intan

2. RANCANGAN PELAKSANAAN BLOK


a. TUTOR
1. Ns. Aida Fitri M.Kep
2. Ns. Darmawati, M.Kep, Sp. Mat
3. Ns. Imelda, M.Kep, Sp. An
4. Ns. Mariatul Kiftia , M.Kep
5. Ns. Nova fajri, M.Kep, Sp. An
6. Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep, Sp. An
7. Ns. Sufriani, M.Kep, Sp.An

b. Kegiatan Tutor
1. Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2. Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran.
3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik pada
setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu
yang diberikan.
5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang belajar
dan laboratorium.
6. Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.

c. Kegiatan Mahasiswa
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (Introduction Lecturer) di kelas besar oleh koordinator blok yang
bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada mahasiswa

5
mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran serta
metode pembelajaran yang akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa akan
mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan praktikum merupakan lanjutan dari pembelajaran konsep
kebutuhan seksualitas.

d. Metode Pembelajaran :
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL)
dengan menggunakan metode The Seven Jump, ISS,Teacher Centered
Learning, tugas individu/ kelompok dan praktikum di laboratorium keperawatan.

e. METODE EVALUASI
1. Diskusi/ presentasi individu 5%
2. Soft Skill 5%
3. Tugas Individu/kelompok* 7%
4. Ujian responsi 13 %
5. Ujian tulis/ final 35%
6. Lab Skill/ Praktikum** 30 %
7. Absensi 5%

Keterangan:
* Tugas Individu : Tugas Kelompok = 60% : 40%
** Persentase penilaian praktikum :
Pretest 10%
Proses 5%
Tindakan 20 %
Ospe 65%

6
7
BAB II
PENYAJIAN

Pada BAB ini akan menjelaskan terkait permasalah –permasalahan atau gangguan
pasa sistem reproduksi wanita, baik selama masa antenatal, intranatal maupun masa post
natal. Permasalahan yang dihadapi perempuan sangat komplek dibandingkan
permasalahan yang dihadapi laki-laki. Dalam setiap fasenya perempuan memiliki masalah
yang berbeda-beda.

A. Uraian Materi
Uraian I : Perdarahan dalam kehamilan
1. Perdarahan Awal Kehamilan
Perdarahan selama usia kehamilan muda merupakan hal yang mengkhawatirkan
untuk ibu dan kewaspadaan bagi penyedia layanan kesehatan. Masalah perdarahan
diusia kehamilan muda meliputi keguguran (aborsi spontan), pelebaran servik
prematur, kehamilan ektopik dan molahidatidosa (hamil anggur). Sedangkan
penyebab utama perdarahan pada akhir kehamilan adalah plasenta previa dan
pemisahan plasenta prematur ( abrupsio plasenta).
a. Abortus
Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup.
Viabilitas janin dapat di capai pada sekitar minggu ke -22 smpai ke-24 dengan
berat janin lebih dari 500 gram atau lingkar kepala lebih dari 18 cm, dimana janin
dapat hidup di luar uterus. ada 3 jenis abortus spontan: abprtus spontan yang
disebabkan oleh sebab-sebab alami. abortus terapeutik kehamilan sengaja
dihentikan karena alasan medis, dan abortus elektif dilakukan karena alasan
pribadi.
Abortus bertujuan untuk penghentian kehamilan sebelum usia janin kurang
dari 20 minggu usia kehamilan. Apabila aborsi terjadi atas permintaan wanita
tersebut maka aborsi elektif biasa digunakan, namun hal ini terkait dengan
pertimbangan kondisi kesehatan janin atau dengan penyakit tertentu. Beragam
factor yang berkontribuai terkait keputusan dilakukannya aborsi, diantaranya
mempertahankan kesehatan atau kehidupan ibu, masalah genetik janin (Perry et
al, 2010).

8
Gambar 1. Jenis-jenis abortus

Patofisiologi abortus. Mekanisme awal terjadinya abortus adalah


lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan
minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak
atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi
masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih
melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya
sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih

9
menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2012).
Penatalaksanaan abortus. Penatalaksanaan abortus menurut
Cunningham, et al (2010) secara umum dilakukan dengan memantau keadaan
umum ibu dan tanda-tanda vital, selanjutnya yang paling penting mengevaluasi
tanda-tanda shok seperti akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90mmHg. Jika terdapat shok, lakukan tatalaksana shok, jika tidak terlihat
tanda-tanda shok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat. Setiap ibuyang mengalami abortus perlu mendapatkan
dukungan emosional dan konseling pasca keguguran. selanjutnya lakukan
tatalaksanan sesuai jenis abortus.

b. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus, tuba fallofi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang
terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri (sarwono
Prawiroharjho, 2005)
c. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2
cm. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma
vill, tidak ada pembuluh darah villi/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel
trofoblas (Hadijanto, 2008).

1. Perdarahan kehamilan lanjut (Perdarahan kehamilan akhir)


a. Plesenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa
adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan
kedelapan (Chalik, 2008).

10
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim
yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin
berupa perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan
kematian perinatal (Romundstad et all, 2006).
Setiap wanita dengan perdarahan vaginam setelah usia kehamilan lebih dari
20 minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa. Selain itu dapat ditemukan
perdarahan tanpa rasa nyeri, posisi abnormal dan presentasi letak tinggi.
Diagnosis klinis sangat penting untuk mencurigai dan penatalaksanaan plasenta
previa, namun diagnosis pasti tergantung dari hasil pemeriksanaan USG.

b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya
plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta
dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu
dan janin.
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian
plasenta yang terlepas :
1) Solusio plasenta ringan
- Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
- Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam
2) Solusio plasenta sedang: Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi
belum mencapai 2/3 bagian, Dapat menimbulkan gejala klinik seperti
Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerak janin kurang,
Palpasi bagian janin sulit diraba, Auskultasi jantung janin dapat terjadi
asfiksia ringan dan sedang, Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol,
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3) Solusio plasenta berat: Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian, Terjadi
perdarahan disertai rasa nyeri, Penyulit pada ibu : Terjadi syok dengan
tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat, Dapat terjadi
gangguan pembekuan darah, Pada pemeriksaan dijumpai turunnya
tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdsarahan dan
penderita tampak anemis, Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin

11
sulit diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah meninggal dalam
rahim, Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
4) Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri
.
2. Perdarahan Pada Pasca Persalinan

Perdarahan postpartum merupakan salah satu risiko terbesar yang


menyebabkan terjadinya kematian maternal. komplikasi perdarahan post partum di
Indonesia sekitar 5,1% dari seluruh persalinan.
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau
lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio
sesaria (Kenneth, 2009). Penyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan
kontraksi, rupture serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa
plasenta, dan koagulopati. Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml
selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml atau lebih berarti bahaya syok.
Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat parah (jarang), perdarahan
sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan sedang menetap (terutama
pada ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam terjadinya syok, kegelisahan,
mual, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan tekanan darah.
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang
melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan
mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan
gangguan homeostasis. Dengan demkian secara konvensional dikatakan bahwa
perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai perdarahan
pascasalin dan perdarahan yang secara kasat mata m encapai 1000 ml harus
segera ditangani secara serius.

Gambar 7. Massase Uterus

12
a) Kompresi bimanual.
Bila dengan masase kontraksi uterus masih lembek maka langkah
kedua Anda harus melakukan kompresi bimanual. Satu tangan mengepal
berada di forniks anterior dan tangan yang lain mengangkat dan menekan
korpus uteri ke arah kaudal. Aksi ini dikerjakan sampai kontraksi timbul dan
perdarahan berhenti. Karena tindakan ini sangat melelahkan maka ini hanya
bersifat sementara sambil menunggu tindakan definitif, misal selama
persiapan dan transportasi pasien ke kamar operasi atau ke rumah sakit.

Gambar 8. Kompresi bimanual

13
b) Evakuasi plasenta secara manual

Gambar 9. Mengeluarkan plasenta secara manual


Sumber: Kenneth JL. W illiams, 2013).

c) Penggunaan Tampon Kondom


Bila dengan masase dan kompresi bimanual kontraksi uterus masih
lembek dan perdarahan masih berlangsung maka Anda bisa melakukan
pemasangan tampon kondom. Metode ini dikembangkan di Bangladesh
oleh seorang Ginekologist, Prof. Sayeba Achter. Pada awalnya kondom
diikatkan dalam sebuah kateter, sehingga metode ini dahulunya disebut
metode kondom kateter. Sekarang kondom diikatkan langsung dalam ujung
selang infus, sehingga cara ini sekarang dikenal dengan metode tampon
kondom. Fungsi utama metode ini adalah mengembangkan uterus dari
dalam dengan mengembangkan kondom yang diisi air, sehingga kondom
menekan pembuluh darah yang terbuka.
Keberhasilan penggunaan tanpon kondom mencapai lebih dari
80%.Indikasi utama adalah perdarahan karena atoni uterius, yang gagal
dikelola dengan cara medikamentosa, sementara uterus masih harus
dipertahankan. Sebagai persiapan harus dipastikan bahwa tidak terdapat
robekan jalan lahir maupun ruptur uterus, dan tidak terdapat sisa jaringan
plasenta.
Pemasangan tampon kondom bisa bersifat permanen, yakni bila
benar-benar perdarahan behenti. Dengan demikian tujuan untuk
mengkonservasi uterus dapat tercapai. Pemasangan bisa bersifat

14
sementara, sebagai persiapan sebelum dirujuk, selama dalam rujukan atau
menunggu persiapan operasi. Dalam situasi darurat di mana uterotonika
tidak tersedia, maka penggunaan tampon kondom sangat dianjurkan,
3. Gangguan Pembekuan Darah Pada Masa Kehamilan
a. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
Merupakan bentuk patologis dari pembekuan darah yang menyebar dan
terjadi pada sejumlah besar faktor pembekuan, menyebabkan perdarahan
eksternal luas, perdarahan internal atau keduanya, serta pembekuan. KID tidak
pernah menjadi diagnosis utama, sebaliknya merupakan hasil dari beberapa
masalah yang memicu kaskade pebekuan, baik ekstrinsik, dengan pelepasan
sejumlah jaringan tromboplastin, atau intrinsik oleh kerusakan integritas vaskuler
yang luas.
KID paling sering dipicu oleh pelepasan sejumlah besar jaringan
trombloplastin yang terjadi pada abrupsio plasenta dan kematian janin serta
sindrome anafilaksis pada sindrome kehamilan (embolus cairan amniotik). pre-
eklamsi berat, sindrome HELLP, dan sepsis gram negatif adalah contoh dari
kondisi yang dapat memicu KID karena kerusakan integritas vaskuler yang luas.
KID adalah overaktivasi dari kaskade pembekuan dan sistem fibrinolitik,
sehingga menurunkan trombosit dan faktor pembekuan, yang menghasilkan
pembentukan beberapa bekuan fibrin di seluruh pembuuh darah tubuh bahkan
dalam mikrosirkulasi. sel darah akan dihancurkn ketika melewati pembuluh fibrin
yang tersumbat.
b. Gangguan pembekuan lain
Purpura trombositopenia aoutoimun (ATP) merupakan gangguan autoimun
dimana antibodi anti trombosit menurunkan rentang hidup trombosit.
Trombositopenia, kerentanan kapiler, dan peningkatan waktu perdarahan
merupakan tanda diagnostik gangguan ini.
ATP dapat menyebabkan perdarahan setelah kelahiran sesaria atau akibat
laserasi vagina atau laserasi serviks. Insiden perdarahan pascapartum di uterus
atau hematoma vagina juga meningkat pada ATP. Penyakit von Willebrand suatu
tipe hemofilia, kemungkinan merupakan gangguan pembekuan darah turunan
yang paling umum terjadi. Penyakit ini merupakan akibat faktor defisiensi VIII dan
disfungsi trombosit.

Referensi :

15
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM

Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Reeder, S., J, Martin L., L, Koniak-Griffin, D, 2011, Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. volume 2, EGC; Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1ed.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al, 2010 Williams Obstetrics. 23 rd ed. New York: McGraw-Hill
Medical;.

URAIAN MATERI II: INFEKSI MATERNAL


1. Penyakit Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang
disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin
yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis
ataupun sesama jenis.
2. Infeksi TORCH
Toxoplasmosis, other infections, rubella virus, citomegalovirus, and herpes
simplex viruses yang secara korelatif dikenal sebagai infeksi TORCH adalah suatu
kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan mempengaruhi
perkembangan janin.

3. Infeksi Pasca Post Partum


Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
merupakan infeksi klinis pada saluran genetalia yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan. Infeksi timbul akibat bakteri di vagina atau akibat pemaparan
agen patogen dari luar vagina. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa
membuka jalan timbulnya sepsis.
Infeksi pascapartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan
nifas (Prawirohardjo, 2005).
Mastitis. Mastitis atau infeksi payudara mempengaruhi 1% wanita
segera setelah melahirkan dan kebanyakan pada ibu yang baru pertama kali
menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang setelah
terjadi aliran susu. Organisme penyebab yang utama adalah S. aureus. Fiisura
di puting susu yang terinfeksi biasaya merupakan lesi awal dan diikuti

16
terkenanya sistem duktus. Peradangan edema dan pembengkakan payudara
segera akan menyumbat aliran ASI. Menggigil, demam, malaise dan nyeri tekan
pada payudara bisa ditemukan. Jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat
dapat menimbulkan abses pada payudara.

Referensi:
Andrews, G ,2010, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC; Jakarta
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Green, C., J .2012 Maternal newborn Nursing Care Plans. Second Edition. Malloy. Ins
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN III: PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN


1. Diabetes millitus
Diabetes millitus gestasional (DMG) merupakan penyulit pada 2-9% dari semua
kehamilan. DMG biasanya akan muncul kembali pada kehamilan berikutnya dan
berisiko terjadinya diabetes di kemudian hari. Faktor risiko klasik untuk DGM adalah
usia ibu di atas 25 tahun, riwayat kehamilan dengan DMG sebelumnya, kematian janin
dalam rahim sebelumnya yang tidak bisa dijelaskan riwayat keluarga dengan DM atau
DGM, obesitas berat (berat >90 kg) dan glukosa darah puasa di atas 140ml/dl atau
glukosa darah sewaktu di atas 200mg/dl. wanita dengan risiko tinggi untuk mengalami
DMG harus menjalani skiring glukosa pada kunjungan kehamilan dan pada usia
kehamilan 24 smpai 28 minggu bila skrining awal negatif ( lowdermilk et al, 2013).
DMG biasanya didiagnosis selama pertengahan kedua kehamilan. Ketika
kebutuhan gizi meningkat pada trimester kedua dan ketiga, asupan nutrisi ibu akan
menginduksi kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lama menetap tinggi.
pada waktu yang sama, resistensi insulin ibu juga meningkat karena efek antagonis
insulin dari hormon plasenta, kortisol dan pemberian insulin. Konsekuensinya,
kebutuhan insulin ibu akan meningkat sampai tiga kali lipat.
Sebagian besar ibu mampu meningkatkan produksi insulin untuk
mengompensasi resistensi insulin dan menjaga euglikemia. namun ketika pangkreas
tidak bisa lagi memproduksi insulin yang cukup atau insulin tidak digunakan dengan
efektif, maka akan terjadi diabetes millitus gestasional.

17
Tes toleransi glukosa oral (OGTT) 1 jam
(50 g)

Negatif (<130-140 mg/dl)


Positif (≥ 130-140 mg/dl)

Perawatan prenatal
rutin OGTT 3 jam (100 g)

Negatif Positif DM gestasional


dua atau lebih ditemukan
Puasa ≤ 95 mg/dl
1 jam ≤ 180 mg/dl
2 jam ≤ 155 mg/dl
3 jam ≤ 140 mg/dl

Gambar 11. Skrining dan diagnosis Diabetes Gestasional.

18
1. Hiperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi pada
kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat juga
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih 6 minggu setelah
HPHT dan berlangsung kurang lebih selama 10 minggu. (hanifa Winknjosastro, 2006)
Hyperemesis gravidarum merupakan vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil dan menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. (Bobak dkk, 2005)
Komplikasi mual dan muntah terjadi 80% seluruh kehamilan, biasanya dimulai
pada minggu keempat kehamilan. gejala ini biasanya berlangsung hingga 20 minggu
pertama kehamilan. penyebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum
dipahami, mungkin terkait dengan rileksasi otot halus lambung dan peningkatan
kadar estrogen, progesteron serta human chorionoc gonadotropin (hCG).
1. Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang
membutuhkan evaluasi seksama. Hipertensi dari pengertian katanya berasal dari kata
Latin yaitu hyper yang artinya super atau luar biasa dan kata tensio yang berarti
tekanan atau tegangan, jadi hipertensi berarti tekanan darah tinggi. Budiyanto (2002)
mendefinisikan bahwa tekanan darah sistolik (angka atas) sama dengan tekanan
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri. Tekanan sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat
pengukur tekanan darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika
tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali, tekanan
diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi.
Menurut Poole (dalam Jesen, 2005) memberikan definisi tentang hipertensi
kehamilan yang lebih mendalam, yaitu :
a. Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan
tekanandiastolik 15 mmHg di atas nilai tekanan darah dasar ibu.
b. Peningkatan MAP sebesar 20 mmHg atau jika tekanan darah sebelumnyatidak
diketahui, MAP sebesar 105 mmHg merupakan dasar pasti diagnosishipertensi.
c. Peningkatan darah terjadi minimal dengan 2 kali pemeriksaan, jarak 4 – 6
jam,dengan teknik dan alat yang standar.
Menurut Tiran (2007) hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan menjadi dua
bentuk antara lain:
a. Hipertensi esensial, Hipertensi esensial yaitu tekanan darah tinggi yang sudah ada
sebelum pembuahan.

19
b. Hipertensi gestasional, Hipertensi gestasional yaitu tekanan darah tinggi yang
terjadi karena kehamilan atau akibat kehamilan.
Menurut Poole (dalam Jesen, 2005) memberikan klasifikasi hipertensi
pada kehamilan antara lain:
a. Pereklampsia – eklamsia (hipertensi yang khas bagi kehamilan), Pereklamsia
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimanahipertensi terjadi setelah
minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memilikitekanan normal.
b. Eklampsia yaitu terjadinya kejang pada pasien disertai tanda atau
gejalapreeklampsia.
c. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang
menetap lebih dari enam minggu setelah melahirkan juga diklasifikasi sebagai
d. Hipertensi kronis.
Hipertensi kronis disertai preeklampsia – eklampsia Ibu yang mengalami hipertensi
kronis bisa mengalami preeklampsia atau eklampsia. Diagnosis preeklampsia
pada hipertensi kronis ini dibuat berdasarkanpeningkatan tekanan darah yang
disertai proteinuria (adanya protein dalam urin) atau edema umum (penimbunan
cairan dan berlebihan pada jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakkan kaki, jari tangan, dan muka).
e. Hipertensi sementara
Hipertensi sementara ialah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24
jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi kronis lain. Kehadiran
hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial dikemudian
hari.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan maka dapat
disimpulkan bahwa ibu hamil hipertensi adalah ibu hamil yang mengalami kenaikan
tekanan darah sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah
diastolik 15 mmHg, atau tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi pada kehamilan itu sendiri mempunyai dua
bentuk antara lain: 1) Hipertensi esensial yaitu hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan atau hipertensi yang muncul sebelum usia kehamilan 20 minggu. 2)
Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau hipertensi
yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu.
Resiko Hipertensi Selama Kehamilan
a. Penurunan aliran darah ke plasenta

20
Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah bayi akan kekurangan
oksigen dan gizi ibu hamil yang dikonsumsi, sehingga asupan menjadi lebih
sedikit. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi lambat, sehingga
dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah atau kemungkinan untuk lahir
prematur. Prematur sendiri dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi.
2. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai kadar hematokrit, konsentrasi Hb , atau hitung
eritrosit di bawah batas normal. Ibu hamil dianggap anemia apabila kadar Hb < 11g/dL
pada trisemester I, < 10,5 g/dL pada trisemester II dan < 11 g/dL pada trisemester III.
WHO menggelompokkan anemia pada kehamilan menjadi normal hemoglobin (> 11
g/dL), anemia ringan (9 - 10,9 g/dL), anemia moderat (7 - 8,9 g/dL) dan Hb < 7 g/dL.
Anemia merupakan keadaan medis yang sering dijumpai pada kehamilan. Hal
ini terjadi karena proses fisiologis maupun patologis. Secara fisiologis anemia terjadi
proses peningkatan volume plasma yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan produksi eritrosit. Penyebab anemia pada kehamilan antara lain defisiensi
zat nutrisi, hemoglobinopati, proses inflamasi, tosisitas kimia dan keganasan. Anemia
berdampak pada peningkatan morbiditas dan mortalitas baik pada maternal dan
perinatal.
Pada plasenta previa oleh karena pembentukan segmen bawah rahim secara
ritmik terjadi pelepasan plasenta berulang. Hal ini menyebabkan perdarahan berulang
dan semakin banyak yang tidak dapat dicegah sehingga ibu mengalami anemia
bahkan syok.
Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

Uraian IV: Persalinan Berisiko


1. Distosia
Distosia merujuk pada kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan
berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada
mekanisme persalinan, tenaga/kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau
masalah psikis. Distosia merupakan indikasi paling umum dilakukannya persalinan
seksio sesarea.

21
2. Prematur
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu. penyebab persalinan prematur tidak diketahui, namun
beberapa studi yang dilakukan menunjukkan kondisi tertentu yang dihubungkan
dengan terjadinya persalinan prematur yaitu antara lain:
a. Distensi uterus yang berlebihan yang disebabkan oleh kondisi seperti
polihidroamnion dan kehamilan kembar.
b. Anomali uterus
c. Riwayat pembedahan uterus
d. Pernah atau mengalami aktivitas uterus dini
e. Anomali pada janin
f. Infeksi maternal
g. Wanita pengguna kokain
h. Merokok
i. Stres psikologis

22
3. Postmatur

Bayi disebut postmatur bila baru lahir setelah lebih dari 42 minggu di dalam
rahim. Insiden kelahiran postmatur jauh lebih umum daripada premature, sekitar 7 %
bayi dilahirkan postmatur, meskipun faktanya mungkin tidak semuanya betul -betul
postmatur. Sebagian bayi yang diduga postmatur sebenarnya karena kesalahan dalam
menghitung awal kehamilan, hanya sekitar 2-3% yang betul-betul postmatur. Risiko
bayi postmatur Seperti halnya bayi premature, bayi postmatur memiliki potensi
masalahnya sendiri yang bisa berbahaya untuk kesehatan dan kelangsungan
hidupnya.
Setelah melewati 42 minggu kehamilan, plasenta biasanya telah menyusut
sehingga lebih sedikit nutrisi dan oksigen yang tersalurkan ke bayi. Bayi yang terus
tumbuh juga membuat cairan ketuban semakin berkurang. Ketika hal ini terjadi, tali
pusat dapat terjepit saat bayi bergerak atau rahim berkontraksi. Hal ini juga dapat
mengganggu pasokan nutrisi dan oksigen ke bayi. Sebagai kompensasi, bayi mulai
menggunakan lemak dan karbohidrat sendiri untuk menyediakan energi. Tingkat
pertumbuhannya menjadi lambat dan kadang-kadang berat badannya bahkan mungkin
menurun. Bayi postmatur rentan untuk mengembangkan kadar gula darah rendah
(hipoglikemia) karena mereka telah kehabisan simpanan lemak dan karbohidrat.
Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

23
URAIAN MATERI V: KELUARGA BERENCANA
Kontrasepsi merupakan suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menunda kesuburan,
menjarangkan kehamilan dan menghentikan kesuburan seseorang baik secara alamiah
maupun dengan menggunakan obat-obatan atau alat-alat tertentu.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. (Risyadi, 2001)

Gamabar 11. Jenis-jenis kontrasepsi

Dalam memilih alat kontrasepsi, maka seseorang harus mempertimbangkan


beberapa syarat. Adapun syarat-syarat metode kontrasepsi yang baik adalah
:aman/tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah
dikerjakan oleh dokter, murah, dapat diterima oleh orang banyak serta pemakaian
jangka lama. Jenis-jenis kontrasepsi terdiri dari : kontrasepsi alamiah, metode
kontrasepsi pertahanan/sederhana, kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi dalam
rahim dan metode kontrasepsi mantap.

24
Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM
Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting ed.6, 717. Jakarta : PT. Elex Media Computa Saifuddin, A.B. 2006.
Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi Pk-54-PK58. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo

URAIAN MATERI VI: GANGGUAN MENSTRUASI


a. Amenorrhoe

b. Dismenore
c. Endometriosis
d. Polimenore
e. Menorrhagia
f. Metrorrhagi
Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI VII: INFEKSI RADANG PANGGUL


Infeksi yang lebih komplek, penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
/PID) merupakan suatu infeksi umum pada organ pelvis dan struktur penyokong vaginan
atau bahkan mengenai uterus, tuba falopii dan ovarium (Bobak et al, 2005 & Reeder, et
al, 2011) Organisme penyebab dapat meliputi N. gonorea, C. Trachomatis, M. Hominis,
bakteri fakultatif gram negatif. bakteri anaerob dan streptokokus. infeksi menjalar naik
dari vagina, serviks atau uterus menyebabkan penyebaran infeksi sampai ke panggul(
Reeder, et al, 2011).
Gejala PID meliputi nyeri abdomen bawah, demam, peningkatan kram menstruasi,
aliran mens berat dan berbau tidak sedap dan malaise, terjadi dispareunea dan defekasi
yang sangat nyeri. Hasil peeriksaan didapatkan nyeri tekan pada serviks atau uteri dan
rasa penuh dan nyeri tekan adneksa.

25
Komplikasi PID meliputi abses tuba ovarium, abses pelvis, sumbatan pada tuba
dan infertilitas. pada 25%-30% panderita PID dapat terjadi infeksi perihepatitis (sindrom
Fitz-Hugh-Curtis), gejalanya meliputi nyeri pleuritis di kuadran kanan atas yang
membatasi ekspansi parudan temuan serta gejala PID yang umum.
Dalam menegakkan doagnosa medis dilakukan pemeriksaan diagnostik meliputi:
sediaan apus serviks yang diberi pewarna gram dengan diplokokus gram - negatif intra
seluler (gonorea), spesimen serviks untuk gonorea dan enzim immuno assay (EIA)
chlamedia., hitung sel darah putih menunjukkan leukositosis (SDP>10.000/mm 2),
peningkatan protein C-reaktif dan laju endap darah serta laparoskopi. Penatalaksanaan
biasanya pemberian antibiotik, untuk menghilangkan nyeri dilakukan duduk rendam air
hangat serta bedrest.

URAIAN MATERI VIII: INFERTILITAS


Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak dialami oleh 15-20% orang
dewasa yang sehat. Gangguan konsep diri seksual sering kali dialami individu. Pasangan
yang meminta bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah memutuskan untuk
memiliki seorang anak. Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidak mampuan
untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa pelindung. Gangguan fertilitas bersifat primer jika wanita tersebut belum
pernah hamil atau jika pria belum membuat wanita hamil. Gangguan bersifat sekunder
jika wanita pernah mengandung sekurang-kurangnya satu kali, tetapi tidak pernah
berhasil hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan kandungan.
Sebab-sebab yang mungkin terjadi meliputi tren menunda kehamilan sampai usia
tertentu, dimana pada usia tersebut fertilitas telah menurun secara alami. Sebab lain
karena penyakit infeksi radang panggul dan peningkatan penyalah gunaan substansi.
Agen lingkungan seperti pestisida dan timbal secara negatif mempengaruhi sistem
reproduksi wanita dan pria.
Diagnosa dan terapi gangguan fertilitas membutuhkan investigasi fisik, emosi dan
finansial selama suatu priode yang panjang. Keyakinan pribadi, nasihat tenaga medis dan
stres emosi merupakan faktor-faktor kritis yang mempengaruhi keputusan dalam
menetapkan terapi infertilitas yang akan dilakukan.
a. Investigasi infertilitas wanita
Tabel 3. Tes gangguan fertilitas
Tes/ pemeriksaan Pengaturan waktu (hari Rasional
siklus menstruasi)

26
Histerosalpingogram 7-10 Fase proliferatif dini folikuler lanjut, tidak
akan menggangu ovum yang vertil, dapat
membuka tuba sebelum waktu ovulasi
Pascacoitus(tes huhner) Aliran lendir serviks Fase proliferatif lanjut ovulasi mencari
puncak sperma motil normal didalam lendir serviks
Reaksi antibodi antigen Tes imunologi untuk menentukan interasi
imobilisasi sperma sperma dan lendir serviks
Pengkajian lendir serviks Lendir serviks harus memiliki viskositas
yang rendah
Observasi ultrasound Ovulasi Folikel kolaps terlihat setelah ovulasi
kolaps folikuler
Pemeriksaan serum 20-25 Fase mid-sekresi midluteal-memeriksa
progesteron plasma keadekuatan produksi progesteron korpus
luteal
Temparatur basal tubuh Terjadi peningkatan sebagai respon
terhadap progesteron
Biobsi endometrium 26-27 Fase sekresi lanjut, luteal lanjut-
memeriksa respon endometrium terhadap
progesteron dan keadekuatan fase luteal.
b. Investigasi infertilitas pria
Investigasi gangguan infertilitas pada pria juga dimulai dengan pengkajian riwayat
kesehatan menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Kegagalan reproduksi pria dapat
disebabkan oleh banyak kesulitan seperti gangguan psikologis, endokrin, dan
gangguan nutrisi, pajanan bahaya reproduksi, penyalah gunaan zat, konsumsi
alkohol yang dapat memicu masalah ereksi.

Tabel 3. Analisa semen


1. Keenceran : biasanya lengkap dalam 10-20 menit
2. Volume semen : 2-5 ml (rentang 1-7 ml)
3. Keasaman semen (pH) : 7,2-7,8
4. Densitas sperma : 20 -200 jt/ml
5. Morfologi normal(%) : ≥ 60% ovum normal
6. Motilitas (pertimbangan penting dalam evaluasi sperma)
≥50% normal
7. Hitung sel : 60 jt atau lebih/ml atau total 150-200 atau lebih/ml
per ejakulasi
8. tes penetrasi ovum

Referrensi:

Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

27
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI IX: KLIMAKTERIUM


a. Pengertian
Klimakterium mengacu pada periode kehidupan seorang wanita saat dia
berpindah dari tahap reproduktif ketahap tidak reproduktif, disertai regresi fungsi
ovarium. Pramenopause adalah fase pertama klimakterium saat fertilitas menurun dan
menstruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung beberapa bulan atau beberapa
tahun. Gejala-gejala yang menganggu, seperti ketidakstabilan vasomotor, keletihan,
nyeri kepala, serta gangguan emosi, dapat timbul selama fase ini.
Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus
menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Penyebab
menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual
seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan
berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi (AACE medical
guidelines, 2009).
Perimenopouse yang secara kasar merupakan periode yang sama dengan
klimakterium, meliputi pramenopouse, menopause, serta sekurang-kurangnya satu
tahun setelah menopause
Pascamenopouse adalah fase setelah menopause, ketika gejala-gejala yang
terkait dengan penurunan hormone ovarium, seperti atrofi vagina dan osteoporosis
dapat terjadi.

Referensi:
Cooper GS, Baird DD, Darden FR,.2011. Measures of menopausal status in relation to demographic,
reproductive, and behavioral characteristics in a population-based study of women aged 35-49
years. Am J Epidemiol;153:1159-65.
Ej, K. et al., 2011. Oestrogen and progestogen hormone replacement therapy for peri-menopausal and post-
menopausal women : weight and body fat distribution ( Review ).
Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC,. 2012. Production and actions of estrogens. N Engl J
Med ;346:340-52
Hogervorst, E. et al., 2009. Hormone replacement therapy to maintain cognitive function in women with
dementia ( Review ).
Hosking D, Chilvers CED, Christiansen C, Ravn P, Wasnich R, Ross P, et al., 2008,. Prevention of bone loss
with alendronate in postmenopausal women under 60 years of age. N Engl J Med;338:485-92
McNagn,. 2009. Prescribing hormone replacement therapy for menopausal symptoms. Ann.Intern
Med:131;606-15
Nawaz H, Katz DL,.2007. American college of preventive medicine practice policy statement: perimenopausal
and postmenopausal hormone replacement therapy. Am J Prev Med;17:250-53
Ortmann, O. & Lattrich, C., 2012. The Treatment of Climacteric Symptoms. , 109(17), pp.316–325.

28
Polisseni, A.F. et al., 2013. Effects of a continuous-combined regimen of low-dose hormone therapy
(oestradiol and norethindrone acetate) and tibolone on the quality of life in symptomatic
postmenopausal women: a double-blind, randomised study. Maturitas, 74(2), pp.172–8. Available
at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23201326 [Accessed May 28, 2014].

URAIAN MATERI X: TRAUMA MELAHIRKAN


a. Inkontinensia urine
Banyak wanita mengalami kebocoran urine yang tidak dapat dikendalikan
akibat cidera saat melahirkan. Kondisi-kondisi yang menganggu pengontrolan urine
meliputi stress urinariy incontinence, akibat peningkatan tekanan intraabdomen
yang tiba-tiba ( misalnya tekanan mendadak yang timbul pada saat bersin atau
batuk)
Inkontinensia urin terjadi jika tekanan intravesikal leih tinggi dari tekanan
penekanan uretra. sekitar 46% wanita mengeluh inkontinensia saat hamil. namun
proses melahirkan juga mengakibatkan kejadian inkontinensia urine. kejadian saat
intepartum dapat mempengaruhi fungsi saluran kemih bagian bawah diantaranya
metode melahirkan, lama persalinan, dan berat badan bayi. kala I persalinan yang
lama dan kala aktif (mengejan) yang lama dapat menyebabkan kerusakan spingter
uretra. perubahan posisi serviks saat proses melahirkan dapat mengakibatkan otot
penyokong dan ligamen meregang, yang dapat menyebabkan gangguan
mekanisme penutupan spingter uretra.
Penatalaksanaan kandung kemih ynag buruk saat persalinan dapat
mengakibatkan kesulitan berkemih, seperti inkontinensia overflow, terutama jika
dilakukan pemberian analgetik epidural. persalinan menyebabkan penurunan
sensasi kandung kemih. jika penurunan sensasi kandung kemih disertai pemberian
analgetik epidural dapat menyebabkan overdistensi kandung kemih, kecuali haluan
urine di pantau secaran seksama. episode tungga overdistensi detrusor dapat
menyebabkan kesulitan berkemih jangka panjang sehingga mungkin perlu
dilakukan kateterisasi intermiten jangka panjang.
Wanita yang mengalami seksio sesaria jarang mengalami kerusakan
spingter uretra, yang merupakan penyebab utama inkontinensia stress pasca post
partum.Trauma pada badan perenium, perenium dan lapisan dasar panggul, yang
terjadi akibat peregangan berlebihan, forsep, robekan atau episiotomi dapat
menyebabkan kerusakan saraf pudenda. devernasi menyebabkan kehilangan
sensasi dan kemampuan melatih otot-otot tersebut (Andrews, 2010).
b. Fistula genetalia

29
Fistula adalah hubungan yang abnormal antara satu visera berlubang dan
visera lain atau dari satu visera berlubang ke bagian luar. Fistula genetalia dapat
timbul diantara kandung kemih serta traktus genetalia (mis. vesikovaginalis, antara
ureter dan vagina (ureterovaginalis) serta rektum atau kolon sigmoid dan struktur
lain (mis. enterovesikali).

Gambar 5. Tipe- tipe fistula yang terdapat pada vagina, uterus serta rektum.
Penatalaksanaan keperawatan. Pengkajian befokus pada traktus
genitourinarius, organ-organ reproduksi, defekasi dan faktor psikososial serta
seksual. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
dilakukan untuk menegakkan diagnosa. Pengetahuan wanita tentang gangguan,
penatalaksanaannya dan kemungkinan prognosis juga dikaji.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain masalah fisik seperti
konstipasi atau diare berhubungan dengan perubahan anatomi. Nyeri akut
berhubungan dengan sokongan pelvis/kesulitan eliminasi dan resiko cedera.
Diagnosa psikososial meliputi ansietas berhubungan dengan prosedur bedah,
gangguan citra tubuh, harga diri rendah berhubungan dengan perubahan antomi
dan fisiologi.
Intervensi keperawatan ditekankan pada upaya memberi penyuluhan
kepada tentang akibat dan resiko melahirkan. sebelum pulang dari rumah sakit ibu
harus diinformasikan tentang tanda masala yang terjadi.
Referensi :
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC:
Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice,
seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik, edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

30
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2, Elsevier;
singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta. TIM

URAIAN MATERI XI: Keganasan sel (Kanker payudara)


Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau lobulus
payudara (Suyatno & Pasaribu, 2014). Kanker adalah proses penyakit yang bermula
ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini
membentuk klon dan mulai berpoliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal
mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker payudara merupakan tumor malignan yang muncul di dalam sel pada payudara.
Tumor malignan adalah sekelompok sel-sel kanker yang tumbuh di dalam (terinvasi) di
seluruh jaringan atau menyebar (metastasis) di beberapa area pada tubuh (American
Cancer Society, 2015).
Penyebab kanker payudara secara pasti belum diketahui. Penyakit ini adalah
penyakit heterogen yang kemungkinan besar berkembang sebagai hasil dari banyak
faktor (Newton et. al., 2009). Faktor risiko kanker payudara adalah:
a. Jenis kelamin wanita. Insiden kanker payudara pada wanita dibanding pria lebih dari
100:1. Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara
sepanjang hidupnya.
b. Usia menurut National Cancer Institute’s Surveillance Epidemiology and End Result
Program, insiden kanker payudara meningkat cepat selama dekade ke- 4 kehidupan.
Setelah menopause insiden terus meningkat tapi lebih lambat, puncak insiden pada
dekade kelima dan keenam dan level terendah pada dekade keenam dan ketujuh.
Satu dari 8 penderita kanker payudara berusia kurang dari 45 tahun dan berkisar 2/3
penderita kanker payudara berusia lebih dari 55 tahun.
c. Riwayat keluarga: pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara
kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak mempunyai faktor
risiko ini. Pasien dengan keluarga tingkat pertama pre menopause menderita
bilateral breast cancer, mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat
pertama post menopause menderita bilateral breast cancer mempunyai risiko 4-5,4
kali.
d. Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih risiko 2 kali dibanding wanita
yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
e. Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor risiko untuk payudara
kontralateral. Risiko ini meningkat pada wanita usia muda.
f. Predisposisi genetikal. Risiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker payudara.

31
Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi
4, EGC: Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and
Practice, seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2,
Elsevier; singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC.
Jakarta. TIM
Wong, Perry & Hockenberry (2003) Maternal Child Nursing Care. st Loui: mosby, inc
Kenneth,I. 2009. Obstetri William: Panduan ringkas, Edisi ke-21. Jakarta: EGC.
Kenneth JL. W illiams Manual of Pregnancy Complication. McGraw Hill Co, 13 th Ed, 2013 New
York:Kenneth,2013).

B. PRAKTIKUM
Praktikum I: Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Kasus Pemicu 1 (Papsmear dan IVA)
Perempuan usia 30 tahun datang ke poliklinik kebidanan dengan keluhan keluar
darah dari kemaluan, terasa sakit saat berhubungan serta keluar lendir dan gatal di
alat kelaminnya sejak 2 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan didapatkan area genetalia
memerah, mengeluarkan darah, cairan kuning keruh dan terdapat lesi pada bagian
serviks.
Apakah pemeriksaan lain yang harus dilakukan pada kasus tersebut ?

Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah :


a. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut (Bahas data Fokus)
b. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut
c. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut

1. Pengertian
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi
visual pada serviks dengan menggunakan asam asetat (IVA).
2. Persyaratan mengikuti tes IVA
Adapun persyaratan mengikuti tes IVA adalah:
a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b. Tidak sedang haid
c. Tidak sedang hamil
d. Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelumnya

32
3. Alat dan bahan
a. Meja/ tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.
b. Terdapat sumber cahaya (lampu sorot) untuk melihat serviks
c. Spekulum vagina
d. Asam asetat (3-5%)
e. Larutan klorin 0,5%
f. Swab-lidi berkapas
g. Sarung tangan
4. Prosedur kerja
a. Jelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan.
b. Jaga privasi dan kenyamanan pasien
c. Baringkan pasien dengan posisi litotomi
d. Beri pencahayaan yang cukup untuk menilai adanya kelainan pada vagina.
e. Masukkan spekulum ke dalam vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
f. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, gunakan kapas steril basah untuk
menyerapnya.
g. Teteskan larutan asam asetat 3-5% pada leher rahim dengan menggunakan
pipet atau kapas lidi.
h. Perhatikan reaksi pada leher rahim setelah satu menit.
i. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif
terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang
membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan
protein tinggi berubah warna menjadi putih.
j. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi berarti
hasilnya negatif.
k. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
l. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan
spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
m. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto
white epithelium.
n. Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy
(pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan

33
teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli kandungan.Serviks yang
diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%.
Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam
asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel
abnormal.

Format penilaian prosedur IVA

Score
No Aspek/komponen yang dinilai
0 1 2
1 Jaga privasi dan kenyamanan pasien
2 Jelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan
3 Baringkan pasien dengan posisi litotomi

4 Beri pencahayaan yang cukup untuk menilai adanya kelainan pada


vagina
5 Masukkan spekulum ke dalam vagina pasien secara tertutup, lalu
dibuka untuk melihat leher rahim
6 Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, gunakan kapas steril
basah untuk menyerapnya
7 Teteskan larutan asam asetat 3-5% pada leher rahim dengan
menggunakan pipet atau kapas lidi.
8 Perhatikan reaksi pada leher rahim setelah satu menit.

9 Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,


kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna
menjadi putih.
10 Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi
bearti hasilnya negatif.
11 Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.

12 Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan


klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif,
masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
13 Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelium.
14 Hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy
(pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan
menggunakan teknik pap smear atau gynescopy oleh dokter ahli
kandungan.Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan
merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang
sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Keberadaan bercak putih ini menunjukkan
adanya sel abnormal.
15 Bereskan alat
16 Cuci tangan
17 Dokumentasi

keterangan :
Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%

34 Jumlah Aspek Yang Dinilai


0 : Tidak dilakukan

1 : dilakukan sebagian

2: dilakukan secara benar

Praktikum II: Papsmear


1. Wanita yang berisiko mengalami kanker rahim :
a. Pengidap virus HIV
b. Perokok berat
c. Menikah di usia muda
d. Memiliki banyak anak
e. Sering berganti pasangan seksual
2. Hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani pemeriksaan papsmear:
a. Tidak sedang menstruasi.
b. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari
pertama haid terakhir.
c. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai
pengobatan tuntas.
d. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan
pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan.
e. Dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap
Smear
3. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining)
dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah.
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya
memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear
dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap
Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali
wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan meliputi
- Spekulum bivalve (cocor bebek)
- Spatula ayre

35
- Kaca objek yang telah diberi label atau tanda
- Alkohol 95%.
- Sarung tangan
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
serviks uterus, dan kanalis servikalis.
d. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks untuk mengambil
cairan serviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam.
f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek dengan membentuk sudut
45˚ satu kali usapan.
g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli
patologi anatomi.

5. Interpretasi hasil Papsmear


Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993),
yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya
keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai
sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
e. Kelas V : keganasan.

Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi
4, EGC: Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and
Practice, seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2,
Elsevier; singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC.
Jakarta. TIM

36
Praktikum II: Penyuluhan Alat Kontrasepsi
Kasus 2 (Konseling KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi)
Ibu usia 26 tahun datang ke puskesmas bermaksud menggunakan alat kontrasepsi, saat
ini pasien mempunyai 1 orang anak laki-laki usia 8 bulan dan masih menyusu. Ibu
menginginkan alat kontrasepsi yang dapat mengembalikan kesuburan segera setelah
pemberhentian penggunaan alat kontrasepsi dan tidak mengganggu hubungan intim, serta
tidak menggangu untuk tetap bisa menyusui anaknya.
Berdasarkan kasus diatas, manakah kontrasepsi yang tepat bagi ibu Y?
Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah :
1. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut
2. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut
3. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut

Skenario Praktikum kasus 2 (Pendidikan Kesehatan KB)

Pasien : (Datang ke Poliklinik Kandungan dan Kebidanan beserta suami), pasien


saat ini 6 bulan pasca persalinan, di depan ruangan pasien mengucapkan
salam, assalamualaikum...

Perawat : (Menjawab salam, Selamat pagi bu,, silahkan duduk,,ada yang


bisa dibantu?

Pasien : Oh ya,,, saya datang kesini beserta suami ingin berkonsultasi...

Perawat : Oh ya bu... ada masalah dengan kehamilan ibu?

Pasien : Begini bu...saya beserta suami berencana menunda kehamilan


berikutnya, tetapi saat ini saya dan suami belum mengetahui apa jenis
kontrasepsi yang cocok untuk kami gunakan. dan saat ini saya hari pertama
menstruasi setelah persalinan

Perawat : Oh,,,baik lah, kalau begitu saya akan menjelaskan jenis –


jenis kontrasepsi, keuntungan serta efek samping, dan kontraindikasi yang
ada pada kontrasepsi tersebut (Perawat menjelaskan jenis
kontrasepsi hormonal dan nonhormonal) dan memperlihatkan jenis dan
bentuk kontrasepsi, waktu pemakaian, dll

Pasien : Oh,,,baiklah,,,kalau begitu kami lebih milih kontraspsi IUD untuk 4 tahun,,

37
Suami pasien : Ya bu.. saya juga merasa lebih aman untuk isteri saya dengan
jenis kontrasepsi tersebut, saya sangat mengerti sekarang tentang
kontrasepsi, Terimakasih atas penjelasannya y bu.

Perawat : Baiklah... saya akan mempersiapkan alat untuk


pemasangan kontrasepsinya dulu ya bu...

1. Tujuan
b. Memberikan informasi kepada semua Calon akseptor KB tentang jenis-jenis
kontrasepsi.
c. Memberikan informasi kepada semua Calon akseptor KB tentang kelebihan dan
kekurangan setiap jenis kontrasepsi.
2. Prosedur tindakan
a. Mengucapkan salam
b. Menanyakan pada responden informasi tentang dirinya
c. Bantu pasien untuk berbicara mengenai tentang pengalaman KB dan kesehatan
reproduksi, selama kehidupan keluarganya. Menanyakan apakah telah pernah
menggunakan kontrasepsi sebelumnya
d. Menguraikan materi kepada responden mengenai pentingnya partisipasi suami
dalam program KB.
e. Menguraikan materimengenaiefektifitas masing-masing metode kontrasepsi
f. Membantu responden menentukan pilihannya dengan memberikan penjelasan
yang sesuai dengan kondisi reproduksi saat ini atau pengalaman sebelumnya
g. Doronglah untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan
dan tanggapilah secara terbuka
h. Menjelaskan kembali secara lengkap bagaimana efektifitas kontrasepsi
i. Mengingatkan kembali kepada responden untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan sesuai dengan jenis kontrasepsi yang telah dipilih
j. Dokumenta
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG ALAT KONTRASEPSI

Topik : Alat kontrasepsi


Sub Topik :
Sasaran : Pasangan usia subur desa A
Hari/Tanggal : ……, …….2018
Jam : 15.00 wib - selesai

38
Waktu : 35 menit
Tempat : Balai desa A

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Pasangan suami-
istri dapat menginformasikan dan mengetahui tentang jenis-jenis alat
kontasepsi KB
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan keluarga Tn.K mengerti
mengenai kontasepsi dan jenis- jenis kontasepsi.
2. Pokok Materi
a. Menjelaskan pengertian kontrasepsi
b. Menjelaskan jenis-jenis kontrasepsi
c. Menjelaskan keunggulan dan efeksamping dari kontrasepsi.

3. Estimasi Waktu : 1 x 35 menit


4. Metode
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa:
a. Ceramah
b. Tanya jawab.
5. Persiapan
a. Menyiapkan pokok bahasan.
b. Menyiapkan alat pembelajaran “SAP, lembar balik dan leaflet”.
c. Menyiapkan tempat.
6. Susunan Proses Pelaksanaan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
a. Memberi Salam a. Menjawab Salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan
Pembelajaran d. Berpartisipasi
d. Melakukan kontrak e. Berpartisipasi
penyuluh
e. Melakukan apersepsi

1. 20 Menit Kegiatan Penyuluhan :


Mempresentasikan materi

39
a. Definisi kontrasepsi a. Menyimak dan
b. Jenis-Jenis kontrasepsi memperhatikan
c. Menjelaskan keunggulan dan
efeksamping dari kontrasepsi
d. Memberikan kesempatan
bertanya. b. Mengajukan
e. Menjawab pertanyaan pertanyaan

c. Mendengarkan
2. 10 menit Evaluasi
a. Memberikan pertanyaan a. Menjawab
kepada audien pertanyaan
b. Menyimpulkan materi
c. Salam penutup b. Mendengarkan
c. Salam

7. Setting Tempat

Ket: = Penyaji
= Audien

8. Metode Evaluasi
Evaluasi struktur
1) SAP dan materi sudah disiapkan.
2) Media (lembar balik, leaflet) sudah dipersiapkan.
3) Waktu dan tempat sudah disiapkan.
Evaluasi proses
1) Audiens aktif.
2) Proses penyajian sesuai waktu
3) Media digunakan sesuai dengan kebutuhan.
4) Penyaji melakukan kegiatan sesuai dengan perannya.
5) Diakhir kegiatan sudah di evaluasi hasil kegiatan.
3. Evaluasi hasil
a. Memahami definisi dari kontrasepsi
b. Memahami jenis – jenis kontrasepsi
c. Memahami keunggulan dan efek samping dari kontrasepsi
d. Memahami kapan penggunaan dari kontasepsi
9. Daftar Pertanyaan

40
a) Jelaskan definisi kontrasepsi?
b) Jelaskan jenis – jenis kontrasepsi?
10. Daftar Jawaban
a) Kontrasepsi merupakan suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menunda kesuburan,
menjarangkan kehamilan dan menghentikan kesuburan seseorang baik secara
alamiah maupun dengan menggunakan obat-obatan atau alat-alat tertentu.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.
b) Jenis-jenis kontrasepsi :
a. Kontrasepsi alamiah
b. Kontrasepsi sederhana
c. Kontrasepsi hormonal
d. Kontrasepsi mantap

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PENYULUHAN KB

Score
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Prosedur
1 Mengucapkan salam
2 Menjelaskan tujuan
Tindakan
3 memberi salam kepada responden
4 Menanyakan data diri klien
Bantu klien untuk berbicara mengenai tentang pengalaman KB dan
5
kesehatan reproduksi
6 apakah telah pernah menggunakan kontrasepsi sebelumny
menguraikan materi kepada responden mengenai pentingnya
7
partisipasi suami dalam program KB
Menjelaskan efektifitas masing-masing metode kontrasepsi
1. KB alami : tidak tergantung pada alat atau pengobatan tertentu,
menggunakan system tubuh secara alami dan siklus menstruasi
untuk menghitung tanggal ovulasi.
2. Kondom pria Mencegah sperma mencapai serviks (leher
rahim) Kelemahan : Risiko bocor. Memerlukan rencana
terlebih dahulu, menimbulkan reaksi alergi pada wanita akibat
8 spermisida atau karet. Hanya dipakai sekali,
3. Pil KB Mengurangi sindroma pra menstruasi, jerawat,
perdarahan,
Kelemahan : Tidak dianjurkan untuk: wanita yang pernah
menderita kanker payudara atau mempunyai resiko
penggumpalan darah, penyakit hati, ginjal, perdarahan uterus
tanpa sebab, wanita perokok di atas 35 tahun, dan yang
sedang dalam pengobatan tertentu, penderita tekanan darah

41
tinggi, diabetes, migren, depresi, penyakit sickle sel (penyakit
kelainan darah), fibroid.
4. Implant : Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil.
Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Kelemahan : Tidak dianjurkan untuk: penderita penyakit hati,
kanker payudara, perdarahan tanpa sebab, penggumpalan
darah, penderita tekanan darah tinggi,
5. KB suntik : kesuburan akan kembali setelah 6-24 bulan suntikan
terakhir. Tidak boleh digunakan oleh wanita yang perneh
mengalami pembekuan darah, kanker payudara, ganguan hati,
perdarahan uterus tanpa sebab
6. Intra - Uterine Device (IUD): Efektivitas : IUD bentuk T = 99%,
tidak dianjurkan bagi wanita pernah menderita radang pinggul
atau kehamilan tuba. Dapat keluar dengan sendirinya. Kram,
sakit punggung, timbul bercak darah, menstruasi berat
7. Tubektomi: aman bagi kesehatan setelah prosedur dilakukan.
Tidak mengganggu hubungan intim.
Kelemahan: memerlukan operasi bedah. Prosedur ini hanya
untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan
punya anak lagi.

8. Vasektomi: Saluran vaas deferens yang berfungsi mengangkut


sperma dipotong dan diikat sehingga aliran sperma dihambat
tanpa mempengaruhi jumlah cairan semen.
Kelebihan :Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual,
produksi hormon.

Penilaian:
Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%
0 = Tidak dikerjakan
Jumlah Aspek Yang Dinilai
1 = Dikerjakan tapi sebagian

2 = Dikerjakan sempurna

Praktikum : Memberikan Injeksi Kontrasepsi

1. Pengertian
Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk
memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil.
Suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus
oleh sperma. Selain itu, Suntikan KB juga membantu mencegah sel telur menempel di
dinding rahim sehingga kehamilan dapat dihindari.
2. Jenis Kontrasepsi Injeksi
a) Suntikan KB 1 Bulan

42
Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon Medroxyprogesterone
Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate (hormon estrogen). Komposisi
hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi.
Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu
setelah melahirkan bila Anda tidak menyusui.
b) Suntikan KB 3 Bulan atau DMPA
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate
(hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap
3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode
menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada
yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml.
Contoh Obat Injeksi beserta Dosisnya
Beberapa contoh obat Injeksi yang biasa digunakan antara lain:
a. Depo Provera ( 3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12
minggu )
b. Noristeran ( 200 mg ) diberikan setiap 2 bulan ( 8 minggu )
c. Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat
diberikan setiap bulan.
3. Cara Pemberian
a. Waktu Pemberian
Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin, setelah keguguran (segera setelah
dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi),
dalam masa haid : hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
b. Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
Daerah bokong/pantat, daerah otot lengan atas efektivitas : Keberhasilannya
praktis 99.7 %.
4. Indikasi Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain
a. Jika pasien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau pasien telah
mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.
b. Kontrasepsi ini juga cocok untuk pasien yang menghendaki tidak ingin menggunakan
kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau pasien dengan kontra
indikasi pemakaian estrogen.
c. Pasien yang sedang menyusui.
d. Pasien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi
juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.
5. Kontraindikasi

43
a. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 10000 kelahiran).
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Sampai saat ini terjadinya
kanker payudara diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor genetika,
lingkungan dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen yang berlebih dalah tubuh.
Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitive terhadap estrogen pada wanita
yang terpapar estrogen dalam jangka waktu yang lama akan memiliki risiko yang
besar terhadap kanker payudara
d. Tidak dapat menerima terjadinya agnguan haid, terutama amenorea
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi, temuan sebuah studi terbaru penggunaan
kontrasepsi hormon tipe tertentu selama 5 tahun sebelum hamil terkait denagan risiko
berkembang menjadi diabetes mellitus. Risiko ini bervariasi tergantung pada tipe
progrestin dalam kontrasepsi hormonal.
6. Cara Penyuntikan Kontrasepsi Injeksi
a. Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg
Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan.
b. Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg sekali setiap 8
minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama ( = 3 kali suntikan
pertama ), kemudian untuk selanjutnya sekali setiap 12 minggu.
c. Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg secara
intramuskuler dalam-dalam di daerah pantat ( bila suntikan terlalu dangkal, maka
penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan
efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan massae pada tempat
suntikan.
d. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yamg telah dibasahi
dengan isopropyl alcohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, baru disuntik.
e. Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila terdapat endapan
putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya. Kontrasepsi
suntikan ini tidak perlu didinginkan.
f. Semua obat harus diisap kedalam alat suntikannya.

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR INJEKSI KB

Score
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Prosedur
1 Mengucapkan salam

44
2 Menjelaskan tujuan
4 Mencuci tangan
6 Menjaga privasi klien
7 Menjaga keamanan klien
8 Menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika keperawatan
Tindakan
Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat
9
dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan
Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg
sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan
10
pertama ( = 3 kali suntikan pertama ), kemudian untuk selanjutnya
sekali setiap 12 minggu
Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg
secara intramuskuler dalam-dalam di daerah pantat ( bila suntikan
11. terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung
lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan setiap
90 hari. Jangan melakukan massae pada tempat suntikan
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yamg telah
12 dibasahi dengan isopropyl alcohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai
kulit kering, baru disuntik.
Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila
13 terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara
menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan
14 Semua obat harus diisap kedalam alat suntikannya
15 Bereskan alat
16 Cuci tangan
17 Dokumentasi

Penilaian:
0 = Tidak dikerjakan Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%
1 = Dikerjakan tapi sebagian
Jumlah Aspek Yang Dinilai
2 = Dikerjakan sempurna
Referensi:

Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi
4, EGC: Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and
Practice, seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2,
Elsevier; singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC.
Jakarta. TIM

Praktikum III: Pemasangan kontrasepsi dalam Rahim


Kasus 3 (AKDR)
Ibu usia 38 tahun P2 A0 datang ke klinik PKBRS (poli KB) di damping oleh suaminya,
berencana untuk menunda kehamilan karena telah memiliki 2 orang anak yang sedang
beranjak dewasa, setelah berdiskusi pasangan tersebut menginginkan kontrasepsi yang
aman dengan penundaan kehamilan dalam jangka waktu lama, paling tidak selama 5 tahun

45
dengan pertimbangan usia ibu, efektif karena sekali pasang untuk jangka waktu yang lama,
tidak menyebabkan kegemukan dan minimnnya efek samping.
Berdasarkan kasus diatas, manakah kontrasepsi yang tepat bagi ibu tersebut?

Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah :


1. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut
2. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut
3. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut

46
1. Pengertian
IUD atau intrauterine device atau juga disebut dengan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang dimasukkan di dalam
rahim atau uterus melalui kanal serviks.
2. Jenis IUD
Terdapat 2 jenis IUD yang sering digunakan ,yaitu:
1) Progestasert
Dibuat oleh aiza pharmaceuticals. progestasert berisi hormon progesteron
38 mg pada tangkai vertikalnya dan akan dilepaskan rata-rata 5 mikro gram per
hari. Keuntungan penggunaan jenis ini adalah mengurangi keluhan dismenorrhea
dan jumlah darah yang keluar pada periode menstruasi kurang lebih sebanyak 40-
50 % dari keadaan normal karena progesteron menyebabkan hipoplsia pada
endometrium. kelemahan alat ini adalah harus diganti secara periodik.

2) Para Gard T38O A


Diproduksi oleh ortho phaemaceutical corporation Pada alat ini terdapat lilitan
kawat tembaga pada tangkai vertikalnya dan akan melepaskan unsure tembaganya
seta garam tembaga yang berpengaruh terhadap endometrium. keuntungan
penggunaan alat ini adalah dapat digunakan dalam waktu yang lama tidak
mempengaruhi metabolisme tubuh secara umum dapat diganti setelah 10 tahun
penggunaan dan angka ekspulsinya sangat rendah.

3. Indikasi IUD
IUD di rekomendasikan antara lain pada :
a. Wanita yang berusia > 35 Th
b. Wanita yang mempunyai satu pasangan hidup yang tidak tetap atau tidak
mempunyai risiko terhadap penularan penyakit seksual.

47
c. Wanita yang tidak mempunyai riwayat pelvisinflmmantorryDesease (PID)
d. Multipara
e. Tidak mempunyai pilihan sterilisasi permanen
f. Untuk wanita dengan DM merupakan pilihan yang terbaik.
g. Dapat digunakan pada wanita yang menyusui.
h. Efek kontrasepsi local
i. Tidak mempunyai efek pada metabolisme glukosa hepatik dan lipid
j. Dapat digunakan pada wanita yang di kontraindikasikan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal.
4. Kontra indikasi
Absolut kontra indikasi
a. PID aktif
b. Kanker serviks atau uterus
c. Diketahui atau suspek hamil
d. Nulli para karena dapat membuat pasien mempunyai resiko PID dan ke arah
infertilitas, selain itu juga karena pemasangan yang sulit melalui mulut serviks
dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma dan infeksi.

Relatif kontraindikasi
a. Hasil PAP SMEAR Abnormal
b. PID akut dan riwayat PID
c. Alergi terhadap tembaga pada pasien yang menggunakan Copper T.
d. Perubahan Immunosupresi misalnya pada pasien AIDS atau penggunaan
kortokosteroid.
e. Pasien yang mendapatkan terapi anti koagulan
f. Gangguan pembekuan darah
g. Stenosis servikal
h. Cervisitis dan vaginitis
i. Endometriosis
j. Perdarahan pada genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
k. Riwayat kehamilan ektopik
l. Leokorrhea atau peningkatan discharge vagina
m. Pasien atau patner mempunyai pasangan lebih dari satu.
n. Endometriosis post partum
5. Waktu pemasangan
Waktu pemasangan masih kontroversial

48
1) Dapat dilakukan setiap saat jika tidak terdapat semua kontra indikasi di atas
2) Pemasangan dilakukan saat menstruasi
3) Insersi akan lebih mudah karena kanal servikal dilubrikasikan oleh darah
menstruasi.
4) Pasien jelas tidak hamil
5) Mulut serviks sedang mengalami dilatasi
6) Kelemahannya darah menstruasi merupakan medium pertumbuhan bakteri
yang sangat baik sehingga meningkatkan terjadinya infeksi dan tingginya angka
ekspulsi
Pemasangan saat pertengahan siklus
1) Menstruasi mulut serviks dilatasi
2) Menggunakan proteksi pada Minggu-minggu sebelumnya
3) Setelah IUD sebelumnya dilepas
4) 4-8 Minggu post partum (dengan penggunaan proteksi pada Minggu
sebelumnya)
6. Persiapan sebelum pemasangan
a. Kaji riwayat lengkap
b. Adanya kontra indikasi
c. Riwayat penyakit jantung
d. Riwayat menstruasi
e. Discharge vagina
f. Tanda dan kehamilan
g. Patner seksual
h. Riwayat pengkajian penyakit menular
i. Lakukan pemeriksaan pelvis
a) Pada infeksi vulva vagina, dan serviks tidak terdapat tanda infeksi dan
stenosis servikal
b) Ukuran, bentuk uterus normal.
c) Tidak ada nyeri tekan dan masa pada saat dilakukan palpasi uterus
d) Tidak terdapat infeksi, kehamilan dan neoplasma
j. Lakukan konseling tentang keuntungan dan kerugian
k. Dorong pasien untuk bertanya
l. Minta pasien untuk mengisi informed consent
m. Jelaskan tentang prosedur
n. Jelaskan cara pencegahan kehamilan sampai pada saat pemasangan IUD
o. Lakukan test laboratorium :

49
i. Pemeriksaan darah untuk mendeteksi angka hematokrit dan hemoglobin atau
adanya gangguan pembekuan darah
- Pap smear : untuk melihat kondisi abnormal, mencari penyebab dan
menentukan pengobatan
- Urine analisis (urine pregnancy Test).
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

7. Mekanisme kerja IUD


Mekanisme kerja UUD secara kimiawi belum dapat ditentukan secara tepat.
Gangguan terhadap implantasi ovum yang sudah dibuahi di endonetrium
merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol gangguan tersebut dapat terjadi
akibat ditimbulkannya respon inflamasi setempat yang selanjutnya mengakibatkan
kerja lisosom pada blastokist terganggu dan mungkin pula terjadi fagozitosis
spermatozoa (population report 1982 cit may 1990) logam -logam tertentu
khususnya tembaga sangat meningkatkan kerja kontrasepsi karena unsur tembaga
yang bersifat lokal

8. Efek samping
a. Perforasi uterus
b. Gangguan kehamilan yang tidak dicurigai sebelumnya
c. Gejala kram dan perdarahan.
d. Kehilangan darah
e. Infeksi pelvis
9. Cara Pemasangan
a. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi
lithotomic
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Lakukan vulva hygiene
e. Pasang speculum dengan hati-hati
f. Pasang tenakulum
g. Bersihkan daerah servik dan mulut servik dengan larutan antiseptic
h. Lakukan pengukuran uterus dengan menggunakan sound uterus
i. Atur pengatur bagian yang masuk uterus pada introducer dari IUD sesuai
dengan hasil pengukuran sound uterus tadi
j. Masukkan IUD perlahan sampai ke dalam introducer dengan tekhnik steril

50
k. Introducer tersebut perlahan kita masukkan ke dalam kenal servikal sampai
batas pengatur yang telah ditentukan sebelumnya
l. Dorong IUD ke dalam
m. Setelah yakin IUD sudah masuk ke dalam uterus, tarik introducer ke luar
n. Gunting benang kurang lebih 3 cm dari ostium serviks
o. Lepaskan tenakulum
p. Bersihkan kembali daerah tersebut dan berikan larutan antiseptic

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMASANGAN IUD

Score
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Prosedur
1 Mengucapkan salam
2 Menjelaskan tujuan
4 Mencuci tangan
6 Menjaga privasi klien
7 Menjaga keamanan klien
8 Menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika keperawatan
Tindakan
Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi
9
lithotomi
1
Cuci tangan
0
1
Gunakan sarung tangan steril
1.
1
Lakukan vulva hygiene
2
1
Pasang speculum dengan hati-hati
3
1
Pasang tenakulum
4
1
Bersihkan daerah servik dan mulut servik dengan larutan antiseptic
5

51
1
Lakukan pengukuran uterus dengan menggunakan sound uterus
6
1 Atur pengatur bagian yang masuk uterus pada introducer dari IUD sesuai
7 dengan hasil pengukuran sound uterus tadi
1
Masukkan IUD perlahan sampai ke dalam introducer dengan tekhnik steril
8
1 Introducer tersebut perlahan kita masukkan ke dalam kenal servikal sampai
9 batas pengatur yang telah ditentukan sebelumnya
2
Dorong IUD ke dalam
0
2
Setelah yakin IUD sudah masuk ke dalam uterus, tarik introducer ke luar
1
2
Gunting benang kurang lebih 3 cm dari ostium serviks
2
2
Lepaskan tenakulum
3
2
Bersihkan kembali daerah tersebut dan berikan larutan antiseptic
4
2
Bereskan alat
5
2
Cuci tangan
6
2
Dokumentasi
7

Penilaian:
Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%
0 = Tidak dikerjakan
Jumlah Aspek Yang Dinilai
1 = Dikerjakan tapi sebagian

2 = Dikerjakan sempurna

Referensi:
Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas edisi
4, EGC: Jakarta.
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept, Process, and
Practice, seventh edition. USA: Pearson Education
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8 buku 2,
Elsevier; singapore
Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC.
Jakarta. TIM

52
Praktikum IV: Konseling Infertil
Kasus 4 (Konseling Infertil)

Perempuan usia 30 tahun datang ke poliklinik kebidan bersama suami untuk


berkonsultasi terkait tentang belum memiliki keturunan setelah hampir 2 tahun
pernikahan, dan mengatakan selama ini melakukan hubungan seksual teratur 2 atau 3
kali dalam seminggu tanpa menggunakan pengaman atau alat kontrasepsi
Berdasarkan kasus diatas maka lakukanlah :
1. Pengkajian menyeluruh pada pasien tersebut
2. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut
3. Jelaskan intervensi keperawatan pada pasien tersebut
a. Konsep Konseling
Konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara
pasien dengan petugas yang bertujuan memberikan informasi mengenai
konsep infertil, penyebab dan prosedur pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh
pasangan.

Kegiatan Konseling
Topik : Sistem Reproduksi
Sub Topik : Infertil
Sasaran : Keluarga Tn S
Hari/Tanggal : ……, …….2018
Jam : 15.00 wib - selesai
Waktu : 35 menit
Tempat : poliklinik kebidanan
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Pasangan suami-
istri dapat menginformasikan dan mengetahui tentang “infertil”.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan keluarga Tn.S
mengertimengenai infertilitas, jenis infertilitas, penyebab dan penatalaksanaan.
2) Pokok Materi
1) Menjelaskan pengertian Infertilitas.
2) Menjelaskan jenis-jenis Infertilitas.
3) Menjelaskan penyebab Infertilitas.

53
4) Pemeriksaan investigasi Infertilitas.
5) Menjelaskan penatalaksanaan Infertilitas.
3) Estimasi Waktu : 1 x 35 menit
4) Metode
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa:
1) Ceramah
2) Tanya jawab.
5) Persiapan
1) Menyiapkan pokok bahasan.
2) Menyiapkan alat pembelajaran “SAP, lembar balik dan leaflet”.
3) Menyiapkan tempat.
6) Susunan Proses Pelaksanaan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


5 menit Pembukaan :
a. Memberi Salam a. Menjawab Salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
1. c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan
Pembelajaran d. Berpartisipasi
d. Melakukan kontrak penyuluh e. Berpartisipasi
e. Melakukan apersepsi
20 Menit Kegiatan Penyuluhan :
Mempresentasikan materi a. Menyimak dan
a. Definisi dari Infertil memperhatikan
b. Jenis-Jenis Infertil
c. Penyebab dari Infertil
2. d. Penatalaksanaan Infertil
e. Memberikan kesempatan b. Mengajukan
bertanya pertanyaan
f. Menjawab pertanyaan
c. Mendengarkan
10 menit Evaluasi
a. Memberikan pertanyaan a. Menjawab
kepada audien pertanyaan
3. b. Menyimpulkan materi
c. Salam penutup b. Mendengarkan
c. Salam

h. Setting Tempat
Ket: = Perawat
= Klien
i. METODE EVALUASI

54
1) Evaluasi struktur
a) SAP dan materi sudah disiapkan.
b) Media (lembar balik, leaflet) sudah dipersiapkan.
c) Waktu dan tempat sudah disiapkan.
2) Evaluasi proses
a. Klien aktif.
b. Proses penyajian sesuai waktu
c. Media digunakan sesuai dengan kebutuhan.
d. Perawat melakukan kegiatan sesuai dengan perannya.
e. Diakhir kegiatan sudah di evaluasi hasil kegiatan.
3) Evaluasi hasil
a) Memahami Definisi dari Infertil.
b) Memahami Penyebab dari Infertil.
c) Memahami Pencegahan dari Infertil.
d) Memahami Pengobatan dari Infertil.
j. Daftar Pertanyaan
1) Jelaskan definisi infertil?
2) Jelaskan penyebab dari terjadinya infertil?

k. Daftar Jawaban
1) Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2) Stress, Lingkungan, Kondisi Reproduksi Wanita, Kondisi Reproduksi Pria

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR KONSELING INFERTIL

Score
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Prosedur
1 Mengucapkan salam
2 Menjelaskan tujuan
Tindakan
3 memberi salam kepada responden
4 Menanyakan data diri klien
5 Menjelaskan tujuan pertemuan

6 Melakukan kontrak penyuluh


7 Melakukan apersepsi
Mnjelaskan materi
8
a. Definisi dari Infertil

55
b. Jenis-Jenis Infertil
c. Penyebab dari Infertil
d. Penatalaksanaan Infertil
e. Memberikan kesempatan bertanya.
f. Menjawab pertanyaan

Penilaian:
0 = Tidak dikerjakan Nilai = Jumlah Nilai Yang Didapat x 100%

1 = Dikerjakan tapi sebagian Jumlah Aspek Yang Dinilai


2 = Dikerjakan sempurna

Praktikum: Persiapan Alat dan Bahan Untuk Tindakan Abortus (kerutase)


a. Alat tenun terdiri dari:
1) Baju operasi/ celemek
2) Laken
3) Duk kecil
4) Sarung meja mayo

b. Alat instrument terdiri dari:


➢ Speculum

➢ Sonde (untuk mengukur kedalaman rahim lubang vagina)

56
➢ Alat kuret

➢ Klem jaringan

➢ Klem dinding Rahim/ uterus


➢ Nierbeken
➢ Kasa steril
➢ Sarung tangan steril
➢ Kochel tang/ tenaculum

➢ Tampon tang/ Ring tang

➢ Berbagai ukuran busi (dilatator) hegar

57
58
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G ,2010, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC; Jakarta

Ah, M. et al., 2009. Oral oestrogen and combined oestrogen / progestogen therapy versus
placebo for hot flushes ( Review )

AACE 2008 medical guidelines for clinical practice for the prevention and treatment of
postmenopausal osteoporosis,. Endocr Pract ;9:544-64.

Baziad A,. 2008. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

Bobak., I., M, Lowdermilk., D., L & Jensen., M., D, 2004 Buku ajar Keperawatan Maternitas
edisi 4, EGC: Jakarta.

Basic Trauma Life Support, 2014: pro emergency

Cooper GS, Baird DD, Darden FR,.2011. Measures of menopausal status in relation to
demographic, reproductive, and behavioral characteristics in a population-based
study of women aged 35-49 years. Am J Epidemiol;153:1159-65.

Diknakes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks
Keluarga, Depkes RI, Jakarta.

Ej, K. et al., 2011. Oestrogen and progestogen hormone replacement therapy for peri-
menopausal and post-menopausal women : weight and body fat distribution (
Review ).

FK-Unpad. 1984 Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung

Green, C., J .2012 Maternal newborn Nursing Care Plans. Second Edition. Malloy. Ins

Gruber CJ, Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC,. 2012. Production and actions of
estrogens. N Engl J Med ;346:340-52

Hamilton, Persis Mary. 1995 Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Hogervorst, E. et al., 2009. Hormone replacement therapy to maintain cognitive function


in women with dementia ( Review ).

Hosking D, Chilvers CED, Christiansen C, Ravn P, Wasnich R, Ross P, et al., 2008,.


Prevention of bone loss with alendronate in postmenopausal women under 60
years of age. N Engl J Med;338:485-92

Jesen, L. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: Buku

Kenneth,I. 2009. Obstetri William: Panduan ringkas, Edisi ke-21. Jakarta: EGC.
Kenneth JL. Williams Manual of Pregnancy Complication. McGraw Hill Co, 13 th Ed, 2013
New York:Kenneth,2013).

59
Klossner, J (2006). Introduktory Maternity Nursing. Lippincott Williams & Wilkins

Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing Concept,


Process, and Practice, seventh edition. USA: Pearson Education

Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K., 2013. Keperawatan Maternitas edisi 8
buku 2, Elsevier; singapore

McNagn,. 2009. Prescribing hormone replacement therapy for menopausal symptoms .


Ann.Intern Med:131;606-15

Mansjoer, Arif dkk. (1999) Kapita selekta kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Universitas Indonesia

Nawaz H, Katz DL,.2007. American college of preventive medicine practice policy


statement: perimenopausal and postmenopausal hormone replacement therapy.
Am J Prev Med;17:250-53

Ortmann, O. & Lattrich, C., 2012. The Treatment of Climacteric Symptoms. , 109(17),
pp.316–325.

Padila (2015). Asuhan keperawatan maternitas II, ISBN. Nuha Medika, Yogyakarta

Polisseni, A.F. et al., 2013. Effects of a continuous-combined regimen of low-dose


hormone therapy (oestradiol and norethindrone acetate) and tibolone on the
quality of life in symptomatic postmenopausal women: a double-blind,
randomised study. Maturitas, 74(2), pp.172–8. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23201326 [Accessed May 28, 2014].

Potter, P. A, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses
dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM

Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta.

Reeder, S., J, Martin L., L, Koniak-Griffin, D, 2011, Keperawatan Maternitas: Kesehatan


Wanita, Bayi dan Keluarga. volume 2, EGC; Jakarta

Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting ed.6, 717. Jakarta : PT. Elex Media Computa
Saifuddin, A.B. 2006. Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi Pk-54-PK58.
Jakarta :Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

Rustam. (1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta

Tiran, D. 2007. Mengatasi Mual-mual dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. Jakarta:
Diglossia.

The Hong Kong College of Obstetrician and Gynaecologists,. 2008. Guidelines for the
administration of hormone replacement therapy. . Available at:
http:www.hkcog.org.hk/docs/guideline

60
Welton Et Al., 2008. Health related quality of life after combined hormone replacement
therapy: randomised controlled trial .BMJ. , Pp.1–9.

Wong, Perry & Hockenberry (2003) Maternal Child Nursing Care. st Loui: mosby, inc

Yuli Reni, (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. Jakarta. TIM

61
BAB III

PENUTUP

A. Tugas Individu/Kelompok
Mahasiswa mengumpulkan tugas kelompok 5 hari kerja sebelum ujian Blok
berlangsung. Tugas kelompok akan masuk menjadi materi dalam ujian, sehingga
mahasisswa bisa membagikan tugas ke kelompok yang lain.

Tugas Kelompok (masuk dalam materi ujian)


1. Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit menular seksual (Kelompok I)
2. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Human papilomavirus (Kelompok 2)
3. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi traktus genetalis (Kelompok 3)
4. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pasca partum (Kelompok 4)
5. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi radang panggul (Kelompok 5)
6. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Atonia uteri (Kelompok 6)
7. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Ruptur Uteri (Kelompok 7)

B. Kasus Pemicu The Seven Jump


3. Kasus
Perempuan usia 28 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang kepoliklinik kebidanan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Pasien mengeluh mual-muntah
yang banyak, pusing dan lemah. Hasil pemeriksaan terlihat kunjungtiva pucat.
Setelah melakukan pemeriksaan, perawat memberikan informasi kepada pasien
tentang tanda dan bahaya selama masa kehamilan salah satunya gangguan
perdarahan yang terjadi pada trimester pertama dan trimester ketiga. Lebih lanjut
perawat menjelaskan tentang perdarahan pospartum , shok hemoragik dan
gangguan pembekuan darah pada ibu hamil. Pasien bertanya apakah ada
pengaruh infeksi TORCH karena takut tertular dan mempengaruhi kehamilannya
saat ini. Pada saat pasien akan pulang, perawat memberikan leaflet tentang
penyakit pada kehamilan seperti diabetes millitus dan gangguan kardiovaskuler.

C. SASARAN BELAJAR ISS


1. Jelaskan asuhan keperawatan tentang masalah-masalah kesehatan wanita pada
masa reproduksi yang berkaitan tentang persalinan berisiko (distosia, prematur,
postmatur) serta kan gambar (beserta gambar)! (Ns. Darmawati)
2. Jelaskan asuhan keperawatan tentang keluarga berencana (Ns. Aida)

62
3. Jelaskan asuhan keperawatan tentang gangguan-ganguan menstruasi (Amenorea
Hipogonadotropin, dismenorea, Endometriosis) sertakan gambar ! (Ns. Mariatul)
4. Jelaskan asuhan keperawatan tentang infertilitas (investigasi infertilits wanita,
investigasi infertilitas laki-laki) (sertakan gambar) ! (Ns. Sri Intan Rahayu)
5. Jelaskan asuhan keperawatan tentang klimakterium (Ns. Sufriani)
6. Jelaskan asuhan keperawatan tentang trauma melahirkan (inkontinensia urine,
fistula genetalia) beserta gambar! (Ns. Imelda)
7. Jelaskan asuhan keperawatan pada kanker payudara! (Ns. Nova)

D. Materi resume jurnal (5 tahun terakhir tahun dan jumlah 1 jurnal internasional
setiap mahasisswa)
1. Intervensi keperawatan pada Intrauterine Fetal Death (Kelompok I)
2. Intervensi keperawatan pada depresi postpartum. (Kelompok 2)
3. Intervensi keperawatan pada pasien dengan Ketuban pecah Dini (Kelompok 3)
4. Intervensi keperawatan pada pasien dengan plasenta previa (Kelompok 4)
5. Intervensi keperawatan pada pasien dengan molahidatidosa (Kelompok 5)
6. Intervensi keperawatan pada pasien dengan solution plasenta (Kelompok 6)
7. Intervesi keperawatan pada pasien dengan perdarahan post partum(Kelompok 7)

63
Resume Jurnal (judul)

No Judul Tujuan Matode Perlakuan/intervensi Hasil Diskusi


penelitian penelitian yang di berikan

64
65

Anda mungkin juga menyukai