Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS MANDIRI

PRAKTIKUM LAPANGAN BLOK KEPERAWATAN ANAK 1

Oleh

Maulida Dwi Yani


1712101010007

Dosen Pembimbing
Ns. Darmawati, M.Kep., Sp.Mat

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


BANDA ACEH
2019
Kompetensi yang didapat:

1. Ruangan Arafah 1
 Prosedur nebulisasi pada anak
 Pemberian obat pada anak (oral dan injeksi)
 Terapi cairan (jenis cairan intravena, cara menghitungkebutuhan
cairan pada anak, cara pemberian terapi cairan)
2. Ruang NICU
 Fototerapi
 Oksigenasi pada neonatus (nasal kanul,simple mask,
CPAP,ventilator)
 Pemberian nutrisi (oral,enteral,parenteral)
3. Ruang PICU
 Suctioning
 Penilaian GSC pada anak
 Pemberian nutrisi(oral,enteral,parenteral)
 Oksigenasi pada anak (nasal kanul,mask,CPAP,ventilator)
4. Ruang thalasemia dan orkologi
 Kemoterapi
 Transfusi darah
Pada rabu, 20 februari 2019 pukul 08.30 WIB saya dan teman-teman
kelompok 2A tutorial 9 melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Zainal Abidin dalam
rangka melakukan praktek lapangan blok keperawatan anak 1. Untuk mendapatkan
kompetensi yang efektif kami dibagi atas beberapa sesi:

1. Ruang PICU ( Pediatrik Intensive Care Unit)


Pada sesi pertama, tepat pukul 08.30 WIB saya dan teman-teman kelompok
2A tutorial 9 melakukan observasi pada ruang PICU didampingi oleh Ns. Imelda,
Sp.Kep., An. Di ruangan PICU terdapat Pasien yang berumur 29 hari sampai 18
tahun dan biasanya ruangan ini ditujukan dengan anak yang terancam gagal nafas.
Akan tetapi anak dengan penyakit kanker yang terancam gagal nafas tidak
dimasukkan keruangan ini karena ruangan PICU lebih memperioritakan presentasi
pertahanan hidup pasien.
Di ruangan ini terdapat 4 bed, pada bed 1 ada seorang anak bernama Rajul
berusia 17 tahun dengan penyakit Asidosis Metabolik. Dimana Asidosis Metabolik
merupakan gangguan ketika status asam atau basa bergeser ke sisi asam akibat
hilangnya basa atau retensi asam nonkarbonat dalam tubuh. Jadi, dapat disimpulkan
asidosis metabolik adalah meningkatnya kadar asam dalam tubuh.
Ns. Belinda melakukan penilaian GCS (Glasglow Coma Scale) yaitu
penilaian tingkat kesadaran seorang pasien yang dilakukan pada Rajul. Pada saat
perawat menanyakan nama, anak tersebut dapat menyebutkan namanya. Kemudian,
pada saat perawat menginstruksikan anak mengangkat tangannya, anak tersebut
dapat mengangkat tangannya, tetapi pergerakan anak tersebut lemah. Jadi dapat di
simpulkan anak tersebut memiliki kesadaran penuh hanya saja kondisi anak
tersebut lemah karena penyakit yang ia derita. Rajul juga terlihat sesak dan tidak
mampu mengeluarkan sputum sehingga perawat melakukan suctioning
(penghisapan untuk mengeluarkan sekret dan sputum) pada anak tersebut. Tetapi
kami hanya dapat mengobservasi pada saat perawat sudah hampir selesai
melakukan suctioning, kami juga melihat anak tersebut merasa sangat kesakitan
dan mengeluh pada saat perawat melakukan suctioning. Suctioning dilakukan di
mulut dan di hidung.
Pada bed 2 ada seorang anak bernama Humairah berumur 3 bulan dengan
diagnosa Ancaman gagal nafas+ Syok hipovolemik+efusi pleura. Ancaman gagal
nafas merupakan suatu kondisi dimana sistem resprasi gagal untuk melakukan
fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen, dan pengeluaran karbondioksida. Syok
hipovolemik adalah kondisi darurat dimana jantung tidak mampu memasok darah
yang cukup keseluruh tubuh akibat volume darah yang kurang. Efusi pleura
merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan didalam rongga
pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Disini kami mendapat kesempatan melihat ketika perawat melakukan pemberian
nutrisi melalui OGT (Oral Gastric Tube). Sebelum pemberian nutrisi perawat
melakukan cek residu, ketika residu yang didalam lambung sedikit maka residu
akan di masukkan kembali tetapi ketika residu didalam lambung banyak maka akan
dibuang. Setelah pengecekan residu maka perawat memasukkan susu kedalam
spuit 20-60 ccc dan di biarkan mengalir ke lambung si anak. Anak tersebut juga di
pasang WSD (Water Seal Drainage) yang berfungsi untuk mengeluarkan udara atau
cairan dari rongga pleura. Anak ini juga dipasang nassal kanul dengan laju sampai
4 liter dengan konsentrasi 24-40% untuk membantu pernafasan anak tersebut.
Pada bed 3 ada seorang anak berumur 7 tahun dengan kondisi post operasi.
Anak tersebut mengalami letargis atau penurunan kesadaran. Pada anak ini kami
tidak melakukan observasi apapun hanya saja pada saat melihat keluarga pasien
datang,pasien ini tidak merespon pada saat di sapa.
Pada bed 4 ada seorang anak mengalami bronchopneumonia, dimana ini
merupakan suatu keadaan infeksi yang mengakibatkan terjadinya peradangan pada
paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Anak terdengar menangis
merintih . Tetapi kami tidak melakukan observasi pada anak tersebut karena banyak
perawat dan dokter sedang menangani anak tersebut.
Kemudian, Kepala ruangan nya juga menunjukkan alat pada ruangan ini,salah
satunya terdapat ventilator mekanik yang berfungsi untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Alat ini merupakan alat
bantu terakhir oksigenisasi pada pasien.
2. Ruang Tursina I
Pada sesi ke 2, tepat pukul 08.55 WIB saya dan teman-teman kelompok 2A
memasuki ruangan Thursina 1 yang didampingi oleh Ns. Darmawati., M.Kep., Sp.
Mat dan disambut oleh kepala ruangan Thursina 1 yang bernama Dahlia atau
dikenal dengan bunda Dahlia. Sebelum menemui pasien secara langsung, saya
dijelaskan mengenai fungsi dari ruangan Thursina 1 serta hal-hal yang harus
dipersiapkan oleh pasien untuk masuk ke ruangan tersebut.
Ruangan Thursina 1 diperuntukkan kepada pasien dengan penyakit
thalasemia, hemophilia, osteosarcoma dan lain-lain yang harus mendapatkan
tindakan kemoterapi yaitu tindakan untuk menghambat perkembangan sel kanker
dan tindakan transfusi darah. Sebelum melakukan tindakan tersebut harus
dipersiapkan protokol (protap untuk kemoterapi), status pasien, SIO (Surat Izin
Operasi) serta diberikan edukasi dan inform consent kepada pasien dan keluarga.
Kemudian, saya dan teman-teman kelompok 2A didampingi ibu Darmawati dan
bunda Dahlia bergerak menemui pasien.
Pasien pertama yang saya temui bernama Nisya Aulia dengan diagnosa medis
Hepatoblastoma yaitu tumor kanker yang sangat langka yang dimulai di hati. Adik
Nisya mendapatkan perawatan paliatif yaitu perawatan yang bisa didapatkan para
pasien yang menderita penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, karena adik Nisya baru dipindahkan
ke ruangan tersebut, maka ia belum mendapatkan perawatan kemoterapi.disini
keluarga pasien masih belum bisa menerima keadaan anak nya seperti ini(berada
pada fase penolakan),petugas kesehatan baru memberikan inform censent,keluarga
belum bisa memutuskan untuk dilakukan kemoterapi atau tidak.
Selanjutnya, pasien kedua yang saya temui bernama Anisa berumur 13 tahun
dengan diagnosa medis Thalasemia yaitu penyakit kelainan darah yang diakibatkan
oleh faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah
(hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Saat saya temui, Anisa sedang
diberikan transfusi darah sebanyak 1 kolf = 254 cc dengan tetesan 30 tetes/menit,
setelah tranfusi darah selesai maka berikan cairan NaCl sebanyak 100 cc. Nenek
Anisa mengatakan bahwa Hb dari Anisa adalah 7,5 g/dL dan saya juga melihat
bentuk wajah dari Anisa seperti bentuk wajah ras mongoloid. Bunda dahlia juga
menjelaskan tentang darah yang hanya dapat digunakan selama 4 jam setelah keluar
dari ITD (Instalasi Transfusi Darah) dan sebelum keluar bunda Dahlia juga
memberikan edukasi kepada Anisa dan nenek mengenai penyakit yang ia derita.
Wajah pasien juga udah mulai ada perubahan pada hidung sudah mulai melebar itu
dikarenakan adanya penumpukan zat besi.setelah selesai melihat pasien yang ini
kami langsung bergerak untuk observasi keruangan selanjutnya.

3. Ruang Arafah I
Pada Sesi ketiga, tepat pukul 09.20-09.45 WIB saya dan teman-teman
kelompok 2A turoial 9 memasuki ruang Arafah 1 yang didampingi oleh Ns.
Sufriani, M.Kep., Sp. Kep.An, . Ruang arafah 1 merupakan ruang perawatan semua
penyakit pada anak, diantaranya penyakit hematologi anak, infeksi, alergi, gizi dan
lain-lain. Ruang arafah 1 terdiri dari 28 bed. Pada ruangan tersebut kami
diiperkenalkan beberapa alat-alat oleh kepala ruang, diantaranya :

 Cairan Infus
Cairan Infuse adalah pemasukan suatu cairan atau obat kedalam tubuh
melalui rute intravena dengan laju konstan selama periode waktu tertentu.infus
dilakukan untuk seorang pasien yang membutuhkan obat sangat cepat atau
membutuhkan pemberian obat secara pelan tetapi terus menerus. Kecepatan pasien
menyerap cairan infuse tergantung dari keadaan tubuh pasien dan penyakit yang
diderita. Jumlah tetesan cairan infuse setiap menitnya akan dipantau oleh seorang
perawat.

 Set micro dan set macro


Cara menghitung tetesan infuse mikro :
Tetes/menit = jumlah cairan yang akan diberikan x factor tetes mikro (60)
Jumlah jam pemberian x 60 menit

Cara menghitung tetesan infuse makro :


Tetes/menit = jumlah cairan yang akan diberikan x factor tetes mikro (20)
Jumlah jam pemberian x 60 menit

 Blood Transfusion Set (Set Transfusi Darah)


Set transfuse darah merupakan peralatan medis untuk memasukkan darah melalui
pembuluh darah vena. Pemberian tranfusi darah biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan
protein serum.
 Nebulizer
Nebulizer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memasukkan obat dalam
bentuk uap untuk dihirup kedalam paru-paru

 Threeway stopcock
Stopcock adalah katup yang digunakan untuk membatasi atau mengisolasi aliran
cairan atau gas melalui pipa. Three way stop cock digunakan selama pressure
infusion & monitoring tekanan darah invasive.
Selain itu saya juga diperkenalkan dengan beberapa obat-obatan diantaranya :
 Obat Drip
 Obat Tup
 Vial
 Ampul
 Pulvis/serbuk
 Aquadest, terbagi menjadi 3 :
 Putih
 Kuning (dex)
 Hijau (kcl)

 Cairan Nacl pada anak


Cairan yang diberikan pada anak tidak murni diberikan kepada anak, tetapi cairan
tersebut dicampurkan dengan cairan lainnya, cairan yang diberikan pada anak
seperti : WIDA D5-1/4 NS yang mengandung (Dextrose 5%, Sodium Florida
0,225%) dan D5 +1/2 NS yang mengandung Dex 5%, NaCl 0,45%), KN-EN 4B.

 Cairan RL (Ringer Laktat)


Cairan RL adalah cairan infuse yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan anak-
anak sebagai sumber elektrolit dan air untuk dehidrasi.

Kami juga dijelaskan bagaimana Prosedur Nebulisasi pada anak. Pemberian


nebul pada anak bertujuan agar dapat membantu dalam menormallkan kembali
saluran pernapasan yang terganggu akibat adanya lendir atau dikarenakan sesak
napas. Cara menggunakan nebulizer yang tepat adalah :
 Cuci tangan .
 Tuangkan cairan ventolin yang dicampurkan dengan Nacl kedalam wadah
obat nebulizer menggunakan alat suntik.
 Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian atas wadah.
 Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.
 Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan keluarkan
perlahan melalui mulut.
 Akhiri saat tidak ada lagi uap yang keluar, menandakan bahwa obat sudah
habis.
4. Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Ruangan NICU adalah ruang perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28
hari) dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Diruangan ini
saya dipandu oleh Ns. Sri Intan Rahayu Ningsih., M. Kep., Sp. Kep. An. Diruangan
NICU terdapat 3 kelas berdasarkan tingkat kekritisan kondisi neonatus. Kelas
tertinggi adalah kelas 3 dan disusul oleh kelas 2B dan 2A. Kelas pertama yang saya
masuki adalah kelas 2A. Diruangan tersebut sangat banyak neonatus yang dirawat,
ada yang membutuhkan perawatan dalam inkubator untuk memenuhi proses
perkembangan neonatus, ada juga yang tidak menggunakan inkubator tetapi
menggunakan infant warmer untuk menghangatkan neonatus tersebut, dan ada juga
yang menggunakan fototerapi untuk mengurangi kadar bilirubin neonatus
(hiperbilirubinemia), dan saya juga dapat melihat neonatus yang mengalami
distensi vena.
Selanjutnya kami memasuki ruangan 2B. Di ruangan tersebut terdapat
neonatus yang diberikan perawatan CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
agar gangguan penyempitan saluran napas yang dialami oleh neonnatus dapat
teratasi, neonatus tersebut juga dipasang oksimetri di kakinya yang berfungsi untuk
pengukuran saturasi oksigen dalam darah dan oksimetri tersebut diletakkan
bergantian pada kaki kiri dan kanan.
Setelah itu, saya memasuki ruangan pengolahan ASI. Ruangan tersebut juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan ASI dan memudahkan atau memperlancar
pemberian ASI eksklusif dari ibu yang memiliki kesibukan . Ketika menyimpan
ASI terdapat langkah langkah yang harus diperhatikan agar kandungan nutrisi ASI
tidak hilang atau rusak saat disimpan sampai dengan ASI diberikan kepada bayi.

Prosedur yang harus diperhatikan ketika penyimpanan ASI yaitu:

a) Persiapan alat
 Kulkas satu pinti/dua pintu/freezer
 Plastik/botol/gelas

b) Persiapan klien
 Mempersiapkan pasien duduk dikursi dengan bersandar (jika
memungkinkan)
 Membuat baju atas pasien
 Memasang handuk bagian bawah payudara dan bagian punggung pasien

c) Pelaksanaan
 Cuci tangan sesuai prosedur
 Keluarkan langsung kedalam gelas steril/wadah plastik yang
keras,penggunaan kantong plastik tidak dianjurkan.
 Segera setelah dikeluarkan dari payudara,tutup wadah dan beri label yang
mencantumkan nama,cm,tanggal,dan jam pemerahan,jumlah asi. Wadah
tersebut kemudian disimpan bagian terdingin dari lemari es.simpan dalam
jumlah yang saa dengan yang bisa dihabiskan neonatus dalam satu kali
minum.
 Jika ASI dibekukan,tinggalkan sedikit ruang dalam wadah untuk
penympanan ASI.

d) Waktu penyimpanan ASI


 kolostrum/suhu kamar :12 jam
 suhu ruangan 16 °C: 24 jam
 suhu ruangan 19-22 °C : 10 jam
 suhu ruangan 26 °C : 4-6 jam
 suhu ruangan 30-38 °C :4 jam
 lemari es(4-5 °C) :5 hari
 freezer dilemari 1 pintu : 2 minggu
 freezer lemari 2 pintu: 3-6 bulan
e) cara mancairkan ASI
 Dengan microwave,karena dapat merubah komposisi ASI,dan memiliki
potensi untuk membuat panas bayi.
 Setelah dicairkan ASI gunakan dalam waktu 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai